Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 2
TEP-C
Firmansya
(141710201033)
Anggara Dwi Y
(141710201037)
Siti Khuzaimatul U
(141710201064)
Puri Rahayu
(141710201074)
(141710201104)
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air mempunyai peranan yang penting untuk kelangsungan hidup sebagai
pemenuh berbagai keperluan manusia misalnya pada kegiatan rumah tangga,
pertanian, perikanan, industri, sumber energi, sarana transportasi, tempat rekreasi.
Semakin berkembangnya zaman, kini kualitas dan mutu air mulai berkurang. Hal
ini disebabkan oleh banyaknya pencemaran air yang merajalela di setiap wilayah.
Seperti pencemaran limbah indutri, limbah rumah tangga, limbah pertanian dan
lain sebagainya. Air yang tercemar tersebut banyak mengandung zat-zat kimia
dalam kadar yang tidak tentu, baik zat kimia organik maupun anorganik. Apabila
kandungan zat-zat tersebut terlalu banyak jumlahnya di dalam air, maka air
tersebut dapat menimbulkan bencana bagi kelangsungan makhluk hidup
disekitarnya.
Air sawah merupakan salah satu jenis air yang berpengaruh terhadap
kelangsungan makhluk hidup di dalamnya. Air sawah dapat menghasilkan limbah,
limbah dari air sawah tersebut dikenal dengan limbah pertanian. Limbah pertanian
merupakan salah satu yang dapat menyebabkan pencemaran air bagi
kelangsungan makhluk hidup disekitarnya. Limbah pertanian ini dapat berupa
limbah padat, cair dan gas. Pada kualitas air ini limbah yang sangat berpengaruh
di bidang pertanian ini berupa limbah cair. Limbah cair pertanian itu sendiri
dihasilkan oleh pencucian pupuk dan hasil ekskresi. Limbah tersebut akan terbawa
dan bercampur pada sungai, danau atau genangan air yang menampung air dalam
jumlah besar. Bercampurnya limbah tersebut kedalam air, dapat mengakibatkan
penurunan pH air dan kematian pada organisme diperairan tersebut. Untuk
mengetahui keadaan tersebut, maka diperlukan sebuah analisis kualitas air untuk
menentukan dan menghitung zat-zat yang terkandung dalam air sawah. Analisis
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran pada parameter kualitas
air meliputi pH, alkalinitas, zat terlarut, COD, BOD, TSS, TDS dan Kesadahan
dan selanjutnya membandingkan nilai parameter kualitas air dari hasil pengukuran
di lapangan dengan baku mutu perairan sesuai peruntukannya yang berlaku di
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas IV
Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
Parameter
II
III
IV
TSS
50
50
400
400
DO
pH
6-9
6-9
6-9
6-9
12
BOD
COD
10
25
50
Sumber : Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Selain itu, parameter kualitas air dapat
100
Berikut
adalah
macam-macam
parameter
yang
menjadi
misalnya garam dan sebagainya) yang terdapat pada sebuah larutan. TDS meter
menggambarkan jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama
dengan milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi di atas
seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan
yang berdiameter 2 micrometer (210-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan
adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan
aquarium, kolam renang, proses kimia, pembuatan air mineral, dan sebagainya.
Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh,
ataupun air murni untuk keperluan kimia (misalnya pembuatan kosmetika, obatobatan, makanan, dan lain-lain) (Insan, 2008).
Prinsip pengukuran total padatan terlarut adalah senyawa-senyawa terlarut
yang dapat melewati kertas saring dan tetap tertinggal setelah filter diuapkan pada
1030C sampai 1050C. sedangkan padatan tersuspensi total adalah senyawa yang
tertinggal pada kertas saring. Adapun alat yang digunakan untuk mengukur TSS
adalah TDS meter. Berikut gambara alat TDS meter.
dalam air berupa bahan-bahan organik dan anorganik yang dapat disaring dengan
kertas millipore berporipori 0,45 m. Materi yang tersuspensi mempunyai dampak
buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi matahari ke dalam badan
air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan gangguan pertumbuhan bagi
organisme produser (Huda,2009). Bagian yang termasuk TSS adalah lumpur,
tanah liat, logam, oksida, sulfide, ganggang, bakteri dan jamur. TSS memberikan
kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk
fotosintesis dan visibilitas perairan sehingga nilai kekeruhan tidak dapat
dikonversi ke nilai TSS (Sutrisno et al, 201 3).
Untuk menghilangkan TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan
penyaringan. Prinsip analisa pengukuran TSS yaitu semua zat yang terlarut dalam
air yang tertahan membrane saring yang
membrane saring tersebut dikeringkan dalam oven pada temperatur 103 oC -105oC
hingga diperoleh berat yang tetap. (Rahmawati et al, 2005). Selain menggunakan
prinsip analisa seperti yang dipaparkan diatas pengukuran TSS juga dapat
menggunakan alat multiparameter.
Alkalinitas
Alkalinitas adalah kemampuan air dalam menyangga atau menetralisir
juga sebagai
untuk
menetralkan asam atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan
kation hidrogen. Alkalinrtas juga diartikan sebagai kapasitas penyangga terhadap
perubahan pH perairan. Secara khusus, alkalinitas sering disebut sebagai besaran
yang menunjukkan kapasitas menyangga dari ion bikarbonat, dan sampai tahap
terlentu terhadap ion karbonat dan hidroksida dalam air. Semakin tinggi
alkalinitas maka kemampuan air untuk menyangga lebih tinggi sehingga fluktuasi
pH perairan semakin rendah. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm
(mg/l) kalsium karbonat (Cole, 1988).
2.2.5 Kesadahan
Istilah kesadahan digunakan untuk menunjukkan kandungan garam
kalsium dan magnesium yang terlarut, dinyatakan sebagai ekuivalen (setara)
kalsium karbonat. Air sadah adalah air yang mengandung beberapa jenis mineral
yaitu Ca, Mg, Sr, Fe dan Mn yang konsentrasinya tinggi sehingga mengakibatkan
air menjadi keruh dan dapat mengurangi daya kerja sabun serta menimbulkan
kerak pada dasar ketel. Kesadahan air dikenal dengan nama kekerasan air (hard
water).
Menurut Gabriel (2001), berdasarkan kadar kalsium di dalam air maka
tingkat kesadahan air digolongkan dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
1. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 0-75 mg/l disebut air lunak (soft water)
2. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 75-150 mg/l disebut moderately hard
water
3. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 150-300 mg/l disebut hard water
4. Kadar CaCO3 terdapat dalam air 300 mg/l ke atas disebut very hard water
Menurut Gaman (1992), berdasarkan kandungan mineral maka kesadahan
air dibagi dalam 2 (dua) golongan yaitu:
a. Kesadahan air sementara/temporer disebut pula kesadahan
karbonat. Air disebut mempunyai kesadahan sementara apabila
kesadahannya dapat dihilangkan dengan pendidihan, mengandung
kalsium dam magnesium bikarbonat. Air dengan tipe ini terdapat di
daerah berkapur. Sejumlah kecil karbon ioksidasi terlarut dalam air
hujan membentuk asam lemah yaitu asam bikarbonat.
H2O + CO2 H2CO3
Air dioksida
Karbon dioksida
Asam karbonat
Asam karbonat secara perlahan-lahan melarutkan kalsium karbonat
membentuk kalsium bikarbonat yang larut.
b. Kesadahan air tetap/permanen disebut pula kesadahan non
karbonat.
Air dengan kesadahan tetap mengandung sulfat dan klorida
kalsium dan magnesium yang terlarut dalam air hujan yang lewat
menerobos batu-batuan yang mengandung garam-garam tersebut.
Menurut (Gaman, 1992) metode penghilang kesadahan air antara lain adalah
sebagai berikut.
1. Pendidihan (pemanasan)
Kapur
harus
ditambahkan
pada
jumlah
yang
telah
Imhoff
Analisis Imhoff adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui
jumlah zat terendap pada sampel air dengan menggunakan kerucut imhoff.
Analisis imhoff juga merupakan salah satu contoh metode gravimetri. Analisis
imhoff ini memerlukan waktu selama 1 jam dikarenakan harus menunggu dan
hanya dapat digunakan untuk kadar komponen yang cukup besar. Suatu kesalahan
kecil, secara relatif akan berakibat besar. Kendati demikian gravimetri masih
dipergunakan untuk keperluan analisis karena waktu pengerjaannya yang tidak
perlu terus-menerus dilakukan analis karena setiap tahapan pengerjaan memakan
waktu yang cukup lama. Sebagian analisis gravimetri menyangkut unsur yang
akan ditentukan menjadi senyawa murni yang stabil dan mudah diubah ke dalam
bentuk yang dapat ditimbang. Berikut gambar tabung kerucut yang digunakan
untuk pengukuran secara imhoff.
Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organic dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut maupun bahan anorganik dan organic yang berupa
plankton dan mikroorganisme yang lain.
Kekruhan dinyatakan dalam satuan turbiditas yang setara dengan 1
mg/liter SiO2. Peralatan yangpertama kali digunakan untuk mengukur kekeruhan
adalah Jacson Candler Turbidimeter, yang dikalibrasi dengan menggunakan
silika. Kemudian Jacson Candler Turbidimeter dijadikan alat baku atau standart
bagi pengukuran kekeruhan. Satu unit Jacson Candler Turbidimeter dinyatakan
dengan satuan 1 JTU. Pengukuran kekeruhan dengan menggunakan Jacson
Candler Turbidimeter bersifat visual yaitu membandingkan air sampel dengan
standart.
Selain dengan menggunakan Jacson Candler Turbidimeter, kekeruhan
sering diukur dengan metode Nephelometric. Pada metode ini, sumber cahaya
dilewatkan pada sampel dan intensitas cahay yang dipantulkan oleh bahan bahan
DO (Dissolved Oxygen)
DO (Dissolved Oxygen) atau yang lebih dikenal sebagai oksigen yang
terlarut merupakan jumlah oksigen terlarut di dalam air yang dikur dalam satuan
milligram per liter (mg/l). komponen ini merupakan parameter yang penting bagi
organisme dalam air misalnya ikan. Besar kecilnya oksigen yang terlarut dalam
suatu cairan dipengaruhi oleh temperatur air. Biasanya oksigen pada air yang
temperaturnya dingin memiliki kandungan oksigen terlarut labih tinggi
dibandingkan air yang temperaturnya lebih tinggi (Siregar, et al. 2004).
Oksigen diperlukan oleh organisme air untuk menghasilkan energi yang
sangat penting bagi perencanaan dan asimilasi pemeliharaan keseimbangan
osmotik, dan aktivitas lainnya. Jika persediaan oksigen terlarut diperairan sangat
sedikit maka perairan tersebut tidak baik bagi ikan dan makhluk hidup lainnya
yang hidup di perairan, karena akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan
organisme air tersebut. Kandungan oksigen terlarut minimum 2 mg/l sudah cukup
mendukung kehidupan organisme perairan secara normal (wardana, 1995).
>6,5
4,5-6,4
Tercemar ringan
2,0-4,4
Tercemar sedang
<2,0
Tercemar berat
Sumber
2.2.8
oksigen yang digunakan oleh mikroorganisme dalam proses oksidasi aerobik, atau
penguraian bahan organik di dalam air. Biasannya semakin besar jumlah material
organik dalam air maka semakin besar pula oksigen yang digunakan untuk
oksidasi aerobik (Siregar, et al. 2004).
Semakin besar nilai BOD maka menunjukan bahwa derajat pengotoran air
limbah semakin besar. Reaksi yang terjadi dalam botol BOD adalah reaksi aerob
dan terjadi dua fase terpisah yaitu kebutuhan karbon dan kebutuhan nitrogen.
BOD5 merupakan salah satu indikator pencemaran oragnik pada suatu perairan.
Perairan dengan nilai BOD5 tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar
oleh bahan organik. Bahan organik yang akan distabilkan secara biologik dengan
melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Untuk tes
BOD diperlukan waktu 5 hari karena dalam waktu tersebut sebanyak 60-70%
kebutuhan terbaik karbon dapat tercapai yang dikenal sebagai BOD L. Selama 12
hari bakteri nitrifikasi mulai mengoksidasi ammonia, pada fase ini kevutuhan
oksigen mempunyai nilai terbaik dan dikenal sebagai BOD LN selama 50 hari
(Sugiharto, 1987).
Menurut Sutrisno, T. (2006) pengukuran BOD dilakukan melalui cara
yang di standarisasi dengaan tes yang dilakukan di tempat yang geap, pada
temperature tertentu dan periode waktu terbatas. Pengukuran BOD pada dasarnya
dilakukan dengan menempatkan sampel pada botol 300 ml di inkubasi pada
temperature 20oC selama 5 hari. Perbedaan konsentrasi DO pada akhir dan semula
dihitung. Selain itu, untuk memperkirakan pengaruh konsenrasi adaanya
mikroorganisme diadakan dilusi dan penambahan mikroorganisme (seeding).
Tabel 2. Status Kualitas Air Berdasarkan Nilai BOD5
Sumber
2.2.9 COD (Chemycal Oxygen Demand)
COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses oksidasi
kimia yang dinyatakan dalam mg O2/l. Dengan mengukur nilai COD maka akan
diperoleh nilai yang menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses
oksidasi terhadap total senyawa organik baik yang mudah diuraikan secara
biologis maupun terhadap yang sukar atau tidak bisa diuraikan secara biologis.
COD atau kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2 ) yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air,
dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakansebagai sumber oksigen.
Menurut Sastrawijaya (2000) COD erat kaitannya dengan BOD. Banyak zat
organik yang tidak mengalami penguraian biologi secara cepat berdasarkan
pengujian BOD5. Tetapi senyawa-senyawa organik ini tetap menurunkan kualitas
air. Karena itu perlu diketahui konsentrasi organik dalam limbah dan setelah
masuk dalam perairan. Untuk itulah tujuan diadakannya uji COD. Pengujian COD
dibutuhkan dengan mengambil contoh dengan volume tertentu yang kemudian
dipanaskan dengan larutan kalium kromat dengan kepekaan tertentu. Dengan
katalis asam sulfat diperlukan waktu dua jam, maka kebanyakan zat organik telah
teroksidasi. Dengan penentuan jumlah kalium dikromat yang dipakai, maka COD
contoh dapat dihitung. Dalam pengujian ini tiga hal yang dierhatikan :
1. Zat organik yang dapat mengalami biodegradasi yang biasanya diuraikan oleh
bakteri dalam uji BOD5.
2. Zat organik yang dapat mengalami biodegradasi yang tidak dapat diuraikan
bakteri dalam waktu lima hari, tetapi akhirnya akan terurai dan menurunkan
kualitas air.
3. Zat organik yang tidak dapat mengalami biodegradasi
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
2. Oven
6. Kertas Saring
3. Desikator
7. Air sawah
4. Timbangan
8.
9.
5. H2SO4 0,1 N
2. Pipet
6. Na2S2O3 0,1N
3. Buret
4. Air sawah
9.
10.
11.
12. 3.2.4 Alat dan Bahan Analisis TSS
1. Cawan penguapan
2.
3. Oven untuk pemanasan
4. Desikator
5. Timbangan/neraca
19
3.2.5
1.
2.
3.
4.
5.
Erlemeyer 250 ml
Desikator
Coloumn Chromatography
Labu takar
Air dan H2SO4
6.
7.
Air sawah
Indikator metil jingga
8. NaOH, Natrium Karbonat,
Na2CO3 0,1 N
9.
10.
1.
2.
3.
4.
5.
Erlemeyer 250 ml
Desikator
Coloumn Chromatography
Labu takar
Air dan H2SO4
6.
Na2CO3 0,1 N
8. Air sawah
9.
Pemanas
10.
7. Filter kertas.
8. Bejana hisap.
9. Jaring-jaring dari stainless
Cawan penguapan.
Oven untuk pemanasan.
Desikator.
Timbanagan.
Cawan
gooch
(alat
stell.
10. Air sawah
11. Zat padat terendap
penyaring membran).
3.2.8
3.2.9
6. Air sawah
2. Inkubator
7. Larutan MnSO4
3. Labu takar
8. Larutan Alkali-Iodida-Azida
4. pipet
9. Indikator amilum
250 ml
9. Air sawah
10. Larutan MnSO4
11. Larutan
Alkali-IodidaAzida
12. Indikator amilu
13. Larutan tiosulfat 0,025 N
1. Aquades
4. Gelas arloji
5. Erlenmeyer 250 dan 500 ml
6. Labu takar
7. Pipet
14.
15.
16.
26.
31.
37.
41.
47.
48.
49.
50. 3.3.8 Uji DO
51.
52.
53.
54. 3.3.9 Uji COD
55.
56. Gambar 3.10 Flowchart Prosedur kerja uji COD
57. 3.3.0 Uji kekeruhan
58. Gambar 3.11 Flowchart Prosedur kerja uji kekeruhan
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
lakukan di laboratorium dan Air sungai dilakukan di praktikum lapang (Air sungai
Antirogo). Hasil dari pengukuran kualitas air dilakukan berdasarkan parameter
tiap sampel. Berikut adalah hasil pengukuran.
72.
73.
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Do, pH, T dan TDS Air Sungai (dilapang)
dengan Multiparameter
74.
75.
76.
77.
80.
81.
82.
2,
6,
85.
86.
87.
2,
6.
90.
91.
92.
2.
6.
94.
95.
96.
97.
2,
6,
79.
1
84.
2
89.
3
78. TDS
(ppm)
83. 199
88. 198
93. 197
98. 198
99.
100. Tabel 4.2 Data Pengukuran Kualitas Air Sawah
101. Param
eter
Bak
u
A
n
a
l
i
s
i
s
d
a
u
t
e
n
g
u
k
u
r
a
106. TSS
n
107.
(mg/l)
109. TDS
110.
(ppm)
108.
500
226,
7
(
T
o
t
a
l
P
a
d
a
t
a
n
112. pH
113.
)
114.
6,4
6,58
,
5
115. Alkali
nitas
116.
117.
sementar
40,3
a (mg/l)
118. Alkali
nitas
Total
119.
151,
120.
(mg/l)
121. Kesada
han
122.
123.
Sementar
0,8
125.
126.
60
128.
129.
0,9
131.
132.
30,2
a (mg/l)
124. Kesada
han Tetap
(mg/l)
127. IMHO
F (ml/l)
130. Kekeru
han
(NTU)
133. DO
134.
135.
(ppm)
136. BOD5
2,48
137.
(pmm)
78,5
139. COD
(ppm)
6
140.
302,
138.
141.
-
5
142.
143.
144. Parameter
No
146.
149.
151. 226,7
152.
153. pH
154. 6,4
155.
158.
(mg/l)
159. Alkalinitas Total
161.
(mg/l)
162. Kesadahan Sementara
164.
(mg/l)
165. Kesadahan Tetap
167.
(mg/l)
168. IMHOF (ml/l)
170.
173.
174. DO (ppm)
175. 2,48
10
176.
178. 78,56
11
179.
181. 302,5
12
Pengukuran
148. 67,5
157. 40,3
160. 151,2
163. 0,8
166. 4,8
169. 0,9
172. 30,2
182.
183. Berikut Standart baku mutu air sawah berdasarkan pp nomer 82
tahun 2001
184. Table
185.
186.
4.2 PEMBAHASAN
187. 4.2.1. Air Sungai
188.
alat ukur Multiparameter data yang diperoleh yaitu seperti yang ditunjukkan pada
tabel 4.1. Pengukuran diatas tujuannya yaitu untuk mendapatkan 4 parameter yang
dapat mewakilkan kondisi air disungai tersebut yaitu DO, pH, T (suhu) dan TDS.
Nilai hasil pengukuran berturut-turut dari 4 parameter yaitu 2,8 ppm, 6,69 pH,
27,37 C, dan 198 ppm.
189.
dari
nilai
total
padatan
tersuspensi.
Hal
ini
seperti
air
sawah,
limbah
organik
yang
masuk
199. 4.2.8 DO
200.
pada
sawah
menunjukkan
berkisarantara
bahwa
air
sawah
2,48
ppm.
Hal
oksigennya
ini
tinggi
pencemaran
limbah
organik
adalah
COD.
Nilai
COD
COD air sawah berkisar 302,5mg/l. Nilai COD air sawah lebih tinggi atau
mempunyai selisih banyak dari nilai BOD. Nilai COD yang diperoleh pada
penelitian ini jauh lebih besar dibandingkan BOD5. Menurut Metcalf and Eddy
(1979), perbedaan nilai COD dengan BOD5 biasanya terjadi pada perairan
tercemar karena bahan organik yang mampu diuraikan secara kimia lebih besar
dibandingkan penguraian secara biologi.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228. BAB 5. KESIMPULAN
229.
230.
Berdasarkan
pembahasan
kualitas
air
diatas,
maka
dapat
5. Kualitas air yang baik bagi suatu perairan dengan keadaan diamana parameter
yang ada dalam perairan tersebut dapat terjaga dan terkontrol dengan baik serta
tetap stabil setiap saat sehingga dapat tercapai keadaan yang optimal bagi
kegiatan makhluk hidup.
231. Baku mutu air sawah tergolong ke dalam baku mutu air kelas 3
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245. LAMPIRAN
246. PENGUKURAN DO
247.
DO0
249. Tit
rasi
Akhir
251.
Awal
252. 0,5
253. 1
254.
255. 1
256. 1,8
257.
258. titr
259. 1,3
asi
260.
250. Titrasi
262. Tit
263. Titrasi
rasi
Akhir
264.
Awal
265. 7
266. 8,3
267.
268. 8,3
269. 9,1
270.
271. titr
272. 2,1
asi
273.
274. OT atau DO (ppm) =
276.
6,5
6,25
= 1,04 ppm
278.
T x N x 0,2 x 1000
0,025. A
10,5
= 3,125
= 3,36 ppm
279. Keterangan:
280. A = Kapasitas volum (ml) botol BOD
281. N = Normalitas titran
282. T = Volum titran (ml) yang terpakai
283. 0,2 = mg oksigen yang setara dengan 1 ml
284.
DO5
286. Tit
287. Titrasi
rasi
Akhir
288.
Awal
289. 17,
290. 19,5
291.
5
292. 19,
293. 20,6
294.
5
295. titr
296. 3,1
asi
297.
d. Titrasi Air sawah (mgO2/I)
298.
299. Tit
300. Titrasi
rasi
Akhir
301.
Awal
302. 22
303. 23,5
304.
305. 23,
306. 23,9
307.
5
308. titr
309. 1,5
asi
310.
311. OT atau DO (ppm) =
313.
15,5
6,25
T x N x 0,2 x 1000
0,025. A
= 2,48 ppm
7,5
= 3,125
315.
= 2,4 ppm
316. Keterangan:
317. A = Kapasitas volum (ml) botol BOD
318. N = Normalitas titran
319. T = Volum titran (ml) yang terpakai
320. 0,2 = mg oksigen yang setara dengan 1 ml
321. PENGUKURAN BOD
322. BOD
( X 0X 5 ) ( B 0B5 ) (1P)
P
323.
324.
325.
0,96+1,3968
0,03
326.
=78,56 ppm
327. UJI
KESADAHAN
SEMENTARA
1. Uji kesadahan sementara
328.
329.
330.
Vo
331.
Vt
332.
Vt-Vo
333.
16,7
17,5
0,8
TETAP
DAN
KESADAHAN
334.
Kesadahan sementara =
335.
ml .titran x 0,001 x 10
ml sampel
0,8 x 0,001 x 10
100
= 0,8 ppm
338.
339.
Vo
340.
Vt
341.
Vt-Vo
342.
22,8
23,4
0,6
343.
344.Titrasi Blanko
345.
346.
347.
Vo
348.
Vt
349.
Vt-Vo
350.
16,7
351.
17,5
0,8
352.Kesadahan tetap =
353.
= 4,8ppm
=0,8 + 4,8
356.
=5,6 ppm
357.