Professional Documents
Culture Documents
TEKNIK PERSILANGAN
Luluk Sulistiyo Budi1
1
melakukan
pembaharuan
atau
perbaikan bahan tanam. Varietasvarietas yang di usahakan oleh petani
saat ini sebagian besar adalah jenis lokal
dan telah mengalami perubahan genetis
akibat tekanan lingkungan baik biotik
maupun abiotik.
Hal tersebut
mengakibatkan produksi dalam negeri
belum dapat mencukupi kebutuhan,
sehingga peluang ekspor sama sekali
belum dapat dimanfaatkan.
Indonesia
pada tahun 1988
pernah memanfaatkan peluang ekspor
wijen ke Malaysia dan Singapura hingga
mencapai 1.464 ton, namun tahun-tahun
berikutnya
semakin turun.
Hal ini
disebabkan oleh produksi wijen dalam
negeri cenderung menurun dan hanya
untuk memenuhi
kebutuhan dalam
negeri, sehingga peluang ekspor belum
dapat dipenuhi secara optimal, bahkan
Indonesia justru menjadi pengimpor wijen
(Rukmana, 1998).
Peningkatan dan pengembangan
komoditas ini di dalam negeri dalam
skala besar tidak akan menimbulkan
kelebihan
produksi, karena produksi
wijen dunia selalu lebih rendah dari pada
konsumsi (Kassam, 1988).
Potensi
lahan di Indonesia yang sesuai untuk
komoditas ini masih sangat luas,
terutama di Kawasan Timur Indonesia
(KTI), yang sebagian besar wilayahnya
berupa lahan kering dan beriklim kering.
Kondisi ini memberikan harapan besar
dalam pengembangan dan perluasan
areal untuk penanaman komoditas ini.
Pengembangan dan perluasan areal
tersebut bertujuan dapat memenuhi
kebutuhan wijen untuk konsumsi baik
dalam negeri maupun luar negeri
(Sudjana, 1988).
Hasil wijen (biji), di samping
bernilai cukup tinggi juga mudah
diproses, , tidak mudah rusak, mudah
dikemas, dan mudah dikirim ke lain
daerah, serta
produksi biomassa
mencapai 80 % dari total bahan kering
yang dihasilkan dan dapat dikembalikan
ke lapangan sebagai bahan organik
(Soenardi, 1996).
Kabupaten
Madiun.
Pelaksanaan
penelitian mulai bulan Mei Agustus
2011. Metode penelitian menggunakan
dan
TEKNIK
PENGUMPULAN
DAN
ANALISIS DATA
Data diperoleh dari data sekunder
dari dinas terkait dan studi pustaka, data
primer diperoleh dari diskusi pakar dan
pengamatan lapang. Pemilihan plasma
nutfah
sebagai
induk
tanaman
menggunakan metode perbandingan
eksponensial dari pakar tanaman wijen.
Data waktu pengambilan serbuk sari dan
waktu
persilangan
diperoleh
dari
pengamatan di lapang menggunakan
metode rancangan Acak Kelompok dan
uji beda nyata Duncan. Faktor Waktu
pengambilan serbuk sari 4 level (S =
Jam 05.00-06.00, 06.00-07.00, 07.0008.00 dan 09.00-10.00)
dan waktu
persilangan 4 level (P=06.00-09.00,
09.00-12.00, 12.00-15.00, 15.00-18.00),
sehingga
terdapat
20
kombinasi
perlakuan. Parameter pengamatan di
lapang meliputi: prosentase polong jadi,
prosentasi polong normal, prosentasi
bunga gugur, prosentasi polong tidak
normal, panjang polong dan jumlah biji
per polong.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Penentuan pemilihan plasma
nutfah untuk
induk persilangan baik
jantan maupun induk betina tanaman
wijen
diawali dengan pengajuan
sejumlah alternatif yaitu genotip wijen
G1, G2, G3, G5, G7 dan G9. Pemilihan
alternatif dilakukan berdasarkan pada
sejumlah kriteria yaitu produksi, umur
tanaman, percabang, ketahanan hama
dan penyakit, warna biji, bobot 1000 biji,
tahan kekeringan, tingkat adaptasi dan
ketahanan rebah.
Hasil
analisis
menunjukkan
bahwa kriteria dalam pemilihan plasma
nutfah untuk induk induk persilangan
baik jantan maupun induk betina
berdasarkan bobot kepentingan relatif
tertinggi
hingga
terendah
secara
agregatif adalah produksi , umur
tanaman, percabang, ketahanan hama
dan penyakit, tahan kekeringan, warna
biji, bobot 1000 biji, tingkat adaptasi
dan ketahanan rebah.
Hasil penilaian pakar terhadap
alternatif, menunjukkan bahwa alternatif
terbaik yaitu
menggunakan G1
(Genotipe MDN 001) dan G9 (Genotipe
PNG 001).
Hasil analisis pemilihan
plasma nutfah untuk induk induk untuk
persilangan
tanaman
wijen
selengkapnya disajikan pada Tabel 1.
Dilihat
pada
Gambar
3
menunjukkan bahwa kombinasi waktu
pengambilan serbuk sari antara pukul
05.00-06.00 (S1) dan waktu persilangan
antara 06.00-09.00 (P1) memberikan
pengaruh
yang
sangat
signifikan,
dibanding dengan kombinasi perlakuan
lainnya. Secara nyata semakin siang
pengambilan serbuk sari
semakin
menurunkan prosentase polong normal.
Hasil analisis ragam pengaruh
kombinasi perlakuan waktu pengambilan
Soenardi.
Lampiran-Lampiran
Lampiran 1. ANOVA
Sum of Squares
Pr osentasi
Pol ong Jadi
Pr osentasi
Pol ong
Normal
Between Groups
2 0.350
18.000
32
.563
Total
323.250
47
Between Groups
360.000
15
2 4.000
14.000
32
.438
374.000
47
13.917
15
.928
13.333
32
.417
27.250
47
Between Groups
1.922
15
.128
Within Groups
2.545
32
.080
Total
4.467
47
Between Groups
697.646
15
4 6.510
Within Groups
817.333
32
2 5.542
15 14.979
47
305.250
15
2 0.350
18.000
32
.563
323.250
47
Within Groups
Within Groups
Pr osentase
Between Groups
Pol ong Ti dak Within Groups
Normal
Total
Juml ah Biji
Per Polong
Mean Square
15
Total
Panj ang
Pol ong
df
305.250
Total
Pr osentase
Between Groups
Bung a Gugur Within Groups
Total
Si g.
36.178
.000
54.857
.000
2.227
.028
1.611
.126
1.821
.076
36.178
.000
L am p i ra n 2 . P r o s e n t a s e p o l o n g ja d i
D uncan
S u b s e t f o r a lp h a = 0 .0 5
P e r la k u a n
S4P4
1 .3 3 3 3
S4P2
2 .0 0 0 0
S4P3
2 .0 0 0 0
S4P1
2 .3 3 3 3
S3P4
4 .3 3 3 3
S3P1
5 .3 3 3 3
5 .3 3 3 3
S3P2
5 .3 3 3 3
5 .3 3 3 3
S3P3
6 .0 0 0 0
6.0000
S2P1
6 .3 3 3 3
6.3333
S2P3
6 .3 3 3 3
6.3333
S2P2
7.0000
S2P4
7.0000
S1P1
7.3333
S1P2
9.0000
S1P4
9.0000
S1P3
9.3333
Sig.
.1 4 5
.1 3 2
.1 5 4
.063
.6 13
M e a n s f o r g r o u p s in ho m o g e n e o u s s u b s e t s a r e d is pl a y e d .
a . U s e s H a r m o ni c M e a n S a m p le S i z e = 3 , 0 0 0 .
L am pi ra n 3 . P r os e n ta s e P o lo ng N orm a l
D unc an
S u b se t f o r a lp h a = 0 .0 5
P e rla ku a n
S4P2
1.0000
S4P3
1.0000
S4P4
1.0000
S4P1
1.3333
S3P1
3 .6 6 6 7
S3P2
4 .3 3 3 3
4 .3 3 3 3
S3P4
4 .3 3 3 3
4 .3 3 3 3
S3P3
5 .3 3 3 3
5.3333
S2P4
5 .3 3 3 3
5.3333
S2P1
6.0000
S2P2
6.3333
6.3333
S2P3
6.3333
6.3333
S1P1
S1P2
8 .6 6 6 7
S1P4
8 .6 6 6 7
S1P3
9 .3 3 3 3
Si g.
7.3333
.580
.2 5 3
.0 9 9
.107
.089
.2 5 3
M e a n s f o r g ro u p s in ho m o g e n e o u s s u b se t s a re d is pl a ye d .
a . U s e s H a rm o ni c M e a n S a m p le Si ze = 3 , 0 0 0 .
L a m p i ra n 4 . P r o s e n ta s e B u n g a G u g u r
D uncan
S u b s e t fo r a l p h a = 0 . 0 5
P e r la k u a n
S1P3
.6 6 6 7
S1P2
1 .0 0 0 0
S1P4
1 .0 0 0 0
S1P1
2.666 7
S2P2
3.000 0
S2P4
3.000 0
S2P1
3.666 7
3 .6 6 6 7
S2P3
3.666 7
3 .6 6 6 7
S3P3
4.000 0
4 .0 0 0 0
S3P1
4 .6 6 6 7
4.6667
S3P2
4 .6 6 6 7
4.6667
S3P4
S4P1
7.66 67
S4P2
8.00 00
S4P3
8.00 00
S4P4
5.6667
8.66 67
Sig.
.6 1 3
.06 3
.1 5 4
.132
.1 4 5
M e a n s f o r g r o u p s in ho m o g e n e o u s s u b s e t s a r e d is pl a y e d .
a . U s e s H a r m o ni c M e a n S a m p le S i z e = 3 , 0 0 0 .
L a m p i r a n 5 . P r o s e n t a s e P o lo n g T id a k N o r m a l
D unc an
S u b s e t fo r a l p h a = 0 . 0 5
P e r la k u a n
S 1P 1
.0 0 0 0
S 1P 3
.0 0 0 0
S 2P 3
.0 0 0 0
S 3P 4
.0 0 0 0
S 2P 1
.3 3 3 3
S 1P 2
.3 3 3 3
S 1P 4
.3 3 3 3
S 4P 4
.3 3 3 3
S 2P 2
.6 6 6 7
S 3P 3
.6 6 6 7
.6 6 6 7
S 4P 1
1 .0 0 0 0
1 .0 0 0 0
S 3P 2
1 .0 0 0 0
1 .0 0 0 0
S 4P 2
1 .0 0 0 0
1 .0 0 0 0
S 4P 3
1 .0 0 0 0
1 .0 0 0 0
S 3P 1
S 2P 4
S ig.
.6 6 6 7
1 .6 6 6 7
1 .6 6 6 7
.1 2 1
.1 1 1
M e a n s f o r g r o u p s in h o m o g e n e o u s s u b s e t s a r e
d i s p la y e d .
a . U s e s H a r m o ni c M e a n S a m p le S i z e = 3 , 0 0 0 .
L a m p i r a n 6 . P a n ja n g P o l o n g
D uncan
S u b s e t fo r a l p h a = 0 . 0 5
P e rla k u a n
S2P3
16.5333
S4P3
16.5667
1 6 .5 6 6 7
S1P2
16.6833
1 6 .6 8 3 3
1 6 .6 8 3 3
S2P2
16.8000
1 6 .8 0 0 0
1 6 .8 0 0 0
S3P4
16.8000
1 6 .8 0 0 0
1 6 .8 0 0 0
S2P4
16.8667
1 6 .8 6 6 7
1 6 .8 6 6 7
S4P4
16.9000
1 6 .9 0 0 0
1 6 .9 0 0 0
S4P1
16.9333
1 6 .9 3 3 3
1 6 .9 3 3 3
S4P2
16.9433
1 6 .9 4 3 3
1 6 .9 4 3 3
S1P4
17.0000
1 7 .0 0 0 0
1 7 .0 0 0 0
S3P2
17.0333
1 7 .0 3 3 3
1 7 .0 3 3 3
S2P1
17.0667
1 7 .0 6 6 7
1 7 .0 6 6 7
S3P3
1 7 .1 0 0 0
1 7 .1 0 0 0
S3P1
1 7 .1 3 3 3
S1P3
1 7 .1 6 6 7
S1P1
1 7 .2 3 3 3
S ig.
.059
.0 5 9
.0 5 3
M e a n s f o r g r o u p s in ho m o g e n e o u s s u b s e t s a r e d is pl a y e d .
a . U s e s H a r m o ni c M e a n S a m p le S i z e = 3 , 0 0 0 .
L a m p ir a n 7 . J u m la h B i ji P e r P o lo n g
D uncan
S u b s e t f o r a lp h a = 0 . 0 5
P e r la k u a n
S2P3
8 9 .6 6 6 7
S1P2
9 1 .3 3 3 3
9 1.3333
S4P3
9 2 .3 3 3 3
9 2.3333
92.333 3
S3P4
9 4 .6 6 6 7
9 4.6667
94.666 7
9 4 .6 6 6 7
S2P2
9 5 .0 0 0 0
9 5.0000
95.000 0
9 5 .0 0 0 0
S4P4
9 7 .0 0 0 0
9 7.0000
97.000 0
9 7 .0 0 0 0
S3P3
9 7 .3 3 3 3
9 7.3333
97.333 3
9 7 .3 3 3 3
S2P1
9 7 .6 6 6 7
9 7.6667
97.666 7
9 7 .6 6 6 7
S4P2
9 7 .6 6 6 7
9 7.6667
97.666 7
9 7 .6 6 6 7
S3P1
9 8 .0 0 0 0
9 8.0000
98.000 0
9 8 .0 0 0 0
S2P4
9 8 .6 6 6 7
9 8.6667
98.666 7
9 8 .6 6 6 7
S3P2
10 0.3333
1 0 0 .3 3 3 3
1 0 0 .3 3 3 3
S1P1
1 0 1 .3 3 3 3
1 0 1 .3 3 3 3
S1P4
1 0 1 .6 6 6 7
1 0 1 .6 6 6 7
S4P1
1 0 2 .0 0 0 0
1 0 2 .0 0 0 0
S1P3
Sig.
1 0 3 .0 0 0 0
.0 7 3
.073
.05 7
.099
M e a n s f o r g r o u p s in ho m o g e n e o u s s u b s e t s a r e d is pl a y e d .
a . U s e s H a r m o ni c M e a n S a m p le S i z e = 3 , 0 0 0 .