You are on page 1of 18

BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Kilang Minyak Bumi

Asal Minyak Bumi

Minyak mentah atau crude oil adalah cairan coklat kehijauan sampai hitam yang terutama
terdiri dari karbon dan hidrogen. Teori yang paling umum digunakan untuk menjelaskan
asal-usul minyak bumi adalah “organic source materials”. Teori ini menyatakan bahwa
minyak bumi merupakan produk perubahan secara alami dari zat-zat organik yang berasal
dari sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengendap selama ribuan sampai jutaan tahun.
Akibat dari pengaruh tekanan, temperatur, kehadiran senyawa logam dan mineral serta
letak geologis selama proses perubahan tersebut, maka minyak bumi akan mempunyai
komposisi yang berbeda di tempat yang berbeda.

Komposisi Minyak Bumi

Minyak bumi memiliki campuran senyawa hidrokarbon sebanyak 50-98% berat, sisanya
terdiri atas zat-zat organik yang mengandung belerang, oksigen, dan nitrogen serta
senyawa-senyawa anorganik seperti vanadium, nikel, natrium, besi, aluminium, kalsium, dan
magnesium. Secara umum, komposisi minyak bumi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Komposisi Elemental Minyak Bumi

Komposisi Persen
Karbon (C) 84 – 87
Hidrogen (H) 11 – 14
Sulfur (S) 0–3
Nitrogen (N) 0–1
Oksigen (O) 0–2

Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi golongan


hidrokarbon dan non-hidrokarbon serta senyawa-senyawa logam.

1. Hidrokarbon
Golongan hidrokarbon-hidrokarbon yang utama adalah parafin, olefin, naften, dan
aromat.

1.1. Parafin
Parafin adalah kelompok senyawa hidrokarbon jenuh berantai lurus (alkana),
CnH2n+2. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), n-butana (C4H10),
isobutana (2-metil propana, C4H10), isopentana (2-metilbutana, C5H12), dan
isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C8H18). Jumlah senyawa yang tergolong ke
dalam senyawa isoparafin jauh lebih banyak daripada senyawa yang tergolong n-
parafin. Tetapi, di dalam minyak bumi mentah, kadar senyawa isoparafin biasanya
lebih kecil daripada n-parafin.

1.2. Olefin
Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh, CnH2n. Contohnya etilena
(C2H4), propena (C3H6), dan butena (C4H8).

Kilang Minyak Bumi Halaman 1 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

1.3. Naftena
Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin
dengan rumus molekul CnH2n. Senyawa-senyawa kelompok naftena yang banyak
ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom
karbon. Contohnya adalah siklopentana (C5H10), metilsiklopentana (C6H12) dan
sikloheksana (C6H12). Umumnya, di dalam minyak bumi mentah, naftena
merupakan kelompok senyawa hidrokarbon yang memiliki kadar terbanyak kedua
setelah n-parafin.

1.4. Aromatik
Aromatik adalah hidrokarbon-hidrokarbon tak jenuh yang berintikan atom-atom
karbon yang membentuk cincin benzen (C6H6). Contohnya benzen (C6H6),
metilbenzen (C7H8), dan naftalena (C10H8). Minyak bumi dari Sumatera dan
Kalimantan umumnya memiliki kadar aromat yang relatif besar.

2. Non Hidrokarbon
Selain senyawa-senyawa yang tersusun dari atom-atom karbon dan hidrogen, di dalam
minyak bumi ditemukan juga senyawa non hidrokarbon seperti belerang, nitrogen,
oksigen, vanadium, nikel dan natrium yang terikat pada rantai atau cincin hidrokarbon.
Unsur-unsur tersebut umumnya tidak dikehendaki berada di dalam produk-produk
pengilangan minyak bumi, sehingga keberadaannya akan sangat mempengaruhi
langkah-langkah pengolahan yang dilakukan terhadap suatu minyak bumi.

2.1. Belerang
Belerang terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H2S), belerang bebas (S),
merkaptan (R-SH, dengan R=gugus alkil), sulfida (R-S-R’), disulfida (R-S-S-R’) dan
tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa belerang tidak dikehendaki karena :
a. menimbulkan bau tidak sedap dan sifat korosif pada produk pengolahan.
b. mengurangi efektivitas zat-zat bubuhan pada produk pengolahan.
c. meracuni katalis-katalis perengkahan.
d. menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar minyak,
senyawa belerang teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang membahayakan
lingkungan, yaitu SO2 dan SO3).

2.2. Nitrogen
Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat yang bersifat basa seperti 3-
metilpiridin (C6H7N) dan kuinolin (C9H7N) serta zat-zat yang tidak bersifat basa
seperti pirol (C4H5N), indol (C8H7N) dan karbazol (C12H9N). Senyawa-senyawa
nitrogen dapat mengganggu kelancaran pemrosesan katalitik yang jika sampai
terbawa ke dalam produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna,
serta sifat penuaan produk tersebut.

2.3. Oksigen
Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat
(2,2,6-trimetilsikloheksankarboksilat, C10H18O2) dan asam-asam lemak (alkanoat),
gugus hidroksi fenolik dan gugus keton. Senyawa oksigen tidak menyebabkan
masalah serius seperti halnya senyawa belerang dan senyawa nitrogen pada
proses-proses katalitik.

3. Senyawa logam
Minyak bumi biasanya mengandung 0,001-0,05% berat logam. Kandungan logam yang
biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel dan natrium. Logam-logam ini terdapat
Kilang Minyak Bumi Halaman 2 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk
senyawa organometal yang larut dalam minyak. Vanadium dan nikel merupakan racun
bagi katalis-katalis pengolahan minyak bumi dan dapat menimbulkan masalah jika
terbawa ke dalam produk pengolahan.

Karakterisasi Minyak Bumi

Minyak bumi merupakan campuran yang sangat kompleks dari hidrokarbon-hidrokarbon


penyusunnya. Oleh karena itu, analisis kadar senyawa-senyawa penyusunnya yang bukan
saja amat sulit dilakukan, juga kurang berguna dalam praktek. Analisis elemental yang
menentukan kadar-kadar unsur karbon, hidrogen, belerang, nitrogen, oksigen dan logam-
logam juga tidak memberi gambaran mengenai karakter dan sifat minyak bumi yang
dihadapi. Padahal, dalam merancang proses pengolahan minyak bumi mentah, informasi-
informasi tersebut sangat dibutuhkan. Mengingat hal itu, orang mulai mengembangkan
metode-metode semi empirik untuk mengkarakterisasi minyak bumi berdasarkan hasil-hasil
pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia yang mudah ditentukan.

1. Berat jenis
Berat jenis minyak bumi umumnya dinyatakan dalam satuan oAPI, yang didefinisikan
sebagai berikut :

141,5
O
API = − 131,5
s

dengan s = berat jenis 60/60 = densitas minyak pada 60 oF (15,6 oC) dibagi dengan
densitas air pada 60 oF. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa oAPI akan semakin
besar jika berat jenis minyak makin kecil. Berat jenis (specific gravity) kadang-kadang
digunakan sebagai ukuran kasar untuk membedakan minyak mentah, karena minyak
mentah dengan berat jenis rendah biasanya adalah parafinik. Perkiraan jenis minyak
bumi ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 2. Perkiraan Jenis Minyak Bumi Berdasarkan OAPI

o
Jenis minyak bumi Specific gravity (s) API
Ringan 0,830 39
Medium ringan 0,830-0,850 39-35
Medium berat 0,850-0,865 35-32,1
Berat 0,965-0,905 32,1-24
Sangat berat 0,905 24,8

2. Pour point
Pour point atau titik tuang adalah harga temperatur yang menyebabkan minyak bumi
yang didinginkan mengalami perubahan sifat dari bisa menjadi tidak bisa dituangkan
atau sebaliknya. Makin rendah titik tuang, berarti kadar parafin makin rendah sedangkan
kadar aromatnya makin tinggi.

3. Distilasi/Rentang pendidihan
Pengukuran rentang pendidihan menghasilkan petunjuk tentang kualitas dan kuantitas
berbagai fraksi yang terdapat dalam minyak bumi. Pengujian rentang pendidihan yang
lazim dilakukan di laboratorium-laboratorium karakterisasi minyak bumi antara lain

Kilang Minyak Bumi Halaman 3 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

distilasi ASTM atau distilasi Engler (distilasi sederhana), distilasi Hempel, dan distilasi
TBP (True Boiling Point).

Salah satu penggunaan terpenting hasil pengukuran berat jenis dan rentang pendidihan
suatu minyak bumi adalah untuk menentukan faktor karakterisasi Watson atau UOP
(Universal Oil Products Co.) dan index korelasi (CI) USBM (United States Bureau of
Mines).

Faktor karakterisasi Watson


Faktor karakterisasi Watson atau K-UOP didefinisikan sebagai :

3 TB
K = 1,216
s
dengan :
TB = titik didih rata − rata min yak bumi, K
s = berat jenis 60 / 60 min yak bumi

Klasifikasi berdasarkan K-UOP sebagai berikut :

Tabel 3. Perkiraan Tipe Minyak Bumi Berdasarkan K-UOP

K Tipe minyak bumi


12,5-13 Parafinik
11-12 Naftenik
9,8-11,8 Aromatik

Index korelasi USBM


Indeks korelasi ini didasarkan pada pengamatan bahwa n-parafin memiliki nilai CI=0 dan
CI=100 untuk benzen. CI didefinisikan sebagai :

48640
CI = + 473,7 s − 456,8
TB

Tabel 4. Perkiraan Tipe Minyak Bumi Berdasarkan Indeks Korelasi USBM

CI Tipe minyak bumi


10 Ultra parafinik
30 Parafinik
30-40 Naftenik
40-60 Aromatik

Produk-produk Utama yang Bisa Diperoleh

1. Gas-gas hidrokarbon ringan

Komponen-komponennya adalah senyawa-senyawa parafinik dengan titik didih normal <


30 oC dan pada tekanan atmosfer berwujud gas, yaitu metana (CH4), etana (C2H6),
propana (C3H8), isobutana (i-C4H10) dan n-butana (n-C4H10). Gas-gas tersebut lazim

Kilang Minyak Bumi Halaman 4 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

disebut sebagai gas kilang. Propana dan butana biasanya dipisahkan dari gas kilang dan
dicairkan untuk dijual sebagai LPG (Liquefied Petroleum Gases). LPG digunakan sebagai
bahan bakar rumah tangga atau sebagai bahan bakar motor yang telah disesuaikan
penggunaannya.

Pemisahan komponen gas kilang berupa campuran etana, propana dan butana
digunakan sebagai bahan mentah pembuatan olefin dalam proses perengkahan kukus
(steam cracking).

Hidrokarbon C 2+ ⎯steam
⎯⎯ ⎯⎯→ olefin + hidrogen
cracking

dengan C 2+ berarti hidrokarbon beratom 2 buah atau lebih.

Selain itu, gas kilang dapat dimanfaatkan langsung tanpa mengalami proses pemisahan
sebagai :
a. bahan mentah dalam reformasi kukus (steam reforming) untuk pembuatan gas
sintesis (campuran CO dan H2)
C n H m + nH 2 O → nCO + (n + m / 2) H 2
b. dijadikan bahan bakar untuk ketel-ketel kukus, turbin-turbin gas, dan tungku-tungku
pemanas di dalam kilang.

2. Bensin (gasolin)

Mulanya bensin adalah produk utama dalam industri minyak bumi yang merupakan
campuran kompleks dari ratusan hidrokarbon dan memiliki rentang pendidihan antara
30-200 oC. Bensin adalah bahan bakar mesin siklus Otto yang banyak digunakan sebagai
bahan bakar alat transportasi darat (mobil). Kinerja yang dikehendaki dari bensin adalah
anti knocking. Knocking adalah peledakan campuran (uap bensin dengan udara) di
dalam silinder mesin dengan siklus Otto sebelum busi menyala. Peristiwa knocking ini
sangat mengurangi daya mesin. Hidrokarbon rantai lurus cenderung membangkitkan
knocking. Sementara, hidrokarbon bercabang, siklik maupun aromatik cenderung
bersifat anti knocking. Tolok ukur kualitas anti knocking sering disebut sebagai bilangan
oktan (octane number). Skalanya didasarkan kepada n-heptana memiliki bilangan oktan
nol dan isooktana memiliki bilangan oktan seratus. Bensin dikatakan memiliki bilangan
oktan X, dengan 0 < X > 100, jika kualitas pembakaran bensin tersebut setara dengan
kualitas pembakaran campuran X% volum isooktan dan (100-X)% volum n-heptana.
Untuk skala bilangan oktan yang lebih besar dari 100 dirumuskan sebagai :

PN − 100
Bilangan Ok tan = 100 +
3
dengan
daya mesin yang dihasilkan bensin
PN ( Performance Number ) = 100 ×
daya mesin yang dihasilkan isook tan

Dalam pengujiannya, terdapat dua jenis bilangan oktan yaitu bilangan oktan riset RON
(Research Octane Number) dan bilangan oktan motor MON (Motor Octane Number).
RON diukur pada kondisi pengujian yang mewakili kondisi di dalam kota, kecepatan
rendah dan frekuensi percepatan/perlambatan tinggi. Sedangkan MON diukur pada
kondisi pengujian yang mewakili kondisi di jalan raya bebas hambatan, kecepatan tinggi
dan frekuensi percepatan/perlambatan rendah. Bilangan oktan yang diumumkan adalah
rata-rata aritmatik kedua bilangan oktan tersebut yang kemudian disebut sebagai PON
Kilang Minyak Bumi Halaman 5 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

(Posted Octane Number). Senyawa aromatik dan parafin bercabang mempunyai angka
oktan paling tinggi, sedangkan n-parafin memiliki biilangan oktan yang paling rendah.
Naftenik, olefin dan parafin bercabang sedikit memiliki bilangan oktan yang sedang.
Kenaikan panjang rantai hidrokarbon parafin menurunkan angka oktan.

Penambahan senyawa-senyawa organik logam berat dapat meningkatkan bilangan oktan


bensin. Senyawa yang paling efektif dalam meningkatkan bilangan oktan adalah TEL
(Tetra Ethyl Lead, Pb(C2H5)4). Senyawa ini larut dalam bensin dan dapat mengakibatkan
kenaikan yang besar pada bilangan oktan bensin yang ditambahkan. Kenaikan bilangan
oktan karena penambahan TEL semakin kecil jika bilangan oktan semula semakin besar.
Tetapi, penambahan TEL atau senyawa-senyawa logam berat lainnya dapat mencemari
atmosfir dan menjadi racun bagi orang yang menghirupnya, maka digunakanlah
senyawa-senyawa pengganti logam berat tersebut yaitu senyawa alkohol dan eter
seperti metanol (CH3OH), etanol (C2H5OH), Metil Tersier Butil Eter (MTBE), Etil Tersier
Butil Eter (ETBE) dan Tersier Amil Metil Eter (TAME). Aditif yang berasal dari eter
memiliki afinitas terhadap air yang lebih kecil daripada aditif yang berasal dari alkohol.
Bensin yang dicampuri eter lebih tidak menarik air dari udara bebas (adanya air akan
merusak mutu bensin).

3. Kerosin, bahan bakar pesawat jet, dan minyak diesel

Ketiga kelompok ini memiliki rentang pendidihan yang mirip. Kerosin disebut juga
dengan minyak tanah dan digunakan sebagai bahan bakar rumah tangga. Rentang
pendidihannya antara 175-275 oC. Tolok ukur kualitas ketiga kelompok ini adalah “smoke
point”. Smoke point adalah titik nyala tertinggi (dalam mm) yang dapat dihasilkan tanpa
membangkitkan asap. Semakin tinggi kadar senyawa aromat dalam minyak bumi
tersebut, maka smoke point-nya pun semakin rendah. Tolok ukur lainnya adalah “flash
point” yang merupakan temperatur terendah yang membuat uap minyak bumi mulai
meletup jika disodori api kecil. Kerosin yang bagus memiliki smoke point 17 dan flash
point > 40 oC.

Bahan bakar pesawat jet dibedakan untuk kebutuhan sipil dan militer. Untuk keperluan
sipil, rentang pendidihannya 175-290 oC, kadar aromat maksimum 20% volum, dan flash
point >40 oC. Sedangkan untuk keperluan militer rentang pendidihannya 65-290 oC
dengan kadar aromat maksimum 25% volum.

Minyak diesel adalah bahan bakar untuk mesin siklus diesel. Mesin dengan siklus diesel
tidak menggunakan busi, tetapi menggunakan penyalaan mandiri minyak diesel panas
ke dalam silinder berisi udara bertekanan tinggi. Oleh karena itu, minyak diesel
diharapkan memiliki kecenderungan untuk menyala sendiri. Tolok ukurnya adalah
bilangan setan (cetane number). Minyak diesel memiliki bilangan setan X jika performa
minyak diesel tersebut memiliki kualitas yang setara dengan campuran X% volume n-
heksadekan (n-C16H34) dan (100-X)% volume α-metil naftalena (C10H7CH3). Minyak diesel
untuk kenderaan otomotif biasa disebut solar dengan rentang pendidihan 175-340 oC
dengan bilangan setan > 50. Sedangkan minyak diesel untuk kereta api memiliki
bilangan setan 40 s/d 45 dengan rentang pendidihan 180-370 oC.

4. Minyak bakar

Minyak bakar terbagi atas lima jenis, yaitu minyak bakar no. 1, no. 2, no. 4, no. 5 dan
no. 6. Minyak bakar no. 1 sangat mirip kerosin tetapi memiliki titik tuang dan titik akhir
rentang pendidihan yang lebih tinggi. Minyak bakar no. 2 (IDO=Industrial Diesel Oil)
Kilang Minyak Bumi Halaman 6 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

sangat mirip dengan minyak diesel otomotif. Minyak bakar no. 1 dan no. 2 serta kerosin,
bahan bakar pesawat jet dan minyak diesel biasa disebut sebagai BBM distilat (distillate
fuels). Minyak bakar no. 4, no. 5 dan no. 6 disebut BBM residu karena berasal dari sisa
distilasi minyak bumi mentah pada tekanan atmosferik. Minyak bakar no. 4 adalah yang
paling ringan di antara ketiganya dan memiliki titik tuang -7 oC. Minyak bakar no. 5
masih berupa fluida pada temperatur di atas 10 oC sedangkan minyak bakar no. 6 harus
dipanaskan terlebih dahulu untuk bisa mengalir. Makin besar nomor minyak bakar,
makin tinggi nilai kalornya.

5. Produk-produk lain

Produk-produk lainnya seperti minyak pelumas, petroleum waxes (lilin), petroleum


greases (gemuk), aspal dan kokas.

Konsep-konsep Pengolahan di dalam Kilang

Pengolahan minyak bumi didasarkan kepada kebutuhan masyarakat akan produk-produk


yang dihasilkan dari pengolahan minyak bumi. Volume permintaan terhadap bensin dan BBM
lainnya (dari bensin sampai minyak bakar) sangatlah besar. Sedangkan kebutuhan akan
produk-produk lainnya seperti minyak pelumas, lilin, gemuk, dan kokas relatif kecil. Oleh
karena itu, konsep utama pengolahan minyak bumi mentah didasarkan untuk menyediakan
BBM secara umum dan memaksimumkan produksi BBM tertentu yang paling dibutuhkan
oleh masyarakat sebagai konsumen.

Minyak mentah dapat dipisahkan dengan proses distilasi menghasilkan berbagai fraksi yang
berbeda rentang pendidihannya. Pelaksanaan distilasi pada tekanan atmosfer menghasilkan
fraksi-fraksi minyak bumi yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Karakteristik Produk Distilasi Atmosferik Minyak Bumi Mentah

Rentang Pendidihan
No. (oC) Rentang kasar atom C n-parafin Nama fraksi/produk
ASTM TBP
1 <30 <30 C1 - C4 Gas kilang
2 30-100 30-90 C4 - C7 Nafta ringan (straight
run gasoline)
3 80-200 85-190 C7 - C11 Nafta
4 165-280 190-270 C10 - C16 Kerosin
5 215-340 270-320 C12 - C19 Minyak gas ringan (light
gas oil)
6 290-440 320-430 C16 - C28 Minyak gas atmosferik
(heavy gas oil)
7 >400 >430 > C25 Residu (topped crude)

Residu yang diperoleh akan rusak (terurai) jika terus didistilasi pada tekanan atmosferik
dengan temperatur yang lebih tinggi lagi. Oleh karena itu, residu ini didistilasi lagi pada
tekanan vakum sehingga menghasilkan fraksi-fraksi berikut :

Kilang Minyak Bumi Halaman 7 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Tabel 6. Karakteristik Produk Distilasi Vakum Minyak Residu

Rentang pendidihan
normal (perkiraan),
No. o Rentang kasar atom C n-parafin Nama fraksi/produk
C
ASTM TBP
1 400-570 430-570 C25-C50 Minyak gas vakum
2 >540 >570 >C45 Minyak residu vakum

Fraksi-fraksi yang diperoleh dengan distilasi minyak mentah umumnya memiliki dua
kelemahan yaitu :
a. Distribusi kuantitas fraksi-fraksi yang diinginkan tidak sesuai dengan kebutuhan
pasar. Contohnya volume total fraksi-fraksi ringan (bensin, nafta, kerosin dan minyak
gas ringan) biasanya lebih kecil daripada volume total campuran minyak gas
atmosferik dan residu, padahal kebutuhan pasar akan bensin dan BBM distilat jauh
lebih besar daripada BBM residu.
b. Kualitas fraksi-fraksi tersebut sangat rendah dibandingkan dengan kualitas yang
disyaratkan oleh pasar. Contohnya bilangan oktan straight run gasoline yang
diperoleh langsung dari proses distilasi berkisar 67-70, sedangkan bilangan oktan
yang disyaratkan pasar minimal 87 (premium).

Oleh karena itu, fraksi-fraksi yang diperoleh dari distilasi tersebut perlu dilakukan
pengolahan lebih lanjut untuk memaksimalkan perolehan produk-produk yang diinginkan
pasar. Proses-proses pengolahan yang umum dilakukan adalah sebagai berikut :
a. fraksi-fraksi yang terdiri atas hidrokarbon-hidrokarbon dengan molekul besar (jumlah
atom C banyak) direngkahkan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil dan
mendidih pada rentang pendidihan yang dikehendaki. Proses ini disebut
perengkahan (cracking) dan umumnya dilakukan pada minyak gas serta residu.
b. fraksi-fraksi yang sudah memiliki jumlah atom C yang sesuai, tetapi kualitasnya
masih rendah, dibentuk ulang sehingga memiliki struktur yang berbeda seperti
menjadi bercabang, siklik atau aromatik. Proses ini disebut reformasi (reforming) jika
berat molekulnya berbeda sedikit dari berat molekul semula. Dan jika hanya
mengalami perubahan struktur tanpa mengalami perubahan berat molekul, maka
prosesnya disebut isomerisasi.
c. molekul-molekul hidrokarbon yang terlalu kecil dirangkaikan dengan molekul-molekul
lainnya menjadi hidrokarbon bermolekul besar dan mendidih pada rentang yang
diinginkan. Jika senyawa-senyawa yang dirangkaikan adalah senyawa-senyawa yang
sama maka prosesnya disebut polimerisasi (meskipun yang terjadi di dalam kilang
hanyalah dimerisasi, trimerisasi dan oligomerisasi). Jika yang dirangkaikan adalah
senyawa alkana dengan molekul hidrokarbon tak jenuh, prosesnya disebut dengan
alkilasi.
d. produk-produk dari konversi kimia di atas beserta produk distilasi minyak mentahnya
dimurnikan untuk menghilangkan zat-zat yang tidak dikehendaki, memperbaiki
warna, meningkatkan kejernihan dan diramu menjadi produk-produk yang kualitas
maupun kuantitasnya sesuai dengan permintaan pasar.

Konfigurasi Kilang

Langkah-langkah pemrosesan minyak bumi (konfigurasi kilang) bergantung kepada jenis


minyak bumi mentah yang akan diolah serta jenis BBM yang akan dihasilkan dan dijual ke

Kilang Minyak Bumi Halaman 8 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

masyarakat. Perbedaan jenis minyak mentah dan jenis BBM yang akan dihasilkan akan
memberikan konfigurasi kilang yang berbeda.

Gambar berikut menunjukkan konfigurasi kilang minyak yang memaksimumkan produksi


minyak bakar distilat dan minyak bakar residu yang dikenal sebagai kilang tipe “skimming”.

Gambar 1. Kilang Minyak Bumi Tipe Skimming

Minyak bumi yang diolah diandaikan memiliki kadar belerang tinggi. Minyak mentah
didistilasi pada tekanan atmosferik untuk menghasilkan gas dan straight run gasoline
sebagai distilat ringan. Nafta, kerosin dan minyak gas sebagai distilat menengah dan minyak
residu sebagai topped crude atau produk bawah yang langsung dipasarkan sebagai minyak
bakar berat. Proses penghilangan belerang tergantung kepada reaktivitas senyawa belerang
yang dikandung masing-masing fraksi. Gas biasanya mengandung senyawa belerang yang
paling ringan dan reaktif yaitu gas hidrogen sulfida (H2S), yang bisa dihilangkan dengan
absorbsi oleh cairan yang bersifat basa seperti monoetanolamina (MEA, HO-C2H4-NH2) atau
dietanolamina (DEA, (HO-C2H4)2NH). Setelah dibersihkan, gas tersebut didistilasi untuk
menghasilkan gas kilang dan LPG.

H2S yang diserap pelarut dilucuti dan dikirim ke pabrik Claus, yaitu pabrik yang mengubah
H2S menjadi belerang murni via reaksi :

H 2 S + 1 1 O2 → SO2 + H 2 O
2
SO2 + 2 H 2 S → 3S + 2 H 2 O

Kilang Minyak Bumi Halaman 9 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Belerang cair yang terbentuk kemudian dibekukan dan dijual dalam bentuk padatan.
Senyawa belerang yang terkandung dalam straight run gasoline biasanya adalah kelompok
merkaptan (R-SH) dan proses peghilangan senyawa merkaptan ini disebut proses
sweetening. Proses sweetening yang paling banyak digunakan saat ini adalah proses MEROX
(Mercaptan Oxidation). Senyawa merkaptan diekstraksi dari bensin dengan larutan basa
kuat, cairan ekstraknya dioksidasi dengan udara menjadi senyawa disulfida yang, karena
tidak larut dalam air, akan memisah kembali dalam bentuk minyak. Bensin straight run
gasoline yang sudah tidak mengandung merkaptan, dikirim ke unit peramuan produk BBM.

Senyawa belerang yang terdapat di dalam distilat menengah umumnya kurang reaktif
seperti tiofen, fenil merkaptan dan disulfida. Oleh karena itu, proses penghilangan senyawa-
senyawa ini memerlukan proses yang berkondisi lebih berat seperti hidrogenasi katalitik
pada temperatur 320-420 oC pada tekanan 25-70 bar. Katalis padat yang digunakan adalah
senyawa kobalt molibdat. Pada proses hidrodesulfurisasi ini, senyawa-senyawa tersebut
dikonversi menjadi H2S dan hidrokarbon jenuh. H2S yang terbentuk akan terencerkan oleh
hidrokarbon ringan produk samping yang, karena berwujud gas, dapat berpisah langsung
dari cairan distilat menengah yang diolah dan bisa langsung dikirim ke unit penghilangan
H2S.

Kerosin dan minyak gas yang sudah didesulfurisasi dikirim ke unit pengolahan lain
(peramuan), sedangkan nafta (fraksi minyak bumi yang memiliki rentang titik didih antara
bensin dan kerosin) direformasi menjadi bensin beroktan tinggi yang disebut bensin
reformat. Proses reformasi ini menghasilkan produk samping gas H2 yang berguna untuk
keperluan proses penghilangan belerang di unit hidrodesulfurisasi.

Dalam unit peramuan, berbagai komponen BBM mulai dari butana sampai minyak gas
dicampur-campur dan ditambahkan berbagai aditif untuk menyempurnakan kualitasnya
menjadi BBM yang memenuhi standar kualifikasi pasar.

Kuantitas minyak residu atmosferik umumnya selalu di atas 30% volume dari minyak
mentah. Sehingga untuk memaksimumkan perolehan produk yang lebih ringan, fraksi-fraksi
berat harus diubah menjadi fraksi-fraksi yang lebih ringan dengan cara perengkahan.

Perbedaan utama skema pengolahan kilang minyak BBM motor dengan kilang tipe skimming
adalah dilangsungkannya proses distilasi vakum terhadap minyak residu atmosferik. Proses
ini menghasilkan minyak gas vakum ringan (LVGO, Light Vaccuum Gas Oil) untuk bahan
campuran solar dan minyak bakar distilat serta minyak gas vakum berat (HVGO, Heavy
Vacuum Gas Oil) untuk dikonversi menjadi bensin rengkahan, minyak gas rengkahan dan
gas hidrokarbon ringan dalam proses perengkahan katalitik (catalytic cracking). Produk
bawah distilasi vakum bisa dijadikan komponen minyak bakar berat atau diolah menjadi
aspal.

Jika produk yang hendak diambil bukan minyak bakar melainkan BBM motor, maka
konfigurasi kilang minyak yang cocok digambarkan sebagai berikut :

Kilang Minyak Bumi Halaman 10 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Gambar 2. Konfigurasi Kilang Minyak Tipe BBM Motor

Proses Pemisahan

Gambar di bawah ini menunjukkan diagram alir sederhana pabrik distilasi atmosferik.

Gambar 3. Diagram Alir Sederhana Distilasi Atmosferik


Kilang Minyak Bumi Halaman 11 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Minyak mentah umpan masih mengandung kotoran garam dan pasir sehingga perlu
dibersihkan terlebih dahulu karena kehadiran zat-zat ini dapat mempercepat laju korosi
bahan konstruksi unit pengolahan, menyebabkan pengendapan kerak serta penyumbatan
pada peralatan kilang. Pengolahan awal yang dilakukan adalah desalting atau pemisahan
garam. Minyak bumi mentah dipompa dan dipanaskan lalu dicampur dengan air sebanyak 3-
10% volume minyak mentah pada temperatur 90-150 oC. Garam-garam akan larut dan fasa
air dan minyak akan memisah dalam tangki desalter.

Minyak mentah yang tidak mengandung garam dan padatan tersebut dipanaskan lagi
dengan minyak residu panas lalu heater sebelum diumpankan ke kolom distilasi atmosferik.
Produk atas kolom distilasi utama (gas kilang dan straight run gasoline) ini umumnya masih
perlu distabilkan agar tidak terlalu banyak mengandung hidrokarbon-hidrokarbon yang
sangat mudah menguap seperti butana di dalam kolom distilasi lain yang disebut kolom
stabilisasi. Produk samping dan bawah yang berupa cairan dilucuti oleh kukus dan diuapkan
lagi untuk menyempitkan rentang titik didihnya. Pelucutan ini diselenggarakan dalam kolom-
kolom pelucut kecil yang disusun setelah kolom distilasi utama.

Minyak residu atmosferik biasanya dikeluarkan dari bagian bawah kolom distilasi utama
pada temperatur 350-400 oC. Ini adalah batas temperatur tertinggi yang bisa dialami minyak
tanpa mengalami degradasi. Agar dapat dipisahkan menjadi fraksi-fraksi utuh tanpa
mengalami degradasi, distilasi selanjutnya dilaksanakan pada tekanan vakum (lebih rendah
dari tekanan atmosferik, 30-50 mmHg).

Produk atas kolom distilasi vakum adalah minyak gas vakum ringan (LVGO) untuk bahan
campuran peramuan minyak bakar distilat. Produk sampingnya adalah minyak gas vakum
berat (HVGO) yang digunakan sebagai umpan perengkahan katalitik atau dijadikan bahan
mentah pembuatan minyak pelumas. Produk bawah disebut minyak residu vakum dan
umumnya dijadikan bahan baku pembuatan aspal.

Gambar 4. Diagram Alir Sederhana Distilasi Vakum

Kilang Minyak Bumi Halaman 12 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Proses pemisahan lainnya yang umum digunakan dalam pengolahan minyak bumi adalah
sebagai berikut :

1. Ekstraksi
Awalnya, ekstraksi digunakan untuk meningkatkan kualitas kerosin, akan tetapi pada
perkembangannya proses ini lebih banyak digunakan untuk meningkatkan kualitas
minyak pelumas. Minyak pelumas digunakan untuk melapisi dua permukaan keras yang
bergesekan untuk memperkecil kerusakan dan kehilangan energi. Bahan baku minyak
mentah adalah fraksi minyak mentah dengan titik didih di atas 500 oC. Dalam fraksi
tersebut juga terdapat lilin, aspal dan senyawa polisiklis yang jika berada dalam jumlah
yang cukup dapat mengganggu sehingga harus dihilangkan. Penghilangan zat-zat
tersebut dilakukan dengan dewaxing, prophane deasphalting dan fulfural extraction.

2. Dewaxing
Pada proses ini, minyak didinginkan (chilled) untuk mengkristalkan lilin. Pemisahan lilin
dari minyak dilakukan dengan penyaringan dan pengendapan. Proses yang lain adalah
dengan menggunakan pelarut selektif yang dapat melarutkan stok minyak dan menolak
lilin. Senyawa yang sering digunakan untuk melakukan proses ini adalah metil etil keton,
propan atau urea.

3. Propane deasphalting
Propan dapat melarutkan minyak pelumas dengan baik. Pada proses ini, kenaikan
temperatur akan mengurangi kemampuan melarutkan tetapi selektivitasnya bertambah.

4. Fulfural extraction
Hidrokarbon polisiklik dalam minyak pelumas tidak dikehendaki karena memiliki indeks
viskositas yang rendah. Oleh karena itu, senyawa polisiklik ini dihilangkan dengan proses
ekstraksi menggunakan fulfural. Fulfural stabil, tidak beracun, relatif murah dan mudah
didapat dan selektif pada temperatur tinggi. Oleh karena selektivitas fulfural rusak
karena keberadaan air, maka dalam sirkulasi pelarut harus dilakukan dehidrasi.

Proses dekomposisi molekul

Perengkahan adalah reaksi pemecahan senyawa hidrokarbon molekul besar pada


temperatur tinggi menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Hidrokarbon akan merengkah
jika dipanaskan jika temperaturnya melebihi 350-400 oC dengan atau tanpa bantuan katalis.
Parafin adalah hidrokarbon yang paling mudah merengkah, disusul dengan senyawa-
senyawa naftena. Sedangkan senyawa aromatik sangat sukar merengkah. Proses
perengkahan yang terjadi hanya karena pemanasan dinamakan perengkahan termal
(thermal cracking). Sedangkan proses perengkahan yang terjadi dengan bantuan katalis
disebut perengkahan katalitik (catalytic cracking).

1. Perengkahan termal

Perengkahan termal dilakukan untuk mendapatkan nafta dari fraksi vakum gas oil atau
residu. Gasoline yang dihasilkan memberikan angka oktan yang lebih tinggi daripada
gasoline hasil distilasi awal. Perengkahan termal yang masih dilakukan adalah
visbreaking dan coking. Visbreaking bertujuan untuk menurunkan viskositas dan pour
point umpan minyak dan bahan bakar minyak. Stok umpan yang digunakan pada
umumnya adalah residu yang dihasilkan dari destilasi vakum. Coking dilakukan untuk
menghasilkan kokas (coke). Beberapa proses coking adalah fluid coking, delayed coking,
Kilang Minyak Bumi Halaman 13 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra
BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

decarbonizing dan lain-lain. Proses yang terjadi dalam delayed coking adalah thermal
cracking dan polimerisasi. Pada thermal cracking terjadi reaksi kimia sebagai berikut :

C10 H 22 → C8 H17 • + C2 H 5•

Radikal bebas ini tidak stabil dan sangat reaktif sehingga membentuk olefin–olefin
dengan hidrokarbon lain. Reaksi radikal bebas berakhir jika dua radikal bebas
bergabung.

2. Perengkahan katalis

Perengkahan katalis terdiri dari dua jenis reaksi, yaitu perengkahan aromatik dan reaksi
perpindahan hidrogen dan pembentukan kokas. Pada perengkahan aromatik, cincin
aromatik stabil pada kondisi perengkahan katalis, tetapi rantai panjang alkil reaktif.
Kemudahan perengkahan alkil aromatik bertambah dengan kenaikan panjang rantai
alkil.

CH3
CH3 CH2 CH2 CH3
+ CH3 CH CH2

CH3

CH3 CH CH2 CH3 CH3 CH3 CH CH


+ CH3

Produk parafinik hasil perengkahan katalis bercabang lebih banyak dari yang
diperkirakan. Penjelasan atas hal tersebut diberikan dari reaksi hidrogen transfer seperti
berikut :

n − o le fin + d e c a lin → n − p a r a fin + te tr a lin


c c
i − o le fin + d e c a lin → i − p a r a fin + te tr a lin

Karena reaksi isomerisasi olefin dan hidrogen transfer antara i-olefin dan decalin jauh
lebih cepat dari pada reaksi lain, maka i-parafin dihasilkan lebih cepat dari parafin.

Berlawanan dengan perengkahan termis yang terjadi karena adanya reaksi rantai dari
radikal bebas, produk reaksi antara yang terdapat dalam perengkahan katalis adalah
fragmen-fragmen bermuatan positif yang disebut ion karbonium. Ion karbonium berbeda
dengan radikal bebas karena mengandung elektron minus satu. Tipe reaksinya sebagai
berikut :

Kilang Minyak Bumi Halaman 14 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

CH3 CH CH2 + H+ CH3 CH+ CH3

C 3H 7+
+ CH 3
CH2 (CH2)n CH3 C 3H 8 + CH 3
CH+ (CH2)n CH3

+ R
R
C 3H 7+ + C 3H 8 +

Oleh karena reaksi pertukaran ini, parafin dan naftenik menjadi reaktif.

Katalis yang digunakan adalah katalis padat yang bersifat asam dengan porositas tinggi
dan tahan abrasi maupun perubahan temperatur. Bahan katalis terdiri dari silika dan
alumina. Semakin banyak umpan, semakin tinggi hasil gasolin yang diperoleh. Sebagai
contoh, suatu Fluid Catalytic Cracking Unit (FCCU) merengkah hidrokarbon MVGO dan
HVGO menjadi produk-produk berupa gas ringan, LPG, nafta dan Light Cycle Oil (LCO).

Suatu FCCU terdiri dari tiga unit yang berfungsi antara lain :
a. unit cracking dan regenerasi yang berfungsi untuk merengkah umpan menjadi gas
yang akan difraksinasi di kolom distilasi serta meregenerasi katalis di regenerator.
b. unit fraksinasi untuk memisahkan produk gas, LCO dan slurry.
c. unit light end untuk memisahkan gas LPG dan nafta dalam gas yang berasal dari
bagian atas kolom fraksinasi.

3. Hydrocracking

Hydrocracking adalah proses untuk mengubah bahan dasar yang tak dapat
dipergunakan untuk umpan unit perengkahan dan reformasi katalis karena kandungan
logam, nitrogen dan belerang yang tinggi. Proses ini juga cocok untuk umpan dengan
kandungan aromatik yang tinggi yang tidak dapat diproses secara perengkahan katalis.

Dari bahan dasar berkualitas rendah ini dapat dihasilkan gasolin, kerosin, minyak distilat
tengah, minyak pelumas, umpan perengkahan katalis, umpan dasar petrokimia dan LPG.

Reaksi utama proses hydrocracking dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Reaksi hydrocracking parafin

R − CH 2 − CH 2 − R ' + H 2 → R − CH 3 + R ' − CH 3

b. Reaksi hidrodealkilasi

CH2 R
+ H2 + R-CH3

c. Reaksi hidrodesiklisasi

+ H2 CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3

Kilang Minyak Bumi Halaman 15 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Reaksi samping yang terjadi secara paralel adalah reaksi dekomposisi senyawa sulfur,
nitrogen dan oksigen serta reaksi hidrogenasi olefin dan aromat.

a. reaksi dekomposisi
R − SH + H 2 → R − H + H 2 S
RNH 2 + H 2 → R − H + NH 3
RCH 2 OH + H 2 → RCH 3 + H 2 O
b. reaksi hidrogenasi

olefin linier : C − C − C = C − C + H 2 → C − C − C − C − C
olefin siklis :

+ H2

Katalis yang digunakan pada proses ini adalah katalis yang memiliki dua jenis pusat
aktif, yaitu inti metal yang berfungsi untuk melangsungkan reaksi hidrogenasi/
dehidrogenasi dan inti asam yang berfungsi untuk melangsungkan reaksi perengkahan/
isomerisasi.

Hidro Cracker (HC) Unibon di UP II Dumai merengkah umpan HVGO (Heavy Vacuum Gas
Oil) dan HCGO (Heavy Coking Gas Oil) untuk menghasilkan produk LPG, Light Naphtha,
Light Kerosene, Heavy Kerosene dan Diesel. Kondisi reaksinya 290-495 oC, 35-175
kgf/cm2 dengan katalis DHC-6 yang merupakan silika alumina amorf sebagai base metal
dengan kombinasi nikel, molibdenum, dan tungsten.

4. Proses pengubahan struktur molekul

Proses pengubahan struktur molekul menjadi molekul baru yang berat molekulnya tidak
jauh berbeda disebut dengan reformasi. Sedangkan proses pengubahan struktur molekul
tanpa mengubah berat molekul disebut isomerisasi. Proses reformasi yang telah
berkembang dan digunakan untuk menaikkan angka oktan adalah catalytic reforming.
Tujuan utamanya adalah mengubah hidrokarbon lain menjadi hidrokarbon aromatik
sehingga diperoleh senyawa hidrokarbon dengan angka oktan yang lebih tinggi. Reaksi
catalytic reforming ini endotermik sehingga diperlukan tambahan kalor untuk menjaga
kelangsungan reaksinya.
Contohnya :

a. sikloheksan langsung dihidrogenasi menjadi aromat

CH3 CH3
+ 3 H2

b. siklopentan harus mengalami isomerisasi dahulu menjadi sikloheksan

CH2 CH3 CH3 CH3


+ 3 H2

Kilang Minyak Bumi Halaman 16 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

Parafin harus terlebih dahulu mengalami proses siklisasi. Contohnya :

CH3 CH3
CH3 CH3
CH2 CH2
+ H2 + 3 H2
CH2 CH2
CH2 CH3 CH3

Supaya dapat melangsungkan reaksi tersebut, parafin harus memiliki paling sedikit 6
buah atom karbon agar dapat diubah langsung menjadi aromatik. Katalis platina yang
digunakan dalam proses ini disebut katalis platforming yang memiliki dua fungsi, yaitu
bagian yang mengandung platina sebagai bahan dehidrogenasi dan bagian yang asam
seperti klor, fluor atau alumina-promoted silika berguna dalam proses isomerisasi.
Sejumlah platina digunakan untuk memastikan bahwa aktivitas dehidrogenasi cukup
besar dibandingkan aktivitas isomerisasi.

5. Proses kombinasi molekul

Dengan berkembangnya proses perengkahan yang menghasilkan produksi gas ringan


yang kaya akan olefin aktif, diciptakan proses-proses baru untuk memanfaatkannya.
Polimerisasi adalah reaksi penggabungan olefin yang satu dengan olefin lainnya. Proses
alkilasi adalah reaksi antara olefin dengan isoparafin. Produk gasolin yang dihasilkan dari
proses alkilasi memiliki angka oktan yang lebih tinggi dibandingkan gasolin yang
dihasilkan dari proses polimerisasi.

Contoh reaksi polimerisasi :

C C C C

C
C C + C C C C C C

C C C

Polimerisasi dengan menggunakan katalis juga dapat dijelaskan dengan teori ion
karbonium.

C C

C C + H+ C C+

C C
Ion karbonium yang terbentuk dapat bergabung dengan olefin lain dan membentuk ion
karbonium yang lebih besar.

C
C

C C+ + C C C C C C C+ C C

C C C
Setiap ion karbonium dapat kehilangan proton untuk membentuk olefin.

Kilang Minyak Bumi Halaman 17 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra


BUKU PINTAR MIGAS INDONESIA

C C

C C C+ C C C C C C C + H+
C C C C

Contoh reaksi alkilasi :


2C 4 H 10 + C 4 H 8 → C8 H 18 + C 4 H 10

Mekanisme reaksinya dapat dijelaskan melalui teori ion karbonium. Ion karbonium
dihasilkan dari penggabungan olefin dengan proton yang dilengkapi dengan katalis
asam.
+
C C C + H+ C C C

Ion karbonium bereaksi dengan i-butan membentuk i-butil ion karbonium.

C C

+
C C + C C C C C+ + C C C

C C

i-butil ion karbonium bereaksi dengan olefin membentuk ion karbonium yang lebih
besar.

C C

C C+ + C C C C C
+
C C

C C C
Ion karbonium yang besar bereaksi dengan isobutan menghasilkan i-parafin.

C C C C

+
C C C C + C C C C C C +C C+

C C C C
C C

Ion i-butil karbonium diregenerasi dan reaksi berantai berlangsung.

*****

Kontributor :
Zulfan Adi Putra
Universiti Teknologi Petronas

Kilang Minyak Bumi Halaman 18 dari 18 Kontributor : Zulfan Adi Putra

You might also like