Professional Documents
Culture Documents
TUMOR MAMMAE
Disusun Oleh:
Kinanti Rizky Chairunisa, S.Ked
110.2011.138
Pembimbing:
dr. H. Supriyono, Sp.B
DISUSUN DALAM RANGKA MEMENUHI SALAH SATU
PERSYARATAN TUGAS KEPANITERAAN DI BAGIAN
ILMU BEDAH
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA CILEGON
2015
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
Identifikasi
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Status Pernikahan
Agama
Alamat
Tanggal Masuk RS
No. CM
II.
Ny. M
Perempuan
36 tahun
SMA
Wiraswasta
Belum Menikah
Islam
Komplek KS. Jl. Besi 4, Kota Bumi, Cilegon
9 Juni 2015
68.38.xx
Anamnesa
Dilakukan autoanamnesis pada tanggal 9 Juni 2015 pukul 07.05 WIB di Ruang
Bangsal Bougenville RSUD Cilegon.
Keluhan Utama
Keluahan Tambahan
: Nyeri dada
IV.
Pasien mempunyai riwayat pengobatan paru selama 6 bulan, dan sudah dinyatakan
tuntas. Pasien mengaku terdapat riwayat diabetus mielitus dan alergi obat, namun
pasien lupa jenis obatnya. Riwayat hipertensi, asma, dalam jangka waktu yang lama
disangkal. Riwayat konsumsi obat-obatan atau jamu disangkal.
V.
VI.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 06.00 WIB.
A. Keadaan Umum
: Sedang
B. Kesadaran
: Composmentis GCS E4 M6 V5 : 15
C. Vital sign
: Tekanan darah
: 110/60 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Respirasi
: 20 x/menit
Suhu
: 36,00 C
D. Status Generalis :
1. Kepala : Simetris, normocephal, rambut tidak mudah dicabut.
2. Mata
6. Leher
Inspeksi
: Trakea di tengah
Palpasi
7. Thorak
a.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Datar
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
9. Ekstremitas
Superior
Inferior
E. Status Lokalis
Pemeriksaan/regi
Mammae dekstra
Mammae sinistra
o
Inspeksi
Palpasi
Papilla
mamae
pengeluaran
sebuah
massa
pada
tidak ada.
cm,
permukaan
rata/licin,
lunak
kenyal,
mamae
discharge
elastis,
tidak
ada.
Pembesaran KGB aksila (-)
VII.
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium tanggal : 9 Juni 2015
Nilai normal
Hematologi
Hb
Ht
Laju Endap Darah
Leukosit
Trombosit
Masa perdarahan
Masa pembekuan
Golongan darah
: 12,8 g/dl
: 36,6 %
:20 mm/jam
: 12370 /ul
: 371000 /ul
: 2 menit
: 10 menit
: O RH
positif
Imunoserologi
HbsAg
Anti HIV
Glukosa darah
: negatif
: non reaktif
Sewaktu
Fungsi liver
Fungsi ginjal
Ureum
: 452 mg/dl
mg/dl
Kreatinin
Asam Urat
elektrolit
Natrium
3,0
: 1,1
: 6,3
:133,6
mmol/l
Kalium
:3,52
mmol/l
Clorida
:92,4
mmol/l
VIII. Resume
Anamnesis
Pasien datang ke Unit Gawat Darurat RSUD Cilegon pada hari Jumat tanggal 5 juni
2015 jam 21.00 WIB dengan luka bakar pada bagian tangan kanan, perut, kemaluan
dan kaki kanan akibat terkena sengatan listrik saat sedang merenovasi masjid di
daerah sekitar rumahnya. Pasien mengaku masih sadar saat sehabis tersengat listrik.
Setelah di rawat inap sampai sekarang Pasien merasakan demam disertai pusing, mual
dan muntah. Pasien mengeluhkan penurunan nafsu makan.
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran
: Composmentis
: 36,9C
BB
: 50 kg
Penurunan Hb
: 12,6 g/dl
IX.
Peningkatan Leukosit
: 14.300 /ul
Penurunan Trombosit
: 143.000/ul
Diagnosis Kerja
Luka Bakar grade II 37% ec. Listrik
X.
Diagnosis Banding
Sindrom kulit terbakar akibat stafilokokus
Luka radiasi dan ionisasi
Luka akibat zat kimia
XI.
Usulan Pemeriksaan
XII.
1.Umum :
- Pasien dirawat inap untuk luka bakar
- Pertahankan ABCD dan observasi tanda tanda vital
2. Resusitasi cairan
Metode baxter : dengan Ringer Laktat (RL)
= Luas luka bakar % x BB
= 29 %
x 4 cc
x 50 kg x 4 cc = 5800 cc
1. Pakaian dilepaskan
2. Dibersihkan dengan antiseptik seperti savlon atau iodium
3. Pembalutan : dengan metode terbuka atau tertutup. Diberikan salep sulfadiazin atau
MEBO
4. debridement : dengan eksisi tangensial bila keadaan pasien telah stabil pada hari 3-7
5. skin grafting sebelum hari ke 10 untuk mencegah keloid.
- konsultasi dengan bedah kosmetik untuk perawatan luka pada wajah
EDUKASI
-
Pasien sebaiknya dirawat diruangan yang steril dan ber ac, sebaiknya pasien
dihindarkan dari kontaminasi udara luar dan orang yang berkunjung.
XIII. Prognosis
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
Laporan Operasi
Diagnosis pre-operasi
Diagnosis post-operasi : Luka bakar grade IIa 37% e.c sengatan listrik
Tehnik operasi
: Debridement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
1.
EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada
telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang
terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak
tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma
terisi oleh granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.
Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel
yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans).
2.
DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut
kolagen
menebal
dan
sintesa
kolagen
berkurang
dengan
SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh
dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi.
Fungsi Subkutis Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi
panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
PENYEMBUHAN LUKA
Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan
yang terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen
disamping sel epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis
kolagen. Fisiologi penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti
dibawah ini :
a. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya
luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi
hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah.
Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi
Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived
Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang
berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan
fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi
vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit
akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF -1)
yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi fibroblas
untuk mensintesis kolagen.
b. Fase proliferasi atau fibroplasi
Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.
Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang
terbentuk menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini
mulai terjadi granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
c. Fase remodeling atau maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan
luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan
pematangan parut. Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam
keseimbangan. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari
penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang yang mempunyai kekuatan
80% dari kulit normal Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada
gangguan baik faktor luar maupun dalam.
1. Definisi Luka Bakar
Luka bakar ialah suatu trauma atau kerusakan/kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, arus listrik, bahan kimia, radiasi, atau
kontak dengan suhu renadah (frost bite) yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
lebih dalam.1
Luka bakar adalah kerusakan secara langsung maupun yang tidak langsung pada
jaringan kulit yang tidak menutup kemungkinan sampai ke organ dalam, yang di
sebabkan kontak langsung dengan sumber panas yaitu api, air/ uap panas, bahan kimia,
radiasi, arus listrik, dan suhu sangat dingin.
Derajat I
Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan
untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam
5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai
eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh
luka bakar derajat I adalah sunburn.1,2,9
Derajat II
Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat
epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut
misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut.
Dengan adanya jaringan yang masih tersisa tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3
minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan
eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai
rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik,
dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera
berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.1,2,9
Derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan
yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi
dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit
harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai kulit tampak pucat abu-abu
gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang
masih sehat, luka bakar tanpa disertai nyeri maupun bula, karena pada dasarnya
seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.1,2,9
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya
meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Ada beberapa metode
cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:
: 9%
2)
Lengan masing-masing 9%
: 18%
3)
: 36%
4)
: 36%
5)
Genetalia/perineum
: 1%
Total : 100%
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala
anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena
perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10
untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%,
badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri
masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.2
Gambar 2.6 Luas luka bakar, rules of nine untuk dewasa, rumus 10-15-20 untuk anak, dan
rumur 10 untuk bayi (sumber: De Jong, 2005)
Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso
b. Luka bakar dengan luas 10 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40
tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %.
c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum
3. Luka bakar ringan
a.
b.
Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
c.
Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan,
melalui lobang kepala, telinga, mata, mulut, atau leher, tubuh, dan kaki. Pada jalan
arus listrik terdapat sebagian otak, pusat pernapasan, dan jantung sehingga korban
dapat pingsan, henti napas, maupun henti jantung.
Perjalanan penyakit luka bakar terdiri atas fase akut (fase syok), sub akut, dan
fase lanjut.
o Fase akut dimulai dari cidera awal sampai dengan syok awal teratasi), atau
sering disebut sebagai fase syok 0-72 jam setelah kejadian, yang menjadi
ancaman hidup adalah gangguan airway berupa pembengkakan jalan napas
akibat cidera inhalasi oleh udara panas atau gas toksik hasil produk
pembakaran. Gangguan breathing akibat eschar yang melingkar di dada atau
trauma toraks terkait cidera misalnya fraktur iga atau pneumotoraks, serta
gangguan circulation akibat peningkatan permeabilitas dinding kapiler
sehingga dapat menyebabkan ekstravasasi cairan intravascular dalam jumlah
yang besar.9
o Fase sub akut, setelah fase sub akut dilewatin sekitar 3 minggu atau lebih
yang menjadi masalah adalah keadaan hipermetabolisme, infeksi hingga ,
serta inflamasi dalam bentuk SIRS.
o Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi
jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut
hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan
jaringan atau struktur tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan
berlangsung lama.2
6. Manifestasi klinis
Cedera saat tersengat listrik lebih dari sekedar luka bakar. Fokal luka bakar
terjadi pada titik masuk dan keluar melalui kulit. Begitu berada di dalam tubuh,
perjalanan saat ini melalui otot, menyebabkan cedera lebih seperti hancur daripada
luka bakar termal. Gejala klinis yang dapat terlihat berupa luka bakar pada kulit atau
lapisan yang lebih dalam, kontraksi otot atau nyeri, mati rasa atau kesemutan,
kejang. Pada keadaan tertentu dapat terjadi patah tulang sebagai akibat kejang yang
kuat pada otot skelet. Sedangkan kontraksi otot yang terjadi pada muskulus
intercostal di dada dapat mengakibatkan henti napas sehingga penderita dapat asfiksi.
Bila arus tersebut melalui jantung maka dapat terjadi gangguan irama, berupa
fibrilasi ventrikel. Pada kecelakaan tersengat arus listrik pada daerah kepala pasien
sering mengalami pusing, nyeri kepala, pingsan, bahkan dapat terjadi edema otak.2,6,8
Trombosis sering terjadi di kapal jauh di ujung sebuah, menyebabkan
kedalaman nekrosis jaringan yang lebih besar daripada yang terlihat pada
pemeriksaan awal. Trombosis terjadis ebagai akibat panas yang timbul dari arus
listrik merusak intima pembuluh darah. Cedera otot terbesar biasanya paling dekat
dengan tulang, dimana panas tertinggi perlawanan dihasilkan. Pengobatan cedera
listrik tergantung pada luasnya otot dalam dan saraf kehancuran lebih dari faktorfaktor lainnya. Adanya Penurunan hematokrit cepat tiba-tiba kadang-kadang berikut
penghancuran sel darah merah oleh energi listrik. Perdarahan ke dalam jaringan
dapat terjadi sebagai akibat gangguan pembuluh darah dan pesawat jaringan. Dalam
beberapa kasus, kapal thrombosed hancur kemudian dan menyebabkan perdarahan
besar interstisial.6,8
7. Diagnosis
Diagnosis pada luka bakar didasarkan oleh penyebab, serta gambaran klinis luka
bakar, mencakup derajat luka bakar dan luas luka bakar menggunakan rumus Rules
of nine atau Lund-Browder. Pada pemeriksaan fisik perlu dinilai letak luka serta
gambaran luka, peemriksaan laboratorium dan penunjang juga diperlukan untuk
menilai komplikasi atau trauma penyerta pada pasien luka bakar listrik.11
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan:
1. Pemeriksaan darah rutin dan analisa gas darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. EKG untuk melihat fungsi jantung
5. Radiologi jika ada indikasi ARDS dan pemeriksaan lain yang dibutuhkan
untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS.
8. Penatalaksanaan
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti pedoman
dari American Burn Association.
1. Pasien yang lebih muda dari 10 tahun atau lebih tua dari 50 tahun mengalami
luka bakar parsial atau dengan luka bakar seluruh lapisan (grade II) lebih dari
10%.
2. Luka bakar parsial atau luka bakar sampai lebih dari 20% pada usia lainnya.
3. Khusus daerah, termasuk sendi, tangan, kaki, perineum, alat kelamin, wajah,
mata, atau telinga.
4. Luka bakar seluruh lapisan lebih besar dari 5%.
5. Luka bakar akibat aliran listrik (termasuk petir), disebabkan kerusakan
jaringan dalam tubuh dapat terjadi akibat aliran listrik yang masuk ke dalam
6.
7.
8.
9.
tubuh.
Luka bakar kimia
Cidera inhalasi
Terdapat maslaah medis sebelumnya (pre-existing medical condition).
Terdapat trauma penyerta, tetapi dengan luka bakar yang paling berpotensi
Pengobatan pada luka bakar, terlebih dahulu arus listrik diputus, lalu
dilanjutkan dengan resusitasi jantung dengan masase jantung dan napas buatan.
Cairan parenteral harus diberikan. Kadang luka bakar di kulit luar tampak ringan,
tetapi kerusakan jaringannya lebih dalam dan luas. Apabila banyak terjadi kerusakan
otot maka urin akan menjadi lebih gelap oleh myoglobin, penderita ini perlu
diberikan manitol dengan dosis awal 25gr, disusul dosis rumatan 12,5 gr/jam untuk
memeprbaiki filtrasi ginjal dan mencegah gagal ginjal. Apabila ada edema otak dapat
diberikan diuretic pada luka bakar yang dalam dan berat, perlu membersihkan
jaringan mati secara bertahap karena tidak semua jaringan mati tampak jelas pada
hari pertama. Bila terdapat luka pada ekstremitas mungkin diperlukan fasiotomi pada
hari pertama untuk mencegah sindrom kompartemen. Selanjutnya dilakukan cangkok
kulit atau rekonstruksi.
Tatalaksana resusitasi luka bakar
a.
1. Intubasi
Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan
manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan
sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.
2. Krikotiroidotomi
Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan
menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi
memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah
mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika
dibanding dengan intubasi.
3. Pemberian oksigen 100%
Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan
nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen
dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan
terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.
4. Perawatan jalan nafas
5. Penghisapan sekret (secara berkala)
6. Pemberian terapi inhalasi
Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan
nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi
inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah
dengan bronkodilator bila perlu.
7. Bilasan bronkoalveolar
8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki
kompliansi paru
b.
Cara Evans
Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan
hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
c.
Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka
pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang
diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan
25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. 4
grafting). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien
luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu:
-
pada
teknik
ini
adalah
pisau
scalpel,
mesin
pemotong
2. Skin grafting
Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini
adalah:
a. Menghentikan evaporate heat loss
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu
c. Melindungi jaringan yang terbuka
Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka
bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit
manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun
berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang
biasa digunakan sebagai donor autograft adalah paha, bokong dan perut. 11
Gambar 2.9 Alat untuk debridement kulit dan skin graft (sumber: Alarbi,et all,
2012)
Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan
grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit
donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin
dermatome ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan
epinefrin) dan juga anestesi.11
Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan
dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah
dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya,
pengendalian perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau
dilakukan grafting adalah:
-
grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara cegah gerakan geser, baik dengan pembalut
elastik (balut tekan),drainase yang baik, gunakan kasa adsorben.11
9. Komplikasi
Secara umum komplikasi dari luka bakar yang paling sering ialah syok karena
kekurangan cairan, sepsis, gagal ginjal, dan gagal nafas. Cedera tegangan tinggi
sering menghasilkan luka bakar dan pasien berisiko tinggi mioglobinuria dan gagal
ginjal.3 Walaupun jarang terjadi komplikasi luka bakar listrik lainnya yang harus
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka bakar ialah suatu trauma atau kerusakan/kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, arus listrik atau bahan kimia yang
mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Pemeriksaan laboratorium perlu
dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang tatalaksana, mengingat
luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan gangguan
keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Penatalaksanaan yang efektif dan
efisien pada penderita luka bakar dapat menghambat beratnya luka bakar, mencegah
komplikasi, dan mengurangi angka kematian karena luka bakar.
3.2 Saran
1. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan faktorfaktor
Diunduh
dari
2. R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta. h.67-83.
3. Cushing, Tracy. 2013. Electrical injuries ini Emergency Medicine. Diakses dari
http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview#a0199 pada Senin, 13
Januari 2014.
4. Georgiade, Gregory dan W.Christopher Prederson. 1995. Luka Bakar. Buku Ajar
Bedah Edisi I. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
5. Price T, Cooper MA. Electrical and Lighting Injuries. In: Marx J, Hockberger R,
Walls R. Rosen's Emergency Medicine. Vol 3. 5th ed. Mosby; 2002:2010-2020.
6. Utama,
Herry.S.Yudha.
2012.
Luka
Bakar Akibat
Listrik.
Diakses
http://herrysetyayudha.wordpress.com/2012/03/16/laka-bakar-akibat-listrik/
dari
pada
9. Prasetyono, Theddeus dan Leo Rendy. 2008. Merujuk Pasien Luka Bakar:
Pertimbangan Praktis dalam Majalah Kedokteran Indonesia Volume 58. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
10. Greenberg, Michael. 2008.Teks-Atlas Kedokteran Kedaruratan, Jilid 2. Penerbit
Erlangga: Jakarta. h.695-697.
11. Alharbi,Ziyad dan Piatkowski,A.et all. 2012. Treatment of burns in the first 24
hours: simple and practical guide by answering 10 questions in a step-by-step form.
World Journal Of Emergency Surgery.7:13.