You are on page 1of 3

Rimanews - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) teguh

pada pendiriannya. Melanjutkan rencana reklamasi sesuai Rancangan


Peraturan Daerah (Raperda) tentang Zonasi Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil Provinsi DKI Jakarta serta Raperda tentang Rencana Tata
Ruang Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.
Sponsored
Telah Launching Rimanews Android Apps
Meski DPRD DKI mengancam akan menghentikan pembahasan kedua
Perda itu menyusul penangkapan Ketua Komisi D DPRD DKI Mohamad
Sanusi oleh KPK, Ahok keukeuh reklamasi jalan terus.
"Orang ada Perda kok," tegas Ahok. Perda dimaksud adalah Perda Nomor
8 Tahun 1995 soal Reklamasi Pantai Utara yang merupakan turunan dari
Keputusan Presiden (Kepres) No 52 di tahun yang sama terkait reklamasi
Teluk Jakarta.
Ahok juga mengacu pada Perpres Nomor 54 Tahun 2008 tentang Penataan
Ruang Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur.
Pasal 70 dalam beleid tersebut, memastikan Keputusan Presiden Nomor
52 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Keputusan
Presiden Nomor 73 Tahun 1995 tentang Reklamasi Pantai Kapuk Naga
Tangerang tetap berlaku jika belum ada aturan pengganti.
Selain memiliki payung Ahok yang cukup kuat, Ahok tentu punya alasan
logis berkeras melanjutkan rencana reklamasi ini.

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok
mengatakan bahwa di masa mendatang reklamasi akan menjadi hal yang lumrah
dilakukan. Dengan semakin cepatnya lonjakan jumlah manusia, kebutuhan akan
lahan pun akan semakin meningkat.
"Ada analisa dunia 40 tahun ke depan, kalau enggak mau lakukan reklamasi akan
kelaparan karena penduduk bertambah banyak, lahan tidak cukup," kata Ahok di
kantor Gubernur DKI Jakarta, Kamis, 14 April 2016.
Ahok menyatakan pada dasarnya tidak ada yang menolak reklamasi. Di banyak
negara upaya reklamasi merupakan hal yang biasa dilakukan. Misalnya, di
Singapura dan di Dubai. Kedua negara ini merupakan negara yang melakukan
reklamasi di negaranya.
Menurut Ahok, Indonesia cukup beruntung dengan kondisi geologisnya. Indonesia
berada di lempeng samudra sehingga kedalaman lautnya tidak terlalu dalam.

Dengan kondisi perairan yang dangkal, reklamasi dapat dilakukan dengan lebih
mudah. "Maka beruntunglah Indonesia yang punya pulau, kita ini bukan lempeng
samudra tapi lempeng benua makanya cetek," ujarnya.
Melalui Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1995, pemerintah mengeluarkan izin
untuk membangun pulau reklamasi. Aturan ini kemudian diperbarui oleh aturan
lain, yakni Peraturan Presiden Tahun 122 Tahun 2012.
Ahok juga telah mengeluarkan izin bagi sejumlah pengembang yang tertuang
dalam surat keputusan gubernur. Izin itu di antaranya dikeluarkan dalam bentuk SK
Gubernur DKI Jakarta Nomor 2268 Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan
Reklamasi Pulau F kepada PT Jakarta Propertindo.
Selain itu, ada SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 2269 Tahun 2015 tentang Pemberian
Izin Pelaksanaan Reklamasi Pulau I kepada PT Jaladri Kartika Pakci. Ada juga SK
Gubernur DKI Jakarta Nomor 2485 Tahun 2015 tentang Pemberian Izin Pelaksanaan
Reklamasi Pulau K kepada PT Pembangunan Jaya Ancol.
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengungkapkan
alasan dibalik sikapnya tak membekukan kebijakan reklamasi pulau di Pantau
Utara Jakarta.
Ahok mengakui, bahwa jika ditarik ke sisi politis, keputusannya untuk melanjutkan
proyek ini akan menjadi bumerang baginya, terlebih Pilgub DKI 2017 semakin dekat.
Namun menurutnya, kebijakan reklamasi pulau sudah ada sejak tahun 1995 dengan
dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) No.52 tahun 1995 tentang Reklamasi
Pantai Utara Jakarta. Kepres ini diperkuat dengan adanya Perda No.8 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Reklamasi dan Rencana Tata Ruang Pantai Utara Jakarta.
"Saya hanya ngomong dasar hukum. Bukan soal terpilih atau tidak. Teman-teman
saya khawatir nanti orang yang enggak suka reklamasi, yang tadinya suka sama
kamu enggak jadi pilih kamu. Ya sudah, itu resiko," kata Ahok di Balai Kota DKI
Jakarta, Senin (4/3/2016).
Ahok mengatakan, semua pihak yang tak setuju dengan reklamasi dipersilakan
untuk menggugat ke pengadilan tata usaha negara (PTUN). Hal ini pernah terjadi
sebelum pembangunan Pulau New Tanjung Priok (Pulau N), yang dibangun oleh PT
Pelindo II. Pembangunan pulau ini digugat oleh Menteri Lingkungan Hidup tahun
2002, namun dimenangkan oleh PT Pelindo II, sehingga Pulau M berdiri hingga
sekarang.
"Masa saya demi dipilih, saya melanggar undang-undang, konstitusi. Kalau pulau
digugat, kalah lagi mengugatnya, menteri LHK lagi yang menggugat tahun 2002.
Sekarang jadilah Pulau N (New Tanjung Priok) bongkar dong," jelas Ahok.
Liputan6.com, Jakarta - Kasus korupsi terkait Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) Reklamasi, tidak membuat Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama
atau Ahok membatalkan niat melakukan reklamasi. Ahok tetap akan membangun

17 pulau buatan di Pantai Utara Jakarta.


"Reklamasi tetap jalan karena dari 1995 sudah ada keppres-nya. Dan menurut saya
jalan saja. Itu kan cuma ada revisi mau masukin kewajiban tambahan, yang jadi
masalah di situ," kata Ahok, di Rusun Marunda, Jakarta, Sabtu (2/4/2016).
Kebijakan melakukan reklamasi diatur dalam Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun
1995. Ahok juga menegaskan reklamasi tidak akan menyebabkan Jakarta banjir.
Menurut dia, aliran air dari daratan akan tetap dapat terbuang ke Teluk Jakarta.
"Supaya pulau (buatan) ini tidak membuat banjir, maka antara pulau reklamasi dan
daratan harus berjarak 200-300 meter," ujar Ahok.
Selain itu, mantan Bupati Belitung Timur ini menegaskan pengembang melakukan
reklamasi dengan cara mengurug laut. "Jadi enggak boleh daratan Jakarta misal di
Cilincing (Jakarta Utara) diurug," tandas Ahok.
Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta M Sanusi ditangkap pada Kamis 31
Maret 2019 sekitar pukul 19.30 WIB di sebuah mal di kawasan Jakarta Selatan oleh
KPK. Dia lalu menjadi tersangka kasus dugaan suap Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) Rencana Wilayah Zonasi Pesisir Pulau-Pulau Kecil (RWZP3K) dan Raperda
Rencana Tata Ruang (RTR) Kawasan Strategis Pantai Utara Jakarta.
Selain M Sanusi, ada dua orang lagi yang ditetapkan dalam kasus tersebut, yaitu
karyawan PT Agung Podomoro Land, Trinanda Prihantoro, dan Presiden Direktur PT
Agung Podomoro Land Ariesman Widjaja.
GAMBIR Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama tetap berusaha memperjuangkan
proyek reklamasi teluk utara Jakarta. Sebab, dalam 40 tahun ke depan, proyek itu
diklaim akan berdampak positif warga Jakarta.
Ahok menegaskan, meski Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) soal zonasi teluk
utara malah terlibat kasus korupsi. Pemprov DKI akan terus memperjuangkan
proyek reklamasi pantai utara. "Kalau tidak ada reklamasi akan kelaparan, karena
penduduk bertambah bayak dan lahan tidak cukup," alasan Ahok kepada wartawan,
Kamis (14/4/2016).
Ahok mengklaim, reklamasi teluk utara akan membuat kelangsungan hidup warga
Jakarta dalam kurun waktu 40 tahun semakin membaik. Namun suami dari Veronica
Tan ini berpesan, dalam pembangunan proyek reklamasi teluk utara, jangan sampai
merusak ekosistem yang ada disekitarnya.
"Reklamasi yang penting jangan rusak lingkungan dan adil jangan membebankan
rakyat dan negara," pungkas mantan Bupati Belitung Timur.

You might also like