You are on page 1of 16

Alia Salvira M

04011381320070
PDU B 2013/B3

I.

Analisis Masalah
1. Dr. Thamrin, dokter di RSUD yang terletak sekitar 40 km dari Palembang. Sekitar
100 meter dari RSUD, terjadi kecelakaan alu lintas. Mobil minibus yang melaju
dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur,
kaca depan pecah. Sang sopir, sat-satunya penumpang mboil terlempar keluar
melalui kaca depan.
Dr. Thamrin yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan
membawa peralatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian, terlihat
sang supir laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak,
nyeri di dada kanan, nyeri perut dan nyeri paha kiri.
1.1.
Apa saja trauma yang mungkin terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas pada kasus? 3
Pada kasus ini kemungkinan terjadi adalah trauma biomekanika.
Trauma biomenaknika adalah ilmu yang mempelajari proses/mekanisme
kejadian kecelakaan saat sebelum, saat, dan sesudah kejadian sehingga dapat
diketahui proses kejadiannya dan dapat diprediksi kemungkinan organ tubuh
yang terkena cidera.
Kejadian mobil minibus yang menabrak pohon beringin di depannya
disebut dengan tabrakan frontal. Benturan frontal adalah benturan dengan
benda yang didepan kendaraan, secara tiba-tiba kecepatannya berkurang. Pada
kejadian ini, dengan penderita tanpa sabuk pengaman, akan terjadi beberapa
fase, yaitu:
Fase 1
Bagian bawah penderita tergeser kedepan, biasanya lutut akan menghantam
dashboard dengan keras yang menimbulkan bekas benturan pada dashboard
tersebut.
Kemungkinan trauma yang akan terjadi:

Fraktur femur karena menahan beban berlebihan


Dislokasi sendi panggul karena terdorong kedepan
Dislokasi lutut atau bahkan fraktur lutut karena benturan yang keras pada
dashboard

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Fase 2
Bagian atas penderita turut tergeser kedepan sehingga dada dan atau perut
akan menghantam setir.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi:
Cedera abdomen sampai terjadinya perdarahan dalam karena terjadinya

perlukaan/rupture pada organ seperti hati, limpa, lambung dan usus


Cedera dada seperti fraktur costae
Ancaman terhadap organ dalam rongga dada seperti paru-paru, jantung,
dan aorta

Fase 3
Tubuh penderita akan naik, lalu kepala membentur kaca mobil bagian depan
atau bagian samping.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi:

Trauma kepala (berat, sedang, ringan)


Fraktur servikal

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Dan pada kasus ini terjadi peristiwa terlempar keluar atau ejeksi.Trauma yang
dialami dapat lebih berat bila terlempar keluar dari kendaraan.Kemungkinan
terjadinya trauma meningkat 300% jika terlempar keluar.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi:

Multiple trauma
Trauma kepala
Trauma organ dalam
Fraktur servikal

2. Melalui pemeriksaan sekilas, didapatkan gambaran:


Pasien sadar tapi terlihat bingung, cemas dan kesulitan bernapas
Tanda vital: laju repirasi: 38xmenit, nadi 120xmenit; lemah, TD: 85/60 mmHg
Wajah dan bibir terlihat kebiruan, konjungtiva anemis (+)
Kulit pucat, dingin, berkeringat dingin
Terlihat deformitas di paha kiri
GCS 13 (E:3, M:6, V:4)
Setelah melakukan penanganan seadanya, dr. Thamrin langsung membawa
sang supir ke UGD, setelah penanganan awal di UGD RSUD, pasien
dipersiapkan untuk dirujuk ke RSMH.
2.1.
Bagaimana kriteria merujuk pasien pada kasus ini? 3
SISTEM RUJUKAN
STABILISASI KLIEN
Dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang akan dirujuk,
beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu ;

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Stabilisasi penderita

Pemberian oksigen

Pemberian cairan infus intravena dan transfusi darah

Pemberian obat-obatan (antibiotik, analgetika, tetanus toksoid)


Stabilisasi kondisi penderita dan merujuknya dengan cepat dan tepat
sangat penting (esensial) dalam menyelamatkan kasus gawat darurat, tidak
peduli jenjang atau tingkat pelayanan kesehatan itu. Kemampuan tempat
pelayanan kesehatan untuk dengan segera memperoleh transportasi bagi
pasien untuk dirujuk ke jenjang yang lebih tinggi amat menentukan
keselamatan kehidupan kasus yang gawat. Tata cara untuk memperoleh
transportasi yang cepat bagi kasus gawat darurat harus ada di setiap tingkat
pelayanan kesehatan. Untuk ini dibutuhkan koordinasi dengan sumber-sumber
dalam masyarakat seperti kepolisisn, militer, institusi pemerintah, dians
pertanian, dinas kesehatan, dan sebagainya. Apabila dimungkinkan dalam
perjalanan merujuk, harus diberitahi institusi yang dituju bahwa pasien sedang
dalam perjalanan ke situ.
Unsur-unsur pokok dalam stabilisasi penderita untuk dirujuk :

Penanganan pernafasan dan pembebasan jalan nafas

Kontrol perdarahan

Pemberian cairan infus intravena

Kontrol nyeri (mengurangi atau menghilangkan nyeri)


Penanganan untuk stabilisasi pasien dapat disebut juga TINDAKAN
ABCD (AIRWAY, BLOOD, CIRCULATION, DRUGS) Prinsip umum dalam
merujuk kasus adalah pasien harus didampingi oleh tenaga yang terlatih,
sehingga cairan intravena dan oksigen dapat terus diberikan. Apabila pasien
tidak dapat didampingi oleh tenaga yang terlatih, maka pendamping harus
diberi petunjuk bagaimana menangani cairan intravena dlam perjalanan.
Dalam perjalanan ke tempat rujukan , pasien harus dijaga agar tetap dalam
kondisi hangat dan kakinya harus dala posisi yang lebih tingi, khusunya pada

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

kasus syok hipovolemi. Gunakanlah selimut dan jangan memakai sumebr


panas yang lan oleh karena mungkin kulit pasien bisa terbakar.

PERSIAPAN ADMINSTRASI
Ringkasan kasus yang harus disertakan pada saat merujuk meliputi :

Riwayat penyakit,

Penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima leh perujuk

Tindakan/pengobatan yang telah diberikan

Keterangan yang lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan dengan
kondisi pasien pada saat pasien masih dalam penanganan perujuk.

Surat ini disampaikan pada petugas penerima dan ditandatangani oleh petugas
yang merujuk.
MELIBATKAN KELUARGA
Keluarga perlu tahu kondisi pasien sehingga perlu untuk dirujuk serta
menemani pasien saat dirujuk. Keluarga dapat membantu petugas dalam upaya
stabilisasi pasien dengan menjaga atau mempertahankan kondisi penderita
seperti, posisi pasien, nutrisi serta dukungan psikis. Keluarga juga dapat
menjadi donor apabila ternyata diperlukan transfusi darah sesampainya di
tempat rujukan.

PERSIAPAN KEUANGAN
Keluarga hendaknya diberitahu agar membawa dana dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan
lainya selama pasien dalam fasilitas rujukan.

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Syarat Rujukan dan Transportasi pasien


A. Syarat Rujukan
Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien
karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang

masih memungkinkan untuk dirujuk.


Keadaan yang mengancam jiwa harus tertangani terlebih dahulu

(A,B,C,D,E)
Dokter yang merujuk menyertakan dokumen mengenai identitas

pasien,hasil anamnesis dan kondisi pasien


Tersedia layanan rujukan seperti transportasi dan perawat yang

berpengalaman untuk ikut serta


Dokter dan rumah sakit yang menerima pasien bersedia dan dapat
memberikan penanganan kepada pasien

B. Transportasi
1. Syarat Transportasi Penderita
Memenuhi syarat : - Gangguan Pernapasan & CV telah ditanggulangi;
Resusitasi bila perlu
Selama tranportasi monitor:
-

Kesadaran
Pernapasan
Tekanan Darah dan Denyut nadi

2. Syarat Alat Transportasi


Kendaraan

Darat (Ambulance,Pick up, truck,gerobak,dll)


Laut (perahu,rakit,kapal,perahu motor dll)
Udara (Pesawat terbang,helikopter)

Yang terpenting adalah:

Penderita dapat terlentang


Cukup luas minimal untuk 2 penderita & petugas dapat bergerak

leluasa
Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan

3. Kepala: terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan dengan diameter 2-4 cm,
yang lain dalam batas normal
Leher: trakea bergerser ke kiri, vena jugularis distensi
Thoraks: gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi napas:
40x/menit , tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai kesamping

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Auskultasi: bunyi napas kanan melemah, bising napas kiri terdengar jelas
Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit
Palpasi: nyeri tekan pada dada kanan bawah, sampai kesamping (lokasi memar),
krepitasi pada costae 9,10,11 kanan depan
Perkusi: kanan: hipersonor, kiri: sonor
Abdomen: dinding perut datar, auskultasi: bisinh usus melemah, perkusi: nyeri
ketok (+), palpasi: nyeri tekan (+), defans muscular (+)
Ekstremitas: paha kiri tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kiri,
palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa), ROM: pasif limitasi
gerakan, aktif limitasi gerakan.
I.1. Apa intepretasi dan bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan
kepala? 3
Luka lecet atau vulnus ekskoriatum adalah luka yang mengenai bagian
epidermis akibat bersentuhan dengan benda yang kasar/runcing. Terdiri dari
dua dimensi, panjang dan lebar.
I.2. Apa intepretasi dan bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan
leher? 3
Trakea deviasi ke kiri
Trauma dada robekan pada pleura viseralis dan dinding alveolus
membentuk suatu fistula yang mengalirkan udara ke cavitas pleura ketika
inspirasi cavum thoraks mengembang sehingga paru-paru dipaksa
mengembang sehingga tekanan intraalveolar (-) dan udara masuk udara
mengalir dari alveolus lewat fistula ke cavitas pleura (ketika inspirasi, luka
robekan terbuka tapi ketika ekspirasi, robekan menutup jalur udara sehingga
udara terjebak di cavitas pleura (one-way valve) hiperekspansi kavitas
pleura oleh meningkatnya udara trakea terdorong kearah kontralateral.
Vena jugular distensi
Trauma dada robekan pada pleura viseralis dan dinding alveolus
membentuk suatu fistula yang mengalirkan udara ke cavitas pleura ketika
inspirasi cavum thoraks mengembang sehingga paru-paru dipaksa
mengambang sehingga tekanan intraalveolar (-) dan udara masuk udara
mengalir dari alveolus lewat fistula ke cavitas pleura (ketika inspirasi, luka

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

robekan terbuka tapi ketika ekspirasi, robekan menutup jalur udara sehingga
udara terjebak di cavitas pleura (one-way valve) hiperekspansi cavitas
pleura oleh meningkatnya udara tekanan intrapleural semaking meningkat
penekanan pada pembuluh darah (dasar cavum thoraks dimasuki oleh vena
cava inferior, aorta, esophagus) penekanan pada vena cava inferior dan
superior distensi vena jugularis.
II.

Learning Issues
1. Trauma Kepala dan Leher
Trauma Kepala
Trauma kepala atau trauma kapitis merupakan suatu ruda paksa (trauma) yang
mengenai struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural
dan/atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Manurut
Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, tidak bersifat kongenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan oleh
serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik (Langlois, Rutland-Brown, & Thomas, 2006).
A. Karakteristik
a. Jenis kelamin
Secara keseluruhan, laki-laki dua kali lebih banyak mengalami trauma
kepala dibandingkan perempuan. Namun, pada usia yang lebih tua
perbandingannya hampir sama. Ini dapat terjadi pada usia tua disebabkan
oleh terjatuh sehingga angka mortalitas untuk laki-laki dan perempuan
terhadap trauma kepala adalah 3,4:1 (Jagger, Levine, Jane et al., 1984).
Menurut Brain Injury Association of America, laki-laki cenderung
mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak dari perempuan (CDC,
2006).
b. Umur
Risiko trauma kepala adalah usia 15-30 tahun, hal ini disebabkan karena
kelompok usia ini banyak berpengaruh dengan alcohol, narkoba, dan
kehidupan sosial yang tidak bertanggung jawab (Jagger, Levine, Jane et
al., 1984). Menurut Brain Injury Association of America, dua kelompok

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

usia yang mengalami risiko tertinggi adalah usia 0 sampai 4 tahun dan 15
sampai 19 tahun (CDC, 2006).
B. Jenis Trauma
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi/area terjadi
trauma (Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar
terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan
terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang
masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord
Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu
pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan
jaringan otak menekan tengkorak.
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus
sampai kepada duramater (Anderson, Heitger, & Macleod, 2006).
Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti berikut:
a. Fraktur
Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4
jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed
fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai
berikut (Duldner, 2008):
Simple: retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa
depresi, distorsi dan splintering.
Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
Compound: retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak.
Selain retak terdapat juga hematoma subdural.
Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya
retak atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada
basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear
pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien
yang mengalami trauma kepala berat (Graham & Gennareli, 2000; Orlando
Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan
fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari
rongga hidung) dan gejala raccoons eye (penumpukan darah pada orbital
mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

kerusakan saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada
fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004).
Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang
maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang
mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada
sinus maxilari (Garg, 2004).
b. Luka memar (kontosio)
Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan
dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke
jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna
merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan
tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal
dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau MRI
(Magnetic Resonance Imaging) seperti luka besar. Pada kontusio dapat
terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema.
Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran
(Corrigan, 2004).
c. Laserasi (luka robek atau koyak)
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul
atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda
bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek
adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah
kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya
pada proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat
menimbulkan jaringan parut.
d. Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.
Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai
pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak
ujung-ujung saraf yang rusak.
e. Avulsi

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit


terkelupas,tetapi sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial.
Dengan kata lain intak kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan
(Mansjoer, 2000).
C. Perdarahan Intrakranial
a. Perdarahan Epidural
i. Perdarahan epidural adalah antara tulang kranial dan dura mater.
Gejala perdarahan epidural yang klasik atau temporal berupa kesadaran
yang semakin menurun, disertai oleh anisokoria pada mata ke sisi dan
mungkin terjadi hemiparese kontralateral.
ii. Perdarahan epidural di daerah frontal dan parietal atas tidak
memberikan gejala khas selain penurunan kesadaran (biasanya
somnolen) yang membaik setelah beberapa hari.
b. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah perdarahan antara dura mater dan
araknoid, yang biasanya meliputi perdarahan vena. Terbagi atas 3 bagian
iaitu:
i. Perdarahan subdural akut

Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk, dan


kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah.

Keadaan kritis terlihat dengan adanya perlambatan reaksi


ipsilateral pupil.

Perdarahan subdural akut sering dihubungkan dengan cedera otak


besar dan cedera batang otak.

ii. Perdarahan subdural subakut

Perdarahan subdural subakut, biasanya terjadi 7 sampai 10 hari


setelah cedera dan dihubungkan dengan kontusio serebri yang agak
berat.

Tekanan serebral yang terus-menerus menyebabkan penurunan


tingkat kesadaran.

iii. Perdarahan subdural kronis

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Terjadi karena luka ringan.

Mulanya perdarahan kecil memasuki ruang subdural.

Beberapa minggu kemudian menumpuk di sekitar membran


vaskuler dan perlahan-lahan meluas.

Gejala mungkin tidak terjadi dalam beberapa minggu atau beberapa


bulan.

Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan
motorik.

c. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan
lapisan otak yaitu yang dikenal sebagai ruang subaraknoid (Ausiello,
2007).
d. Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada
ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi
perdarahan intraserebral.
e. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan
otak. Dimana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar
dengan hantaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon.
(Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008).
D. Tingkat Keparahan Trauma Kepala dengan Glasgow Coma Score (GCS)
Glasglow Coma Score adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien
trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kuantitatif pada tingkat
setiap kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah:
1. Proses membuka mata (eye opening)
2. Reaksi geraka motoric ekstermitas (best motor response)
3. Reaksi bicara (best verbal response)
Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma Kepala disimpulkan dalam suatu
tabel GCS.
Tabel 1. Skala Koma Glasglow
Eye Opening

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Mata terbuka dengan spontan


Mata membuka setelah diperintah
Mata membuka setelah diberi rangsang nyeri
Tidak membuka mata
Best Motor Response
Menurut perintah
Dapat melokalisir nyeri
Menghindari nyeri
Fleksi (dekortikasi)
Ekstensi (dekerebrasi)
Tidak ada gerakan
Best Verbal Response
Menjawab pertanyaan dengan benar
Salah menjawab pertanyaan
Mengeluarkan kata-kata yang tidak sesuai
Mengeluarkan suara-suara yang tidak ada artinya
Tidak ada jawaban

4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1

Berdasarkan Skala Koma Glasglow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas:
1. Trauma kapitis ringan, skornya 14-15
2. Trauma kapitisi sedang, skornya 9-13
3. Trauma kapitis berat 3-8
a. Trauma Kepala Ringan
Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi
neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan
lainnya (Smeltzer, 2001). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala
dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh
pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000).
Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena
benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala
tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin,
2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata pada penderita
cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004).
b. Trauma Kepala Sedang
Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam
CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes,
1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk
mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15
mmol/L (Parenrengi, 2004).
c. Trauma Kepala Berat
Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah
Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala
berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen.
Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai
cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai
tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada
penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan
bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan peningkatan titer
asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini
mencerminkan kondisi asidosis otak (DeSalles et al., 1986). Pada sebuah
penelitian, penderita cedera kepala berat akan menunjukkan kadar rata-rata
asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004).
E. Gejala Klinis Trauma Kepala
Menurut Reissner (2009), gejala klinis yang ditunjukkan pada
penderita trauma kepala adalah sebagai berikut:
a. Tanda-tanda klinis yang membantu diagnosa adalah:
i. Battle sign (warna biru atau ekhimois dibelakang telinga diatas os
mastoid)
ii. Hemotipanum (perdarahan di daerah membrane timpani telinga)
iii. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
iv. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)
v. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)
b. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan:
i. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat
kemudian sembuh.
ii. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
iii. Mual atau dan muntah.
iv. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
v. Perubahan keperibadian diri.
vi. Letargik.
c. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat:
i. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di
otak menurun atau meningkat.
ii. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
iii. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi
pernapasan)

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

iv. Apabila meningkatnya tekanan intracranial, terdapat gerakan atau


posisi abnormal ekstremitas.
F. Penyebab Trauma Kepala
a. Mekanisme
Beberapa mekanisme yang timbul terjadi trauma kepala adalah seperti
translasi yang terdiri dari akselerasi dan deselerasi. Akselerasi apabila
kepala bergerak ke suatu arah atau tidak bergerak dengan tiba-tiba suatu
gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala, maka kepala akan mendapat
percepatan (akselerasi) pada arah tersebut.
Deselerasi apabila kepala bergerak dengan cepat ke suatu arah secara
tiba-tiba dan dihentikan oleh suatu benda misalnya kepala menabrak
tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Rotasi adalah apabila
tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak sehingga membentuk sudut
terhadap gerak kepala. Kecederaan di bagian muka dikatakan fraktur
maksilofasial (Sastrodiningrat, 2009).
b. Penyebab Trauma Kepala
Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma
kepala adalah karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas
sebanyak 20%, karena disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19%
dan kekerasan sebanyak 11% dan akibat ledakan di medan perang
merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois, Rutland-Brown, &
Thomas, 2006).
Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan penyebab rawat inap
pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per 100.000 populasi.
Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala
mencatat sebanyak 7,1 per 100.000 populasi di Amerika Serikat (Coronado
& Thomas, 2007).
Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:
i.

Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan
bermotor bertabrakan dengan kenderaan yang lain atau benda lain
sehingga menyebabkan kerusakan atau kecederaan kepada pengguna

ii.

jalan raya (IRTAD, 1995).


Jatuh

Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3

Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau


meluncur ke bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika
iii.

masih di gerakan turun maupun sesudah sampai ke tanah.


Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal
atau perbuatan seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera
atau matinya orang lain, atau menyebabkan kerusakan fisik pada
barang atau orang lain (secara paksaan).

G. Indikasi CT-Scan pada Trauma Kepala


CT-Scan adalah suatu alat foto yang membuat foto suatu objek dalam
sudut 360O melalui bidang datar dalam jumlah yang tidak terbatas. Bayangan
foto akan direkonstruksi oleh komputer sehingga objek foto akan tampak
secara menyeluruh (luar dan dalam). Foto CT-Scan akan tampak sebagai
penampang-penampang melintang dari objeknya.
Dengan CT-Scan, isi kepala secara anatomis akan tampak dengan jelas.
Pada trauma kapitis, fraktur, perdarahan dan edema akan tampak dengan jelas
baik bentuk maupun ukurannya (Sastrodiningrat, 2009). Indikasi pemeriksaan
CT-scan pada kasus trauma kepala adalah seperti berikut (Irwan, 2009):
a. Bila secara klinis (penilaian GCS) didapatkan klasifikasi trauma kepala
sedang dan berat.
b. Trauma kepala ringan yang disertai fraktur tengkorak.
c. Adanya kecurigaan dan tanda terjadinya fraktur basis kranii.
d. Adanya defisit neurologi, seperti kejang dan penurunan gangguan
kesadaran.
e. Sakit kepala yang hebat.
f. Adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial atau herniasi
jaringan otak.
g. Kesulitan dalam mengeliminasi kemungkinan perdarahan intraserebral.
Perdarahan subaraknoid terbukti sebanyak 98% yang mengalami trauma
kepala jika dilakukan CT-Scan dalam waktu 48 jam paska trauma. Indikasi
untuk melakukan CT-Scan adalah jika pasien mengeluh sakit kepala akut yang
diikuti dengan kelainan neurologis seperti mual, muntah atau dengan GCS <14
(Haydel, Preston, Mills et al., 2000).

You might also like