Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Kelompok 1 (AJ-2)
1. Mukhamad Nursalim
131511123010
131511123020
131511123034
131511123052
131511123054
131511123056
7. Hidayat Arifin
131511123072
8. Fitri Wahyuni
131511123076
DAFTAR ISI
i
ii
1
3
4
5
6
15
40
59
75
75
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...........................................................................
5.2 Saran. ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.
84
84
85
BAB IV
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan dengan presentasi belakang
kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun pada janin dengan tanda-tanda rasa sakit oleh adanya his yang datang
lebih kuat, sering dan teratur, keluar lendir bercampur darah ( show ) yang
lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks, kadang-kadang
ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam serviks mendatar
dan pembukaan telah ada. Namun selama proses persalinan tidak selalu dalam
kondisi normal, seperti persalinan sebelum waktunya (preterm), terjadinya
ketuban pecah dini (KPD), serta kehamilan yang lebih bulan (posterm)
(Wahyuni, 2014).
Usia kehamilan merupakan salah satu prediktor penting bagi
kelangsungan hidup janin dan kualitas hidupnya. Di seluruh dunia 8,2 juta
anak dibawah lima tahun meninggal setiap tahun dengan perincian 3,3 juta
terjadi pada masa neonatal, hampir 2 juta pada hari pertama kehidupan, dan
3,3 juta pada saat dilahirkan. Kematian pada masa neonatal ini dapat
disebabkan oleh kelahiran prematur (28%) yang menempati urutan kedua
penyebab kematian neonatal terbanyak (The Partnership for Maternal,
Newborn & Child Health, 2011) dan kelahiran postmatur (5-10%) (Roos et
al., 2010). Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung selama
37- 42 minggu. Disebut kelahiran preterm apabila bayi lahir sebelum 37
minggu kehamilan dan disebut kelahiran postterm apabila bayi lahir setelah
42 minggu kehamilan (Damanik, 2010).
Menurut WHO (2013), kejadian kelahiran prematur meningkat dari
7,5% (2 juta kelahiran) menjadi 8,6% (2,2 juta kelahiran) di dunia. Angka
kejadian kelahiran prematur di negara berkembang jauh lebih tinggi, seperti
India (30%), Afrika Selatan (15%), Sudan (31%) dan Malaysia (10%). Angka
kelahiran prematur berkisar 10-20% di Indonesia pada tahun 2012 dan angka
1
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
persalinan preterm, persalinan post term, dan ketuban pecah dini.
1.3.2
Tujuan khusus
1)
2)
3)
4)
manifestasi
klinik,
penatalaksanaan,
komplikasi
dan
prognosisnya.
5)
6)
klinik,
penatalaksanaan,
komplikasi
dan
prognosisnya.
1.4
Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat seperti yang
tertulis di dalam tujuan penulisan makalah ini:
1.4.3
1.4.4
1.4.5
1.4.6
1.4.7
1.4.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Fisiologi Persalinan
2.1.1
Teori Persalian
a.
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot-otot rahim.
c.
Keregangan otot-otot
Teori Prostaglandin
begitu
pula
telinga.
Bronchi,
saluran
yang
kepala, sudah bisa dirasakan ibu. Bahkan, janin kini sudah bisa
mengubah posisinya dengan berputar, memanjang, bergelung, atau
malah jumpalitan yang kerap terasa menyakitkan sekaligus memberi
sensasi kebahagiaan tersendiri
12) Minggu ke-12: Bentuk wajah bayi lengkap, ada dagu dan hidung
kecil. Jari-jari tangan dan kaki yang mungil terpisah penuh. Usus bayi
telah berada di dalam rongga perut. Akibat meningkatnya volume
darah ibu, detak jantung janin bisa jadi meningkat. Panjangnya
sekitar 63 mm dan beratnya 14 gram. Mulai proses penyempurnaan
seluruh organ tubuh. Bayi membesar beberapa millimeter setiap hari.
Jari kaki dan tangan mulai terbentuk termasuk telinga dan kelopak
mata.
13) Minggu ke-13: Pada akhir trimester pertama, plasenta berkembang
untuk menyediakan oksigen , nutrisi dan pembuangan sampah bayi.
Kelopak mata bayi merapat untuk melindungi mata yang sedang
berkembang. Janin mencapai panjang 76 mm dan beratnya 19 gram.
Kepala bayi membesar dengan lebih cepat daripada yang lain.
Badannya juga semakin membesar untuk mengejar pembesaran
kepala.
14) Minggu ke-14: Tiga bulan setelah pembuahan, panjangnya 80-110
mm dan beratnya 25 gram. Lehernya semakin panjang dan kuat.
Lanugo, rambut halus yang tumbuh di seluruh tubuh dan melindungi
kulit mulai tumbuh pada minggu ini. Kelenjar prostat bayi laki-laki
berkembang dan ovarium turun dari rongga perut menuju panggul.
Detak jantung bayi mulai menguat tetapi kulit bayi belum tebal
karena belum ada lapisan lemak
15) Minggu ke-15: Tulang dan sumsum tulang di dalam sistem kerangka
terus berkembang. Jika bayi Anda perempuan, ovarium mulai
menghasilkan jutaan sel telur pada minggu ini. Kulit bayi masih
sangat tipis sehingga pembuluh darahnya kelihatan. Akhir minggu
ini, beratnya 49 gram dan panjang 113 mm Bayi sudah mampu
10
21) Minggu ke-21: Usus bayi telah cukup berkembang sehingga ia sudah
mampu menyerap atau menelan gula dari cairan lalu dilanjutkan
melalui sistem pencernaan manuju usus besar. Gerakan bayi semakin
pelan karena beratnya sudah 340 gram dan panjangnya 20 cm
22) Minggu ke-22: Indera yang akan digunakan bayi untuk belajar
berkembang setiap hari. Setiap minggu, wajahnya semakin mirip
seperti saat dilahirkan. Perbandingan kepala dan tubuh semakin
proporsional.
23) Minggu ke-23: Meski lemak semakin bertumpuk di dalam tubuh
bayi, kulitnya masih kendur sehingga tampak keriput. Ini karena
produksi sel kulit lebih banyak dibandingkan lemak. Ia memiliki
kebiasaaan "berolahraga", menggerakkan otot jari-jari tangan dan
kaki, lengan dan kaki secara teratur. Beratnya hampir 450 gram
Tangan dan kaki bayi telah terbentuk dengan sempurna, jari juga
terbentuk sempurna.
24) Minggu ke-24: Paru-paru mulai mengambil oksigen meski bayi
masih menerima oksigen dari plasenta. Untuk persiapan hidup di luar
rahim, paru-paru bayi mulai menghasilkan surfaktan yang menjaga
kantung udara tetap mengembang Kulit bayi mulai menebal
25) Miggu ke 25: Bayi cegukan, apakah Anda merasakannya? Ini
tandanya ia sedang latihan bernafas. Ia menghirup dan mengeluarkan
air ketuban. Jika air ketuban yang tertelan terlalu banyak, ia akan
cegukan. Tulang bayi semakin mengeras dan bayi menjadi bayi yang
semakin kuat. Saluran darah di paru-paru bayi sudah semakin
berkembang. Garis disekitar mulut bayi sudah mulai membentuk dan
fungsi menelan sudah semakin membaik. Indera penciuman bayi
sudah semakin membaik karena di minggu ini bagian hidung bayi
(nostrils) sudah mulai berfungsi. Berat bayi sudah mencapai 650-670
gram dengan tinggi badan 34-37 cm.
26) Minggu ke-26: Bayi sudah bisa mengedipkan matanya selain itu
retina matanya telah mulai terbentuk. Aktifitas otaknya yang
berkaitan dengan pendengarannya dan pengelihatannya sudah
11
12
sudah mulai belajar untuk membuka dan menutup matanya. Saat ini
waktu yang terbaik bagi bunda untuk menyenteri perut dan
menggerak-gerakan senter tersebut maka mata bayi sudah bisa
mengikuti ke arah mana senter tersebut bersinar.cairan ketuban
(amniotic fluid) di rahim bunda semakin berkurang. Kini si kecil pun
sudah mulai memproduksi air mata. Berat badan bayi 1510-1550
gram, dengan tinggi 39-40 cm.
31) Minggu ke -31: Plasenta masih memberikan nutrisi yang dibutuhkan
bayi. Aliran darah di plasenta memungkinkan bayi menghasilkan air
seni. Ia berkemih hampir sebanyak 500 ml sehari di dalam air ketuban
Perkembangan fisik bayi sudah mulai melambat pada fase ini, hanya
berat badan bayilah yang akan bertambah. Selain itu lapisan lemak
akan semakin bertambah dibawah jaringan kulitnya. Tulang pada
tubuh bayi sudah mulai mengeras, berkembang dan mulai memadat
dengan zat-zat penting seperti kalsium, zat besi, fosfor. Berkebalikan
dengan perkembangan fisiknya, pada fase ini perkembangan
otaknyalah yang berkembang dengan sangat pesat dengan
menghasilkan bermilyar sel. Apabila diperdengarkan musik, bayi
akan bergerak. Berat badan bayi 1550-1560 gram dengan tinggi 4143 cm.
32) Minggu ke-32: Jari tangan dan kaki telah tumbuh sempurna, begitu
pula dengan bulu mata, alis dan rambut di kepala bayi yang semakin
jelas. Lanugo yang menutupi tubuh bayi mulai rontok tetapi sebagian
masih ada di bahu dan punggung saat dilahirkan. Dengan berat 1800
gram dan panjang 29 cm, kemampuan untuk bertahan hidup di luar
rahim sudah lebih baik apabila di dilahirkan pada minggu ini. Kulit
bayi semakin merah, kelopak matanya juga telah terbuka dan system
pendengaran telah terbentuk dengan sempurna. Kuku dari jari mungil
tangan dan kaki si kecil sudah lengkap dan sempurna. Rambutnya
pun semakin banyak dan semakin panjang. Bayi sudah mulai bisa
bermimpi,
13
33) Minggu ke-33: Bayi telah memiliki bentuk wajah yang menyerupai
ayah dan ibunya. Otak bayi semakin pesat berkembang. Pada saat ini
juga otak bayi sudah mulai bisa berkoordinasi antara lain, bayi sudah
menghisap jempolnya dan sudah bisa menelan. Walaupun tulangtulang bayi sudah semakin mengeras tetapi otot-otot bayi belum
benar-benar bersatu. Bayi sudah bisa mengambil nafas dalam-dalam
walaupun nafasnya masih di dalam air. Apabila bayinya lakilaki
maka testis bayi sudah mulai turun dari perut menuju skrotum. Berat
badan bayi 1800- 1900 gram, dengan tinggi badan sekitar 43-45 cm.
34) Minggu ke-34: Bayi berada di pintu rahim. Bayi sudah dapat
membuka dan menutup mata apabila mengantuk dan tidur, bayi juga
sudah mulai
bunda sedang
14
37) Minggu ke-37: Kepala bayi turun ke ruang pelvik. Bentuk bayi
semakin membulat dan kulitnya menjadi merah jambu. Rambutnya
tumbuh dengan lebat dan bertambah 5cm. Kuku terbentuk dengan
sempurna. Bayi sudah bisa melihat adanya cahaya diluar rahim. Bayi
pada saat ini sedang belajar untuk mengenal aktifitas harian, selain
itu bayi juga sedang belajar untuk melakukan pernafasan walaupun
pernafasannya masih dilakukan di dalam air. Berat badan bayi di
minggu ini 2700-2800 gram, dengan tinggi 48-49 cm
38) Minggu ke-38 hingga 42: Proses pembentukan telah berakhir dan
bayi siap dilahirkan.
2.2
2.2.1
Definisi
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai keluarnya cairan amnion
secara spontan dari membrane amnion. Cairan keluar melalui membrane
fetal yang mengalami rupture dan terjadi setelah 28 minggu dari kehamilan
dan beberapa jam kelahiran yang sebenarnya terjadi. Kata premature bukan
berarti usia kehamilan yang masih preterm (Gahwagi, Busarira, & Atia,
2015).
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan pecahnya kantung ketuban
secara spontan dan kebocoran awal cairan amnion sebelum awal persalinan
pada usia kehamilan. Ketuban pecah dini (PROM) merupakan pecahnya
membran
amnion
sebelum
27
minggu
usia
kehamilan
(Perry,
2.2.2
15
Lapisan fibroblas
1)
2)
Chorion leave
Mesoderm korionik (15-20m) yang terdiri dari pembuluh
darah dan laposan basalis atau membrane basal
3)
Trofoblas (10-50m)
4)
lapisanlapisan
dan
amnion,
makrofag dalam
mengandung
suatu
16
sel-sel
matriks
16
proses
penyembuhan.
Metalloproteinase
17
penyembuhan
dan
faktor
pertumbuhan
yang
b.
Metabolisme Kolagen
Pada tahun 1995, Draper dkk., melaporkan penemuan mengenai
peningkatan aktivitas protease pada selaput ketuban wanita yang
mengalami KPDP dibandingkan dengan merekan yang melahirkan
bayi prematur tanpa KPD. Pada studi penting ini, tercatat bahwa satusatunya
inhibitor
protease
yang
efektif
adalah
asam
dan
ini
18
c.
daya
regang
selaput
ketuban
sepertinya
19
Chlamydia
trachomatis,
Neisseria
gonorrhoeae,
dan
multijanin
menginduksi
tegangan
membran
dan
20
namun
hasilnya
tidak
signifikan.
Sedangkan
pada
2.2.3
Etiologi
Menurut (Mercer, 2012), Penyebab ketuban pecah dini adalah:
a.
Inflamasi (Corioamnionitis)
b.
c.
d.
Defisiensi vitamin C
e.
f.
Inkompetensi serviks
21
2.2.4
Patofisiologi
Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti
penurunan jumlah jaringan kolagen dan terganggunya struktur kolagen,
serta peningkatan aktivitas kolagenolitik. Degradasi kolagen tersebut
terutama disebabkan oleh matriks metaloproteinase (MMP). MMP
merupakan suatu grup enzim yang dapat memecah komponen-komponen
matriks ektraseluler. Enzim tersebut diproduksi dalam selaput ketuban.
MMP-1 dan MMP-8 berperan pada pembelahan triple helix dari kolagen
fibril (tipe I dan III), dan selanjutnya didegradasi oleh MMP-2 dan MMP-9
yang juga memecah kolagen tipe IV. Pada selaput ketuban juga diproduksi
penghambat metaloproteinase / tissue inhibitor metalloproteinase (TIMP).
TIMP-1 menghambat aktivitas MMP-1, MMP-8, MMP-9 dan TIMP-2
menghambat aktivitas MMP-2. TIMP-3 dan TIMP-4 mempunyai aktivitas
yang sama dengan TIMP-13. Keutuhan dari selaput ketuban tetap terjaga
selama masa kehamilan oleh karena aktivitas MMP yang rendah dan
konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi. Saat mendekati persalinan
keseimbangan tersebut akan bergeser, yaitu didapatkan kadar MMP yang
meningkat dan penurunan yang tajam dari TIMP yang akan menyebabkan
terjadinya
degradasi
matriks
ektraseluler
selaput
ketuban.
22
menyebabkan
terjadinya
degradasi
membran
dan
akhirnya
menurunkan
konsentrasi
MMP-1
dan
MMP-3
serta
konsentrasi
23
2.2.5
b.
24
2.2.6
Manifestasi Klinis
Gejala adalah kunci untuk diagnosis, pasien biasanya melaporkan cairan
yang tiba-tiba menyembur dari vagina dan pengeluaran cairan yang
berlanjutan. Gejala tambahan yang mungkin penting termasuk warna dan
konsistensi cairan adalah adanya bintik-bintik dari vernix atau mekonium,
pengurangan ukuran uterus, dan peningkatan keunggulan janin untuk
palpasi (Nugroho, 2011).
Menurut Mansjoer ( 2001) manifestasi ketuban pecah dini adalah:
a.
Keluar air krtuban warna keruh. Jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.
b.
c.
d.
e.
Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada
dan air ketuban sudah kering
2.2.7
f.
g.
Faktor resiko
Faktor resiko ketuban pecah dini menurut (Perry, Hockenberry,
Lowdermilk, & Wilson, Maternal Child Nursing Care, 2014) adalah:
a.
b.
c.
d.
Kelahiran premature
e.
Overdistensi uterus
f.
g.
Gangguan pernapasan
h.
i.
25
2.2.8
j.
k.
Defisit nutrisi
l.
Perokok
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi menurut (Mercer, 2012) adalah:
a.
b.
Komplikasi maternal
1)
Abrupsi plasenta
2)
3)
Sepsis, Kematian
Infeksi intrauterine
2)
3)
4)
2.2.9
Pemeriksaan Penunjang
a.
Tes Lakmus (test nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah menjadi
biru menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis). Darah dan infeksi
vagina dapat menghasilkan tes yang positive palsu.
b.
Tes Pakis: dengan meneteskan cairan ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan Kristal
cairan amnion gambaran daun pakis.
2.2.9
Penatalaksanaan
Menurut (Institute of Obstetricians and Gynaecologists, 2015),
penalatalaksanaan ketuban pecah dini meliputi:
a.
b.
26
c.
d.
a.
Konserfatif
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Jika usia keamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan
lakukan induksi.
8)
27
b.
Aktif
1)
2)
3)
28
Tatalaksana khusus
Tatalaksana umum
Beri Eritromisin 4x250 mg selama 10
hari
Rujuk ke fasilitas yang memadai
34
24-33 minggu
< 24 minggu
Pertimbangan dilakukan
dengan melihat resiko
ibu dan janin
Lakukan konseling pada
pasien.
Terminasi
kehamilan
mungkin
menjadi pilihan
Jika
terjadi
infeksi
(koriomnionitis)
lakukan
tatalaksana
koriumnnionitis
29
30
Nama kilen
Umur
ibu mempunyai
Agama
: Untuk
menentukan
bagaimana
kita
Suku / bangsa
Pendidikan
: Untuk
menentukan
bagaimana
kita
memberikan konseling.
Pekerjaan
Alamat
tinggalnya.
2) Keluhan Utama :
Keluar cairan jernih / keruh secara tiba tiba dari jalan lahir, perut
terasa sakit atau kenceng kenceng sampai ke pinggang namun
usia kehamilan belum cukup bulan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang :
Didapatkan cairan ketuban yang keluar pervagina secara spontan,
tidak diikuti tanda-tanda persalinan dan usia kehamilan belum
mencapai cukup bulan.Kontraksi / kenceng kenceng sampai
kepinggang dirasakan berapa kali dalam sekian menit ? ,dan dengan
lama berapa detik ?.
4) Riwayat Hamil
HPHT dan HPL, ANC yang dilakukan dan Imunisasi TT yang yang
sudah didapat oleh ibu saat hamil sekarang ini
31
5) Riwayat Psikologis
Klien mengungkapkan ketidaktahuanya kenapa air ketuban bisa
keluar secara tiba tiba dan klien merasa cemas dan khawatir akan
kesehatannya dan janin yang dikandungnya.
6) Riwayat Persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat kelahiran pre term dan abortus sebelumnya juga menjadi
faktor resiko.
7) Riwayat penyakit Dahulu
Apakah klien memiliki penyakit jantung, asma, Hipertensi dan juga
Diabetes militus.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Antropometrik : BB,TB, LILA
BI ( Breathing )
Tampak pembesaran payudara dengan hiperpigmentasi areolamamae.
Nafas spontan adekuat, RR normal 16 20 x/menit, bisa meningkat
karena respon rasa nyeri , saturasi perifer normal ( 95 % 100 % ),
tidak ada sianotik, dan tidak ada suara nafas tambahan .
B2 ( Blood )
Akral hangat, perabaan nadi kuat, CRT < 2 detik, TD rentang normal
TD : 100 / 60 120 /80 mmhg, HR : 60 100 x / menit, HR bisa
meningkat jika terjadi respon nyeri terhadap konstraksi / HIS, suhu
badan normal dan bisa meningkat jika terjadi tanda tanda infeksi.
B3 ( Brain )
Kesadaran komosmentis, GCS E4M6V5, pupil isokor 3/2 ka, 3/2 kiri,
reflek cahaya + / +.
B4 ( Bowel )
Status obsetri :
Inspeksi :
Palpasi :
32
Leopold
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi :
Status nutrisi :
B5 ( Blader ) :
BAK spontan , warna jernih, tidak ada kemerahan ataupun bercampur
darah karena tidak disertai dengan tanda tanda persalinan .
Pada pemeriksaan genetalia didapatkan cairan ketuban yang merembes
dengan warna jernih / keruh, berbau / tidak.VT dilakukan sesuai indikasi
jika KPD disertai dengan pembukaan serviks.bekas luka jahitan daerah
perineum ada atau tidak, dan juga ada tidaknya hemoroid .
B6 ( Bone )
Kekuatan tonus otot normal, tidak ada odema, tidak ada varises, dan
pembatasan aktifitas / tirah baring miring kiri untuk mencegah
keluarnya cairan ketuban lebih banyak lagi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Tes Lakmus (tes Nitrazin) : Kertas lakmus merah berubah
menjadi biru yang menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). PH air
ketuban 7 - 7,5, namun adanya darah dan infeksi vagina juga dapat
menghasilkan tes positif yang palsu.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit.
33
Pemeriksaan hasil lab DL: Kadar HB dan leukosit normal, bisa terjadi
leukositosis jika terjadi infeksi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis.
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan
ancaman keselamatan janin
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber
informasi
d. Resiko infeks dengan factor resiko pertahanan primer tubuh yang
tidak adekuat ( pecah ketuban dini )
3. Intervensi
No
1
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen
injuri biologis.
Rencana tindakan
keperawatan
Kontrol nyeri
Manajemen nyeri :
Tingkat kenyamanan
1. Lakukan pengkajian
komprehensif
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan
terhadap nyeri
selama 2 x 24 jam klien
(PQRST), observasi
dapat mengontrol nyeri
tanda nonverbal
adanya
dan mencapai tingkat
kenyamanan, ditandai
ketidaknyamanan
dengan:
2. Gunakan teknik
komunikasi
Klien mengenali faktor
terapeutik untuk
penyebab nyeri
mengetahui
Klien mengenali
pengalaman nyeri
lamanya (onset) nyeri
3. Tentukan dampak
Klien mampu
nyeri terhadap
menggunakan metode
kualitas hidup (ex:
nonfarmakologik
tidur, selera makan,
untuk mengurangi nyeri
aktivitas, kognisi,
Klien melaporkan nyeri
mood, dll)
terkontrol
Klien melaporkan skala 4. Sediakan informasi
tentang nyeri,
nyeri berkurang
misalnya penyebab,
Klien melaporkan
onset dan durasi
34
frekuensi nyeri
berkurang
Ekspresi wajah postur
tubuh rilek
Klien melaporkan skala
nyeri berkurang
Klien melaporkan
kenyamanan
Klien mengekpresikan
kepuasan dengan
control nyeri
TTV dalam rentang
normal
TD : 100 120 / 60
80 mmhg
HR : 60 100 x / menit
RR : 16 20 x / menit
Ansietas
berhubungan
dengan perubahan
status kesehatan
dan
ancaman
keselamatan janin
Kontrol kecemasan.
Koping.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x
24 jam kecemasan klien
teratasi dengan kriteria
hasil:
Klien mampu
nyeri, antisipasi
ketidaknyamanan
karena prosedur
tertentu
5. Kontrol factor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
respon klien
terhadap
ketidaknyamanan
(ex: suhu ruang,
kebisingan, cahaya)
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi).
7. Tingkatkan istirahat
dan tidur.
8. Monitor kepuasan
pasien dengan
manajemen nyeri
yang dilakukan
9. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
10. Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
11. Evaluasi efektivitas
intervensi
12. Kolaborasikan
tatalaksana
penanganan KPD
Penurunan kecemasan
1. Gunakan pendekatan
teknik komunikasi
terapeutik
2. Bantuklien
mengenal situasi
yang menimbulkan
35
memonitor intensitas
cemas.
Klien mampu
menghilangkan faktor
penyebab kecemasan.
Klien mampu
mengenal dan
mengungkapkan gejala
cemas
Klien mampu
menggunakan strategi
koping yang efektif
untuk mengontrol
kecemasan.
Vital sign klien dalam
kisaran :
Penampilan fisik,
perilaku, bahasa tubuh
dan tingkat aktivitas
klien menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kurang
pengetahuan
berhubungan
dengan
keterbatasan
sumber informasi
kecemasan
Nyatakan dengan
jelas harapan
terhadap perilaku
klien
Jelaskan semua
prosedur
pengobatan dan
perawatan
Temani klien untuk
memberikan
keamanan dan
mengurangi takut
Anjurkan keluarga
untuk mendampingi
klien
Instruksikan pada
klien untuk
menggunakan
tehnik relaksasi.
Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Identifikasi tingkat
kecemasan klien
Teaching : disease
Process
1. Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses
penyakit yang
spesifik
2. Jelaskan
patofisiologi dari
penyakit yang
dialami oleh klien
3. Gambarkan tanda
dan gejala yang
biasa muncul pada
36
meminimalkan
perburukan penyakit,
komplikasi, tanda dan
gejala komplikasi,
serta pencegahan
komplikasi.
penyakit, dengan
cara yang tepat
4. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan
cara yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari harapan yang
kosong
8. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
37
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
4
Risiko infeksi
berhubungan
dengan pertahanan
primer tubuh yang
tidak adekuat
(ketuban pecah
dini)
Kontrol infeksi
1. Terapkan unversal
precaution
2. Batasi pengunjung bila
perlu
3. Beri higiene yang baik
4. Monitor tanda dan
gejala infeksi (local dan
sistemik)
5. Ajarkan teknik cuci
tangan
6. Ajarkan pada pasien
dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya kepada
petugas
7. Kolaborasi dokter bila
ada tanda infeksi
38
Proteksi infeksi
1. Ganti letak IV perifer dan
dressing
2. Sesuai dengan petunjuk
umum
3. Tingkatkan cairan dan
nutrisi
4. Pertahankan teknik
aseptic dalam tiap
tindakan
5. Ganti peralatan
perawatan pasien per
prosedur
6. Lakukan
pemeriksaan kultur bila
suspek infeksi dan
laporkan hasilnya pada
petugas yang berwenang
7. Tingkatkan intake nutrisi
dan cairan
8. Tingkatkan tidur dan
istirahat
9. Kelola pemberian
antibiotic
10. Ajarkan pada pasien dan
keluarga cara
menghindari infeksi
11. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
39
dengan jangka waktu antara 2-4 menit, dan pada relaksasi tonus uterus
kurang dari 12 mmHg. Pada waktu umur kehamilan 28 minggu dapat diraba
adanya kontraksi uterus (tanda Braxton-Hicks). Pada seluruh kehamilan dapat
dicatat adanya kontraksi ringan dengan amplitude 5 mmHg tiap menit yang
tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu makin terasa lebih kuat dan
lebih sering. Setelah usia kehamilan mencapai usia 37-40 minggu maka his
yang teratur dan kuat merupakan tanda-tanda persalinan. Namun Jika
frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi dari normal dan terjadi pada usia
kehamilan <37 minggu maka hal ini dapat mengurangi pertukaran O2 pada
janin sehingga dapat terjadi hipoksia janin dan timbul gawat janin yang secara
klinik dapat ditentukan dengan antara lain menghitung detik jantung janin.
Frekuensi detak jantung janin yang meningkat lebih dari 160 per menit dan
tidak teratur menunjukan tanda-tanda gawat janin.
4) Provider
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Dalam hal ini proses
tergantung dari kemampuan skil dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan. Kemampuan yang diaksud disini adalah kemampuan
petugas kesehatan untuk melakukan deteksi dini resiko persalinan prematur
dan kemampuan dalam penanganan tanda-dan gejala partus prematur, karena
persalinan prematur dapat dicegah dengan deteksi dini dan penanganan yang
tepat dan segera.
5) Psikologis/ psyche (respon psikologis ibu).
Pengalaman sebelumnya, kesiapan emosional (cemas, stress dan takut)
terhadap persiapan persalinan, support system/ dukungan sosial dan
lingkungan, berpengaruh terhadap kejadian partus prematur. Adanya stres
fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan prematur.
2.3.2 Definisi
Kelahiran premature didefinisikan sebagai pembukaan cervix dan
kontraksi uterus serta kelahiran bayi yang terjadi sebelum usia gestasi
41
2.3.4
Patofisiologi
Mekanisme pertama ditandai dengan stres dan anxietas yang biasa
terjadi pada primipara muda yang mempunyai predisposisi genetik. Adanya
stres fisik maupun psikologi menyebabkan aktivasi prematur dari aksis
Hypothalamus-Pituitary-Adrenal (HPA) ibu dan menyebabkan terjadinya
persalinan prematur. Aksis HPA ini menyebabkan timbulnya insufisiensi
uteroplasenta dan mengakibatkan kondisi stres pada janin. Stres pada ibu
maupun janin akan mengakibatkan peningkatan pelepasan hormon
Corticotropin
Releasing
Hormone
(CRH),
perubahan
pada
metaloproteinase
(MMP),
interleukin-8,
cyclooksigenase-2,
ini
bertanggung
jawab
untuk
sintesis
uterotonin
44
45
46
48
47
48
a. Penatalaksanaan Medis
1) Hospitalisasi bila diperlukan: untuk memudahkan pengkajian
yang sering dan pemantauan dengan cermat guna mendeteksi
perubahan dan mencegah kelahiran jika memungkinkan.
2) Pemberian obat tokolitik: Magnesium sulfat dapat menghentikan
persalinan
dengan
menurunkan
kadar
asetilkolin,
yang
49
Etiologi
1.
Agen cidera
Nyeri akut
biologis dan fisik
DS:
- klien mengeluh nyeri pada
pinggang dan abdomen
Masalah
DS:
- Klien mengatakan merasa
cemas dengan keadaan
bayinya dan dirinya.
DO:
- TD meningkat
- Nadi meningkat
- RR meningkat
3.
DS:
- Klien mengatakan tidak
mengetahui prosedur yang
akan dijalani.
Kesalahan
mempersepsikan
informasi atau
kurang informasi
Kurang
pengetahuan
Ketuban pecah
dini
Resiko Infeksi
DO:
- Klien sering bertanya tentang
keadaanya dan tindakan yang
akan dijalaninya
4.
DS: DO:
- Ketuban pecah prematur
53
d. Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa
1.
Nyeri akut
NOC
- Pain Level,
NIC
1. Lakukan pengkajian
- Pain control,
nyeri secara
- Comfort level
komprehensif
Kriteria Hasil:
termasuk lokasi,
- Mampu mengontrol
karakteristik, durasi,
nyeri, mampu
faktor presipitasi
menggunakan tehnik
2. Observasi reaksi
nonfarmakologi untuk
nonverbal dari
mengurangi nyeri,
ketidaknyamanan
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa
3. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
menggunakan
manajemen nyeri
pencahayaan dan
- Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
kebisingan
4. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
5. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
54
berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal
2.
Ansietas
- Tingkat ansietas
- Pengendalian diri
terhadap ansietas
- Konsentrasi
- Koping
factual menyangkut
Kriteria Hasil:
- Ansietas berkurang,
prognosis
3. Instruksikan pasien
tentang penggunaan
teknik relaksasi
selau menunjukkan
4. Jelaskan semua
pengendalian diri
prosedur, termasuk
koping.
dialami selama
- Menunjukkan
pengendalian diri
terhadap ansietas
prosedur
5. Sediakan lingkungan
yang tenang dan batasi
kontak dengan orang
lain
6. Damping pasien untuk
55
meningkatkan
keamanan dan
mengurangi rasa takut
3.
Kurang
Pengetahuan
- Kowlwdge : disease
process
- Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil:
- Pasien dan keluarga
1. Berikan penilaian
tentang tingkat
pengetahuan pasien
tentang proses
penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
berhubungan dengan
pengobatan
tepat.
3. Gambarkan tanda dan
prosedur yang
dijelaskan perawat/tim
yang tepat
kesehatan lainnya
5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
6. Hindari harapan yang
kosong
7. Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
56
8. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
4.
Resiko
infeksi
keperawatan
selama.....................risiko
uinfeksi teratasi, dengan
kriteria hasil:
1. Terapkan unversal
precaution
2. Batasi pengunjung bila
perlu
Status imun
Pengetahuan : kontrol
infeksi
Kontrol resiko
dan sistemik)
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
melaporkannya kepada
Klien menunjukkan
petugas
gastrointestinal,
Genitourinaria normal
Proteksi infeksi
1. Ganti letak IV perifer
dan dressing
2. Sesuai dengan petunjuk
57
umum
3. Tingkatkan cairan dan
nutrisi
4. Pertahankan teknik
aseptic dalam tiap
tindakan
5. Ganti peralatan
perawatan pasien per
prosedur protocol
6. Lakukan pemeriksaan
kultur bila suspek
infeksi.
7. dan laporkan hasilnya
pada petugas yang
berwenang
8. Tingkatkan intake
nutrisi dan cairan
9. Tingkatkan tidur dan
istirahat
10. Kelola pemberian
antibiotic
11. Ajarkan pada pasien
dan keluarga cara
menghindari infeksi
12. Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik
dan lokal
58
2.4
Kelahiran Postmature
2.4.1 Definisi
Kelahiran postmature atau biasa disebut kelahiran post date adalah
kelahiran yang terjadi pada saat usia gestasi memasuki akhir minggu ke 42
atau lebih dari 294 hari dari HPHT. Insiden kelahiran bayi posature atau
posterm diperkirakan 4-19 % (Perry, Hockenberry, Lowdermilk, & Wilson,
2010).
Kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi
waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya
berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir
(Manuaba, 2008).
Dari beberapa definisi diatas, jadi kelahiran postmature/ postdate/
serotinus adalah kelahiran janin dengan usia kandungan >42 minggu.
.2.4.2 Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature/ postdate/
Serotinus sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Menurut
(Prawirohardjo, 2010), beberapa teori yang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah
karena masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan
dipercaya bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting
dalam
menimbulkan
persalinan
dan
pelepasan
okstitosin
dari
neurohipofisis ibu hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga
sebagai salah satu penyebab kehamilan postterm.
59
postmatur Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia
lahir dan aspirasi mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup
mengalami kerusakan otak. Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi
berusia 41, 42, dan 43 minggu masing-masing belum dapat ditentukan
dengan pasti. Sindrom ini terjadi pada sekitar 10 % kehamilan antara 41
dan 43 minggu serta meningkat menjadi 33 % pada 44 minggu.
Oligohidramnion yang menyertainya secara nyata meningkatkan
kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm
mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar
biasa beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa
fungsi plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang
berlanjut, meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah cirri khas gestasi
antara 38 dan 42 minggu.
c. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa
dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai
dengan ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya
terjadi ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga
pengeluaran mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang
sudah berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental
yang terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
d. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada
kehamilna yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan.
Pertumbuhan janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia
gestasi 42 minggu atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm.
61
amnion
sekitar
250-300
mL.
oligohidramnion
dapat
yang
63
64
Kehamilan
Postmatur
Identiifikasi Janin
Intrauterin :
NST-CST
USG
Amnioskopi
Pemeriksaan umum :
Laboratorium
lengkap
Fungsi ginjal dan
lever
Sistem hemopitik
Skor Bishop
Nilai < 4
Nilai 5-6
Nilai > 7
Pematangan serviks :
Foley kateter 24 jam
Prostaglandin vaginal internal 12
Pecah ketuban
Induksi persalinan
Induksi gagal
Distosia serviks
Fetal distres
Ruptura uteri
imminen
Ternyata CPD
Ketuban pecah
keruh
Induksi berhasil
Spontan B
Operasi vaginal
65
2.4.7
Pemeriksaan Penunjang
a. USG : untuk mengetahui usia kehamilan, derajat maturitas plasenta.
b. Kardiotokografi : untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin.
c. Amniocentesis : pemeriksaan sitologi air ketuban.
d. Amnioskopi : melihat kekeruhan air ketuban.
e. Uji Oksitisin : untuk menilai reaksi janin terhadap kontraksi uterus.
f. Pemeriksaan kadar estriol dalam urine.
g. Pemeriksaan sitologi vagina
2.4.8
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor
telepon, agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal
anamnesis
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang muncul biasanya: Kehamilan belum lahir
lebih dari 42 minggu, gerak janin makin berkurang dan kadang
berhenti, BB ibu mendatar atau bahkan menurun, gerak janin
menurun.
3) Riwayat Kehamilan Sekarang
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan
ini. Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya
pemeriksaan antenatal yang dilakukan.
4) Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
a) Penyakit waktu kecil dan imunisasi.
b) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.
c) Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik,
difteri, dan polio.
d) Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain lain.
e) Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok
f) Pola tidur.
g) Diet.
66
h) Aktifitas.
i) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan
racun kimiawi.
j) Penyakit spesifik.
k) Pengobatan yang didapat.
5) Riwayat Menstruasi
a) Umur menarche.
b) Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
c) Lamanya.
d) HPHT, lama dan jumlah normalnya.
e) Disminore.
f) Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia,
dan lain-lain.
6) Riwayat Obstetri.
a) Gravida/para
b) Tipe golongan darah (ABO dan Rh)
c) Kehamilan yang lalu.
7) Riwayat ginekologi
a) Infeksi vagina.
b) Penyakit menular seksual
8) Riwayat seksual.
Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah
seksual lainya.
9) Riwayat pernikahan.
a) Nikah atau tidak.
b) Berapa kali menikah.
c) Berapa lama menikah.
Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana
tempat melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur
sebelumnya.
c) Nifas
Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah
dijahit.
d) Anak
pembesaran
payudara
dengan
hiperpigmentasi
68
d) B3 ( Brain )
Kesadaran komosmentis, GCS E4M6V5, pupil isokor 3/2 ka,
3/2 kiri, reflek cahaya + / +.
e) B4 ( Bowel )
Status obsetri :
Inspeksi : Ada tidaknya linea alba, linea nigrae, dan striae
livida dan bekas luka operasi.
Palpasi : Terjadi kontraksi atau tidak saat diraba.
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
g) B6 ( Bone )
Kekuatan tonus otot normal, tidak ada odema, tidak ada
varises, dan pembatasan aktifitas / tirah baring miring kiri
untuk mencegah keluarnya cairan ketuban lebih banyak lagi.
Tidak merasakan kontraksi walaupun umur kehamilan suda
lebih dari 42 bulan
b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b.d agen cidera biologis
2) Ansietas b.d perubahan status kesehatan dan ancaman keselamatan janin
3) Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi
c. Intervensi
No
1
Diagnosa
Rencana tindakan
Keperawatan
hasil
keperawatan
Nyeri akut
Kontrol nyeri
Manajemen nyeri :
1. Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan
komprehensif terhadap
intervensi keperawatan
selama 2 x 24 jam
ketidaknyamanan
2. Gunakan teknik
tingkat kenyamanan,
komunikasi terapeutik
ditandai dengan:
untuk mengetahui
Klien mengenali
pengalaman nyeri
faktor penyebab
nyeri
Klien mengenali
lamanya (onset)
nyeri
dll)
Klien mampu
4. Sediakan informasi
menggunakan
metode
nonfarmakologik
untuk mengurangi
ketidaknyamanan karena
nyeri
prosedur tertentu
Klien melaporkan
nyeri terkontrol
Klien melaporkan
skala nyeri
ketidaknyamanan (ex:
berkurang
Klien melaporkan
frekuensi nyeri
berkurang
Ekspresi wajah
postur tubuh rilek
Klien melaporkan
skala nyeri
berkurang
Klien melaporkan
kenyamanan
Klien
cahaya)
6. Ajarkan teknik
nonfarmakologi
(relaksasi).
7. Tingkatkan istirahat dan
tidur.
8. Monitor kepuasan pasien
dengan manajemen nyeri
yang dilakukan
9. Observasi reaksi
nonverbal dari
mengekpresikan
ketidaknyamanan
kepuasan dengan
control nyeri
TTV dalam rentang
normal
TD : 100 120 / 60
80 mmhg
HR : 60 100 x /
menit
RR : 16 20 x /
menit
2
Ansietas
Kontrol kecemasan.
Penurunan kecemasan
1. Gunakan pendekatan
teknik komunikasi
71
kesehatan
terapeutik
ancaman
selama 2 x 24 jam
keselamatan janin
kecemasan
Klien mampu
memonitor
intensitas cemas.
klien
Klien mampu
menghilangkan
faktor penyebab
kecemasan.
memberikan keamanan
Klien mampu
mengenal dan
mengungkapkan
gejala cemas
Klien mampu
menggunakan
strategi koping yang
efektif untuk
mengungkapkan perasaan,
mengontrol
ketakutan, persepsi
kecemasan.
9. Identifikasi tingkat
kecemasan klien
dalam kisaran :
Penampilan fisik,
perilaku, bahasa
tubuh dan tingkat
aktivitas klien
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
3
tingkat pengetahuan
informasi
pengetahuan teratasi
Pengetahuan : proses
penyakit.
oleh klien
Klien familier
dengan nama
penyakit.
Klien mampu
menjelaskan proses
penyakit, penyebab,
4. Gambarkan proses
yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan
meminimalkan
perburukan
yang tepat
penyakit,
komplikasi, tanda
dan gejala
komplikasi, serta
pencegahan
komplikasi.
74
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Penyelesaian
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Data Demografi
Nama kilen
: Ny. Z
Umur
: 20 tahun
Agama
: Islam
Suku / bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan
: SMU
Pekerjaan
: IRT
Alamat
: Jl. K, Surabaya
Tanggal MRS
Tanggal MRS
Diagnosa
: G211000
2) Keluhan Utama :
Klien mengeluh perut terasa mules, kenceng kenceng sampai kepinggang, dan
keluar cairan jernih yang merembes terus secara tiba tiba.
3) Riwayat Penyakit Sekarang :
75
: 50 kg
BB saat ini
: 60 kg
TB
: 150 cm
LILA
: 24 cm
BI ( Breathing )
Tampak pembesaran payudara dengan hiperpigmentasi areolamamae.
Nafas spontan adekuat, RR 24 x/menit , saturasi perifer normal ( 95 % 100 % ), tidak
ada sianotik, dan tidak ada suara nafas tambahan .
76
B2 ( Blood )
Akral hangat, perabaan nadi kuat, CRT < 2 detik, TD normal TD : 100 / 80 mmhg, HR
: 98 x / menit, S : 37 C
B3 ( Brain )
Kesadaran komosmentis, GCS E4M6V5, pupil isokor 3/2 ka, 3/2 kiri, reflek cahaya
+/+.
B4 ( Bowel )
Abdomen
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
B5 ( Blader ) :
BAK spontan , warna jernih dengan menggunakan pispot.Pada pemeriksaan genetalia
didapatkan cairan ketuban yang merembes dengan warna jernih dan berbau amis.
VT ( Vagina Toucher ) : pembukaan 2 cm, ketuban ( - ),cairan ketuban merembes
berbau amis.Hemoroid tidak ada
77
B6 ( Bone )
Kekuatan tonus otot normal, tidak ada odema, tidak ada varises, dan pembatasan
aktifitas / tirah baring miring kiri untuk mencegah keluarnya cairan ketuban lebih
banyak lagi.
c. Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan Tes Lakmus (tes Nitrazin) : Kertas lakmus merah berubah menjadi biru yang
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis).
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) : terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Pemeriksaan hasil lab DL: Kadar HB 12 g/dl, dan leukosit normal 10.000
2. Analisa Data
No
1
Data Fokus
DS :
Klien mengeluh perut terasa
mules, kenceng kenceng
sampai kepinggang, dan keluar
cairan jernih yang merembes
terus secara tiba tiba , dengan
usia kehamilan 36 minggu.
Etiologi
Agen injuri
Biologis
Problem
Nyeri akut
DO ;
Wajah tampak tegang dan
menyeringai saat kontraksi
terjadi.
VT ( Vagina Toucher ) :
pembukaan 2 cm, ketuban ( ),cairan ketuban merembes
berbau amis.
Usia kehamilan 36 minggu
dengan HPHT 4 Juli 2015 dan
HPL 11 April 2016
Vital Sign :
100 / 80 mmhg, N : 98 x/m, RR
: 24 x/ menit,
Kontraksi : 2x setiap 10 menit,
selama 20 detik
DS :
Klien merasa cemas dan
Perubahan status
kesehatan dan
keselamatan janin
Ansietas
78
DS :
Klien mengatakan tidak tahu
kenapa air ketuban bisa
merembes tiba tiba setelah
berhubungan dan perut terasa
mulas / kenceng kenceng.
Keterbatasan
sumber informasi
Kurang
pengetahuan
DO :
Ungkapan verbal ketidaktahuan
klien tentang penyebab KPD
4
DS :
Klien mengeluh perut terasa
mules, kenceng kenceng
sampai kepinggang, dan keluar
cairan jernih yang merembes
terus secara tiba tiba , dengan
usia kehamilan 36 minggu.
Pertahanan primer
tubuh yang tidak
adekuat ( pecah
ketuban dini )
Resiko Infeksi
DO ;
Wajah tampak tegang dan
menyeringai saat kontraksi
terjadi.
VT ( Vagina Toucher ) :
pembukaan 2 cm, ketuban (-),
cairan ketuban merembes
berbau amis.
Usia kehamilan 36 minggu
dengan HPHT 4 Juli 2015 dan
HPL 11 April 2016
Vital Sign :
79
3. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen injuri biologis.
b. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan ancaman
keselamatan janin
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber informasi
d. Resiko infeks dengan factor resiko pertahanan primer tubuh yang tidak adekuat (
pecah ketuban dini )
4. Intervensi
No
1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan kriteria hasil
Rencana tindakan keperawatan
Nyeri akut
Manajemen
nyeri :
Kontrol nyeri
berhubungan dengan
1. Lakukan pengkajian
Tingkat kenyamanan
agen injuri biologis.
Setelah dilakukan intervensi
komprehensif terhadap
keperawatan selama 2 x 24 jam
nyeri (PQRST), observasi
klien dapat mengontrol nyeri dan
tanda nonverbal adanya
mencapai tingkat kenyamanan,
ketidaknyamanan
ditandai dengan:
2. Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
Klien mengenali faktor penyebab
pengalaman nyeri
nyeri
3. Tentukan dampak nyeri
Klien mengenali lamanya
terhadap kualitas hidup (ex:
(onset) nyeri
tidur, selera makan,
Klien mampu menggunakan
metode nonfarmakologik
80
Ansietas
berhubungan dengan
perubahan
status
kesehatan
dan
ancaman
keselamatan janin
Kontrol kecemasan.
Koping.
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24 jam
kecemasan klien teratasi dengan
kriteria hasil:
Klien mampu memonitor
intensitas cemas.
Klien mampu menghilangkan
faktor penyebab kecemasan.
Klien mampu mengenal dan
mengungkapkan gejala cemas
Klien mampu menggunakan
strategi koping yang efektif
untuk mengontrol kecemasan.
Vital sign klien dalam kisaran :
Penampilan fisik, perilaku, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas klien
menunjukkan berkurangnya
kecemasan
Penurunan kecemasan
1. Gunakan pendekatan
teknik komunikasi
terapeutik
2. Bantu klien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
3. Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap perilaku
klien
4. Jelaskan semua prosedur
pengobatan dan perawatan
5. Temani klien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
6. Anjurkan keluarga untuk
mendampingi klien
7. Instruksikan pada klien
untuk menggunakan tehnik
relaksasi.
8. Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
81
9. Identifikasi tingkat
kecemasan klien
4
Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
keterbatasan sumber
informasi
82
Kontrol infeksi
1. Terapkan
universal
precaution
2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Beri higiene yang baik
4. Monitor tanda dan gejala
infeksi (local dan sistemik)
5. Ajarkan teknik cuci tangan
6. Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya
kepada
petugas
7. Kolaborasi dokter bila ada
tanda infeksi
Proteksi infeksi
1. Tingkatkan cairan dan
nutrisi
2. Pertahankan teknik aseptic
dalam tiap tindakan
3. Ganti peralatan perawatan
pasien per prosedur protocol
4. Lakukan pemeriksaan
kultur bila suspek infeksi
dan laporkan hasilnya pada
petugas yang berwenang
5. Tingkatkan intake nutrisi
dan cairan
6. Tingkatkan tidur dan
istirahat
7. Kelola pemberian antibiotic
8. Ajarkan pada pasien dan
keluarga cara menghindari
infeksi
9. Monitor tanda dan gejala
infeksi
sistemik dan
lokal
10. Kolaborasikan tatalaksana
penanganan KPD segera
terminasi dan dilakukan
induksi.
83
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Ketuban pecah dini didefinisikan sebagai keluarnya cairan amnion secara
spontan dari membrane amnion. Cairan keluar melalui membrane fetal yang
mengalami rupture dan terjadi setelah 28 minggu dari kehamilan dan beberapa
jam kelahiran yang sebenarnya terjadi. Kata premature bukan berarti
usia
kehamilan yang masih preterm. Ketuban pecah dini juga merupakan salah satu
etiologi dari kelahiran preterm atau kelahiran prematur. Kelahiran prematur itu
sendiri didefinisikan sebagai pembukaan cervix dan kontraksi uterus serta
kelahiran bayi yang terjadi sebelum usia gestasi mencapai 37 minggu (20-37
minggu). Kelahiran prematur yang paling serius pada kehamilan karena 90% bayi
yang dilahirkan secara prematur akan meninggal dan lebih dari 75% yang
meninggal adalah bayi yang dilahirkan pada usia gestasi kurang dari 37 minggu.
Dalam patologi persalinan, selain ketuban pecah dini dan kelahiran
preterm juga ada kelahiran posterm. Kelahiran postmature atau biasa disebut
kelahiran post date didefinisikan sebagai kelahiran yang terjadi pada saat usia
gestasi memasuki akhir minggu ke 42 atau lebih dari 294 hari dari HPHT. Insiden
kelahiran bayi posature atau posterm diperkirakan 4-19 %. Dari patologi
kehamilan dan persalinan tersebut diatas dapat berakibat buruk pada ibu dan bayi
apabila tidak mendapatkan asuhan keperawatan yang sesuai dan segera.
4.2 Saran
Bagi pembaca diharapkan dapat memahami konsep ketuban pecah dini,
kelahiran preterm dan kelahiran posterm agar dapat mengetahui apa saja yang
menjadi penyebab masalah-masalah tersebut sehingga dapat membantu dalam
pencegahannya.
Bagi perawat agar dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan secara baik
dan benar guna untuk mengurangi AKI dan AKB di negara kita. Selain itu agar
perawat dapat juga untuk membantu mencegah terjadinya masalah keperawatan
pada ibu hamil tersebut.
84
DAFTAR PUSTAKA
85