Professional Documents
Culture Documents
04011381320070
PDU B 2013/B3
I.
Analisis Masalah
1. Dr. Thamrin, dokter di RSUD yang terletak sekitar 40 km dari Palembang. Sekitar
100 meter dari RSUD, terjadi kecelakaan alu lintas. Mobil minibus yang melaju
dengan kecepatan tinggi menabrak pohon beringin. Bagian depan mobil hancur,
kaca depan pecah. Sang sopir, sat-satunya penumpang mboil terlempar keluar
melalui kaca depan.
Dr. Thamrin yang mendengar tabrakan langsung pergi ke tempat kejadian dengan
membawa peralatan tatalaksana trauma seadanya. Di tempat kejadian, terlihat
sang supir laki-laki 30 tahun, tergeletak dan merintih, mengeluh dadanya sesak,
nyeri di dada kanan, nyeri perut dan nyeri paha kiri.
1.1.
Apa saja trauma yang mungkin terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas pada kasus? 3
Pada kasus ini kemungkinan terjadi adalah trauma biomekanika.
Trauma biomenaknika adalah ilmu yang mempelajari proses/mekanisme
kejadian kecelakaan saat sebelum, saat, dan sesudah kejadian sehingga dapat
diketahui proses kejadiannya dan dapat diprediksi kemungkinan organ tubuh
yang terkena cidera.
Kejadian mobil minibus yang menabrak pohon beringin di depannya
disebut dengan tabrakan frontal. Benturan frontal adalah benturan dengan
benda yang didepan kendaraan, secara tiba-tiba kecepatannya berkurang. Pada
kejadian ini, dengan penderita tanpa sabuk pengaman, akan terjadi beberapa
fase, yaitu:
Fase 1
Bagian bawah penderita tergeser kedepan, biasanya lutut akan menghantam
dashboard dengan keras yang menimbulkan bekas benturan pada dashboard
tersebut.
Kemungkinan trauma yang akan terjadi:
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
Fase 2
Bagian atas penderita turut tergeser kedepan sehingga dada dan atau perut
akan menghantam setir.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi:
Cedera abdomen sampai terjadinya perdarahan dalam karena terjadinya
Fase 3
Tubuh penderita akan naik, lalu kepala membentur kaca mobil bagian depan
atau bagian samping.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi:
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
Dan pada kasus ini terjadi peristiwa terlempar keluar atau ejeksi.Trauma yang
dialami dapat lebih berat bila terlempar keluar dari kendaraan.Kemungkinan
terjadinya trauma meningkat 300% jika terlempar keluar.
Kemungkinan cedera yang akan terjadi:
Multiple trauma
Trauma kepala
Trauma organ dalam
Fraktur servikal
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
Stabilisasi penderita
Pemberian oksigen
Kontrol perdarahan
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
PERSIAPAN ADMINSTRASI
Ringkasan kasus yang harus disertakan pada saat merujuk meliputi :
Riwayat penyakit,
Penilaian kondisi pasien yang dibuat saat kasus diterima leh perujuk
Keterangan yang lain yang perlu dan yang ditemukan berkaitan dengan
kondisi pasien pada saat pasien masih dalam penanganan perujuk.
Surat ini disampaikan pada petugas penerima dan ditandatangani oleh petugas
yang merujuk.
MELIBATKAN KELUARGA
Keluarga perlu tahu kondisi pasien sehingga perlu untuk dirujuk serta
menemani pasien saat dirujuk. Keluarga dapat membantu petugas dalam upaya
stabilisasi pasien dengan menjaga atau mempertahankan kondisi penderita
seperti, posisi pasien, nutrisi serta dukungan psikis. Keluarga juga dapat
menjadi donor apabila ternyata diperlukan transfusi darah sesampainya di
tempat rujukan.
PERSIAPAN KEUANGAN
Keluarga hendaknya diberitahu agar membawa dana dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan
lainya selama pasien dalam fasilitas rujukan.
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
(A,B,C,D,E)
Dokter yang merujuk menyertakan dokumen mengenai identitas
B. Transportasi
1. Syarat Transportasi Penderita
Memenuhi syarat : - Gangguan Pernapasan & CV telah ditanggulangi;
Resusitasi bila perlu
Selama tranportasi monitor:
-
Kesadaran
Pernapasan
Tekanan Darah dan Denyut nadi
leluasa
Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan infus dapat jalan
3. Kepala: terdapat luka lecet di dahi dan pelipis kanan dengan diameter 2-4 cm,
yang lain dalam batas normal
Leher: trakea bergerser ke kiri, vena jugularis distensi
Thoraks: gerakan dinding dada asimetris, kanan tertinggal, frekuensi napas:
40x/menit , tampak memar disekitar dada kanan bawah sampai kesamping
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
Auskultasi: bunyi napas kanan melemah, bising napas kiri terdengar jelas
Bunyi jantung terdengar jelas, cepat, frekuensi 110x/menit
Palpasi: nyeri tekan pada dada kanan bawah, sampai kesamping (lokasi memar),
krepitasi pada costae 9,10,11 kanan depan
Perkusi: kanan: hipersonor, kiri: sonor
Abdomen: dinding perut datar, auskultasi: bisinh usus melemah, perkusi: nyeri
ketok (+), palpasi: nyeri tekan (+), defans muscular (+)
Ekstremitas: paha kiri tampak deformitas, memar, hematom pada paha tengah kiri,
palpasi: nyeri tekan, krepitasi (tidak boleh diperiksa), ROM: pasif limitasi
gerakan, aktif limitasi gerakan.
I.1. Apa intepretasi dan bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan
kepala? 3
Luka lecet atau vulnus ekskoriatum adalah luka yang mengenai bagian
epidermis akibat bersentuhan dengan benda yang kasar/runcing. Terdiri dari
dua dimensi, panjang dan lebar.
I.2. Apa intepretasi dan bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan
leher? 3
Trakea deviasi ke kiri
Trauma dada robekan pada pleura viseralis dan dinding alveolus
membentuk suatu fistula yang mengalirkan udara ke cavitas pleura ketika
inspirasi cavum thoraks mengembang sehingga paru-paru dipaksa
mengembang sehingga tekanan intraalveolar (-) dan udara masuk udara
mengalir dari alveolus lewat fistula ke cavitas pleura (ketika inspirasi, luka
robekan terbuka tapi ketika ekspirasi, robekan menutup jalur udara sehingga
udara terjebak di cavitas pleura (one-way valve) hiperekspansi kavitas
pleura oleh meningkatnya udara trakea terdorong kearah kontralateral.
Vena jugular distensi
Trauma dada robekan pada pleura viseralis dan dinding alveolus
membentuk suatu fistula yang mengalirkan udara ke cavitas pleura ketika
inspirasi cavum thoraks mengembang sehingga paru-paru dipaksa
mengambang sehingga tekanan intraalveolar (-) dan udara masuk udara
mengalir dari alveolus lewat fistula ke cavitas pleura (ketika inspirasi, luka
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
robekan terbuka tapi ketika ekspirasi, robekan menutup jalur udara sehingga
udara terjebak di cavitas pleura (one-way valve) hiperekspansi cavitas
pleura oleh meningkatnya udara tekanan intrapleural semaking meningkat
penekanan pada pembuluh darah (dasar cavum thoraks dimasuki oleh vena
cava inferior, aorta, esophagus) penekanan pada vena cava inferior dan
superior distensi vena jugularis.
II.
Learning Issues
1. Trauma Kepala dan Leher
Trauma Kepala
Trauma kepala atau trauma kapitis merupakan suatu ruda paksa (trauma) yang
mengenai struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural
dan/atau gangguan fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Manurut
Brain Injury Association of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada
kepala, tidak bersifat kongenital ataupun degenerative, tetapi disebabkan oleh
serangan atau benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah
kesadaran yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi
fisik (Langlois, Rutland-Brown, & Thomas, 2006).
A. Karakteristik
a. Jenis kelamin
Secara keseluruhan, laki-laki dua kali lebih banyak mengalami trauma
kepala dibandingkan perempuan. Namun, pada usia yang lebih tua
perbandingannya hampir sama. Ini dapat terjadi pada usia tua disebabkan
oleh terjatuh sehingga angka mortalitas untuk laki-laki dan perempuan
terhadap trauma kepala adalah 3,4:1 (Jagger, Levine, Jane et al., 1984).
Menurut Brain Injury Association of America, laki-laki cenderung
mengalami trauma kepala 1,5 kali lebih banyak dari perempuan (CDC,
2006).
b. Umur
Risiko trauma kepala adalah usia 15-30 tahun, hal ini disebabkan karena
kelompok usia ini banyak berpengaruh dengan alcohol, narkoba, dan
kehidupan sosial yang tidak bertanggung jawab (Jagger, Levine, Jane et
al., 1984). Menurut Brain Injury Association of America, dua kelompok
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
usia yang mengalami risiko tertinggi adalah usia 0 sampai 4 tahun dan 15
sampai 19 tahun (CDC, 2006).
B. Jenis Trauma
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi/area terjadi
trauma (Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar
terdiri dari dua, yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan
terbuka. Trauma kepala tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang
masih intak atau utuh pada kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord
Organization 2009, mengatakan trauma kepala tertutup adalah apabila suatu
pukulan yang kuat pada kepala secara tiba-tiba sehingga menyebabkan
jaringan otak menekan tengkorak.
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus
sampai kepada duramater (Anderson, Heitger, & Macleod, 2006).
Kemungkinan kecederaan atau trauma adalah seperti berikut:
a. Fraktur
Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4
jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed
fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai
berikut (Duldner, 2008):
Simple: retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa
depresi, distorsi dan splintering.
Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
Compound: retak atau kehilangan kulit dan splintering pada tengkorak.
Selain retak terdapat juga hematoma subdural.
Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya
retak atau kelainan pada bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada
basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang lebih kuat dari fraktur linear
pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada 4% pasien
yang mengalami trauma kepala berat (Graham & Gennareli, 2000; Orlando
Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan
fraktur basis kranii yaitu rhinorrhea (cairan serobrospinal keluar dari
rongga hidung) dan gejala raccoons eye (penumpukan darah pada orbital
mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak sehingga menyebabkan
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
kerusakan saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi pada
fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004).
Fraktur maxsilofasial adalah retak atau kelainan pada tulang
maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang
mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada
sinus maxilari (Garg, 2004).
b. Luka memar (kontosio)
Luka memar adalah apabila terjadi kerusakan jaringan subkutan
dimana pembuluh darah (kapiler) pecah sehingga darah meresap ke
jaringan sekitarnya, kulit tidak rusak, menjadi bengkak dan berwarna
merah kebiruan. Luka memar pada otak terjadi apabila otak menekan
tengkorak. Biasanya terjadi pada ujung otak seperti pada frontal, temporal
dan oksipital. Kontusio yang besar dapat terlihat di CT-Scan atau MRI
(Magnetic Resonance Imaging) seperti luka besar. Pada kontusio dapat
terlihat suatu daerah yang mengalami pembengkakan yang di sebut edema.
Jika pembengkakan cukup besar dapat mengubah tingkat kesadaran
(Corrigan, 2004).
c. Laserasi (luka robek atau koyak)
Luka laserasi adalah luka robek tetapi disebabkan oleh benda tumpul
atau runcing. Dengan kata lain, pada luka yang disebabkan oleh benda
bermata tajam dimana lukanya akan tampak rata dan teratur. Luka robek
adalah apabila terjadi kerusakan seluruh tebal kulit dan jaringan bawah
kulit. Luka ini biasanya terjadi pada kulit yang ada tulang dibawahnya
pada proses penyembuhan dan biasanya pada penyembuhan dapat
menimbulkan jaringan parut.
d. Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial.
Luka ini bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai
pada jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak
ujung-ujung saraf yang rusak.
e. Avulsi
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
Pada proses yang lama akan terjadi penurunan reaksi pupil dan
motorik.
c. Perdarahan Subaraknoid
Perdarahan subaraknoid adalah perdarahan antara rongga otak dan
lapisan otak yaitu yang dikenal sebagai ruang subaraknoid (Ausiello,
2007).
d. Perdarahan Intraventrikular
Perdarahan intraventrikular merupakan penumpukan darah pada
ventrikel otak. Perdarahan intraventrikular selalu timbul apabila terjadi
perdarahan intraserebral.
e. Perdarahan Intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan penumpukan darah pada jaringan
otak. Dimana terjadi penumpukan darah pada sebelah otak yang sejajar
dengan hantaman, ini dikenali sebagai counter coup phenomenon.
(Hallevi, Albright, Aronowski, Barreto, 2008).
D. Tingkat Keparahan Trauma Kepala dengan Glasgow Coma Score (GCS)
Glasglow Coma Score adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien
trauma kapitis, gangguan kesadaran dinilai secara kuantitatif pada tingkat
setiap kesadaran. Bagian-bagian yang dinilai adalah:
1. Proses membuka mata (eye opening)
2. Reaksi geraka motoric ekstermitas (best motor response)
3. Reaksi bicara (best verbal response)
Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma Kepala disimpulkan dalam suatu
tabel GCS.
Tabel 1. Skala Koma Glasglow
Eye Opening
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Berdasarkan Skala Koma Glasglow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas:
1. Trauma kapitis ringan, skornya 14-15
2. Trauma kapitisi sedang, skornya 9-13
3. Trauma kapitis berat 3-8
a. Trauma Kepala Ringan
Trauma kepala ringan atau cedera kepala ringan adalah hilangnya fungsi
neurologi atau menurunnya kesadaran tanpa menyebabkan kerusakan
lainnya (Smeltzer, 2001). Cedera kepala ringan adalah trauma kepala
dengan GCS: 15 (sadar penuh) tidak kehilangan kesadaran, mengeluh
pusing dan nyeri kepala, hematoma, laserasi dan abrasi (Mansjoer, 2000).
Cedera kepala ringan adalah cedara otak karena tekanan atau terkena
benda tumpul (Bedong, 2001). Cedera kepala ringan adalah cedera kepala
tertutup yang ditandai dengan hilangnya kesadaran sementara (Corwin,
2000). Pada penelitian ini didapat kadar laktat rata-rata pada penderita
cedera kepala ringan 1,59 mmol/L (Parenrengi, 2004).
b. Trauma Kepala Sedang
Dengan Skala Koma Glasgow 9 - 12, lesi operatif dan abnormalitas dalam
CT-scan dalam 48 jam rawat inap di Rumah Sakit (Torner, Choi, Barnes,
1999). Pasien mungkin bingung atau somnolen namun tetap mampu untuk
mengikuti perintah sederhana (SKG 9-13). Pada suatu penelitian penderita
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
cedera kepala sedang mencatat bahwa kadar asam laktat rata-rata 3,15
mmol/L (Parenrengi, 2004).
c. Trauma Kepala Berat
Dengan Skala Koma Glasgow < 9 dalam 48 jam rawat inap di Rumah
Sakit (Torner C, Choi S, Barnes Y, 1999). Hampir 100% cedera kepala
berat dan 66% cedera kepala sedang menyebabkan cacat yang permanen.
Pada cedera kepala berat terjadinya cedera otak primer seringkali disertai
cedera otak sekunder apabila proses patofisiologi sekunder yang menyertai
tidak segera dicegah dan dihentikan (Parenrengi, 2004). Penelitian pada
penderita cedera kepala secara klinis dan eksperimental menunjukkan
bahwa pada cedera kepala berat dapat disertai dengan peningkatan titer
asam laktat dalam jaringan otak dan cairan serebrospinalis (CSS) ini
mencerminkan kondisi asidosis otak (DeSalles et al., 1986). Pada sebuah
penelitian, penderita cedera kepala berat akan menunjukkan kadar rata-rata
asam laktat 3,25 mmol/L (Parenrengi, 2004).
E. Gejala Klinis Trauma Kepala
Menurut Reissner (2009), gejala klinis yang ditunjukkan pada
penderita trauma kepala adalah sebagai berikut:
a. Tanda-tanda klinis yang membantu diagnosa adalah:
i. Battle sign (warna biru atau ekhimois dibelakang telinga diatas os
mastoid)
ii. Hemotipanum (perdarahan di daerah membrane timpani telinga)
iii. Periorbital ecchymosis (mata warna hitam tanpa trauma langsung)
iv. Rhinorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari hidung)
v. Otorrhoe (cairan serobrospinal keluar dari telinga)
b. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan:
i. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun selama beberapa saat
kemudian sembuh.
ii. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan.
iii. Mual atau dan muntah.
iv. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun.
v. Perubahan keperibadian diri.
vi. Letargik.
c. Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat:
i. Simptom atau tanda-tanda cardinal yang menunjukkan peningkatan di
otak menurun atau meningkat.
ii. Perubahan ukuran pupil (anisokoria).
iii. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi
pernapasan)
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3
ii.
Alia Salvira M
04011381320070
PDU B 2013/B3