You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Transdisiplinaritas adalah mengintegrasikan dan mentrasnformasikan bidangbidang pengetahuan dari berbagai perspektif untuk meningkatkan pemahaman terhadap
masalah yang ingin dipecahkan agar memperoleh keputusan/pilihan lebih baik di masa
mendatang. (Prof. Gavan MacDonnel).
Dalam proceeding Simposium Internasional UNESCO (1998:5) berjudul:
Transdisciplinarity: Towards Integrative Process and Integrated Knowledge, dikutip
ungkapan Prof. Sommervile yang menyatakan bahwa, We speak the language of our
discipline, which raises two problems: first, we may not understand the languages of the
other disciplines; second, more dangerously, we may think that we understand these, but
do not, because although the same terms are used in different disciplines, they mean
something very different in each. Ungkapan tersebut menjelaskan bahwa kita sering
berbicara dengan bahasa disiplin kita. Padahal terkadang hanya akan menimbulkan dua
masalah. Pertama, kita mungkin tidak memahami bahasa disilpin ilmu yang lain dan
kedua, kita mungkin berpkiri bahwa kita memahami masalah tersebut berdasarkan
disiplin kita, padahal tidak. Karena meskipun satu istilah yang sama digunakan dalam
disiplin yang berbeda, istilah-istilah tersebut memiliki makna yang sangat berbeda
sehingga dipahami dengan cara yang berbeda pula. Artinya, setiap masalah adalah
kompleks. Tidak bisa dipahami dan dipecahkan dengan dan dari hanya satu sudut
pandnag atau disiplin. Itulah gunanya sinergi lintas disiplin (transdiscilinary synergy).
(Uwes A. Chaeruman, 2010).
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang dapat menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan serta berperan
aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
Penerpan PBHS sangat penting dilakukan karena setiap orang dapat menjaga
kesehatannya, mampu mengupayakan agar lingkungan tetap sehat, serta dapat
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. Perilaku PHBS dapat diterapkan dimana
pun seseorang berada. PHBS dapat di terapkan di berbagai tatanans eperti PHBS dirumah
tangga, PHBS di institusi pendidikan, PHBS di tempat kerja, PHBS di tempat umum dan
PHBS di pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2011).

Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren berisiko mudah


tertular berbagai penyakit. Penularan terjadi bila kebersihan pribadi dan lingkungan tidak
terjaga dengan baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang
kumuh, tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk
(Badri, 2008). Ditambah lagi dengan perilaku tidak sehat, seperti menggantung pakaian
di kamar, tidak membolehkan pakaian santri wanita dijemur di bawah terik matahari, dan
saling bertukar pakaian, benda pribadi, seperti sisir dan handuk. Hal inilah umumnya
menjadi penyebab timbulnya penyakit skabies. Faktor yang mempengaruhi penularan
penyakit skabies adalah kebersihan perseorangan yang buruk, perilaku yang tidak
mendukung kesehatan, hunian yang padat, tinggal satu kamar, ditambah kebiasaan saling
bertukar pakaian, handuk, dan perlengkapan pribadi meningkatkan risiko penularan.
Selain itu kejadian di pondok pesantren santri sering mengalami kekurangan berat badan
di karenakan pola makan santri umumnya tidak sesuai dengan kegiatan dan kebutuhan
sehari-hari (Badri, 2007).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud transdisiplinitas?
2. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan transdisiplinitas dalam kesehatan?
3. Bagaimana cara menjaga kesehatan?
4. Apa yang dimaksud perilaku hidup bersih dan sehat?
5. Bagaimana cara penerapan phbs di pondok pesantren?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui transdisiplinitas
2. Mengetahui cara meningkatkan pengetahuan transdisiplinitas dalam kesehatan
3. Mengetahui bagaimana cara menjaga kesehatan
4. Mengetahui Apa yang dimaksud perilaku hidup bersih dan sehat
5. Bagaimana cara penerapan phbs di pondok pesantren

BAB II
PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
Transdisiplinaritas bukanlah suatu disiplin, tapi pendekatan, proses untuk
meningkatkan pengetahuan dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan berbagai
sudut pandang (perspektif) yang berbeda. (Massimiliano Lattanzi).
Transisiplinaritas adalah strategi penelitian bertujuan untuk memahami dan
memecahkan masalah secara holistik melibatkan lebih dari dua disiplin (lintas-disiplin).
Transisiplinaritas bukanlah suatu disiplin baru, tapi pendekatan, proses memahami dan
memecahkan masalah kompleks dengan mengintegrasikan dan mentransformasikan
berbagai sudut pandang berbeda. Transdisiplinaritas bukanlah suatu disiplin, tapi
pendekatan, proses untuk meningkatkan pengetahuan dengan mengintegrasikan dan
mentransformasikan berbagai sudut pandang (perspektif) yang berbeda. (Massimiliano
Lattanzi dalam Chaeruman 2010).
Mengacu pada definisi-definisi di atas, beberapa poin kunci yang dapat kita
pegang sebagai dasar dalam memahami transidisiplinaritas adalah proses
mentransformasikan dan mengintegrasikan berbagai sudut pandang berbeda, yaitu
berbagai disiplin bertujuan untuk: meningkatkan pemahaman dan atau memecahkan
masalah atau mengambil keputusan, alternatif pilihan yang lebih baik dan atau membangun
pengetahuan baru terhadap realitas permasalahan, dimana setiap permasalahan merupakan
sesuatu yang kompleks atau multidimensi, multiculutral, multietik dan lain-lain.
Pengertian Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil dari pembelajaran yang
dapat menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya (Kemenkes
RI, 2011).
Dalam institusi pendidikan sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang
dapat menciptakan institusi pendidikan ber-PHBS, yang mencakup mencuci tangan
menggunakan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman sehat, menggunakan jamban
sehat, membuang sampah pada tempatnya, tidak merokok, tidak mengkonsumsi narkoba,
tidak mengkonsumsi alkohol, tidak meludah sembarangan, memberantas jentik nyamuk
(Kemenkes RI, 2011).

B. Indikator PHBS di Institusi pendidikan

Menurut Kemenkes RI (2011) perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah yang
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. Mencuci tangan dengan air bersih menggunakan sabun
Menurut Depkes (2009, dalam Taufiq, 2013) cuci tangan pakai sabun adalah salah
satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air
dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan
penyakit. Mencuci tangan dengan air saja tidak cukup. Penggunaan sabun selain
membantu singkatnya waktu cuci tangan, dengan menggosok jemari dengan sabun
menghilangkan kuman yang tidak tampak minyak/ lemak/ kotoran di permukaan
kulit, serta meninggalkan bau wangi. Perpaduan kebersihan, bau wangi dan perasaan
segar merupakan hal positif yang diperoleh setelah menggunakan sabun. Waktu yang
tepat untuk cuci tangan pakai sabun adalah sebelum makan, sesudah membersihkan
anak BAB, sebelum menyiapkan makanan, sebelum memegang bayi dan sesudah
buang air besar.
b. Makan buah dan sayur setiap hari
Menurut Muryani (2013), makan buah dan sayur setiap hari sangat penting,
karena mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan
memelihara tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Kandungan zat gizi pada
setiap buah-buahan berbeda atau tidak sama tetapi pada umumnya semakin beragam
buah yang dimakan maka semakin baik karena semakin lengkap zat gizi dan manfaat
yang didapat. Buah-buahan merupakan sumber vitamin terutama karoten, vitamin B1,
vitamin B6, dan vitamin C, juga merupakan sumber mineral.
c. Perilaku jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri dari atas tempat jongko atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkannya (Muryani, 2013).
d. Melakukan olahraga dan aktivitas setiap hari
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang
melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan
kebugaran jasmani. Sedangkan aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh
yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan
bugar sepanjang hari (Muryani, 2013).
e. Memberantas jentik nyamuk
Pemeriksaan jentik nyamuk berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) seperti bak mandi /

WC, vas bunga, yang dialakukan secara teratur sekali dalam seminggu (Muryani,
2013).
f. Tidak merokok
Merokok adalah seseorang yang dengan sadar memasukkan bahan racun yang
terkandung didalam rokok kedalam tubuhnya sendiri. Rokok adalah kertas silinder
yang mempunyai ukuran panjang sekitar 70 hingga 120 mm (bervariasi setiap negara)
berdiameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun yang telah dipotong-potong dan
bahan-bahan tambahan lainnya (Aula, 2010).
g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan
Berat Badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi
terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sedangkan dalam
keadaan yang abnormal, ada dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu
dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berat badan harus
selalu dimonitor untuk mengetahui informasi guna mengatasi kecenderungan
penurunan atau penambahan berat badan yang berlebihan (Anggraeni, 2012, dalam
Damanik, 2011).
Tinggi badan merupakan salah satu parameter yang untuk melihat keadaan status
gizi sekarang dan keadaan status gizi sebelumnya. Pertumbuhan tinggi/panjang badan
tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi pada
waktu singkat (Anggraeni, 2012, dalam Damanik, 2011).
h. Membuang sampah pada tempatnya
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Chandra, 2007 dalam Wahyono, 2012).
C. Manfaat Pembinaan PHBS
Menurut Muryani, (2013) manfaat pembinaan PHBS di institusi pendidikan adalah :
a. Terciptanya pondok pesantren yang bersih dan sehat sehingga mahasiswi, dan
masyarakat di lingkungan asrama terlindung dari gangguan ancaman penyakit.
b. Meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi
belajar santri.
c. Citra pondok pesantren sebagai institusi pendidikan semakin meningkat sehingga
mampu menarik minat orang tua.
d. Meningkatkan citra pemerintah daerah di bidang pendidikan.
e. Menjadi percontohan pondok pesantren sehat bagi pesantren lain.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga
keluarga beserta semua yang ada di dalamnya dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
B. Penutup
1. Berdasarkan kutipan makalah diatas, kami sebagai penulis makalah memberikan
saran agar kita selalu menerapakan perilaku hidup bersih dan sehat untuk menjaga
kesehatan diri kita agar terhindar dari penyakit.
2. Bagi masyarakat, mampu mengetahui perilaku hipdup bersih dan sehat dan bias
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA
Aula, L.Z. (2010). Stop Merokok. Ed. 1. Banguntapan, Jogjakarta : Garailmu.
Badri,

(2008).

Media

Penelitian

dan

Pengembangan

Kesehatan.

Bandung.

http://digilib.litbatang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppkgdl-grey-2008-mohbadri2623&node=146&start=141.
Chaeruman,

uwes

(2010)

http://www.teknologipendidikan.net/wp-

content/uploads/2010/12/Uwes_memahami_konseptransdisiplinaritas_dan_pendidikan_transdisiplin.pdf
Damanik, E. (2011). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28016/4/chapter%20ll.pdf.
Depkes,

(2007).

Cegah

dan

Hilangkan

Penyakit

Khas

Pesantren.

Jakarta.

http://suhelmi.wodpress.com/2007/10/23/cegah-dan-hilangkan-penyakit-khas-pesantren/

Kemenkes RI.(2011).Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).


(2269/MENKES/PER/XI/201), 7-11.
Muryani, Anik. (2013). Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Ed. 1.Jakarta : CV. Trans Info
Media.
Taufiq, Muhammad. (2013). Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Masyarakat Di
Kelurahan Parangloe Kecamatan Tamalanrea Kota Makasar. 6.
UNESCO, 1998,Transdisciplinarity: Stimulating Synergies, Integrating Knowledge, dari
http://unesdoc.unesco.org/images/0011/001146/114694eo.pdf
Wahyono, E.H., & Sudarno, N. (2012). Pengelolaan Sampah Plastik : Aneka Kerajinan Dari
Sampah Plastik

PERSPEKTIF TRANSDISIPLIN DAN KOMPLEKSITAS ILMU SOSIAL


KESEHATAN DALAM MENINJAU MASALAH KESMAS KINI

Oleh:
1. Andhika Ariyanto
2. Ervansyah

PROGRAM PASCASARJANA
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

You might also like