Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Surfaktan adalah zat yang ditambahkan pada cairan untuk meningkatkan sifat pembasahan dengan
menurunkan tegangan permukaan air. Banyak industri menggunakan surfaktan antara lain sebagai
detergent, hair conditioner dan corrosion inhibitor. Proses pembuatan surfaktan dilakukan dengan cara
mereaksikan ampas tebu dengan larutan NaHSO3 sehingga terjadi reaksi sulfonasi lignin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan ukuran partikel dari ampas tebu dan konsentrasi larutan
NaHSO3 terhadap yield surfaktan. Filtrat yang mengandung surfaktan hasil reaksi dianalisa dengan
metode spektrofotometri UV-Visible. Dari penelitian diperoleh bahwa semakin besar konsentrasi larutan
NaHSO3 maka yield surfaktan juga semakin besar dan semakin kecil ukuran partikel ampas tebu,
surfaktan yang dihasilkan akan semakin besar. Kondisi optimum terjadi pada ukuran ampas tebu -0,63
+0,355 mm (lolos pada ayakan 0,63 mm dan tertahan pada ayakan 0,355 mm) dengan konsentrasi pelarut
Natrium Bisulfit (NaHSO3) 25 % menghasilkan yield 2,9313 %.
Kata kunci : lignin, sulfonasi, surfaktan
Abstract
Surfactants is a added substance to the liquid to improve the wetting by lowering the surface tension of
water. Many industries used surfactants such as, detergent, hair conditioner and corrosion inhibitors.
Surfactants manufacturing process done by reacting with a baggase and NaHSO 3 solution so that the
reaction occurs lignin sulfonation. This research aims to determine the influence of differences in particle
size from the baggase and concentration of aqueous solution of surfactants NaHSO 3 yield. Filtrate results
in surfactant-containing reaction analysed by the method of UV-Visible spectrophotometry. Obtained
from research that the greater the concentration of a NaHSO3 solution of surfactants are also then yield
the larger and the smaller the particle size, the baggase produced surfactants will be even greater.
Optimum conditions occur on the size of the baggase is -0.63 + 0.355 mm (undersize in 0.63 mm and
oversize in 0.355 mm) with 25% concentration of solvent Natrium Bisulfit (NaHSO 3) and the yield is
2.9313%.
Keywords : lignin, sulfonation, surfactant
1.
PENDAHULUAN
Page 49
Page 50
Surfaktan
Surfaktan (Surface Active Agent) adalah
zat seperti deterjen yang ditambahkan pada
cairan untuk meningkatkan sifat penyebaran atau
pembasahan dengan menurunkan tegangan
permukaan cairan khususnya air. Surfaktan
mempunyai struktur molekul yang terdiri dari
gugus lyophobic dan lyophilic. Gugus lyophobic
sedikit tertarik pada solven sedangkan gugus
lyophilic tertarik kuat pada solven. Beberapa
keunggulan surfaktan yang menggunakan bahan
alami (Oleokimia) adalah lebih mudah
terdegradasi, biaya produksi lebih rendah,
kebutuhan energi lebih rendah, dan bebas
kontaminan. (Othmer, 1981).
Penggolongan Surfaktan
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga
golongan, yaitu sebagai bahan pembasah
(wetting agent), bahan pengemulsi (emulsifying
agent) dan bahan pelarut (solubilizing agent).
Surfaktan dapat digolongkan menjadi dua
golongan besar, yaitu surfaktan yang larut dalam
minyak dan surfaktan yang larut dalam air.
1. Surfaktan yang larut dalam minyak
2. Surfaktan yang larut dalam pelarut air
Mekanisme Kerja Surfaktan
Surfaktan
menurunkan
tegangan
permukaan air dengan mematahkan ikatan-ikatan
hidrogen pada permukaan. Hal ini dilakukan
dengan menaruh kepala-kepala hidrofiliknya
pada permukaan air dengan ekor-ekor
hidrofobiknya terentang menjauhi permukaan
air. Surfaktan dapat membentuk misel (micelles),
suatu molekul surfaktan mengandung suatu
rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion.
Bagian hidrokarbon dari molekul surfaktan
bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non
polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan
larut dalam air. Karena adanya rantai
hidrokarbon, sebuah molekul surfaktan secara
keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air,
tetapi dengan mudah akan tersuspensi di dalam
air.
Sifat Larutan Yang Mengandung Surfaktan
Larutan surfaktan dalam air menunjukkan
perubahan sifat fisik yang mendadak pada daerah
konsentrasi yang tertentu. Perubahan yang
mendadak ini disebabkan oleh pembentukan
agregat atau penggumpalan dari beberapa
molekul surfaktan menjadi satu, yaitu pada
konsentrasi kritik misel (CMC). Dengan
terbentuknya misel sifat larutan akan berubah
secara mendadak, seperti tegangan permukaan,
viskositas, daya hantar listrik dan lain-lain (Ibnu
Hayyan, 2008).
Mekanisme Pembentukan Surfaktan
Mekanisme
terbentuknya
surfaktan
diawali dengan mekanisme terbentuknya
lignosulfonate yang terjadi melalui dua reaksi,
yaitu hidrolisis dan sulfonasi. Hidrolisis
merupakan
reaksi
pemecahan
molekul
lignin/lignosulfonat menjadi molekul yang lebih
kecil. Sulfonasi merupakan reaksi antara ion
bisulfite dengan molekul lignin. Reaksi yang
terjadi pada proses sulfonasi lignin ini termasuk
reaksi ireversibel dan bersifat endotermis. Suhu
dan pH merupakan faktor yang paling
berpengaruh
pada
reaksi
pembentukan
lignosulfonate ini. Semakin tinggi tingkat
keasamannya maka laju hidrolisis akan semakin
lignin-SO3- + H2O
Page 51
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri merupakan salah satu
metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik
secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan
pada interaksi antara materi dengan cahaya.
Peralatan
yang
digunakan
dalam
spektrofotometri
disebut
spektrofotometer.
Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya
visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang
lebih berperan adalah elektron valensi.
2. METODOLOGI
Tahapan yang dipilih dalam penelitian ini
antara lain :
1. Persiapan sampel Ampas Tebu melalui
proses grinding dan screening
2. Sulfonasi (Mereaksikan ampas tebu dengan
larutan Natrium Bisulfit (NaHSO3)
3. Filtrasi (Penyaringan hasil proses sulfonasi
antara filtrat dan residu)
4. Analisa kadar lignosulfonat dengan
menggunakan spektrofotometer UV-Vis
berdasarkan standar SNI M - 45 -1990 03
Alat
Labu leher tiga, Kondenser, Termometer,
Motor Pengaduk, Kertas pH Universal, Penangas
Minyak, Gelas kimia 500ml Gelas ukur 100 mL,
Spatula dan pengaduk, Neraca analitik, Water
Cooler, Kaca arloji, Pipet ukur dan bola karet,
Pipet
tetes,
Vibrating
Screening,
spektrofotometer UV/Vis, Corong pisah 250 ml,
Corong buchner
Bahan
Bahan-bahan terdiri atas ampas tebu, NaHSO3,
Aquadest, H2SO4 1 N, NaOH 1 N, Metilen biru,
Page 52
Keterangan :
1. Labu leher tiga
2. Motor pengaduk
3. Termometer
4. Kondenser
5. Penangas minyak
6. Saklar
7. Statif
8. Penyangga
Pembuatan Surfaktan
1) Memberikan perlakuan awal pada ampas
tebu yaitu penghalusan.
Melakukan pengayakan untuk mengambil
serbuknya yang lolos ayakan dengan
ukuran -1,4 +1 mm (lolos pada ayakan 1,4
mm dan tertahan pada ayakan 1 mm), -1
+0,63 mm (lolos pada ayakan 1 mm dan
tertahan pada ayakan 0,63 mm) dan -0,63
+0,355 mm (lolos pada ayakan 0,63 mm
dan tertahan pada ayakan 0,355 mm)
2) Selanjutnya mereaksikan serbuk ampas
tebu sebanyak 7 gram dengan larutan
Natrium Bisulfit sesuai variabel (pada
konsentrasi 5 %, 10%, 15%, 20%, 25%),
pH diatur 4 menggunakan Asam Sulfat
pekat, kemudian merebusnya pada suhu
105 oC selama 30 menit dalam reaktor labu
leher tiga.
3) Mengulangi langkah diatas untuk setiap
variabel
4) Menyaring larutan hasil reaksi sehingga
didapatkan residu dan filtrat, setelah itu
menganalisis filtrat yang mengandung
Lignosulfonat
dengan
metode
spektrofotometri UV-Visible.
Persiapan Sampel
1. Mengukur sampel sebanyak 100 mL dan
memasukkan sampel kedalam corong pisah
250 mL.
2. Menambahkan 3-5 tetes indikator pp dan
larutan NaOH 1 N tetes demi tetes kedalam
sampel sampai timbul warna merah muda,
kemudian menghilangkan warna tersebut
dengan menggunakan H2SO4 1 N tetes demi
tetes.
3. Menambahkan larutan Metilen biru sebanyak
25 mL, jika warna biru menghilang atau
menjadi pucat sekali selama ekstraksi dengan
menggunakan CHCl3, berarti kadar sulfonat
tinggi sekali, maka larutan sampel harus
diganti kemudian menyiapkan sampel baru
4. Menambahkan 10 mL CHCl3, mengocok
kuat-kuat larutan tersebut selama 30 detik
sambil membuka tutup corong pisah sesekali.
5. Membiarkan
terjadi
pemisahan
fase,
menggoyangkan
perlahan-lahan,
menambahkan sedikit Isopropil Alkohol bila
terbentuk emulsi, setelah itu mengeluarkan
lapisan bawah yang mengandung CHCl3 dan
menampungnya dalam corong pisah yang
lain.
Page 53
3.
Penelitian
dilakukan
dengan
menggunakan sampel ampas tebu dengan variasi
ukuran ampas tebu yaitu -1,4 +1 mm; -1 +0,63
mm; -0,63 +0,355 mm dan dengan variasi
konsentrasi pelarut NaHSO3 yaitu 5 %, 10 %, 15
%, 20 %, dan 25%. Hasil dari proses reaksi untuk
sampel ampas tebu memiliki variasi, sesuai
dengan hasil yang didapatkan sebagai pengaruh
perbedaan ukuran partikel ampas tebu dan
konsentrasi pelarut Natrium Bisulfit (NaHSO3)
terhadap kadar lignosulfonat dan % yield yang
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Pengaruh ukuran partikel ampas tebu dan
NaHSO3 terhadap kadar lignosulfonat
Page 54
(surfaktan).
Berikut
ini
adalah
pembentukan surfaktan lignosulfonat :
lignin-OH
+ HSO3-
reaksi
lignin-SO3- + H2O
Page 55
Page 56
4.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Adamsons, Arthur W. 1982. Physical Chemistry
of
Surface.
A
wiley-Interscience
Publication, United State of America.
Anonim.2012a. tebu. http://www wikipedia.com/
tebu (diakses 12 Januari 2012)
Anonim.2012b. Hasil Giling 57 Pabrik Gula
Capai 1,43 Juta Ton. http://suaramerdeka.
com/cybernews/ harian/ 0709/17/ nas22
.htm. Diakses Tanggal 10 januari 2012.
Anonim.2012c. lignin . http://www.lignin.org
(diakses 15 Januari 2012)
Anonim.2012d.
lignosulfonat.
lignosulfonat.org (diakses
2012)
http://www.
15 Januari
Page 57
Page 58