You are on page 1of 4

Corong Buchner dari porselin atau gelas boroksilikat.

Corong penggunaannya dibantu dengan labu hisap yang


dihubungkan dengan pompa hisap / vakum. Diameter
corong Buchner 26 380 mm. Corong mempunyai dasar
yang berpori kasar dan jika akan digunakan harus
diletakkan kertas saring yang mempunyai diameter sama
dengan corong atau lempeng berpori.
Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring yang
diameternya sama dengan diameter corong.

Prinsip Kerja: Menyaring bahan kasar dengan cairan


penyaring atau pelarut.
Fungsi : digunakan untuk menyaring dengan cepat
terutama jika digunakan pelarut yang mudah menguap.

Corong pisah : berupa corong


yang bagian atasnya bulat
dengan lubang pengisi terletak di
sebelah atas, bagian bawahnya
berkatup. Terbuat dari kaca.
Fungsi : Untuk memisahkan
campuran larutan yang memiliki
kelarutan yang berbeda. Biasanya
digunakan dalam proses
ekstraksi.
Cara menggunakannya :
1.
campuranyangakandipisahkandi
masukkanlewatlubangatas,
katup dalam keadaan tertutup.
2. Pegang tutup bagian atas,
corong dipegang dengan tangan

kanan dan kiri dalam posisi


horisontal, kocok agar ekstraksi
berlangsung dengan baik.
3. Buka tutup bagian atas,
keluarkan larutan bagian bawah
melalui katup secara pelan. Tutup
kembali katup jika larutan lapisan
bawah sudah keluar.
MELTING POINT
Sifat fisik senyawa, seperti titik leleh dan titik didih dapat
memberikan manfaat
informasi yang dapat membantu dalam identifikasi sampel atau
untuk membangun kemurniannya. Halaman ini menjelaskan dua
metode umum untuk menentukan titik leleh menggunakan i alat
Meltemp dan ii tabung Thiele mengatur.
Suhu di mana padat mencair dan menjadi cairan adalah titik leleh.
Karena ini mensyaratkan bahwa gaya antarmolekul yang memegang
padat bersama harus diatasi, suhu di mana leleh terjadi akan
tergantung pada struktur molekul yang terlibat - contoh hubungan
antara struktur dan sifat. Oleh karena itu, senyawa yang berbeda
cenderung memiliki titik leleh yang berbeda.
Sebuah nonionik, senyawa organik murni, kristal biasanya memiliki
titik leleh yang tajam dan karakteristik (biasanya 0.5-1.0C range).
Campuran jumlah yang sangat kecil dari kotoran larut akan
menghasilkan depresi titik leleh dan peningkatan dalam kisaran titik
leleh. Akibatnya, titik leleh senyawa adalah kriteria untuk kemurnian
serta untuk identifikasi.
Titik leleh padatan organik dapat ditentukan dengan
memperkenalkan sejumlah kecil ke dalam tabung kapiler kecil,
melampirkan ini ke batang termometer berpusat di mandi pemanas,
pemanas mandi perlahan, dan mengamati suhu di mana leleh
dimulai dan lengkap. sampel murni biasanya memiliki titik leleh
yang tajam, misalnya 149.5-150C atau 189-190C; sampel tidak
murni dari senyawa yang sama mencair pada suhu yang lebih
rendah dan lebih lebih luas, misalnya 145-148C atau 186189C. .
Ini adalah praktek standar (untuk membuat penggunaan paling
efektif dari waktu) untuk melaksanakan titik lebur penentuan cepat
awalnya (dengan memanaskan cepat) untuk membentuk titik leleh
perkiraan dan kemudian melakukan setidaknya dua penentuan hati
lanjut (dengan memanaskan lebih lembut, yaitu suhu berubah

hanya sekitar 2oC / min) sampai Anda mendapatkan dua nilai yang
konsisten.
Metode umum adalah untuk panas sampel secara tidak langsung
dengan menempatkan sampel siap (baik dikemas dalam kapiler
kaca atau pada kaca penutup kaca) di dalam atau di media
dipanaskan, hari ini ini adalah yang paling umum blok logam
dipanaskan seperti Mel aparat -Temp. Ada desain lain seperti aparat
Fisher-Johns. Sebuah metode yang lebih mendasar, tapi hanya
sebagai efektif adalah metode tabung Thiele mana kapiler yang
direndam dalam minyak mandi dipanaskan. Perhatikan bahwa
sistem tabung Thiele juga digunakan untuk titik didih penentuan.
Rotary evaporator ialah alat yang biasa digunakan di laboratorium kimia
untuk mengefisienkan dan mempercepat pemisahan pelarut dari suatu larutan.
Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan menurun
dan pelarut akan menguap dibawah titik didhnya. Rotary evaporator sering
digunakan dibandingkan dengan alat lain yang memiliki fungsi sama karena alat
ini mampu menguapkan pelarut dibawah titik didih sehingga zat yang terkandung
di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi.
A. Cara Kerja
Rotary evaporator bekerja seperti alat destilasi. Pemansan pada rotary
evaporator menggunakan penangas air yang dibantu dengan rotavapor akan
memutar labu yang berisi sampel oleh rotavapor sehingga pemanasan akan lebih
merata. Selain itu, penurunan tekanan diberikan ketika labu yang berisi sampel
diputar menyebabkan penguapan lebih cepat. Dengan adanya pemutaran labu
maka penguapan pun menjadi lebih cepat terjadi. Pompa vakum digunakan untuk
menguapkan larutan agar naik ke kondensor yang selanjutnya akan diubah
kembali ke dalam bentuk cair.
Labu disimpan dalam labu alas bulat dengan volume 2/3 bagian dari volume labu alas
bulat yang digunakan, kemudian waterbath dipanaskan sesuai dengan suhu pelarut
yang digunakan. Setelah suhu tercapai, labu alas bulat dipasang dengan kuat pada
ujung rotor yang menghubungkan dengan kondensor. Aliran air pendingin dan pompa
vakum dijalankan, kemudian tombol rotar diputar dengan kecepatan yang diinginkan
Kromatografi lapis tipis adalah salah satu contoh kromatografi planar.
Fase diamnya (Stationary Phase) berbentuk lapisan tipis yang melekat pada
gelas/kaca, plastik, aluminium. Sedangkan fase geraknya (Mobile Phase)
berupa cairan atau campuran cairan, biasanya pelarut organi dan kadangkadang
juga air. Fase diam yang berupa lapisan tipis ini dapat dibuat dengan
membentangkan /meratakan fase diam (adsorbent=penjerap=sorbent) diatas
plat/lempeng kaca plastik ataupun aluminium

Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini
sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air. Cara ini adalah
yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup membutuhkan
sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini biasa
dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari separator masuk
kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan air. Dalam
beberapa keadaan, tekanan uap yang
rendah akan menghasilkan minyak atsiri berkualitas baik.

Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan


sistem kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system
rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan
diatas air.
Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia
industri karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga
bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode kukus ini
biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang
keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke
dalam ketel agar meminimkan kehilangan air.
Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam
aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih
menguntungkan oleh karena terbebas dari proses
hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan proses
difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi
minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan
dengan metode uap langsung (Direct Steam
Distillation).Metode penyulingan dengan sistem kukus ini
dapat menghasilkan uap dan panas yang stabil oleh
karena tekanan uap yang konstan.

You might also like