Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Albino merupakan suatu kelainan yang disebabkan oleh tidak adanya pigmen melanin dalam
tubuh yang dihasilkan oleh asam amino tirosin. Asam amino memerlukan suatu enzim agar dapat
berfungsi. Enzim merupakan produk ekspresi gen yang dihasilkan dari beberapa proses yang
disebut dogma sentral. Kelainan ini akan diwariskan kepada generasi selanjutnya dan termasuk
dalam penurunan autosom resesif.
Abstract
Albino is a disorder caused by the absence of melanin pigment in the body produced by the
amino acid tyrosine. Amino acids need an enzyme in order to function. The enzyme is a product
of gene expression produced from several process called central dogma. This disorder will be
passed on to next generations and included in an autosomal recessive decline.
Pendahuluan
Setiap makhluk hidup yang ada di dunia ini dikendalikan oleh rangkaian perintah kimia
yang dalam di dalam tubuh masing-masing individu. Senyawa-senyawa kimia itu tidak terbentuk
dengan sendirinya, serangkaian kimia itu harus melewati beberapa proses sehingga nantinya bisa
berfungsi sebagaimana yang diperlukan oleh tubuh kita. kita tahu bahwa didalam setiap sel
manusia terdapat sebuah inti yang memuat serangkaian DNA yang akan menjadi awal dari
pembentukan karakteristik setiap manusia atau biasa disebut sebagai bahan genetik.
Bahan genetik ini diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya. Jadi jika ada kelainan
pada generasi sebelumnya bisa saja gen yang mengalami kelainan itu diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Sebagai contoh dan yang akan kita bahas pada makalah ini adalah albino. Albino
adalah suatu kelainan akibat tidak adanya pigmen melanin dalam tubuh seseorang sehingga
warna kulit dan rambutnya berwarna putih susu atau putih pucat. Tidak adanya pigmen melanin
dalam tubuh karena tidak terbentuknya enzim yang diperlukan untuk merubah asam amino
tirosin.
Isi
I.
Dogma sentral
Dogma sentral meliputi tiga tahap, yaitu replikasi (penggandaan DNA),
B. Transkripsi
Transkripsi adalah pencetakan RNA messenger oleh DNA. Proses transkripsi
hampir sama dengan replikasi DNA, tetapi sintesis RNA dua kali lebih cepat
daripada sintesis DNA.2 proses transkripsi terjadi dalam 3 tahap, yaitu tahap inisiasi,
elongasi, dan terminasi. Sintesis molekul RNA juga memerlukan enzim. Enzim untuk
transkripsi ini adalah RNA polymerase.
Tahapan transkripsi:
1.
Inisiasi
Dimulai dengan melekatnya enzim RNA polymerase dengan promoter.
Pelekatan ini menyebabkan terbentuknya kompleks promoter terbuka.
2. Elongasi
Setelah melekat, enzin RNA polymerase akan bergerak sepanjang DNA,
3.
adalah metionin.
Subunit besar menempel pada subunit kecil. Dengan menempelnya
subunit besar maka pada ribosom ada dua tempat yang
berhubungan dengan mRNA, yaitu tempat peptidil atau P, tempat
aminoasil atau A, dan satu tempat lain yang tidak dilewati mRNA
yaitu E (exit). Pada tempat P sudah terisi oleh tRNA metionin dan
Setelah asam amino berikatan, tRNA yang ada pada ikatan P akan
terputus dan bergerak ke tempat E. tRNA yang tadinya ada di
II.
Mutasi
Setelah mempelajari mekanisme replikasi DNA, ternyata ada kemungkinan terjadi
salah pasang basa nitrogen, tetapi kemudian diperbaiki oleh enzim polymerase. Diketahui
juga bahwa ada bahan genetic yang dapat dipindahkan atau ditransformasikan ke individu
lain. Berdasarkan hal ini diketahui bahwa bahan genetic dapat berubah.
Mutasi adalah perubahan pada sekuens DNA. Mutasi dapat terjadi di daerah
genom yang mana saja, akan tetapi perubahan-perubahan fenotipik hanya teramati pada
organisme jika mutasi terjadi dalam sekuens sebuah gen.4
Istilah mutasi sendiri menjadi dikenal dan dipakai secara umum sejak tahun 1901 ketika
Hugo de Vries mendeskripsikan variasi hasil silang tanaman. Adanya mutasi
menyebabkan munculnya variasi genetic. Adanya variasi genetic ini merupakan dasar
untuk mempelajari gen. tanpa adanya variasi genetic tidak akan diketahui bagaimana gen
diwariskan dan diekspesikan.
a. Mutasi pada jenjang urutan nukleotida
Mutasi titik, adalah mutasi yang terjadi karena penggantian satu macam
nukleotida dengan nukleotida lain.
Transisi :penggantian dengan satu kelompok, misalnya purin dengan purin
basa.
Inverse adalah mutasi yang disebabkan karena terbaliknya urutan sebagian
pita ganda.
b. Mutasi pada jenjang gen
Silent Mutation
Mutasi ini tidak mengubah antikodon atau tidak mempengaruhi susunan asam
amino. Contoh: perubahan CGA menjadi CGG, keduanya kodon untuk arginin.
Jadi, walaupun ada mutasi tetapi tidak tampak pengaruhnya pada produk gen.
Missense Mutation
Mutasi ini juga merupakan mutasi titik tetapi berakibat pada perubahan asam
amino yang dikode. Suatu missense akan menghasilkan polipeptida dengan satu
asam amino yang berbeda. Contoh: CGA dimutasi menjadi CCA, dimana arginin
diganti prolin. Banyak organisme yang dapat mentoleransi beberapa perubahan
pada urutan asam aminonya, artinya organisme tersebut masih dapat
menyelenggarakan proses kehidupan secara normal, meskipun memiliki fenotip
berbeda dengan individu normal atau bukan mutan.
Nonsense Mutation
Mutasi jenis ini adalah suatu mutasi yang mengubah kodon asam amino tertentu
menjadi kodon stop atau mutasi ini mengakibatkan terminasi dini dari suatu
sintesis protein. contoh: dari CGA menjadi UGA (kodon stop) sehingga
mengakibatkan suatu mutasi fenotip.
Frame Shift Mutation
Mutasi jenis ini merupakan konsekuensi dari insersi atau delesi satu basa. Sebab
penambahan atau pengurangan basa yang jumlahnya bukan kelipatan tiga akan
menyebabkan ribosom membaca kodon yang sama sekali baru. Mutasi ini juga
menghasilkan mutasi fenotip. Sebagai contoh :
Gen normal
: 3- TAC CCT CGA ATG GAT TGG ATT-5
Urutan mRNA
: 5- AUG GGU GCU UAC CUA ACC UAA-3
Urutan asam amino :
met
gly ala tyr leu thr STOP
Ada delesi satu basa sitosin pada CCT maka akan menjadi
Gen mutan
: TAC CTC GAA TGG ATT GGA TT
Urutan mRNA
: AUG GAG CUU ACC UAA CCU AA
Urutan asam amino : met glu leu thr
STOP
III.
Hukum Mendel
Genetika berkaitan dengan transmisi, ekspresi, dan evolusi gen, molekul yang
mengontrol fungsi, pengembangan, dan penampilan akhir dari individu. Gregor Mendel
masuk dalam bidang genetika modern di pertengahan 1800-an dengan menggunakan
kacang kapri.
Meskipun genetika sangat penting dalam pengembangan dan karakteristik
individu, lingkungan juga memainkan peran kunci. Terkadang sulit untuk memisahkan
pentingnya genetika dari lingkungan hidup dalam mendefinisikan sifat-sifat oragnisme.
Meskipun genetika dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab yang mendasari
sifat manusia yang banyak, hanya sejumlah kecil dari sifat-sifat ini yang menunjukkan
pola sederhana warisan. Namun, sebagian besar sifat-sifat gen tunggal yang terkait
dengan penyakit. Beberapa diantaranya, seperti penyakit sel sabit, hasil dari mutasi
resesif.
Mendel menganggap dirinya untuk menjadi seorang fisikawan eksperimental,
yang membutuhkan kemampuan analisis dan latar belakang yang kuat dalam matematika
dan statistic. Pelatihan kuantitatif ini akan terbukti sangat bermanfaat ketika ia mulai
studinya di genetika.
Sesungguhnya diwaktu Mendel hidup belum diketahui bentuk dan susunan sifat
keturunan. Mendel menyebut bahan keturunan itu faktor penentu. Tetapi kini faktor
penentu itu lebuh dikenal dengan istilah gen. dengan ditemukannya kromosom maka
Wilhem Roux (1883) berpendapat bahwa kromosom adalah pembawa faktor keturunan.
Pendapat ini diperkuat oleh percobaan T Boveri dan WS Sutton (1902) yang
membuktikan bahwa gen adalah bagian dari kromosom. Teori ini dikenal sebagai teori
kromosom. Kemudian diketahui bahwa gen diwariskan oleh orang tua kepada
keturunannya lewat gamet.
Istilah-istilah yang digunakan Mendel :
Alel
: faktor penentu dari dua sifat yang tekait tetapi berbeda.
Fenotip
: sifat suatu organisme dilihat dari fisik dan fisiologisnya
Genotip
Homozigot
Heterozigot
Hibridisasi
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I atau biasa disebut segregasi menyatakan bahwa anggota
pasangan alel akan bersegregasi, atau terpisah, selama proses pembentukan gamet.
Melalui distribusi acak, sebagian gamet akan berisi gen ibu asli, lainnya berisi gen asli
ayah. Dasar fisik untuk hukum ini adalah pemisahan kromosom homolog selama
pembelahan meiosis tahap anaphase I.5
Hukum Mendel II
Hukum Mendel II atau hukum berpasangan bebas menyatakan bahwa gen pada
berbagai lokus akan bersegregasi dengan bebas satu sama lain, yaitu jika dua pasangan
gen atau lebih saling berhadapan, maka setiap pasangan akan berpisah dan bergerak
kedalam gamet dengan bebas, asalkan gen tersebut tidak dalam kromosom yang sama.5
a. Jika gen dalam kromosom yang sama, maka gen tersebut tidk sepenuhnya dapat
bergerak bebas, tetapi akan diturunkan secara berkelompok dan dikatakan terikat,
terutama jika gen tersebut terletak saling berdekatan.
b. Kelompok alel yang terikat dapat diuraikan dan dikombinasi ulang dengan
berbagai cara melalui pertukaran silang antar kromosom homolog saat meiosis.
Penambahan ini akan memperbesar variasi di antara keturunannya.
Persilangan Resiprok
Persilangan resiprok disebut juga dengan persilangan kebalikan, yaitu persilangan F1
dengan F1. Dengan demikian, dapat disimpulkan individu jantan maupun betina memiliki
kesempatan yang sama dalam pewarisan sifat.
Test cross
Test cross atau uji silang adalah persilangan antara individu F1 dengan individu
homozigot resesif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah genotip F1 heterozigot
atau homozigot. Jika dengan uji silang diperoleh keturunan yang fenotipnya menyebar
atau 50% : 50% (1:1) berarti individu yang diui genotipnya heterozigot. Akan tetapi, jika
keturunan yang dihasilkan dari uji silang 100% memiliki fenotip yng sama berarti
individu yag diuji genotipnya homozigot.
Back cross
Back cross adalah perkawinan antara individu F1 dengan salah satu induknya, baik jantan
maupun betina. Dengan uji persilangan balik ini dapat diketahui bahwa individu yang
fenotipnya sama belum tentu memiliki genotip yang sama.
Beberapa keadaan yang melibatkan pewarisan Mendelian
Huntingtons disease (autosom dominan)
Albino (autosom resesif)
Hemofili (resesif)
Polidaktili (dominan)
Penutup
Dari skenario tentang seorang anak yang menderita albino, akan dibahas mengenai
penyebab sehingga seseorang bisa menderita albino. Albino disebabkan tidak adanya pigmen
melanin dalam tubuh yang dihasilkan oleh enzim tirosin. Tidak terbentuknya enzim ini akibat
proses ekspresi gen yang tidak berjalan dengan baik. Yang kita tahu bahwa proses ekspresi gen
itu adalah tranlasi dan transkripsi, tetapi sebelum keduanya berlangsung, didahului oleh proses
replikasi. Mutasi juga bisa menyebabkan kelainan genetik ini, sebab bisa saja terjadi delesi
sehingga enzim tirosin yang tadinya akan dihasilkan tetapi mengalami delesi menjadi tidak
terbentuk dan terjadi terminasi dini.
Dengan demikian, kelainan albino pun bisa diwariskan oleh orangtua kepada anakanaknya dimana kelainan ini termasuk dalam penurunan autosom resesif. Kita bisa mengetahui
genotip dari seorang anak yang albino dengan menggunakan uji silang (test cross) dan back cross
yang dikemukakan oleh Mendel.
1.
2.
3.
4.
5.
Daftar pustaka
Yuwono T. Biologi molekular. Penerbit Erlangga: Jakarta. 2005.
Karmana O. Cerdas belajar biologi. Grafindo Media Pratama: Jakarta. 2008.
Sebuah Klinis. Biokimia kedokteran dasar. EGC: Jakarta. 2010.
NN. Schaums genetika. Penerbit Erlangga: Jakarta. 2011.
Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. EGC: Jakarta. 2005