You are on page 1of 8

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini dapat dilihat, limbah buah kelapa muda kebanyakan dibuang begitu
saja. Limbah ini dibuang dan ditumpuk untuk meninggikan tanah. Hal ini dapat
dilakukan oleh penjual yang masih memiliki lahan atau di sekitarnya terdapat bagian
tanah yang dapat digunakan untuk membuang. Kalau bagi penjual yang berada di
daerah kota yang tidak memiliki lahan, ada sistem kerjasama dengan pemasok kelapa
muda, untuk ikut mengambil kembali limbah tersebut. Bagi penjual dengan omset
yang besar akan memerlukan jumlah kelapa muda yang banyak dan tentunya juga
akan menghasilkan limbah kelapa yang besar pula. Hal ini tentu akan menjadi
permasalahan tersendiri nantinya. Limbah kelapa ini tidak mungkin untuk dibuang ke
tempat sampah sementara, karena dari sisi berat akan menjadi beban dan termasuk
juga dari sisi ukurannya yang memerlukan ruang sendiri. Limbah kelapa muda
meskipun tergolong bahan sampah organik, tetapi untuk dibuat menjadi kompos juga
jelas kurang efisien. Hal ini karena sifat bahan yang sudah keras dan tidak mudah
terurai oleh mikroorganisme. Untuk meningkatkan nilai tambah sabut kelapa muda,
dirasa perlu untuk dilakukan penelitian pembuatan papan partikel berbahan baku
sabut kelapa muda dengan menggunakan lem sebagai pengikat.
Pada pemanfaatan sabut kelapa muda menjadi papan partikel dilakukan
dengan cara membersihkan dan mengurangi kadar air yang terkandung didalam sabut
kelapa muda tersebut serta mengubahnya menjadi bentuk bubur. Pengujian yang
dilakukan untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis dari papan partikel ini, adalah
berat jenis (density), serta pengujian bending statis (Static Bending Test) untuk
mendapatkan Modulus of Elasticity (MOE) dan Modulus of Rupture (MOR). Dengan
diketahui sifat fisik dan mekanis papan partikel, sabut kelapa di harapkan dapat
mengungguli papan partikel lain. Aplikasi papan partikel sabut kelapa antara lain
untuk membuat meja, peredam, ceiling (sudarsono dkk, 2010).
1.2 Rumusan masalah
Penggunaan sabut kelapa muda sebagai bahan dasar pembuatan papan partikel
dapat mengurangi limbah sabut kelapa muda dimuka bumi. Sifat papan partikel
berhubungan erat dengan sifat bahan baku, bahan penolong dan teknologi proses
yang di pakainya. Dalam pembuatan papan partikel, perekat yang digunakan dan
kerapatan sangat penting dalam pembuatan produk ini. Perekat dan kerapatan yang
akan menentukan sifat fisis dan mekanis dari papan partikel tesebut, dengan
pengujian menggunakan metode ASTM.

1.3 Tujuan Penilitian


1

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan manfaat berupa informasi


mengenai alternatif lain untuk memperluas pemanfaatan serat buah kelapa muda
sebagai bahan baku dalam proses pembuatan papan partikel. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memperluas alternatif sumber-sumber bahan baku untuk membuat
papan partikel untuk mengurangi kayu hutan.
1.4 Urgensi penilitian
Penggunaan sabut kelapa muda sebagai bahan baku pembuatan papan partikel
sangat berpotensi untuk mengurangi limbah yang ada, serta dapat menghemat
penggunaan kayu dimuka bumi ini. Pada pembuatan papan partikel ini menggunakan
perekat sebagai bahan tambahannya. Pada pembuatan papan partikel ini tidak
membutuhkan biaya yang sangat besar karena bahan baku yang digunakan adalah
pemanfaatan limbah yang terbuang.
1.5 Luaran Penilitian
1. Produk berupa papan partikel dapat digunakan untuk bahan pembuatan
perabotan rumah tangga.
2. Menghasilkan satu jurnal ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal
nasional.
1.6

Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi yang berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi mengenai pemanfaatan limbah yang terbuang.
2. Memanfaatkan limbah sabut kelapa muda sebagai bahan baku pembuatan
papan partikel, sehingga semua bagian dari kelapa muda dapat dimanfaatkan
secara maksimal dan tidak ada yang terbuang.

Bab 2 Tinjauan Pustaka


2.1 Sabut kelapa
Sabut kelapa muda yang akan diolah akan menghasilkan serat sabut kelapa
muda, dalam istilah dikenal sebagai coco fiber, coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs.
Sifat kimia dan fisika serat yang dimiliki sabut kelapa muda, membuat bahan baku
alamiah ini mulai dimanfaatkan sebagai bahan baku yang memiliki nilai tinggi. Serat
sabut kelapa diproses untuk dijadikan coir fiber sheet yang digunakan untuk lapisan kursi
mobil, spring bed dan lain-lain . Bahkan, saat ini serat sabut kelapa juga sudah
dimanfaatkan untuk mengendalian erosi (Tahir, 2012).

Gambar 2.1 Sabut Kelapa Muda

Proses pembuatan panel papan partikel berbahan baku serbuk sabut kelapa
muda ini berkadar air kurang dari 5 % dengan menggunakan perekat. Sabut kelapa,
kulit kelapa yang terdiri dari serat yang terdapat diantara kulit dalam yang keras
(batok), tersusun kira kira 35 % dari berat total buah kelapa yang dewasa. Untuk
varietas kelapa yang berbeda Sabut kelapa tersusun atas unsur organik dan mineral
yaitu : Pectin dan hemisellulose (merupakan komponen yang larut dalam air), Lignin
dan sellulose (komponen yang tidak larut dalam air), kalium, kalsium, magnesium,
nitrogen serta protein. Perbandingan komponen di atas tergantung dari umur sabut
kelapanya, lignin pada serat sabut kelapa berkisar 40 % - 50 % serat sabut tergolong
relative pendek, sel seratnya sepanjang kira-kira 1mm dengan diameter 15 micron
dan sehelai serat terdiri dari 30 300 sel atau lebih, dilihat dari penampang
lintangnya. Panjang serat sabut berkisar 15 35 cm dengan diameter 0,1 1,5 mm.
Sabut kelapa muda sangat mudah didapatkan karena sabut kelapa muda ini sudah
menjamur keberadaannya pada setiap perkebunan dan penjual kelapa muda
(sudarsono dkk, 2010).
2.2 Papan Partikel
Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panil kayu
yang terbuat dari partikel-partikel kayu atau bahan berlignoselulosa lainnya, yang
diikat menggunakan perekat sintesis atau bahan pengikat lain dan dikempa panas.
Sifat bahan baku kayu sangat berpengaruh terhadap sifat papan partikelnya. Sifat
kayu tersebut antara lain jenis dan kerapatan kayu, penggunaan kulit kayu, bentuk
dan ukuran bahan baku, tipe, ukuran dan geometri partikel kayu, kadar air kayu, dan
kandungan ekstraktifnya. Papan partikel mempunyai beberapa kelebihan dibanding
kayu asalnya yaitu papan partikel bebas dari mata kayu, pecah dan retak. Ukuran dan
kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tebal dan kerapatannya
seragam dan mudah dikerjakan, mempunyai sifat isotropis, sifat dan kualitasnya
dapat diatur.

Kelemahan papan partikel adalah stabilitas dimensinya yang rendah. Papan


partikel adalah papan buatan yang terbuat dari serpihan kayu dengan bantuan perekat
sintetis kemudian mengalami kempa panas sehingga memiliki sifat seperti kayu,
tahan api dan merupakan bahan isolasi serta bahan akustik yang baik (Dumanauw,
2003). Menurut Badan Standar Nasional (2002) papan partikel adalah produk kayu
yang dihasilkan dari pengempaan panas antara campuran partikel kayu atau bahan
berlignoselulosa lainnya dengan perekat organik serta bahan perekat lainnya yang
dibuat dengan cara pengempaan mendatar dengan dua lempeng datar.
Tabel 2.1 Standar Mutu FAO, JIS 5908-2003 dan SNI untuk Papan Partikel

Sumber: Ulfa, 2011


2.3 Jenis-jenis Papan Partikel
Menurut febriyanto (2014) ada beberapa macam papan partikel yang dibedakan
berdasarkan :
A. Bentuk
Papan partikel pada umumnya berbentuk datar dengan ukuran relatif panjang
tipis sehingga disebut panel. Ada beberapa papan partikel yang tidak datar (papan
partikel lengkung) dan mempunyai bentuk tertentu tergantung pada cetakan yang
dipakai seperti bentuk kotak radio.
B. Pengempaan
Cara pengempaan dapat secara mendatar atau secara ekstrusi. Cara mendatar
ada yang kontinyu dan tidak kontinyu. Cara kontinyu berlangsung melalui ban baja
yang menekan pada saat bergerak memutar. Cara tidak kontinyu pengempaan
berlangsung pada lempeng yang bergerak vertikal dan banyaknya celah dapat satu
atau lebih. Pada cara ekstrusi, pengempaan berlangsung kontinyu diantara dua
lempeng statis. Penekanan dilakukan oleh semacam piston yang bergerak vertikal dan
horizontal.

C. Kerapatan
Ada tiga kelompok kerapatan papan partikel, yaitu rendah, sedang dan tinggi.
Terdapat perbedaan batas antara setiap kelompok tersebut, tergantung pada standar
yang digunakan.
D. Kekuatan (Sifat Mekanis)
Pada prinsipnya sama seperti kerapatan, pembagian berdasarkan kekuatan pun
ada yang rendah, sedang dan tinggi. Terdapat perbedaan batas antara setiap macam
(tipe) tersebut, tergantung pada standar yang digunakan. Ada standar yang
menambahkan persyaratan beberapa sifat fisis.
E. Macam perekat
Macam perekat yang dipakai mempengaruhi ketahanan papan partikel terhadap
pengaruh kelembaban, yang selanjutnya menentukan penggunaannya. Ada standar
yang membedakan berdasarkan sifat perekatnya, yaitu interior dan eksterior. Ada
standar yang memakai penggolongan berdasarkam macam perekat, yaitu Tipe U
(urea formaldehyde atau yang setara), Tipe M (melamin urea formaldehyde atau yang
setara) dan tipe P (phenol formaldehyde atau yang setara).
F. Susunan partikel
Pada saat membuat partikel dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu
halus dan kasar. Pada saat membuat papan partikel kedua macam partikel tersebut
dapat disusun tiga macam sehingga menghasilkan papan partikel yang berbeda yaitu
papan partikel homogeny (berlapis tunggal), papan partikel berlapis tiga dan papan
partikel berlapis bertingkat.
G. Arah partikel
Pada saat membuat hamparan, penaburan partikel (yang sudah dicampur
dengan perekat) dapat dilakukan secara acak (arah serat partikel tidak teratur) atau
arah serat diatur, misalnya sejajar atau bersilangan tegak lurus. Untuk yang
disebutkan terakhir dipakai partikel yang relatif panjang, biasanya berbentuk untai
(strand) sehingga disebut papan untai terarah (oriented strand board atau OSB).
H. Penggunaan
Berdasarkan penggunaan yang berhubungan dengan beban, papan partikel
dibedakan menjadi papan partikel penggunaan umum dan papan partikel struktural
(memerlukan kekuatan yang lebih tinggi). Untuk membuat mebel, pengikat dinding
dipakai papan partikel penggunaan umum. Untuk membuat komposisi dinding, peti
kemas dipakai papan partikel struktural.
I. Pengolahan
Ada dua macam papan partikel berdasarkan tingkat pengolahannya, yaitu
pengolahan primer dan pengolahan sekunder. Papan partikel pengolahan primer
adalah papan partikel yang dibuat melalui pembuatan partikel, pembentukan
hamparan dan pengempaan yang menghasilkan papan partikel. Papan partikel
5

pengolahan sekunder adalah pengolahan lanjutan dari papan partikel pengolahan


primer misalnya dilapisi vinir indah, dilapisi kertas aneka corak.
A. Pengawetan Papan Partikel
Pengawetan kayu pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan terhadap
serangan organisme perusak kayu (OPK), seperti jamur, serangga dan binatang laut
penggerek kayu. Tindakan pencegahan, pertama dilakukan pada dolok segar yang
baru dipotong dan kayu gergajian basah terhadap serangan jamur biru dan kumbang
ambrosia atau disebut pengawetan sementara (prophylactyc treatment). Kedua,
pencegahan yang bersifat jangka panjang atau permanen. Tindakan tersebut lebih
dikenal dengan istilah pengawetan, bertujuan untuk meningkatkan keawetan atau
daya tahan kayu terhadap OPK. Dengan demikian, melalui pengawetan mutu dan
volume kayu dapat ditingkatkan. Jenis kayu kurang awet dan belum digunakan dapat
dimanfaatkan dengan baik menjadi berbagai macam produk yang berarti dapat
mencegah pemborosan, menambah ketersediaan kayu dan membuka peluang pasar.
Selain itu, konsumen pemakai kayu akan memperoleh kepuasan dan jaminan berupa
kayu awet. Laporan ini menguraikan berbagai macam metode pengawetan sebagai
bahan pertimbangan dalam standardisasi pengawetan kayu, bambu dan produknya.
Partikel board adalah jenis kayu kering, sehingga proses pengawetanya adalah;
A. Pelaburan, pemulasan dan penyemprotan
Pengawetan dengan cara tersebut dapat dilakukan dengan alat sederhana.
Cairan bahan pengawet larut organik atau berupa minyak dengan kekentalan rendah
lazim digunakan dalam pengawetan kayu kering yang sudah siap pakai atau sudah
terpasang. Pada kayu yang sudah terpasang pelaburan dapat diulangi secara periodik
setiap 2 3 tahun. Bahan pengawet yang masuk ke dalam kayu sangat tipis.
Penembusan akan lebih dalam apabila terdapat retak. Cara tersebut hanya dipakai
untuk maksud terbatas, yaitu membunuh serangga atau perusak yang belum banyak
pada kayu yang sudah terpasang (represif). Selain pada kayu, juga dapat dilakukan
pada kayu lapis, bambu dan produknya.
B. Pengolahan Papan Partikel
Febriyanto (2014) menyatakan bahwa proses pembuatan papan partikel terdiri
atas tahap-tahap seperti :
a. Penyiapan partikel kayu (sabut kelapa muda)
b. Pengeringan
c. Refining
d. Pemisahan partikel kayu
e. Perekatan
f. Pembentukan lembaran papan (mat forming)
6

g. Pengempaan (pressing)
h. Pengkondisian (conditioning)
i. Finishing
BAB 3 METODE PENILITIAN
3.1 Bahan
Bahan yang digunakan untuk membuat papan partikel adalah sabut kelapa muda
yang diperoleh dari limbah kelapa muda yang terbuang dari penjual kelapa muda.
3.2 Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan cetakan (loyang), palu
3.3 Variabel Penilitian
Pada proses pembuatan papan partikel ini yang divariasikan adalah jumlah
perekat yang digunakan pada saat pembuatan papan partikel.
3.4 Prosedur Penilitian
3.4.1 Preparasi Bahan Baku
Preparasi bahan baku diawali dengan sabut kelapa muda dicuci kemudian dan
kemudian dibersihkan dengan cara merendam sabut kelapa muda tersebut didalam
aquadest. Setelah dicuci sabut kelapa muda tersebut dijemur selama beberapa hari
untuk mengurang kadar air yang terdapat didalam sabut kelapa tersebut.
3.4.2 Preparasi Pembuatan Papan Partikel
Preparasi bahan
Dibersihkan dan dijemur

Bahan dihancurkan,
dan dijadikan bubur

Ditambahkan katalis dan perekat

pencetakan

Pengepresan dan
penekanan
Gambar 3.1 Diagram Alir Pembuatan Papan Partikel.
3.5 Tempat dan Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar 2 jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Riau selama 3 bulan.
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
4.1 Anggaran Biaya
Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya PKM-Penelitian
No
Jenis Pengeluaran
Biaya (Rp)
1
Peralatan Penunjang
2.000.000
2
Bahan Habis Pakai
3.500.000
3
Perjalanan
2.655.000
4
Lain-lain
1.620.000
Total Anggaran
9.775.000
4.2 Jadwal Kegiatan
No
1
2
3
4
5

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian


Kegiatan
Bulan 1
Bulan 2
Minggu ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1
Pembuatan proposal
penilitian
Pengumpulan Bahan
Baku
Pretreatment bahan
baku
Pembuatan Papan
Partikel
Analisa Hasil

Bulan 3
2
3

DAFTAR PUSTAKA

You might also like