Professional Documents
Culture Documents
ASTHMA BRONKIAL
Disusun Oleh :
Wiwing Marisya, S.Ked
110.2011.294
Pembimbing :
dr. H. Rizky Drajat, Sp.P
Presentasi kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Penyakit Dalam
pada
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta
pengikutnya hingga akhir zaman. Karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis
dapat menyelesaikan presentasi kasus penyakit dalam ini dengan judul
ASTHMA BRONKIAL sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Dalam RSUD Cilegon. Berbagai
kendala yang telah dihadapi penulis hingga presentasi kasus ini selesai tidak
terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Atas bantuan yang telah
diberikan, baik moril maupun materil, maka selanjutnya penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. dr. H. Rizky Drajat, Sp.P selaku konsulen SMF Ilmu Penyakit Dalam
RSUD Cilegon yang telah memberikan bimbingan, ilmu, saran dan kritik
kepada penulis dalam penyelesaian presentasi kasus ini.
2. Kedua orang tua tercinta dan tentunya teman-teman seperjuangan di bagian
Ilmu Penyakit dalam RSUD Cilegon .
Penulis
DAFTAR ISI
Identifikasi ...................................................................................................5
Anamnesis ...................................................................................................5
Pemeriksaan fisik ........................................................................................8
Pemeriksaan penunjang ...............................................................................9
Diagnosis ...................................................................................................10
Pemeriksaan yang dianjurkan ...................................................................10
Terapi yang diberikan ................................................................................11
Prognosis ...................................................................................................11
: Asma Bronkiale
: Wiwing Marisya (1102011294)
I. Identitas Pasien
- Nama
: Ny. S
- Usia
: 24 tahun
- Pekerjaan
- Agama
: Islam
- Alamat
15/ RW 7
- No. CM
: -- -- --
- Tanggal masuk
: 2 Juni 2015
- Ruangan
II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa
o Keluhan Utama:
Sesak Nafas
o Keluhan tambahan:
Batuk berdahak, demam, keringat malam
o Riwayat Penyakit Sekarang:
Os datang dengan keluhan sesak nafas sejak
1 minggu
(-)
Rambut
(-)
(-)
Ikterus
Kuku
(+
)
(-)
(-)
Keringat malam
Sianosis
Lain-lain
Kepala
(-) Trauma
(-) Sinkop
(-)
(-)
Mata
(-) Nyeri
(-) Radang
(-) Sklera Ikterus
(-)
(-)
(-)
Sekret
Gangguan penglihatan
Penurunan ketajaman
penglihatan
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
Telinga
(-) Nyeri
(-) Sekret
Nyeri kepala
Nyeri sinus
Hidung
(-) Trauma
(-) Nyeri
(-) Sekret
(-) Epistaksis
(-)
(-)
(-)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Mulut
(-) Bibir
(-) Gusi
(-) Selaput
(-)
(-)
(-)
Lidah
Gangguan pengecapan
Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorok
(-)
Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan/ massa
(-)
Nyeri leher
(+
)
(-)
(+
)
Sesak nafas
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Melena
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan
Jantung/ Paru
(-) Nyeri dada
(-)
(-)
Berdebar-debar
Ortopnoe
Batuk darah
Batuk
)
(
)
(
)
Batu ginjal
Ngompol
)
(
)
(
)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Kencing menetes
Prostat
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan/ syncope
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
(-)
(-)
(-)
Deformitas
Sianosis
Edema
6. Tenggorokan :
Uvula ditengah, tonsil normal, faring hiperemis (-)
7. Leher :
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening,
trakea tidak deviasi, kelenjar tiroid tidak membesar.
8. Dada :
a. Jantung
Inspeksi
: Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada sela iga ke-5 sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung
: ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan jantung
: ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri jantung : ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II regular takikardi, murmur
(-), gallop (-)
b. Paru
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vocal simetris kanan dan
kiri sama
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki +/+, wheezing +/+,
ekpirasi memanjang.
9. Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris, tidak ada kelainan kulit, tidak
tampak massa, tidak ada pelebaran vena
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi
: Terdengar suara timpani pada keempat kuadran
abdomen
Palpasi : Supel, lembut, turgor normal, organomegali (-), nyeri
tekan epigastrium (-)
10.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis -/-, edema -/Inferior
: Akral hangat, sianosis -/-, edema -/IV. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
- Hb
- Leuko
- Ht
- Trombosit
: 12,1 g/dl
: 9.250 /uL
: 36,5 %
: 254.000 /uL
9
GDS
Natrium
Kalium
Clorida
SGOT
SGPT
Ureum
Kreatinin
:
:
:
:
92 mg/dl
139,0 mmol/L
3,14 mmol/L
100,5 mmol/L
: 38 u/L
: 34 u/L
: 12 mg/dl
: 0,6 mg/dl
V. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja :
Asma bronkiale + hipokalemia
2. Dasar Diagnosis
Anamnesis : Sesak nafas yang berbunyi, batuk
berdahak, demam(-) riwayat asma.
Pemeriksaan Fisik : Ronchi, Wheezing, ekpirasi
memanjang,retraksi (-)
Pemeriksaan lab : kalium yang rendah
3. Diagnosis banding : asma bronkial, bronkopenumonia
10
USULAN PEMERIKSAAN
O2 3Lpm
IVFD RL 20 tpm
Inj.ceftriaxone 1x2 gr dalam
NS 100 cc
Nebu combivent /8 jam
PCT tab 3x1
KSR 1x1
ALAMANDA
IVFD RL+ aminophilin 1 amp /
12jam 13 tpm
Inj. MP (Methylprednisolon) 2
x 12,5 gr
Cetirizine 2x1 tab
Ambroxol 3x1 tab
Salbutamol 3x1 tab
O2 3Lpm
Nebu combivent 4x1
Bed rest total
KSR 1x1
Retaphyl 2x1
VII. Prognosis
- Quo ad vitam : dubia ad bonam
- Quo ad functionam : dubia ad bonam
11
Follow up
12
13
14
15
16
Analisa kasus
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat ?
Sudah tepat, karena sesuai dengan gejala dan tanda klinis
pada pasien tersebut. Pasien memiliki gejala-gejala asthma
akibat Sesak nafas yang berbunyi, batuk, dan juga lemas,
dan juga ada riwayat asma. Pemeriksaan Fisik didapatkan
Retraksi(-), Wheezing, dan ronchi. Pemeriksaan lab : kalium
yang rendah.
2. Apakah tatalaksana pada pasien ini sudah tepat?
Sudah
Quo at vitam
: dubia ad bonam
Quo at functionam
: dubia at bonam
ASMA BRONKIAL
1. Definisi
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan
patologis. Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode
sesak, terutama pada malam hari yang sering disertai batuk.
Pada pemeriksaan fisik, tanda yang sering ditemukan adalah
mengi. Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode obstruksi
saluran napas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara
pada ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan
adalah inflamasi saluran napas yang kadang disertai dengan
perubahan struktur saluran napas.1
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran pernapasan
yang dihubungkan dengan hiperresponsif, keterbatasan aliran
udara yang reversibel dan gejala pernapasan.2 Asma bronkial
adalah salah satu penyakit paru yang termasuk dalam
kelompok penyakit paru alergi dan imunologi yang merupakan
suatu penyakit yang ditandai oleh tanggap reaksi yang
meningkat dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam
rangsangan dengan manifestasi berupa kesukaran bernapas
yang disebabkan oleh penyempitan yang menyeluruh dari
saluran napas. Penyempitan ini bersifat dinamis dan derajat
penyempitan dapat berubah, baik secara spontan maupun
karena pemberian obat.3 Gejala asma berhubungan dengan
inflamasi
yang
akan
menyebabkan
obstruksi
dan
hiperesponsivitas dari saluran pernapasan yang bervariasi
derajatnya.1
2. Epidemiologi
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
hingga saat ini jumlah penderita asma di dunia diperkirakan
mencapai 300 juta orang dan diperkirakan angka ini akan terus
meningkat hingga 400 juta penderita pada tahun 2025.1
8. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Serangan kadang-kadang berhubungan dengan musim,
seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga (serbuk
sari beterbangan).
4. Klasifikasi
Sebenarnya derajat berat asma adalah suatu kontinum, yang
berarti bahwa derajat berat asma persisten dapat berkurang
atau bertambah. Derajat gejala eksaserbasi atau serangan
asma dapat bervariasi yang tidak tergantung dari derajat
sebelumnya.7
a. Klasifikasi Menurut Etiologi 7
Banyak usaha telah dilakukan untuk membagi asma menurut
etiologi,
terutama
dengan
bahan
lingkungan
yang
mensensititasi. Namun hal itu sulit dilakukan antara lain oleh
karena bahan tersebut sering tidak diketahui.
b. Klasifikasi Menurut Derajat Berat Asma 7
Klasifikasi asma menurut derajat berat berguna untuk
menentukan obat yang diperlukan pada awal penanganan
asma. Menurut derajat besar asma diklasifikasikan sebagai
intermiten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten
berat.
c. Klasifikasi Menurut Kontrol Asma 7
Kontrol asma dapat didefinisikan menurut berbagai cara. Pada
umumnya, istilah kontrol menunjukkan penyakit yang tercegah
atau bahkan sembuh. Namun pada asma, hal itu tidak realistis;
maksud kontrol adalah kontrol manifestasi penyakit. Kontrol
yang lengkap biasanya diperoleh dengan pengobatan. Tujuan
pengobatan adalah memperoleh dan mempertahankan kontrol
untuk waktu lama dengan pemberian obat yang aman, dan
tanpa efek samping.
d. Klasifikasi Asma Berdasarkan Gejala 7
Asma dapat diklasifikasikan pada saat tanpa serangan dan
pada saat serangan. Tidak ada satu pemeriksaan tunggal yang
dapat
menentukan
berat-ringannya
suatu
penyakit,
pemeriksaan gejala-gejala dan uji faal paru berguna untuk
mengklasifikasi penyakit menurut berat ringannya. Klasifikasi
Terkontrol
(semua
penilaian)
Gejala harian
Gangguan
Terkontrol
sebagian
(minimal
salah satu)
Tidak
terkontro
l
aktivitas
Gejala
nocturnal
Tidak ada
Penggunaan
obat pelega
Fungsi
(PFR
VEP1)
paru normal
atau
Kadang
5. Patogenesis
a. Asma sebagai penyakit inflamasi
b. Hiperaktifitas saluran nafas
c. Inflamasi saluran nafas
d. kerusakan epitel
e. mekanisme neurologis
f. gangguan intrinsik
g. Obstruksi saluran nafas
l
sebagian
dalam
semingg
u
4. Foto Toraks
Pemeriksaan foto toraks dilakukan untuk menyingkirkan
penyakit lain yang memberikan gejala serupa seperti gagal
jantung kiri, obstruksi saluran nafas, pneumothoraks,
pneumomediastinum. Pada serangan asma yang ringan,
gambaran radiologik paru biasanya tidak memperlihatkan
adanya kelainan.
5. Pemeriksaan IgE.
Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan adanya
antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong
anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen yang
positif tidak selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan
darah IgE Atopi dilakukan dengan cara radioallergosorbent test
(RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak dapat dilakukan (pada
dermographism).
6. Petanda inflamasi
Derajat berat asma dan pengobatannya dalam klinik
sebenarnya tidak berdasarkan atas penilaian obyektif inflamasi
saluran napas. Gejala klinis dan spirometri bukan merupakan
petanda ideal inflamasi. Penilaian semi-kuantitatif inflamasi
saluran napas dapat dilakukan melalui biopsi paru,
pemeriksaan sel eosinofil dalam sputum, dan kadar oksida
nitrit udara yang dikeluarkan dengan napas. Analisis sputum
yang diinduksi menunjukkan hubungan antara jumlah eosinofil
dan Eosinophyl Cationic Protein (ECP) dengan inflamasi dan
derajat berat asma. Biopsi endobronkial dan transbronkial
dapat menunjukkan gambaran inflamasi, tetapi jarang atau
sulit dilakukan di luar riset.
Tabel 4. Diagnosis Asma
7. Diagnosis Banding
a. Bronkitis kronik
Bronkitis
kronik
ditandai
dengan
batuk
kronik
yang
mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sedikitnya
2 tahun. Gejala utama batuk yang disertai sputum dan perokok
berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan
disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.
b. Emfisema paru
Sesak napas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan
batuk dan mengi jarang menyertainya.
c. Gagal jantung kiri
Dulu gagal jantung kiri dikenal dengan asma kardial dan timbul
pada malam hari disebut paroxysmal nocturnal dispnea.
Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak,
tetapi sesak menghilang atau berkurang bila duduk. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan kardiomegali dan edema paru.
d. Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal
jantung. Disamping gejala sesak napas, pasien batuk dengan
disertai darah (haemoptoe).
8. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualiti hidup agar penderita asma dapat
hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktiviti
sehari-hari.
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit,
disebut sebagai asma terkontrol. Asma terkontrol adalah
kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan.
Kriteria asma terkontrol penuh menurut GINA 2012, antara lain:
Tidak ada gejala harian
Tidak ada serangan asma malam (nokturnal)
Tidak ada keterbatasan fisik
Tidak menggunakan obat pelega (reliever)
APE atau VEP1 normal
Tidak ada kunjungan ke igd
Penatalaksanaan asma bronkial terdiri dari pengobatan nonmedikamentosa dan pengobatan medikamentosa : 10
a.
Pengobatan non-medikamentosa
Penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pengendali emosi
Pemakaian oksigen
b. Pengobatan Medikamentosa
Pengobatan ditujukan untuk mengatasi dan mencegah gejala
obstruksi jalan napas, terdiri atas pengontrol dan pelega.
1. Pengontrol (Controllers)
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang untuk
mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten.
Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk obat
pengontrol :
a. Glukokortikosteroid inhalasi
Pengobatan jangka panjang yang paling efektif untuk mengontrol
asma. Penggunaan steroid inhalasi menghasilkan perbaikan faal
paru, menurunkan hiperesponsif jalan napas, mengurangi gejala,
Anak
Obat
Beklometason
dipropionat
Budesonid
Flunisolid
Flutikason
Triamsinolon asetonid
perkiraan
Dosis
tinggi
200-500
ug
200-400
ug
500-1000
ug
100-250
ug
400-1000
ug
500-1000
ug
400-800 ug
1000-2000
ug
250-500 ug
1000-2000
ug
>1000 ug
>800 ug
>2000 ug
>500 ug
>2000 ug
Dosis
rendah
Dosis
medium
Dosis
tinggi
100-400
ug
100-200
ug
500-750
ug
100-200
ug
400-800
ug
400-800 ug
200-400 ug
1000-1250
ug
200-500 ug
800-1200
ug
>800 ug
>400 ug
>1250 ug
>500 ug
>1200 ug
b. Glukokortikosteroid sistemik
Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Harus selalu
diingat indeks terapi (efek/ efek samping), steroid inhalasi
jangka panjang lebih baik daripada steroid oral jangka
panjang.
c. Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)
Pemberiannya secara inhalasi. Digunakan sebagai pengontrol
pada asma persisten ringan. Dibutuhkan waktu 4-6 minggu
pengobatan untuk menetapkan apakah obat ini bermanfaat
atau tidak.
d. Metilsantin
Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek
ekstrapulmoner seperti antiinflamasi. Teofilin atau aminofilin
lepas lambat
dapat digunakan sebagai obat pengontrol,
berbagai studi menunjukkan pemberian jangka lama efektif
mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru.
e. Agonis beta-2 kerja lama
Termasuk di dalam agonis beta-2 kerja lama inhalasi adalah
salmeterol dan formoterol yang mempunyai waktu kerja lama
(> 12 jam). Seperti lazimnya agonis beta-2 mempunyai efek
relaksasi otot polos, meningkatkan pembersihan mukosilier,
menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan memodulasi
penglepasan mediator dari sel mast dan basofil.
Tabel 6. Onset dan durasi (lama kerja) inhalasi agonis beta-2
Onset
Durasi (Lama kerja)
Singkat
Lama
Cepat
Fenoterol
Formoterol
Prokaterol
Salbutamol/
Albuterol
Terbutalin
Pirbuterol
Lambat
Salmeterol
f. Leukotriene modifiers
Obat ini merupakan antiasma yang relatif baru dan
pemberiannya melalui oral. Mekanisme kerja menghasilkan
efek bronkodilator minimal dan menurunkan bronkokonstriksi
akibat alergen, sulfurdioksida dan exercise. Selain bersifat
bronkodilator, juga mempunyai efek antiinflamasi. Kelebihan
obat ini adalah preparatnya dalam bentuk tablet (oral)
sehingga mudah diberikan. Saat ini yang beredar di Indonesia
adalah zafirlukas (antagonis reseptor leukotrien sisteinil).
2. Pelega (Reliever)
Prinsipnya untuk dilatasi jalan napas melalui relaksasi otot
polos, memperbaiki dan atau menghambat bronkostriksi yang
berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa berat di dada
dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi jalan napas atau
menurunkan hiperesponsif jalan napas. Termasuk pelega
adalah 10:
a. Agonis beta-2 kerja singkat
Termasuk golongan ini adalah salbutamol, terbutalin,
fenoterol, dan prokaterol yang telah beredar di
Indonesia. Mempunyai waktu mulai kerja (onset) yang cepat.
Mekanisme kerja sebagaimana agonis beta-2 yaitu relaksasi
otot polos saluran napas, meningkatkan bersihan mukosilier,
menurunkan permeabiliti pembuluh darah dan modulasi
penglepasan mediator dari sel mast. Merupakan terapi pilihan
pada serangan akut dan sangat bermanfaat sebagai praterapi
pada exercise-induced asthma
b. Metilsantin
Termasuk dalam bronkodilator walau efek bronkodilatasinya
lebih lemah dibandingkan agonis beta-2 kerja singkat.
c. Antikolinergik
Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya memblok
efek penglepasan asetilkolin dari saraf kolinergik pada jalan
Asma
Intermi
ten
Asma
Persist
en
Ringan
Asma
Persist
en
Sedan
g
Medikasi
pengontrol
harian
Alternati
f lain
--------
-------
Tidak perlu
Glukokortikosteroi
d inhalasi (200400 ug BD/hari
atau
ekivalennya)
Kombinasi
inhalasi
glukokortikoste
roid
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug BD
atau ekivalennya)
ditambah Teofilin lepas
lambat ,atau
(400-800 ug
BD/hari atau
ekivalennya)
dan agonis
------
Kromolin
Leukotriene modifiers
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug BD
atau ekivalennya)
Ditamb
ah
agonis
beta-2
kerja
lama
oral,
atau
beta-2 kerja
lama
Asma
Persist
en
Berat
Glukokortikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 ug BD atau
ekivalennya) atau
Glukokortikosteroid
inhalasi (400-800 ug BD
atau ekivalennya)
ditambah leukotriene
modifiers
Kombinasi
Prednisolon/
inhalasi
metilprednisolon oral
glukokortikoste
selang sehari 10 mg
roid (> 800 ug
ditambah agonis beta-2
BD atau
kerja lama oral, ditambah
ekivalennya)
teofilin lepas lambat
dan agonis
beta-2 kerja
lama, ditambah
1 di bawah
ini:
teofilin lepas
lambat
leukotriene
modifiers
glukokortikoste
roid oral
Ditamb
ah
teofilin
lepas
lambat
Tujuan:
Tujuan:
Obat asma
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan yaitu
antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit
serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol, dan bronkodilator yang
merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi eksaserbasi/ serangan,
dikenal dengan pelega.
Tabel 18. Obat asma yang tersedia di Indonesia (tahun 2004)
Jenis Obat
Golongan
Nama Generik
Bentuk/ kemasan
obat
Steroid Inhalasi
Flutikason propionat
IDT
Budesonide
IDT, Turbuhaler
Pengontrol
Antiinflamasi
Pelega
Kromolin
IDT
Sodium kromoglikat
Nedokromil
IDT
Nedokromil
Zafirlukast
Oral (tablet)
Antileukotrin
Metilprednisolon
Oral ,Injeksi
Kortikosteroid sistemik
Prednisolon
Oral
Prokaterol
Oral
Bambuterol
Oral
Formoterol
Turbuhaler
Salbutamol
Bronkodilator
Terbutalin
Oral, IDT,
Turbuhaler,
solutio
Ampul (injeksi)
Prokaterol
Antikolinergik
Fenoterol
IDT
IDT, solutio
Metilsantin
Ipratropium bromide
Teofilin
Agonis beta-2 kerja lama
Aminofilin
Kortikosteroid sistemik
Formoterol
Metilprednisolon
Prednison
IDT, Solutio
Oral
Oral, Injeksi
Oral
Turbuhaler
Oral, injeksi
Oral
Keterangan
IDT
: Inhalasi dosis terukur = Metered dose Inhaler / MDI , dapat digunakan bersama dengan spacer
Sediaan obat
Dosis dewasa
Dosis anak
Keterangan
Tablet
Pemakaian jangka
panjang dosis 45mg/ hari atau 810 mg selang
sehari untuk
mengontrol
asma , atau
sebagai
pengganti
steroid inhalasi
pada kasus yang
tidak dapat/
mampu
menggunakan
steroid inhalasi
Kortikosteroid
sistemik
Metilprednisolon
4 , 8, 16 mg
Prednison
Short-course :
Tablet 5 mg
20-40 mg /hari
dosis tunggal atau terbagi
selama 3-10 hari
Short-course :
1-2 mg /kgBB/ hari
Maks. 40 mg/hari,
selama 3-10 hari
Kromolin &
Nedokromil
Kromolin
Nedokromil
IDT
1-2 semprot,
1 semprot,
5mg/ semprot
3-4 x/ hari
3-4x / hari
- Sebagai alternatif
antiinflamasi
- Sebelum exercise
atau pajanan
alergen,
IDT
2 semprot
2 semprot
2 mg/ semprot
2-4 x/ hari
2-4 x/ hari
IDT 25 mcg/
semprot
2 4 semprot,
1-2 semprot,
2 x / hari
2 x/ hari
1 X 10 mg / hari, malam
--
profilaksis
efektif dalam 12 jam
Salmeterol
Rotadisk 50 mcg
Digunakan bersama/
kombinasi
dengan steroid
inhalasi untuk
mengontrol
asma
Tablet 10mg
Bambuterol
Sirup 5 mcg/ ml
2 x 25 mcg/hari
2 x 5 ml/hari
2 x 2,5 ml/hari
IDT 4,5 ; 9
mcg/semprot
4,5 9 mcg
Formoterol
1-2x/ hari
Tidak dianjurkan
untuk mengatasi
gejala pada
eksaserbasi
Kecuali formoterol
yang
mempunyai
onset kerja cepat
dan berlangsung
lama, sehingga
dapat digunakan
mengatasi gejala
pada eksaserbasi
2x1 semprot
(>12 tahun)
Metilxantin
Aminofilin lepas
lambat
Tablet 225 mg
2 x 1 tablet
-1 tablet,
2 x/ hari
(> 12 tahun)
Tablet
2 x125 300 mg
2 x 125 mg
(> 6 tahun)
Sebaiknya
monitoring
kadar obat
dalam
serum dilakukan
rutin, mengingat
sangat
bervariasinya
metabolic
clearance dari
teofilin,
sehingga
mencegah efek
samping
200-400 mg
400 mg
1x/ hari
Antileukotrin
Zafirlukast
Tablet 20 mg
2 x 20mg/ hari
Medikasi
Sediaan obat
Dosis dewasa
---
Pemberian bersama
makanan
mengurangi
bioavailabiliti.
Sebaiknya
diberikan 1 jam
sebelum atau 2
jam setelah
makan
Dosis anak
Keterangan
Steroid inhalasi
Flutikason propionat
Dosis bergantung
kepada derajat
berat asma
100 800
IDT , Turbuhaler
Budesonide
mcg/ hari
100, 200, 400 mcg
IDT, rotacap,
Sebaiknya diberikan
dengan spacer
rotahaler,
rotadisk
100 800
Beklometason
dipropionat
mcg/ hari
Tabel 20. Sediaan dan dosis obat pelega untuk mengatasi gejala asma
Medikasi
Sediaan obat
Dosis dewasa
Dosis anak
Keterangan
0,25-0,5 mg,
Inhalasi
3-4 x/ hari
0,25 mg
Penggunaan
obat
pelega
sesuai
kebutuha
n, bila
perlu.
Terbutalin
IDT 0,25 mg/ semprot
Turbuhaler 0,25 mg ; 0,5 mg/
hirup
3-4 x/ hari
Respule/ solutio 5 mg/ 2ml
(> 12 tahun)
Tablet 2,5 mg
oral 1,5 2,5 mg,
oral
3- 4 x/ hari
3-4 x/hari
100 mcg
Salbutamol
3-4x/ hari
200 mcg
3-4 x/ hari
3-4x/ hari
Nebules/ solutio
2,5 mg/2ml, 5mg/ml
Tablet 2mg, 4 mg
oral 1- 2 mg,
Sirup 1mg, 2mg/ 5ml
3-4 x/ hari
100 mcg,
3-4x/ hari
Untuk
mengatas
i
eksaserba
si , dosis
pemeliha
raan
berkisar 3-4x/
hari
Fenoterol
200 mcg
10 mcg,
3-4 x/ hari
Solutio 100 mcg/ ml
10-20 mcg,
2 x/ hari
2 x 25 mcg/hari
Prokaterol
2-4 x/ hari
2 x 2,5 ml/hari
2 x 50 mcg/hari
Sirup 5 mcg/ ml
2 x 5 ml/hari
40 mcg,
20 mcg,
3-4 x/ hari
3-4x/ hari
Antikolinergik
Ipratropium bromide
Diberikan
kombinas
i dengan
agonis
beta-2
kerja
singkat,
untuk
mengatas
i
serangan
Kombinasi
dengan
agonis
beta-2
pada
pengobat
an jangka
panjang,
tidak ada
manfaat
tambahan
Kortikosteroid sistemik
Metilprednisolon
Short-course
efektif
Tablet 4, 8,16 mg
Short-course :
Short-course:
utk
24-40 mg /hari
Prednison
Tablet 5 mg
mengontr
ol asma
pada
terapi
awal,
sampai
tercapai
APE
80%
terbaik
hari
Medikasi
atau
gejala
mereda,
umumny
a
membutu
hkan 310 hari
Sediaan obat
Dosis dewasa
Dosis anak
Keterangan
Teofilin
3-5mg/kgBB kali,
3-4 x/ hari
Aminofilin
Tablet 200 mg
Kombinasi
teofilin
/aminofli
n dengan
agonis
beta-2
kerja
singkat
(masingmasing
dosis
minimal),
meningk
atkan
efektiviti
dengan
efek
samping
minimal
Metilsantin
9. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
a. Status asmatikus
b. Atelektasis
c. Hipoksemia
d. Pneumothoraks
e. Emfisema
10.
Prognosis
Angka mortalitas pasien asma sangat kecil. Sebagai contoh, di Amerika
Serikat, jumlah kematian karena asma kurang dari 6000 kematian pertahunnya
dari populasi 10.000.000 pasien. Informasi yang adekuat terhadap pasien
mengenai pencegahan penyakit dapat memberikan prognosis yang baik, terutama
bila penyakitnya ringan dan berkembang pada masa kanak-kanak. Jumlah anak
yang tetap memiliki asma dalam 7-10 tahun setelah didiagnosis pertama bervariasi
dari 26-78%, atau rata-rata 46%, presentase pasien yang asmanya berlanjut
menjadi asma dengan derajat berat hanya 6-19%. Remisi spontan terjadi pada
sekitar 20% pasien asma setelah dewasa, dan sebanyak 40% mengalami perbaikan
derajat asma seiring dengan pertambahan umur. Pasien asma dengan stimulus
komorbid seperti merokok, dilaporkan mengalami perubahan fungsi paru yang
ireversibel.
DAFTAR PUSTAKA
1. AntariksaB.Diagnosisdanpenatalaksanaanasma.DepartemenPulmonologi
danIlmuKedokteranrespirasiFKUIRS.Persahabatan.
2. BatemanED,etal.Globalstrategyforasthmamanagementandprevention.
GlobalInitiativeforAsthma;2011.
3. DewanAsmaIndonesia. Pedoman tatalaksana asma. Jakarta: CV, Mahkota
Dirfan; 2011, hal. 36-48.
4. Fanta CH. Drug Therapy : Asthma. N Engl J Med
2009;360:1002-14.
5. Fauci AS, Brunwald E, Kasper DL, Hauser Sl, Longo DL, Jameson JL,
Loscalzo
6. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta:
Elsevier, 2006. p. 499501.
7. Mangunnegoro H, et al. Asma: Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di
Indonesia.Jakarta:PerhimpunanDokterParuIndonesia;2004
8. Rengganis I. Diagnosis dan tatalaksana asma bronkial. Maj Kedokt Indon.
Vol.58;2008.
9. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI. Jakarta, 2006
10. Pedoman Pengendalian Penyakit Asma. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia , 2009
11. Sundaru H, Sukamto. Asma Bronkial. Buku Ajar Penyakit Dalam. EGC.
Jakarta:Jilid I;404-414.
12. Global Initiative For Asthma (GINA). Pocket Guide For Asthma Management
and Prevention. Canada, 2012.
13. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL,
Loscalzo J. 2008. Harrison's principles of internal medicine. 17th ed. McGraw
Hill.
14. Global Initiative For Asthma (GINA). Pocket Guide For Asthma Management
and Prevention. Canada, 2015.
15. Asthma Pathophysiology. http://www.alvesco.com/en/About-Asthma/Asthmapathophysiology