Professional Documents
Culture Documents
dampak kenaikan harga BBM memberikan tekanan pada inflasi di tahun 2008. Bank Indonesia
juga melihat bahwa tren peningkatan permintaan domestik turut memberikan tekanan pada
inflasi inti. Perkembangan ini mendasari pertimbangan Bank Indonesia untuk menaikkan BI Rate
pada bulan ini. Inflasi pada tahun 2008 kemungkinan akan meningkat pada kisaran 11,5-12,5% .
Namun memperkirakan bahwa dengan berbagai kebijakan yang telah dan akan dilakukan, baik
oleh Bank Indonesia maupun Pemerintah, inflasi akan kembali mengarah ke satu digit di tahun
2009 pada kisaran 6,5%1%.
Bank Indonesia akan memfokuskan pada upaya meredam dampak tidak langsung dari kenaikan
harga BBM dan pangan. Untuk itu Indonesia akan memanfaatkan secara optimal seluruh piranti
moneter yang ada, baik melalui BI Rate, pengendalian volatilitas nilai tukar, penyerapan ekses
likuiditas, optimalisasi Operasi Pasar Terbuka (OPT), maupun kebijakan-kebijakan lainnya.
Dalam rangka optimalisasi pengendalian Operasi Pasar Terbuka , maka terhitung sejak tanggal 9
Juni 2008, Bank Indonesia akan melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI
1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Dengan perubahan
tersebut, Indonesia akan menjaga pergerakan suku bunga PUAB O/N disekitar level BI Rate.
Penerapan inflation targeting framework dalam rejim nilai tukar mengambang bebas akan tetap
menjadi pegangan Bank Indonesia. Upaya menjaga volatilitas nilai tukar merupakan unsur
penting dari kebijakan tersebut dalam menurunkan tekanan inflasi. Ke depan, Indonesia melihat
ruang bagi apresiasi rupiah, sejalan dengan dukungan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Inflasi IHK Mei 2008 secara bulanan berada jauh di atas pola historisnya dan meningkat menjadi
1,41% dari 0,57% di bulan sebelumnya. Sementara itu, secara tahunan, inflasi Mei 2008 tercatat
sebesar 10,38% atau meningkat signifikan dibanding inflasi tahunan bulan sebelumnya (8,96%).
Dengan perkembangan tersebut, inflasi year-to-date sampai dengan bulan Mei 2008 telah
mencapai 5,47%. Kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir bulan memberi dampak yang
signifikan pada peningkatan laju inflasi Mei 2008. Aksi menaikkan harga berbagai komoditas
menjelang kenaikan harga BBM berkontribusi terhadap tingginya inflasi Mei 2008. Mengingat
bahwa dampak kenaikan BBM diperkirakan belum sepenuhnya terefleksi pada inflasi di bulan
Mei 2008 maka tekanan inflasi akibat kenaikan harga BBM diperkirakan masih akan berlanjut
kembali di bulan-bulan selanjutnya. Meski dihadapkan pada tekanan inflasi yang tinggi, namun
perekonomian Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik. Hal ini dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2008 yang tumbuh cukup tinggi sebesar 6,3%. Angka
pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya investasi non bangunan. Di sisi lain,
kenaikan harga beberapa komoditas pertanian dan barang tambang di pasar internasional
memberikan sumbangan pada meningkatnya ekspor. Kenaikan harga tersebut didukung pula oleh
permintaan yang masih tinggi dari negara-negara emerging market. Neraca Pembayaran
Indonesia (NPI) diprakirakan mencatat kinerja yang baik terutama disumbang oleh neraca
transaksi berjalan. Surplus transaksi berjalan triwulan II-2008 diperkirakan tetap tinggi mencapai
USD 2,6 miliar atau 2,3% dari PDB. Untuk keseluruhan tahun 2008,diprakirakan Neraca
Pembayaran Indonesia berpotensi lebih baik dari perkiraan semula. Faktor tingginya harga
komoditas internasional masih mendukung kinerja ekspor. Masih kuatnya kinerja NPI
mengindikasikan bahwa perekonomian kita memiliki ketahanan dan selanjutnya akan berdampak
positif terhadap kestabilan nilai tukar rupiah. Cadangan devisa sampai dengan akhir Mei 2008,
tercatat masih tinggi mencapai USD 57,5 miliar. Sementara nilai tukar rupiah selama bulan mei
ini relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya.
Industri perbankan secara umum masih menunjukkan kinerja dan ketahanan yang baik.
Pelaksanaan fungsi intermediasi yang terus meningkat sebagian besar didanai dari dana Pihak
Ketiga (DPK). Kredit perbankan April 2008 naik Rp 22,9 triliun (2,1%) dari Rp.1.080,1 triliun
menjadi Rp.1.103,1 triliun. Secara year-on-year (April 2008 -April 2007), kredit meningkat
Rp.247,7 triliun atau sekitar 29%. Sekitar 71% dari total kredit ini dialokasikan kepada kredit
modal kerja dan investasi. DPK pada periode yang sama naik 1,1% dari Rp 1.466,2 triliun
(Maret 2008) menjadi Rp 1.481,8 triliun (April 2008). Kenaikan kredit yang lebih besar dari
kenaikan DPK pada bulan ini menyebabkan rasio LDR perbankan naik dari 73,7% (Maret 2008)
dan kembali mencapai level tertinggi 74,4% pada April 2008. Sementara rasio non performing
loans (NPL) perbankan baik gross maupun net naik sedikit, dari 4,33% menjadi 4,39%, dan dari
1,78% menjadi 1,83%. Ke depan, Indonesia tetap melaksanakan kebijakan moneter secara
konsisten dan terukur untuk mengamankan arah perkembangan inflasi sebagaimana tersebut di
atas. Untuk itu Penelitian ini dilakukan dengan judul Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat inflasi di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Tingkat BI rate yang ditetapkan Bank Indonesia berpengaruh signifikan terhadap
tingkat inflasi dalam perekonomian Indonesia.
2. Apakah tingkat pengangguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
3. Apakah Jumlah Uang beredar M1 berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
4. Apakah Jumlah Uang Beredar M2 berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di
Indonesia.
5. Apakah Pengeluaran pemerintah berpengaruh signifikan terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitiansebagai berikut :
1. Untuk menganalisa pengaruh Tingkat BI rate yang ditetapkan Bank Indonesia berpengaruh
signifikan terhadap tingkat inflasi dalam perekonomian Indonesia.
2. Untuk menganalisa pengaruh tingkat pengangguran terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
3. Untuk menganalisa pengaruh Jumlah Uang beredar M1 terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
4. Untuk menganalisa pengaruh Jumlah Uang Beredar M2 terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
5. Untuk menganalisa Pengeluaran pemerintah terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
jumlah uang beredar (M2) ( kecuali dalam kasus ekstrim) akam menyebabkan, baik tingkat harga
maupun tingkat output mengalami kenaikan. Dengan kenaikan didalam output tersebut, kenaikan
di dalam tingkat harga akan menjadi lebih kecil daripada kenaikan di dalam jumlah uang beredar
(tidak proporsional), sekalipun kecepatan perputaran uang beredar itu konstan.
Didalam model Keynesian, jumlah uang beredar (Ms) hanyalah salah satu ( bukan satu-satunya )
faktor penentu tingkat harga. Namun didalam jangka pendek, ada banyak faktor lain menurut
Keynesian yang mempengaruhi tingkat harga, seperti pengeluaran konsumsi rumah tangga (C),
pengeluaran investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan pajak (T). Seperti halnya dengan
kaum klasik dan moneteris, para ahli ekonomi Keynesian kotemporer (contemporary Keynesian)
percaya bahwa inflasi merupakan fenomena moneter dan sebagai akibatnya, mereka menetapkan
pengurangan laju pertumbuhan jumlah uang beredar sebagi salah satu cara untuk mengurangi
tingkat inflasi. Tetapi walaupun demikian, menyangkut sejumlah isu yang berkaitan dengan
inflasi, seperti kaitan antar tingkat inflasi dan pengangguran misalnya, Keynesians dan moneteris
memiliki pandangan yang sangat berbeda satu dengan yang lainnya. Analisis Keynesian
menunjukkan bahwa kenaikan jumlah unga beredar yang terus-menerus memiliki pengaruh yang
sama, baik atas kurva permintaan agregat (AD) maupun kurva penawaran agregat (AS) yaitu
kurva permintaan agregat akan bergeser kekanan dan kurva penawaran agregat akan bergeser
kekiri, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.1. kesimpulanya adalah sama dengan kesimpulan
yang dikemukakan kaum moneteris yaitu bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar yang pesat
akan menyebabkan tingkat harga mengalami kenaikan secara terus menerus dengan laju yang
tinggi, yang berarti menciptakan inflasi
A. Hipotesa Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah serta tinjauan teori, maka hipotesa dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Tingkat BI rate berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia
2. Tingkat Pengangguran berpengaruh negatif terhafap tingkat inflasi di Indonesia.
3. Jumlah uang beredar M1 berpengaruh negatif terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
4. Jumlah uang beredar M2 berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia.
5. Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap tingkat inflasi di Indonesia.