You are on page 1of 3

1. Alasan penggunaan metode penelitian kualitatif dalam riset.

Pada dasarnya, terdapat tiga metode penelitian yang dapat digunakan oleh
para peneliti untuk melakukan suatu riset yaitu metode kuantitatif, kualitatif dan
campuran. Sebagaimana dijelaskan oleh Creswell (2014), pemilihan suatu metode
penelitian tersebut utamanya dipengaruhi oleh rumusan masalah dan pertanyaan
yang mendasari suatu riset. Secara umum, penelitian kuantitatif dilakukan untuk
menguji teori dengan meneliti hubungan antar variabel yang dikuantifikasikan dan
diukur serta dianalisis dengan prosedur statistik. Penelitian kualitatif dilakukan untuk
mengeksplorasi dan memahami suatu masalah. Sementara itu, metode penelitian
campuran mengombinasikan kedua metode tersebut.
Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa
digunakan

untuk

melakukan

penelitian

yaitu

pendekatan

penelitian

yang

dapat

deskriptif/naratif,

fenomenologi, grounded theory, etnografi, dan studi kasus (Creswel, 2014 dan Noor,
2011). Adapun permasalahan yang dihadapi oleh objek penelitian merupakan
permasalahan yang bersifat kontekstual sehingga peneliti akan menggunakan
pendekatan studi kasus untuk menganalisis secara mendalam permasalahan yang
dihadapi oleh objek penelitian. Sekaran (dalam Noor, 2011) menjelaskan bahwa
studi kasus dilakukan dengan melakukan analisis secara mendalam dan kontekstual
terhadap situasi atau permasalahan yang mirip dalam organisasi lain di mana
masalah yang terjadi di organisasi lain tersebut serupa dengan masalah yang
dialami saat ini. Studi kasus dapat digunakan untuk memahami kasus nyata pada
saat ini secara mendalam terutama ketika batasan antara fenomena dan konteks
kasus tersebut belum dapat dibuktikan dengan jelas (Yin, 2014).
Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus merupakan metode
penelitian yang didasarkan pada paradigma interpretivism atau Post-positivist
(Hennink, Hutter dan Bailey, 2012). Hennink, Hutter dan Bailey menjelaskan bahwa
dalam paradigma interpretivisme akan diperoleh pemahaman yang mendalam
mengenai suatu permasalahan berdasarkan perspektif partisipan. Paradigma ini
menekankan pentingnya interpretasi dan observasi dalam memahami suatu kasus
atau permasalahan dalam dunia sosial. Berdasarkan pandangan ini, secara sosial,
realita merupakan pengalaman masyarakat yang terjadi dalam konteks sosial,
budaya,

histori

dan

personal.

Dengan

mendasarkan

diri

pada

paradigma

interpretivisme, peneliti akan memahami suatu masalah sosial secara komprehensif


sesuai dengan konteks yang ada sehingga dapat memecahkannya.
Dengan demikian, sesuai dengan permasalahan yang ada, penelitian akan
dilakukan dengan pendekatan kualitatif khususnya studi kasus dimana peneliti
berusaha menggambarkan fenomena yang terkait dengan masalah penelitian pada
objek penelitian. Dengan menggunakan studi kasus, peneliti akan memperoleh
gambaran yang menyeluruh, mendalam, sistematis, faktual dan akurat mengenai
masalah atau kasus yang sedang diteliti sehingga dapat memberikan solusi atas
permasalahan tersebut. Selain itu, banyak teori, konsep dan prinsip dapat dihasilkan

dari temuan studi kasus yang dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain. Kemudian,
sebagaimana dikatakan oleh Hennink, dkk, Qualitative research humanizes
science.
2. Contoh paragraf yang berisi kutipan.
Dari Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan
Tahun 2010 dan 2011, dapat diketahui bahwa terdapat salah satu temuan yang
menjadi perhatian utama pihak Kementerian Keuangan yaitu adanya permasalahan
dalam sistem pengendalian intern pencatatan piutang pajak sehingga dinilai kurang
memadai. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern pencatatan
piutang pajak masih memiliki kelemahan. Sistem pengendalian intern yang baik
dapat mencegah adanya salah saji dalam laporan keuangan (Arens, 2008; Bastian,
2014;

Mulyadi,

2001)

sehingga

organisasi

perlu

menciptakan

dan

mengimplementasikan sistem pengendalian intern yang memadai.


Sistem pengendalian intern harus memiliki unsur-unsur yang saling melengkapi
agar dapat berjalan dengan baik. Sehubungan dengan hal tersebut Mulyadi (2001)
mengemukakan bahwa,
Unsur pokok dalam sistem pengendalian intern adalah:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan
yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya.
Sementara itu, dalam Internal Control Integrated Framework yang diterbitkan oleh
Committee

of

Sponsoring

Organization

(COSO)

dari

Treadway

Commission

disebutkan bahwa komponen atau unsur-unsur pokok sistem pengendalian intern


terdiri dari Lingkungan Pengendalian, Penilaian Risiko, Informasi dan Komunikasi,
Aktivitas Pengendalian, dan Pemantauan (Albrecht, dkk., 2012; Arens, 2008;
Bastian, 2014).
REFERENSI
Albretch, Steve W., dkk. 2012. Fraud Examination. South Western: Cengage Learning.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance,
Pendekatan Terintegrasi. Jilid I Edisi Ke-12. Penerj: Herman Wibowo. Jakarta:
Erlangga.
Bastian, Indra. 2014. Audit Sektor Publik:
Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.

Pemeriksaan

Pertanggungjawaban

Creswell, John W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed


Approaches. Thousand Oaks, California: SAGE Publications.
Hennink, Monique, Inge Hutter, Ajay Bailey. 2012. Qualitative Research Methods.
Thousand Oaks, California: SAGE Publications.
Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun
2010. 2011. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.
Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Tahun
2011. 2012. Jakarta: Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.


Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Karya Ilmiah.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

You might also like