You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan mempunyai berat badan 297 gram
waktu lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat
badan dibawah 500 gram dapat bertahan hidup, maka abortus ditentukan sebagai
pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari
20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan mekanis atau medis disebut
sebagai abortus spontan. Abortus buatan adalah pengakhiran kehamilan sebelum
20 minggu akibat dilakukan suatu tindakan mekanis tertentu. Abortus terapeutik
ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.Berdasarkan aspek
klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu abortus
imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus
inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis (recurrent
abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.
Prevalensi abortus meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada
wanita berusia20 tahun adalah 12%, dan pada wanita yang berusia diatas 45 tahun
ialah 50%. Delapan puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama
kehamilan.Penelitian-penelitian terdahulu menyebutkan bahwa angka kejadian
abortus sangat tinggi. Sebuah penelitian pada tahun 1993 memperkirakan total
kejadian abortus di Indonesia berkisar antara 750.000 dan dapat mencapai 1 juta
per tahun dengan rasio 18 abortus per 100 konsepsi. Angka tersebut mencakup
abortus spontan maupun buatan.
Abortus inkomplit merupakan salah satu bentuk dari abortus spontan
maupun sebagai komplikasi dari abortus provokatus kriminalis atau medisinalis,
dimana terjadi pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu. Insiden abortus inkomplit sendiri belum diketahui secara pasti namun
yang penting diketahui adalah sekitar 60 % dari wanita hamil yang mengalami

abortus inkomplit memerlukan perawatan rumah sakit akibat perdarahan yang


terjadi.
Abortus

inkomplit

memiliki

komplikasi

yang

dapat

mengancam

keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan


kematian akibat adanya syok hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan
penanganan yang cepat dan tepat. Seorang ibu hamil yang mengalami abortus
inkomplit dapat mengalami guncangan psikis. Komplikasi yang terjadi tidak
hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat
menginginkan anak.
Oleh karenanya, mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplit menjadi
penting bagi para pelayan kesehatan agar mampu menegakkan diagnosis
kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat, serta mencegah
komplikasi.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk menyelesaikan KKS di Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan
1.2.2. Tujuan Khusus
1.
Mengetahui definisi abortus
2.
Mengetahui epidemiologi abortus
3.
Mengetahui etiologi abortus
4.
Mengetahui patofisiologi abortus
5.
Mengetahui diagnosis abortus
6.
Mengetahui pemeriksaan penunjang abortus
7.
Mengetahui penatalaksanaan abortus
8.
Mengetahui prognosis abortus
1.3. Manfaat
- Bagi masyarakat awam agar lebih mengetahui mengenai abortus.
- Bagi akademisi untuk menambah pengetahuan mengenai abortus.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi Abortus

Abortus didefinisikan sebagai pengeluaran kehamilan dengan cara apapun


sebelum janin cukup berkembang untuk dapat bertahan hidup di luar kandungan.
Di Amerika Serikat defenisi ini dikhususkan untuk pengakhiran kehamilan
sebelum 20 minggu atau berat badan janin lebih kecil dari 500 gram yang
didasarkan pada tanggal hari pertama menstruasi normal terakhir.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan batasan abortus. Eastman
mengatakan abortus adalah terputusnya suatu kehamilan dimana fetus belum
sanggup hidup sendiri di luar uterus. Belum sanggup diartikan apabila fetus itu
beratnya terletak antara 400-1000 gram, atau usia kehamilan kurang dari 28
minggu. Menurut Jeffcoat, abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum
usia kehamilan 28 minggu yaitu fetus belum dapat hidup menurut aturan
perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan Holmer memberi batasan yang
lebih rendah yaitu 16 minggu.
Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan
kurang dari (ACOG memberi batasan 20 minggu, FIGO memberi batasan 22
minggu, Hanretty memberikan batasan 24 minggu, WHO memberi batasan 28
minggu).
Abortus menurut kejadiannya dibagi atas abortus spontan dan abortus
provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi dari luar sedangkan abortus provokatus adalah abortus yang disengaja,
baik dengan memakai obat-obatan ataupun secara mekanis dengan bantuan alat.
2.2. Klasifikasi Abortus
a.

Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-

faktor mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor


alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel
sperma.
1. Abortus imminens (threatened)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal dari intra uterine
usia kehamilan kurang dari 20 minggu dengan atau tanpa kontraksi, tanpa

dilatasi cerviks, dan tanpa ekspulsi hasil konsepsi. Abortus imminens sifatnya
adalah mengancam, tetapi masih ada kemungkinan untuk mempertahankan
hasil konsepsi. Abortus imminens ditegakan pada wanita yang hamil dengan
gejala perdarahan pervaginam yang timbul dalam waktu kehamilan trimester
pertama.
Perdarahan pada abortus imminens lebih ringan , namun dapat menetap dalam
beberapa hari sampai dengan beberapa minggu. Hal ini akan mengakibatkan
gangguan terhadap hasil konsepsi berupa persalinan preterm, berat badan lahir
rendah serta kematian prenatal.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya
pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan

dengan real time ultrasound

pada panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin


berdenyut, dan kantong amnion kosong.
2. Abortus insipiens (inevitable)
Merupakan suatu abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan
pecahnya selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Pada keadaan ini
didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik uterus yang hebat.
Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi ostium serviks dengan
bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin
didapatkan jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong (5-6,5
minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkhorionik banyak di
bagian bawah.
Kehamilan biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan pengeluaran hasil
konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum
disusul dengan kerokan.
3. Abortus inkompletus (incomplete)
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat

diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium
uteri eksternum. Pada USG didapatkan endometrium yang tipis dan irreguler.
4. Abortus kompletus (complete)
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan
uji kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus yang
kosong.
5. Missed abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
6. Abortus habitualis (habitual abortion)
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali
atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, namun
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.

Gambar 1. Abortus
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu
akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis abortus
provokatus dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :

1.

Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan atas indikasi

2.

medis
Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan bukan karena
indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal atau melanggar hukum.

2.3. Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun demikian
disebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Insiden abortus spontan secara
umum disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Angka-angka tersebut
berasal dari data-data dengan sekurang-kurangnya ada dua hal yang selalu
berubah, kegagalan untuk menyertakan abortus dini yang tidak diketahui, dan
pengikutsertaan abortus yang ditimbulkan secara ilegal serta dinyatakan sebagai
abortus spontan.
Lebih dari 80% abortus terjadi dalam 12 minggu pertama kehamilan dan
angka tersebut kemudian menurun secara cepat pada umur kehamilan selanjutnya.
Anomali kromosom menyebabkan sekurang-kurangnya separuh dari abortus pada
trimester pertama, kemudian menurun menjadi 20-30% pada trimester kedua dan
5-10 % pada trimester ketiga.
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas di
samping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Frekuensi abortus yang
dikenali secara klinis bertambah dari 12% pada wanita yang berusia kurang dari
20 tahun, menjadi 26% pada wanita yang berumur di atas 40 tahun. Untuk usia
paternal yang sama, kenaikannya adalah dari 12% menjadi 20%. Insiden abortus
meningkat apabila wanita yang bersangkutan hamil dalam 3 bulan setelah
melahirkan bayi aterm.

2.4. Etiologi
Faktor Genetik
Sebagian abortus spontan diakibatkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling
sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan

sitogenik. Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang


disebabkan oleh gangguan gen tunggal atau mutasi pada beberapa lokus yang
tidak terdeteksi pada pemeriksaan kariotip.
Sekitar 2/3 dari abortus spontan pada trimester pertama merupakan anomali
kromosom dengan dari jumlah tersebut adalah trisomi autosom dan sebagian
lagi merupakan triploidi, tetraploidi, atau monosomi 45X.
Menurut Eiben dkk (1990), Zhou (1990), dan Ohno dkk (1991) mayoritas
abortus spontan berhubungan dengan abnormalitas kromosom, terutama trisomi.
Suatu penelitian sitogenetik mendapatkan abnormalitas kromosom antara 21-50%
pada abortus spontan di trimester pertama (Boue dkk, 1975; Chua dkk, 1989;
Eiben dkk 1990) dengan lebih dari separuhnya tidak mengandung bagian-bagian
embrionik untuk pemeriksaan (Kalousek dkk, 1993). Sebuah penelitian lain
mendapatkan 70% dari missed abortion merupakan abnormalitas kromosom
(Phillp dan Kalousek, 2002).
Faktor Anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-15
% wanita dengan abortus spontan yang rekuren.
1) Lesi anatomi kogenital yaitu kelainan duktus Mullerian (uterus
bersepta). Duktus mullerian biasanya ditemukan pada keguguran
trimester kedua.
2) Kelainan kogenital arteri uterina yang membahayakan aliran darah
endometrium.
3) Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia),
leimioma, dan endometriosis.
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus
spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek
uterus yang didapatkan (acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus
Mulleri yang inkomplit yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau
uterus ganda. Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan
kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan
leiomioma.
Faktor Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun.

Misalnya,

pada

Systematic

Lupus

Erythematous

(SLE)

dan

Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan antibodi spesifik yang


7

didapati pada perempuan dengan SLE. Kejadian abortus spontan diantara pasien
SLE sekitar 10%, dibanding populasi umum. Bila digabung dengan peluang
terjadi pengakhiran kehamilan trimester 2 dan 3, maka diperkirakan 75% pasien
dengan SLE akan berakhir dengan terhentinya kehamilan. aPA merupakan
antibodi yang akan berikatan dengan sisi negatif dari fosfolipid.
Faktor Infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan
dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga
sebagai

penyebab

antara

lain

Chlamydia,

Ureaplasma,

Mycoplasma,

Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif


yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan.
Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur
yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.
Faktor Lingkungan
Diperkirakan 1% - 10% malformasi janin akibat paparan obat, bahan kimia,
atau radiasi, umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan terhadap
buangan gas anestesi dan tembakau. Rokok diketahui mengandung ratusan unsur
toksik antaara lain nikotin yang telah diketahui memiliki efek vasoaktif sehingga
menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurunkan
pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin. dengan adanya
gangguan pada sistem sirkulasi vetoplasenta dapat terjadi gangguan pertumbuhan
janin yang berakibat terjadinya abortus.
Faktor Hormonal
- Faktor endokrin berpotensial menyebabkan aborsi pada sekitar 10-20
-

% kasus.
Insufisiensi fase luteal ( fungsi corpus luteum yang abnormal dengan

tidak cukupnya produksi progesteron).


Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes
melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan
dengan kenaikan insiden abortus (Sutherland dkk, 1981). Pengendalian glukosa
yang tidak adekuat dapat menaikkan insiden abortus (Sutherland dan Pritchard,
1986). Defisiensi progesteron karena kurangnya sekresi hormon tersebut dari

korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan dengan kenaikan insiden abortus.
Karena progesteron berfungsi mempertahankan desidua, defisiensi hormon
tersebut secara teoritis akan mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan
demikian turut berperan dalam peristiwa kematiannya.
Faktor Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang dengan defek plasenta dan adanya
mikrotrombin pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen koagulasi dan
fibrinolitik memegang peran penting pada inplantasi embrio, invasi trofoblas, dan
plasentasi. pada kehamilan terjadi keadaan hipokoagulasi dikarenakan:
peningkatan kadar faktor prokoagulan
penurunan faktor koagulan
penurunan aktivitas fibrinolitik
kadar faktor VII, VIII, X dan fibrinogen meningkat selama kehamilan normal,
terutama pada kehamilan sebelum 12 minggu.
Bukti lain menunjukkan bahwa sebelum terjadi abortus, sering didapatkan
defek hemostatik. penelitian Tulpalla dan kawan-kawan menunjukan bahwa
perempuan dengan riwayat abortus berulang, sering terdapat peningkatan
produksi tromboksan yang berlebihan saat kehamilan berusia 8-11 minggu.
Perubahan rasio tromboksan-prostasiklin memacu vasospasme serta agregasi
trombosit, yang akan menyebabkan mikrotrombin serta nekrosis plasenta. juga
sering disertai penurunan kadar protein C dan fibrinopeptida.
2.5. Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan
perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat
perdarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi
benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan
mengakibatkan pengeluaran janin.
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau seluruh
bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua. Kegagalan fungsi
plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses abortus.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu

Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua
dan villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian
dari hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis
servikalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil
konsepsi.

Pada kehamilan 8-14 minggu


Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput
ketuban telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering

menimbulkan perdarahan pervaginam banyak.


Pada kehamilan minggu ke 14-22
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.

2.6. Gejala Klinis


Gejala yang timbul pada abortus inkomplitus antara lain perdarahan.
Perdarahan pada abortus inkomplit bisa sedikit sampai banyak dan dapat bertahan
selama beberapa hari atau minggu. Abortus inkomplit dapat diikuti oleh nyeri
kram ringan yang mirip nyeri menstruasi atau nyeri pinggang bawah. Nyeri pada
abortus dapat terletak disebelah anterior dan berirama seperti nyeri pada
persalinan biasa.
Serangan nyeri tersebut bisa berupa nyeri pinggang bawah yang persisten
yang disertai perasaan tekanan pada panggul, atau nyeri tersebut bisa berupa nyeri
tumpul atau rasa pegal pada garis tengah pada daerah suprasimfisis yang disertai
dengan nyeri tekan didaerah uterus. Bagaimanapun bentuk nyeri yang terjadi,
kelangsungan kehamilan dengan perdarahan dan rasa nyeri memperlihatkan
prognosa yang jelek. Namun demikian, pada sebagian wanita yang menderita

10

nyeri dan terancam mengalami abortus, perdarahan bisa berhenti, rasa nyeri hilang
dan kehamilan yang normal dapat dilanjutkan.

2.7. Diagnosis
a.

Anamnesis
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi
mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami haid
terlambat, sering pula terdapat rasa mulas. Adanya gumpalan darah atau
jaringan merupakan tanda bahwa abortus berjalan dengan progresif. Bila
ditemukan

nyeri perlu dicatat letak dan lamanya nyeri tersebut

berlangsung.
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan bila terjadi perdarahan melalui
ostium uteri eksternum, disertai rasa mules sedikit atau tidak sama sekali.
Terdapat riwayat keluarnya sebagian hasil konsepsi seperti gumpalan
darah, jaringan seperti daging. Uterus membesar sesuai dengan usia
kehamilannya, servik sudah membuka dan jaringan dapat diraba

dalam

kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri


eksternum, ditambah dengan tes kehamilan yang positif. Perdarahan pada
abortus inkomplit dapat banyak sekali, sehingga dapat menyebabkan
syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan.
b.

Pemeriksaan Fisik
Tentukan kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes
kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologi (Pregnosticon,
Gravindex) bilamana hal itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan
banyaknya perdarahan, pembukaan serviks, dan adanya jaringan dalam
kavum uterus atau vagina.
Pada pemeriksaan fisik, abdomen perlu diperiksa untuk menentukan lokasi
nyeri. Sumber dicari dengan pemeriksaan inspekulo dan pemeriksaan
vaginal toucher, tentukan perdarahan berasal dari dinding vagina,
permukaan serviks atau keluar melalui OUE.

11

Jika ditemukan OUE telah membuka, kemungkinan yang terjadi adalah


abortus insipiens, inkomplit maupun abortus komplit. Pemeriksaan pada
uterus juga perlu dilakukan, tentukan besar, konsistensi uterus serta pada
adneksa, adakah nyeri tekan atau massa. Bila didapatkan adanya sekret
vagina abdominal, sebaiknya dibuat pemeriksaan biologisnya.
c.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ultrasonografi penting dilakukan untuk menentukan apakah
janin masih hidup. Terlihatnya gambaran USG yang menunjukkan cincin
gestasional dengan bentuk yang jelas dan memberikan gambaran ekho
dibagian sentral dari bayangan embrio berarti hasil konsepsi dapat
dikatakan sehat.
Kantong gestasional tanpa gambaran ekho sentral dari embrio atau janin
menunjukkan kematian hasil konsepsi. Bila abortus tidak dapat dihindari,
diameter kantong gestasional seringkali lebih kecil dari yang semestinya
untuk umur kehamilan yang sama. Lebih lanjut, pada umur kehamilan 6
minggu dan sesudahnya, gerakan jantung janin akan dapat dilihat secara
jelas menggunakan USG.
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis

melalui anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan


kemungkinan diagnosis banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan fisik mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan
abdomen, inspekulo dan vaginal toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus
inkomplit dapat sesuai dengan umur kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan
penunjang berupa USG akan menunjukkan adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulum
akan memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya
jaringan konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untuk
menentukan besar dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakan
evakuasi sisa hasil konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondase
uterus juga penting dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.

12

2.8. Penatalaksanaan

Jika perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu,


pengeluaran hasil konsepsi dapat dilakukan secara digital atau dengan
cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui
servik. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2mg I.M atau
misoprosotol 400mcg per oral.

Jika perdarahan banyak atau perdarahan berlangsung terus dan usia


kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
-

Aspirasi Vakum Manual (AVM) merupakan metode terpilih.


Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidak tersedia.

Jika evakuasi belum dapat segera dilakukan, beri ergometrin 0,2mg


I.M (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprosotol 400mcg
per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu)

Gambar 2. Teknik kuretase

Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:

13

Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500ml cairan I.V (garam


fisologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi

Jika perlu berikan misoprosotol 200mcg pervaginam setiap 4 jam


sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800mcg)

Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertingal dalam uterus

Apabila disertai dengan syok karena perdarahan


Segera harus diberikan infus cairan NaCl fisiologis atau Ringer yang
disusul dengan transfusi. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan. Setelah
tindakan disuntikkan ergometrin I.M untuk mempertahankan kontraksi
otot uterus.

BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
-

Nama

: Ny. Y

Usia

: 39 tahun

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Simpang Rumbio

Tanggal

: 10 Agustus 2016

Nama Suami : Tn. F

Usia

: 42 tahun

Pekerjaan

: PNS

14

ANAMNESA
Keluhan Utama
Seorang pasien perempuan usia 39 tahun datang ke Ponek RSUD Solok
pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 WIB, dengan keluhan keluar darah
sedikit-sedikit dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah
Sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
-

Keluar darah berwarna merah kehitaman dan lendir sejak 3 hari yang
lalu, membasahi 4 pembalut, kadang diiringi dengan nyeri nyeri perut
dan pinggang.

Riwayat keluar jaringan seperti daging (+)

Keluar jaringan seperti mata ikan tidak ada

Badan terasa lemas

Tidak haid sejak sekitar 2 bulan yang lalu.

HPHT : 25 Mei 2016, TP : 2 Agustus 2017

Riwayat keputihan (-), demam (-)

Riwayat Menstruasi : menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur, 1x28


hari tiap bulannya, lamanya 5-7 hari, banyaknya 3-4 kali ganti duk per
hari, nyeri haid (+)

BAB dan BAK (+) Normal

RHM : Mual (+) Muntah (-) Perdarahan (+)

ANC : kontrol ke bidan 3 kali

Riwayat Penyakit Dahulu


-

Riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, diabetes mellitus,


sebelumnya : tidak ada.

Riwayat hipertensi (+), ayah pasien

Riwayat keguguran sebelumnya (+) 1 kali, pada Bulan Maret 2015

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Tidak ada keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular,


kejiwaan

Riwayat Perkawinan, Kehamilan, Imunisasi, dan Kontrasepsi :

15

Riwayat Perkawinan 1x

Riwayat Kehamilan/Abortus/Persalinan : 3/1/1


Kehamilan : melahirkan bayi prematur dengan berat badan 1000 gram,
meninggal pada usia 3 bulan
Abortus

: 1 kali pada tahun 2012

Riwayat Kontrasepsi : (-)

Riwayat Imunisasi : (-)

Riwayat Imunisasi lain (rabies, hepatitis A, hepatitis B, pneumokokus,


meningokokus, hemofilus tidak ada)

Riwayat Kebiasaan
-

Riwayat merokok selama hamil (-)

Riwayat konsumsi alcohol selama hamil (-)

Riwayat konsumsi kopi (-)

Riwayat Keluhan Medis


-

Riwayat kaki bengkak, tensi tinggi, dan mata kabur selama kehamilan
(-)

Riwayat mual muntah selama kehamilan ada pada kehamilan 1-2 bulan,
sekarang tidak ada lagi

Riwayat konstipasi, nyeri berkemih, nyeri punggung, varises, hemoroid,


ngidam aneh-aneh, air liur berlebih, nyeri kepala dan keputihan selama
kehamilan tidak ada.

Riwayat nyeri ulu hati (-)

PEMERIKSAAN FISIK
a.

Status Generalisata
Keadaan umum

: Sedang

Kesadaran

: Composmentis Cooperatif

Tinggi badan

: 150 cm

Berat Badan

: 50 kg

Status Gizi

: Baik

Vital Sign
Tekanan Darah

: 110/70 mmHg

16

Nadi

: 80 x/menit

Nafas

: 20 x/menit

Temperatur

: 36,50C

Mata

: Konjungtiva sedikit anemis, Sklera tidak ikterik.

Leher

: JVP 5-2 cmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar.

Thorak
Paru:

Inspeksi

: gerakan normal simetris kiri sama dengan

kanan
Palpasi

: Fremitus paru kiri sama dengan kanan

Perkusi

: sonor

Auskultasi : vesikuler normal, rhonki -/-, wheezing -/Jantung: Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi

: ictus cordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V

Perkusi

: Batas jantung dalam batas normal.

Auskultasi : Bunyi jantung murni, teratur bising (-).


Abdomen

: status obstetrikus

Genitalia

: status obstetrikus

Ekstremitas

: edema (-/-), sianosis (-/-), akral dingin.

Gambar 3. Abortus Inkomplit


b. Status Obstetrikus
Muka

: Chloasma gravidarum (-)

Mammae : membesar, aerola dan papilla hiperpigmentasi, colostrum (-)


Abdomen
Inspeksi

: tidak tampak membuncit, sikatrik (-)

17

Palpasi

: NT (-) NL (-) DM (-)

Perkusi

: Tymphani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Genitalia
Inspeksi

: V/U tenang, PPV (+) aktiv

Inspekulo :
Vagina : Tumor (-), laserasi (-) fluksus (+). Tampak cairan merah
membasahi dinding vagina.
Portio : MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, tumor (-),
laserasi (-), fluksus (+), OUE terbuka 1 cm, tampak cairan
merah keluar di dikanalis servikalis.
c.

Pemeriksaan Dalam
o

VT bimanual

o Vagina : tumor (-), laserasi (-) fluksus (+), cairan


kemerahan
o Portio

: MP, ukuran sebesar jempol kaki dewasa, tumor

(-) , laserasi (-), nyeri goyang (-).


o CUT

AF sebesar telur bebek.

o A/P

Lemas kiri-kanan

CD

Tidak menonjol

o
c.

Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Haemoglobin

: 10,2 gr/dl

Hematokrit

: 30,4 %

Leukosit

: 11500/l

Trombosit

: 350000/l

Ureum

: 19,4 mg/dl

Kreatinin

: 0,66 mg/dl

Ad random

: 124 mg/dl

Planotest (+)
USG transvaginal

18

Rencana : kuretase
DIAGNOSA :
G3P1A1H0 gravid 10-11 minggu + abortus inkomplit
RENCANA PENATALAKSANAAN
S/ Kontrol KU, vital sign, perdarahan pervaginam
Informed Consent
Cek laboratorium
Rencana: kuretase
(10.00 WIB)
Dilakukan USG Transvaginal ditemukan masih ada sisa konsepsi.
Interpretasi:
- Kandung kemih terisi baik
- Tampak gestational sac intrauterin dengan batas tidak beraturan
- Tampak kantung gestasi ada sisa hasil konsepsi.
- DJJ (-)
Kesimpulan : Sisa konsepsi
FOLLOW UP
Tanggal 11 Agustus 2016
(08.00 WIB)
S/ Demam (-)

Nyeri tekan (-)

PPV (-)

Nyeri lepas (-)

BAB (+)

Defans Muskular (-)

BAK (+)
O/ KU

Kes

TD

Sdg

cmc

Mata

: konjungtiva anemis (-/-)

120/70 mmhg

Inspeksi

Nadi

Nafas

72x/i

22x/i

37oC

: tidak tampak membuncit sesuai usia kehamilan,


sikatrik(-)

Palpasi

: NT (-) NL (-) DM (-)

Perkusi

: Tymphani

Auskultasi

: Bising usus (+) normal


19

Genitalia : I : V/U tenang


PPV (-)
A/ G3P1A1H0 gravid 10-11 minggu + abortus inkomplit
P/ Kontrol KU, VS, PPV
Th/ rencana kuretase
10.30 wib : dilakukan kuretase didapatkan sisa jaringan konsepsi
Perdarahan selama tindakan lebih kurang 30cc
A/ P1A2H0 post kuretase a/i abortus inkomplit
Tanggal 12 Agustus 2016
S/ Demam (-)

Nyeri tekan (-)

PPV (-)

Nyeri lepas (-)

BAB (+)

Defans Muskular (-)

BAK (+)
O/ KU

Kes

TD

Sdg

cmc

Mata

: konjungtiva anemis (-/-)

110/70 mmhg

Nadi

Nafas

81x/i

20x/i

T
36,5oC

Abdomen : NT(-) NL (-) DM (-)


Genitalia : I : V/U tenang
FUT : Tidak teraba
PPV (-)
A/ P1A2H0 post kuretase a/i abortus inkomplit
P/ Kontrol KU, VS, PPV
Th/ Asam mefenamat 3x1
Metilegometrin 3x1
cefixime 2x1
Vit C 3x1
SF 1x1
Rencana pasien di pulangkan

20

BAB IV
ANALISA KASUS
Seorang pasien Ny. Y usia 39 tahun datang ke Ponek RSUD Solok pada
tanggal 10 Agustus 2016 pukul 20.00 WIB, dengan keluhan keluar darah sedikitsedikit dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Pasien
dirawat dibangsal kebidanan RSUD Solok sejak tanggal 10 Agustus 2016 dengan
G3P1A2H0 gravid 10-11 minggu + abortus inkomplit. Diagnosa ini ditegakkan
berdasarkan anamnesa dimana pada pasien ini tidak haid sejak 2 bulan yang lalu,
riwayat hamil muda positif, keluar darah dari kemaluan sejak 3 hari yang lalu,
berwarna merah kehitaman, sedikit, tidak pernah berhenti, membasahi 4 pembalut,
kadang diiringi dengan nyeri, riwayat adanya keluar jaringan seperti gumpalan,
dan nyeri perut.
Dari pemeriksaan inspekulo terlihat cairan merah membasahi dinding
vagina, dan servik

sedikit terbuka. Pada regio abdomen perut tidak tampak

21

membuncit, nyeri tekan (+), dan tidak ditemukan adanya nyeri lepas dan defans
muskuler, tinggi fundus uteri tidak teraba. Pada pemeriksaan genitalia dengan VT
Bimanual ukuran sebesar jempol tangan dewasa, OUE terbuka 1-2 jari, teraba
jaringan di OUE, nyeri goyang portio (-), cavum douglas tidak menonjol. Dari
pemeriksaan inspekulo terlihat cairan merah membasahi dinding vagina, dan
servik sedikit terbuka. Dari pemeriksaan tambahan didapat tes kehamilan positif.
Lalu pasien ini direncanakan dilakukan kuretase.

DAFTAR PUSTAKA
1. Laird SM, Tuckerman EM, Cork BA, Linjawi S, Blakemore A.I.F, LI TC. A
Review of Immune Cells and Molecules in Women with Recurrent
Miscarriage. Diakses dari:
http://humupd.oxfordjournals.org/cgi/reprint/9/2/163
2. Abdul BA, Adrians Wikjosastro GA, Waspodo J. Aborsi.

Buku

Acuan

Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi Kedua Cetakan


Kedua . JNPKKR-POGI- Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta, 2001; 145-152
3. Sofian, Amru. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Penerbit Buku Kedokteran : EGC.
4. Prawirohardjo S. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Dalam Wiknjosastro
H et al (Ed): Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga Cetakan Ketujuh, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2005 ; 309-310

22

5. Bennet MJ. Abortus. Esensial obstetri dan ginekologi. Jakarta : Hipokrates,


2001 ; 452-458.
6. Saifuddin AB. Perdarahan pada kehamilan muda. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi Pertama Cetakan Ketiga
2002. JNPKKR-POGI- Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Jakarta, 2002 ; 145-152
7. Llewellyn D, Jones. Abortus dalam Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Penerbit Hipokrates. Jakarta, 1998; 96-103
8. Bantuk Hadijanto. Abortus Spontan Berulang.Dalam Ilmu Kesehatan
Fetomaternal. Edisi Perdana. 2004. Himpunan Kedokteran Fetomaternal
POGI., Penerbit Airlangga. Surabaya, 2004; 326-335
9. Alfauzi A. Kontroversi Masalah Aborsi. Diakses dari:
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0104/04/daerah/dkks19.htm
10. The Influence of the Enviromental and Other Exogenous Agents on
Spontaneous Abortion Risk. R. Samuel McLaughlin Center for Population
Health Risk Assessment. Diakses dari:
http://www.emcom.ca/health/Spontaneous%20Abortion_Feb2005.pdf

23

You might also like