Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Wiwing Marisya, S.Ked
110.2011.294
Pembimbing :
dr. Didiet Pratignyo, Sp.PD-FINASIM
Presentasi kasus ini diajukan sebagai salah satu tugas
kepaniteraan klinik bagian
Ilmu Penyakit Dalam
pada
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.
Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat serta salam
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, dan para sahabat serta pengikutnya
hingga
akhir
zaman.
Karena
atas
rahmat
dan
ridho-Nya,
penulis
dapat
baik
moril
maupun
materil,
maka
selanjutnya
penulis
ingin
Penulis
DAFTAR ISI
....................................................................................4
Laporan kasus
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Identifikasi ..........................................................................5
Anamnesis ..........................................................................5
Pemeriksaan fisik ................................................................8
Pemeriksaan penunjang .....................................................9
Diagnosis ..........................................................................10
Pemeriksaan yang dianjurkan ...........................................10
Terapi yang diberikan .......................................................11
Prognosis ..........................................................................11
Analisa Kasus
..........................................................................17
Tinjauan Pustaka
Definisi.....................................................................................21
Epidemiologi ...........................................................................21
Faktor resiko............................................................................22
Klasifikasi.................................................................................23
Patogenesis dan Patofisiologi ..................................................27
Diagnosis ...............................................................................32
Diagnosis banding ..................................................................35
Penatalaksanaan ....................................................................37
Komplikasi ..............................................................................51
Prognosis.................................................................................51
Daftar Pustaka
.........................................................................52
I. Identitas Pasien
- Nama
: Tn. S
- Usia
: 87 tahun
- Pekerjaan
: Pensiun
- Agama
: Islam
- Alamat
- No. CM
: -- -- --
- Tanggal masuk
: 7 Juni 2015
- Ruangan
II. Anamnesa
Dilakukan secara auto-anamnesa
1. Keluhan Utama:
Penurunan Kesadaran
2. Keluhan tambahan:
Batuk berdahak(+), sesak (+), demam (-).
3. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan tidak sadar kemarin sore sampai masuk IGD
7 juni 2015 jam 17.45wib. Keluarga mengatakan pasien tidak sadar, sulit
diajak komunikasi,
hanya
menjawab
selebihnya pasien
terlihat
mengantuk,
satu
sampai
pasien
sulit
dua
diberi
patah
makan
kata,
dan
minum, sebelum pasien tidak sadarkan diri, pasien mengeluh batuk berdahak(+),
sesak (+), demam (-), BAK (+), BAB (-), pingsan (-), muntah (-), lemas (+),
keringat dingin (-).
4. Riwayat Penyakit Dahulu:
5
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
Riwayat
trauma disangkal.
pengobatan paru-paru sebelumnya disangkal.
penyakit DM disangkal.
penyakit hipertensi disangkal.
asma dan alergi disangkal.
(-)
(-)
Rambut
Ikterus
(-)
(-)
(-)
Keringat malam
Sianosis
Lain-lain
Kepala
(-) Trauma
(-) Sinkop
(-)
(-)
Mata
(-) Nyeri
(-) Radang
(-) Sklera Ikterus
(-)
(-)
(-)
Sekret
Gangguan penglihatan
Penurunan ketajaman
penglihatan
(-)
(-)
(-)
Tinitus
Gangguan pendengaran
Kehilangan pendengaran
(-)
(-)
(-)
Gejala penyumbatan
Gangguan penciuman
Pilek
Telinga
(-) Nyeri
(-) Sekret
Hidung
(-) Trauma
(-) Nyeri
(-) Sekret
(-) Epistaksis
Nyeri kepala
Nyeri sinus
Mulut
6
(-)
(-)
(-)
Bibir
Gusi
Selaput
(-)
(-)
(-)
Lidah
Gangguan pengecapan
Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorok
(-)
Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan/ massa
(-)
Nyeri leher
(+
)
(-)
(+
)
Sesak nafas
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Perut membesar
Wasir
Mencret
Melena
Tinja berwarna dempul
Tinja berwarna ter
Benjolan
Jantung/ Paru
(-) Nyeri dada
(-)
(-)
Berdebar-debar
Ortopnoe
Batuk darah
Batuk
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Sukar menggigit
Ataksia
Hipo/hiper-estesi
Pingsan/ syncope
Kedutan (tick)
Pusing (Vertigo)
Gangguan bicara (disartri)
(-)
(-)
(-)
Deformitas
Sianosis
Edema
Palpasi : Iktus cordis teraba pada sela iga ke-6, 3 jari lateral dari midclavicula
sinistra
Perkusi :
Batas atas jantung
: ICS II linea parasternal sinistra
Batas kanan jantung
: ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri jantung : ICS VI , 2 jari lateral dari linea midclavicula sinistra
Auskultasi
: Bunyi jantung I-II regular takikardi, murmur (-), gallop (-)
b.
Paru
Inspeksi : Simetris dalam keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vocal simetris kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki +/+, wheezing -/-
9. Abdomen
Inspeksi
: Datar, simetris, tidak ada kelainan kulit, tidak tampak massa, tidak
ada pelebaran vena
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi
: Terdengar suara timpani pada keempat kuadran abdomen
Palpasi : Supel, lembut, turgor normal, organomegali (-), nyeri tekan epigastrium
(-)
10.
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, sianosis -/-, edema -/Inferior
: Akral hangat, sianosis -/-, edema -/IV. Pemeriksaan Penunjang
7
juni
2015
Hb
13,1 g/dl
Ht
43,2 %
Leukosi 17.990 /uL
t
241.000
Trombo /uL
sit
135 mg/dl
Gds
21 u/L
SGOT
16 u/L
SGPT
85 mg/dl
Ureum
2,5 mg/dl
Kreatin 140,6
in
mmol/L
9
juni 10
juni
2015
2015
12,3 g/dl
40,6 %
31.100
/uL
244.000
/uL
85
mg/dl
1,0 mg/dl 143,2
9
Natriu
m
Kalium
chlorid
a
5,79
mmol/L
93,8
mmol/L
mmol/L
4,08
mmol/L
97,6
mmol/L
Ekg :
Irama sinus
HR : 90 x/menit reguler
Normoaxis
LVH : gel R di V5/V6+ gel S di V1/V2 > 35 mm
10
V. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja :
- Geriatri
- Penurunan kesadaran e.c SNH
- Insufisiensi renal
- CHF
- Leukositosis
2. Dasar Diagnosis
Anamnesis :
- penurunan kesadaran, lemas, sesak, batuk berdahak(+), demam(-)
- pasien beumur 87 tahun mengalami permasalahan beberapa 14 I
yaitu : Infection, Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan
tubuh), Iatrogenics (iatrogenesis) karakteristik yang khas dari pasien
11
IGD
O2 3Lpm
IVFD Asering 20 tpm
Inj.ceftriaxone 1x2gr
Inj.
Citicoline
3x500mg
Inj.
Ranitidin
2x50mg
PCT drip 500mg
Inj. Dexamethasone
2x1 ampl
Pasang DC
Pro ICU
VII. Prognosis
- Quo ad vitam
ICU
IVFD asering 20
tpm
Inj.
Citicoline
3x500 mg
Inj.
Ceftriaxone
1x2gr
Inj.
Ranitidin
2x50mg
PCT drip 500mg
(jika demam)
Inj.
Dexamethasone
2x1 ampl
Aspilet 1x1 tab
Bicnat 3x1 tab
Ketocid 3x1 tab
NUSA INDAH
IVFD RL 20 tpm
Inj.
Furosemid
2x1amp
Aspilet 1x1 tab
Bicnat 3x1 tab
Ketocid
3x1
tab(stop)
Cefixime 2x100mg
tab
Citicolin
2x1000mg tab
: dubia ad malam
12
- Quo ad functionam
: dubia ad malam
13
7 Juni
2015
IGD
A/ penurunan
kesadaran ec
susp SNH
dd/ meningitis
P/
Status generalis:
Kepala: normocephal
THT: dbn
Wajah: dbn
Leher : kaku kuduk
Dada : Simetris
Cor
FOLLOW UP
O2 3Lpm
IVFD Asering 20
tpm
Inj.ceftriaxone
1x2gr
Inj.
Citicoline
3x500mg
Inj.
Ranitidin
2x50mg
PCT drip 500mg
(jika demam)
Inj.
Dexamethasone
2x1 ampl
Pasang DC
Pro ICU
Resume medis
Diagnosis akhir:
Pulmo
Wh-/-
: SN ves, Rh +/+,
Akral
hangat,
A/ - penurunan
kesadaran ec
susp SNH
-Akut Kidney
Injury
P/
IVFD Asering 20
tpm
Inj.
Citicoline
3x500mg
Inj.
Ceftriaxone
1x2gr
Inj.
Ranitidin
2x50mg
Inj.
Dexamethasone
2x1 ampl
Aspilet 1x1 tab
Bicnat 3x1 tab
Ketocid 3x1 tab
14
Insufisiensi renal
Leukositosis
Terapi pulang:
-
15
Analisa kasus
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah
tepat ?
Sudah,
- Diagnosis geriatri adalah penyakit pada usia lanjut
>60thn dengan gejala khas yaitu multipatologi
(lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis
tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang
tidak khas/ menyimpang, dan penurunan status
fungsional (kemampuan beraktivitas).
- Diagnosis cerebral infractoin/SNH, dikarenakan
penurunan kesadaran. Adanya kemungkinan aliran
darah ke otak terganggu dan timbul nekrosis sel otak
dan juga penurunan keadaan fiologis pada pasien
geriatri.
- Diagnosis insufisiensi renal ditegakan dengan hasil
lab pada ureum kreatininnya tinggi 85 mg/dl dan
2,5 mg/dl. Adanya gangguan fungsi ginjal.
- Diagnosis CHF (Congestive Heart Failure) ditegakkan
dari hasil EKG adanya gambaran LVH : gel R di
V5/V6+ gel S di V1/V2 > 35 mm dan hasil rad :
Cardiomegali.
- Diagnosis leukositosis pada hasil lab leukosit yang
meningkat 31.100 /uL. Yang menandakan adanya
infeksi.
: dubia ad malam
Quo at functionam
: dubia at malam
16
17
beumur
beberapa
14
(penurunan
87
yaitu
sistem
tahun
:
mengalami
Infection,
kekebalan
permasalahan
Immuno-defficiency
tubuh),
Iatrogenics
pasien ini?
Adanya infeksi pada saluran pernapasan ada gejala batuk
berdahak. dan juga adanya faktor2 perubahan fisiologis
pada pasien geriatri ini.
8. Bagaimana hubungan penurunan kesadaran dengan
leukositosis pada pasien ini?
Leukosit yang meningkat 31.100 /uL menandakan adanya
infeksi. Kane & Ouslander merumuskannya dalam Geriatric Giants
(14 I), salah satunya Infection (infeksi), salah satu manifestasi
akibat penurunan sistem kekebalan tubuh dan karena kemampuan
faali (fisiologis) yang berkurang. Pada pasien lansia ini, adanya
gejala batuk berdahak. penyebab infeksi saluran pernafasan dapat
dikeluarkan bersama dahak melalui refleks batuk, tetapi karena
menurunnya kemampuan tubuh, dahak tersebut tetap berada di
paru-paru.
Akibatnya
jalan
napas
tidak
efektif,
kerna
tidak
pembuangan
elektrolit
tubuh,
menjaga
penurunan
Glomerular
Filtration
Rate
(GFR),
ada dua tipe: Gagal Ginjal Akut: gagal ginjal ini terjadi secara
tiba tiba, bersifat refersibel, dapat terjadi karena infeksi/
Sepsis akan menyebabkan sistem imun tubuh berlebihan
karena terjadi infeksi sehingga menyebabkan peradangan dan
merusak ginjal. Dan juga dikarenakan obat, luka trauma,
pembedahan, racun nefrotoksik dan lain lain. Ditandai
dengan oliguria, gangguan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Dialysis dapat dibutuhkan pada kondisi ini hingga ginjal
berfungsi kembali.
20
TINJAUAN PUSTAKA
GERIATRI
Menua (menjadi tua = aging) adalah suatu proses
menghilangnya
secara
perlahan-lahan
kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua atau
aging process merupakan proses alamiah yang akan
dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini. Hingga
sekarang belum ada definisi yang memuaskan mengenai
proses menua ini. Definisi yang paling sederhana ialah
"menjadi tua", sedangkan definisi yang lebih kompleks dari
Stehler: "Proses menua merupakan perubahan yang
berhubungan dengan waktu, bersifat universal, intrinsik,
terjadi kerusakan yang progresif, yang mengakibatkan
penurunan adaptasi terhadap lingkungan sehingga
menyebabkan hilangnya kemampuan organisme untuk
bertahan hidup".
Sedangkan menurut Harman, proses menua ialah
penjumlahan semua perubahan yang terjadi dengan
berlalunya waktu. Perubahan ini menjadi penyebab atau
berkaitan erat dengan meningkatnya kerentanan tubuh
terhadap penyakit yang berakhir dengan kematian.
Menua
adalah
suatu
proses
menghilangnya
kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti
diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya.
Banyak teori mengenai proses menua ini.
Teori yang menjelaskan tentang sebab-sebab menua
antara lain:
1. Teori Genetik clock Tiap spesies mempunyai di dalam
nukleusnya suatu jam genetic yang telah diputar menurut
suatu replikasi tertentu.
2. Mutasi somatik (teori Error Catastrophe) Proses menua
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menyebabkan
terjadinya mutasi somatik (radiasi dan zat-zat kimia)
Terjadi kesalahan dalam proses transkripsi (DNARNA),
maupun dalam proses translasi (RNAprotein/enzim).
3. Rusaknya sistem imun tubuh (with incised Auto-Antibodies)
Mutasi yang berulang atau perubahan protein pascatranslasi, dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan
21
22
23
24
25
2.
3.
4.
6.
30
a.
31
No
1
2
3
4
b.
32
7.
a.
Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit, perlu diamati tanda-tanda trauma,
stigmata kelainan hati dan stigmata lainnya termasuk
krepitasi dan jejas suntikan. Pada penderita dengan trauma,
kepala pemeriksaan leher itu, harus dilakukan dengan
sangat berhati-hati atau tidak boleh dilakukan jikalau
diduga adanya fraktur servikal. Jika kemungkinan itu tidak
ada, maka lakukan pemeriksaan kaku kuduk dan lakukan
auskultasi karotis untuk mencari ada tidaknya bruit.
Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan fraktur.
Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai
fraktur servikal (jejas, kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma di
daerah muka).
Toraks/ abdomen dan ekstremitas
Perhatikan ada tidaknya fraktur.
Pemeriksaan fisik neurologis
Pemeriksaan fisik neurologis bertujuan menentukan kedalaman
koma secara kualitatif dan kuantitatif serta mengetahui lokasi
proses koma. Pemeriksaan neurologis meliputi derajat
kesadaran dan pemeriksaan motorik2.
Umum
Buka kelopak mata menentukan dalamnya koma
34
b.
36
8.
a.
Pergerakan spontan
Perlu melakukan observasi pasien waktu istirahat. Pergerakan
abnormal seperti twitching, mioklonus, tremor merupakan
petunjuk gangguan toksik/ metabolik. Apabila tampak
pergerakan spontan dengan asimetrik (tungkai bawah rotasi
keluar menunjukkan defisit fokal motorik).
Komponen brain stem dari ARAS masih baik bila tampak
mengunyah, berkedip dan menguap spontan dan dapat
membantu lokalisasi penyebab koma.
Pemeriksaan saraf kranial
Jika pada pemeriksaan saraf kranial (saraf okular) tampak
asimetrik dicurigai lesi struktural. Umumnya pasien koma
dengan reflek brain stem normal maka menunjukkan kegagalan
kortikal difus dengan penyebab metabolik. Obat-obatan seperti
barbiturat, diphenylhydantion, diazepam, antidepresan trisiklik
dan intoksikasi etanol dapat menekan refleks okular tetapi
refleks pupil tetap baik. Impending herniasi ditandai oleh pola
pernafasan tidak teratur, pupil miosis dan refleks pupil
menurun.
Repons motorik terhadap stimuli
Defisit fokal motorik biasanya menunjukkan kerusakan
struktur, sedangkan dekortikasi/deserebrasi dapat terjadi pada
kelainan metabolik toksik atau kerusakan struktural. Gerakangerakan abnormal seperti tremor dan mioklonus sering terjadi
pada gangguan metabolik toksik.
b.
Khusus
-
STROKE ISKEMIK
DEFINSI
Menurut kriteria WHO (1995), stroke secara klinis didefinisikan
sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi mendadak
dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global,
berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan
kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak.
Infark cerebri juga di kenal sebagai stroke iskemik, terjadi ketika
pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak terganggu
sehingga aliran darah otak terganggu. Ada dua tipe yang umum
dari stroke iskemik : aterotrombotik dan emboli, yang juga
38
darah rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika
seseorang mengalami kehilangan darah yang banyak karena
cedera atau pembedahan, serangan jantung atau irama jantung
yang abnormal. 1
KLASIFIKASI
Stroke iskemik (sekitar 80%-85% terjadi dalam kasus
stroke), disebabkan oleh adanya obstruksi atau bekuan di satu
atau lebih arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi bisa
disebabkan oleh bekuan (trombus) yang terbentuk di dalam
suatu pembuluh otak atau pembuluh atau organ distal. Pada
trombus vaskular distal, bekuan dapat terlepas, atau mungkin
terbentuk di dalam suatu organ seperti jantung dan kemudian
dibawa melalui sistem arteri ke otak sebagai suatu embolus.
Terdapat beragam penyebab stroke trombotik dan embolik
primer,
termasuk
aterosklerosis,
arteritis,
keadaan
hiperkoagulasi, dan penyakit jantung struktural. Sumbatan aliran
darah di A. carotis interna sering merupakan penyebab stroke
pada orang berusia lanjut, yang sering mengalami pembentukan
plak aterosklerotik di pembuluh darah sehingga terjadi
penyempitan atau stenosis. Ada banyak subtipe stroke iskemik,
antara lain stroke lakunar, stroke trombotik pembuluh besar,
stroke embolik, dan stroke kriptogenik. 1
Stroke lakunar, adanya infark lakunar yang terjadi karena
penyakit pembuluh halus hipertensif dan menyebabkan sindrom
stroke yang biasanya muncul dalam beberapa jam atau kadangkadang lebih lama. Infark lakunar merupakan infark yang terjadi
setelah oklusi aterotrombotik atau hialin-lipid salah satu dari
cabang-cabang arteri penetrans Circulus Arteriosus Willisi, A.
cerebri media, atau A. vertebralis dan A. basilaris. 1
Stroke trombotik pembuluh besar, merupakan thrombosis
pembuluh besar dengan aliran lambat. Sebagian besar dari
stroke ini terjadi saat tidur, saat pasien relative mengalami
dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Stroke ini sering
berkaitan dengan lesi aterosklerotik yang menyebabkan
penyempitan atau stenosis di A. carotis interna atau, yang lebih
jarang, di pangkal A. cerebri media atau di taut A. vertebralis dan
A. basilaris. Penderita dengan stroke ini tampak gagap, dengan
gejala hilang timbul berganti-ganti secara cepat. Para pasien ini
mungkin sudah mengalami beberapa kali serangan TIA tipe
lakunar sebelum akhirnya mengalami stroke. Pelannya aliran
arteri yang mengalami trombosis parsial adalah defisit perfusi
yang dapat terjadi pada reduksi mendadak curah jantung atau
tekanan darah sistemik. 1
Stroke embolik, diklasifikasikan berdasarkan arteri yang
terlibat (misalnya, stroke A. vertebralis) atau asal embolus.
Sumber tersering terjadinya stroke ini adalah trombus mural
jantung (misalnya infark miokardium, fibrilasi atrium, penyakit
40
bisa kejang-kejang
3. Gejala-gejala penyumbatan ateri serebri media
bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi hemiparesis yang
sama, bila tidak di pangkal, maka lengan lebih
menonjol.
hemihipestesia
gangguan fungsi luhur pada korteks hemisfer dominan
yang terserang.
4. gangguan pada kedua sisi
hemiplegi dupleks
sukar menelan
gangguan emosional, mudah menangis.
Gejala gangguan sistem vertebro-basiler:
1. Gangguan pada arteri serebri posterior
hemianopsia homonim kobntralateral dari sisi lesi
hemiparesis kontralateral
hilangnya rasa sakit, suhu, sensorik proprioseptif
kontralateral.
2. Gangguan pada arteri vertebralis
Bila sumbatan pada sisi yang dominan dapat terjadi sindrom
Wallenberg. Sumbatan pada sisi yang tidak dominan seringkali
tidak menimbulkan gejala.
GAMBARAN RADIOLOGI
1. CT Scan
Computed Tomography Scan juga disebut CT scan,
merupakan proses pemeriksaan dengan menggunakan
sinar-X
untuk
mengambil
gambar
otak.
Dengan
menggunakan komputer, beberapa seri gambar sinar-X
akan memperlihatkan gambar tiga dimensi kepala dari
beberapa sudut. CT scan dapat menunjukkan ; jaringan
lunak, tulang, otak dan pembuluh darah. Pemeriksaan ini
dapat menunjukkan area otak yang abnormal, dan dapat
menentukan penyebab stroke , apakah karena insufisiensi
aliran darah (stroke iskemik), rupture pembuluh darah
(hemoragik) atau penyebab lainnya. CT scan juga dapat
memperlihatkan ukuran dan lokasi otak yang abnormal
akibat tumor, kelainan pembuluh darah, pembekuan darah,
dan masalah lainnya. 4
43
48-72
jam:
perlunakan
dan
penghancuran,
pembengkakan berbentuk lingkaran sampai ukuran
tertentuherniasi jika resolusi (10 hari);daerah infark
mencair-kista pada lesi dibatasi percabangan pembuluh
darah, dikelilingi jaringan glia padat; leptomening tebal
dan keruh.
2. Mikroskopik
6-12 jam : intensitas pewarnaan jaringan menurun,
pembengkakan badan sel saraf dan kekacauan susunan
sitoplasma serta kromatin inti, neuron merah,
fragmentasi axon dan kerusakan myelin oligodendrosit
dan astrosit.
48 jam : pembuluh darah tampak nyata dan PMN
72-96 jam : berkelompoknya makrofag disekitar
pembuluh darah minggu II : astrositosis prominen
resolusi akhir(beberapa minggu/bln):gliosis fibriler
mengganti daerah nekrosis/mengisi kista.
TERAPI
Selama keadaan akut dan kesadaran rendah harus
diberikan perawatan dalam keadaan coma. Kebersihan badan
termasuk mata dan mulut harus dijaga dengan teliti, keluar
masuk cairan sebaiknya diukur, miksi dirawat sesuai dengan
keadaan, defekasi diatur dengan pemberian gliserin sekali dalam
2 - 3 hari, dekubitus dihindarkan dengan mengubah sikap
berbaring dan membersihkan kulit dengan seksama, suhu badan
45
46
47
DAFTAR PUSTAKA
th
48
13.
Batubara, AS. 1992. Koma dalam Majalah Cermin Dunia
Kedokteran. Ed 80. FK USU. Hal 85-87.
14.
Greenberg, MS. 2001. Coma dalam Handbook of Neurosurgey. 5th
ed. Thieme: NY. Hal 119-123
15.
Harris, S. 2004. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun
dalam Updates in Neuroemergencies. FKUI: Jakarta. Hal.1-7
16.
Harsono. 2005. Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Gajah Mada
University Press: Yogyakarta.
17.
Kumar, Parveen., Clark, Michael. 2009. Clinical Medicine 7th
Edition. Saunders Elsevier: Toronto
18. Lindsay, KW dan Bone I. 1997. Coma and Impaired Conscious Level
dalam Neurology and Neurosurgery Illustrated. Churchill Livingstone:
UK. Hal.81
49