You are on page 1of 23

PRESENTASI KASUS

HERNIA INGUINALIS LATERALIS


DEXTRA

Disusun Oleh :
Giani Putra
1102009121

Pembimbing :
dr. H. Supriyono, Sp.B
Kepaniteraan Klinik Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Bagian Bedah RSUD Kota Cilegon
BAB I

PENDAHULUAN
Sebagian besar tipe hernia inguinalis adalah hernia inguinalis lateralis, dan laki-laki lebih
sering terkena dari pada perempuan (9:1), hernia dapat terjadi pada waktu lahir dan dapat terlihat
pada usia berapa pun. Insidensi pada bayi populasi umum 1% dan pada bayi-bayi prematur dapat
mendekati 5 %, hernia inguinal dilaporkan kurang lebih 30% kasus terjadi pada bayi laki-laki
dengan berat badan 1000 gr atau kurang.
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis.Sampai
saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena
besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat
lambatnya pemulihan dan angka rekurensi.keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan
bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum
Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur
anatomi pada regio inguinal.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis.Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis.Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis
ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis.Sepertiga sisanya adalah hernia
inguinalis medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia
femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis
pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis
sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi
hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.
Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan
umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.

BAB II
STATUS PASIEN

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. B

Umur

: 81 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS

: Minggu, 24 Mei 2015

Tanggal pemeriksaan

: Senin, 25 Mei 2015

ANAMNESIS
Diambil dari
: Autoanamnesis
Tanggal
: Senin, 25 Mei 2015
Tempat
: Bangsal Aster kamar 2
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh ada benjolan di selangkangan sebelah kanan sudah 6 bulan yang lalu.
Benjolan tersebut terasa nyeri.
2. Keluhan Tambahan :
Kurang nafsu makan semenjak sehari sebelum masuk rumah sakit.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan bahwa timbul benjolan di perut kanan bawah semenjak 6 bulan yang
lalu. Sehari-hari pekerjaan Tn. B berada di sawah sebagai seorang petani gabah. Ia
sering mengangkat gabah tersebut sendiri. Awalnya Tn.B tidak terlalu memperdulikan
benjolan tersebut karena ia belum merasakan adanya keluhan yang berarti. Benjolan
tersebut dapat dimasukkan kembali. Namun makin lama benjolan semakin besar dan

terdapat nyeri pada benjolan tersebut, sehingga benjolan tersebut kini tidak dapat
dimasukkan kembali.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat obatan ataupun makanan. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit darah tinggi.
5. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit seperti pasien dalam keluarga.

II.

PEMERIKSAAN FISIK
A

Pemeriksaan Umum:
1. Kesan Umum

:tampak sakit sedang

2. Kesadaran

: compos mentis

3. Tanda Utama

Tekanan darah : 150/90 mmHg


Frekuensi nadi : 64 x/menit, teratur.
Frekuensi napas : 24 x/menit
Suhu
B

: 360 Celsius

Pemeriksaan Khusus
1. Kepala : Normochepal, rambut tipis
2. Mata

: Pupil bulat isokor, sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-

3. Leher: Trakea letak normal, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
4. Telinga : Simetris kanan dan kiri, sekret -/5. Hidung : Bentuk normal, septum deviasi (-), nafas cuping hidung -/-, sekret
7. Mulut

:Bibir tidak kering, sianosis (-)

8. Thoraks

a. Jantung
Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS 4 linea midclavicularis sinistra

Perkusi

: Batas jantung normal

Auskultasi

: SISII normal, murmur (-), gallop (-)

b. Paru
Inspeksi

: Bentuk dada simetris kanan dan kiri, pernapasan simetris dalam


keadaan statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)

Auskultasi

: Suara napas vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-).

9. Abdomen
Inspeksi

: Tidak tampak adanya kelainan kulit, distensi (-)

Palpasi

: Tidak teraba masa, nyeri tekan (-) di seluruh quadran abdomen

Perkusi

: Timpani di seluruh quadran abdomen

Auskultasi

: bising usus (+)

10. Ekstremitas
Akral hangat, udem (-)

C. STATUS LOKALIS
Tampak benjolan di regio inguinal dextra
Diameter 5cm, benjolan tidak dapat dikembalikan lagi
Nyeri tekan (+)

Hiperemis (-)

III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah (24 Mei 2015)
JENIS

24/05/2015

NILAI NORMAL

PEMERIKSAAN
Hemoglobin

13,5 g/dL

P: 14-18

Leukosit
Hematokrit

11.730/uL
41,2 %

W: 12-16
5000-10.000
P: 40-48

Trombosit
Na+
ClK+
Masa Pembekuan

186.000/uL
141,5
106,3
3,91
9 menit

W: 37-43
150-450 rb/u
135-155 mmol/L
95-107 mmol/L
3,6-5,5 mmol/L
5-15

Masa Perdarahan

2 menit

1-6

Gula Darah Sewaktu

93 mg/dL

<200 mg/dL

SGOT

11 u/L

P: <37, W:<31 u/L

SGPT

8 u/L

P: <41, W:<31 u/L

Ureum

23 mg/dL

17-43 mg/dL

Kreatinin

0,8

P:0,7-1,1 W:0,6-0,9

Asam Urat

4,2

P:3,6-8,2 W:2,3-6,1

2. Rontgen Thorax (11-05-2015)


Cor dan Pulmo dalam batas normal
Cor CTR < 50%, aorta baik
Bronkovesikuler paru kanan dan kiri normal
Hilus kanan dan kiri baik
Kedua sinus dan diagframa baik
Infiltrat (-)
Tulang dan jaringan lunak baik
IV.

DIAGNOSIS KERJA

Hernia Inguinalis Lateralis Dextra


V.

DIAGNOSIS BANDING
Hernia Inguinalis medialis dextra

VI.

PENATALAKSANAAN
Pre-operasi
1. IVFD RL

VII.

PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Regio Inguinalis
Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis otot transversus abdominis.Di
medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus,
bagian terbuka dari aponeurosis otot oblikus eksternus abdominis.Atapnya ialah aponeurosis otot
oblikus eksternus abdominis dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinale.Kanalis inguinalis
berisi funikulus spermatikus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada perempuan.
Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis karena keluar dari rongga
peritoneum melalui annulus ingunalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika
inferior. Hernia kemudian masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol
keluar dari annulus inguinalis eksternus.

2.2. Hernia Inguinalis Lateralis


2.2.1. Definisi
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding
rongga bersangkutan.Terdapat 3 komponen yang selalu ada pada hernia, yaitu :
a. Kantong hernia (tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adipose, hernia intertitialis)
b. Isi hernia (usus, omentum, organ intra maupun ekstraperitoneal)
c. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dindin abdomen)
Hernia inguinalis di definisikan sebagai penonjolan pada peritoneum karena sebab
kongenital atau didapat seperti defek otot perut dan dinding abdomen.
Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga peritoneum
melalui anulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior,
kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari
anulus inguinalis eksternus. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

2.2. Epidemiologi

Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah apendicitis.Sampai


saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat. Dari
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 %.
Insidensi hernia inguinalis di wilayah Amerika Serikat diperkirakan diderita oleh 15% populasi
dewasa, 5 8 % pada rentang usia 25 40 tahun dan mencapai 45 % pada usia 75 tahun.
Menurut Medical Service (Ministry Of Health/MOH) menyatakan bahwa diantara sepuluh
macam penyakit yang menempati renking tertinggi hospitalisasi pada tahun 2007 salah satu
diantaranya adalah hernia dengan prevalensi 1,8% (www.depkes.go.id). Sedangkan pola penyakit
terbanyak pada penderita rawat jalan di RSU di Indonesia pada tahun 2008, gejala hernia
menempati peringkat ke 14 dengan jumlah penderita sebanyak 210.875 penderita, dan dirawat
inap di RSU di Indonesia hernia inguinalis juga menempati urutan ke 14 dengan jumlah
penderita 20.400 penderita .

2.3. Klasifikasi
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia yang
didapat atau aquisita :
1. Hernia bawaan (congenital)
Timbulnya sejak bayi lahir atau pada anak-anak, umumnya didapatkan pada hernia
inguinalis lateralis yang disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah
proses penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.
2. Hernia didapat (aquisita)
Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut usia. Hal ini disebabkan adanya tekanan intra
abdominal yang meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya pada batuk kronis,
gangguan proses kencing (BPH), konstipasi kronis, asites, dan sebagainya. Insiden ini
semakin meningkat dengan bertambahnya usia karena otot-otot dinding perut yang sudah
lemah, manifestasi klinis umunya adalah hernia inguinalis medialis.
Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponible bila isi hernia dapat keluar masuk.Usus
keluar ketika berdiri atau mengedan dan masuk lagi ketika berbaring atau bila didorong masuk
perut.Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.Bila isi
kantong tidak dapat di reposisi kembali kedalam rongga perut, hernia disebut hernia
ireponibel.Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong kepada peritoneum kantong
hernia.Hernia ini disebut hernia akreta.Masih tidak ada keluhan nyeri, tidak juga tanda sumbatan
usus.Hernia disebut hernia inkaserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga
perut.Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.Secara klinis, istilah hernia
inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponible yang disertau gangguan pasase, sedangkan
hernia strangulata digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai dengan gangguan
vaskularisasi.Pada keadaan sebenarnya, gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan

dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.Nama yang
lazim dipakai adalah hernia strangulata, walaupun tidak ada gejala dan tanda strangulasi.
Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi hernia eksterna dan hernia
interna. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang,
atau perineum, contohnya hernia inguinalis lateralis, medialis, femoralis, umbilikalis,
sikatrikalis, sciatic, petit, spigelian, dan perinialis. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa
kantong hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut .
2.4. Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak laki-laki daripada perempuan.Berbagai factor
penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di annulus internus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui kantong dan isi hernia.Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya
umur mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan
berkurangnya kekuatan jaringan penunjang. Faktor yang dipandang berperan kausal adalah
adanya prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, kelemahan
otot dinding perut karena usia.
Penyebab hernia inguinalis adalah :
1. Kelemahan otot dinding abdomen:
- Kelemahan jaringan
- Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
- Trauma
2. Peningkatan tekanan intra abdominal :
- Obesitas
- Mengangkat benda berat
- Mengejan saat defekasi atau miksi
- Kehamilan
- Batuk kronik
- Hipertrofi prostate
- Tumor
Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblikus internus
abdominis yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi dan adanya fasia transversa
yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada
mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis .

2.5. Patofisiologi
Aktivitas mengangkat benda berat, batuk kronis, dan mengejan pada saat defekasi dapat
memacu meningkatnya tekanan intraabdominal yang menyebabkan defek pada dinding otot

ligament inguinal akan melemah sehingga akan terjadi penonjolan isi perut pada daerah lateral
pembuluh epigastrika inferior fenikulus spermatikus. Hal ini yang menyebabkan terjadinya
hernia.Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera
traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada disertai dengan kelemahan otot,
maka individu akan mengalami hernia .
Jika kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.Obstruksi
usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi pada
strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi merah.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena kongenital atau karena sebab yang didapat. Insiden
hernia meningkat dengan bertambah

2.6. Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.Pada hernia
reponibel, keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul sewaktu
berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring.Keluhan nyeri jarang
dijumpai, jika ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesentrium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantong hernia.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat pasien
mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis yang muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Hernia disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior, dan disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan
kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis yang langsung menonjol melalui segitiga
hesselbach dan disebut sebagai hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak
tonjolan berbentuk lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat.
Pada umumnya, keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan di lipat paha yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan menghilang waktu istirahat
baring. Pada inspeksi, diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum, atau
labia dalam posisi berdiri dan berbaring.Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga benjolan
atau keadaan asimetri dapat dilihat.Palpasi dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat di reposisi.Setelah benjolan

tereposisi dengan jari telunjuk, cincin hernia, berupa annulus inguinalis yang melebar, kadang
dapat diraba.
Terdapat tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 2. Finger Test (http://www.sportshernia.com)

Pemeriksaan Ziemen Test :


1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 3. Ziement Test(http://image.slidesharecdn.com)


Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hasil laboratorium
Leukosit > 10.000 18.000 / mm3
Serum elektrolit meningkat
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal dengan pasien dalam posisi supine dan
posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki sensitifitas dan spesifisitas diagnosis
mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata
dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di

inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi tak ada bukti fisik atau
sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis.
CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.

Diagnosis hernia inguinalis biasanya ditegakkan menggunakan pemeriksaan fisik dan


Ultra-sound examination (USG). CT Scan, MRT, X-Rays tidak direkomendasi untuk pemakaian
rutin

Tatalaksana
A. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada pasien anak-anak, reposisi spontan
lebih sering (karena cincin hernia yang lebih elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual.
Tangan kiri memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi
dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai seumur hidup. Namun, cara yang
sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara
seperti ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus
otot dinding perut di daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.
B. Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operatif hernia adalah
herniorafi, terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada
perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Hernia bilateral pada orang
dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu
juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada
hernia inguinalis sinistra.

Gambar 3.7. Langkah-langkah Herniotomi pada hernia inguinalis

Ket: A,B: Insisi hernia dapat berupa transverse atau oblik. C: Buka aponeurosis m. Obliquus
abdominis externus. D: Identifikasi funikulus spermatikus. E,F: Identifikasi dan bebaskan
kantong hernia. G,H: Ligasi kantong hernia
Terdapat beberapa metode hernioplasti pada tatalaksana hernia inguinalis, yaitu:
Pure Tissue Repair Metode Bassini
Tindakan herniorafi pertama kali dilakukan oleh seorang ahli bedah Italia bernama
Eduardo Bassini pada tahun 1884. Prinsip hernioplasti yang dilakukan Bassini adalah penjahitan
conjoint tendon

dengan ligamentum inguinalis. Kemudian metode Bassini tersebut

dikembangkan dengan berbagai variasinya. Shouldice pada tahun 1953 memperkenalkan


multilayered repair dan metode ini dianggap sebagai operasi pure tissue repair yang paling
sukses dengan angka rekurensi <1%.

Gambar 8. Bassini hernioplasti


Tindakan pure tissue repair pada metode Bassini menghasilkan ketegangan jaringan
sehingga cenderung terjadi kegagalan. Hal ini disebabkan karena terjadinya nekrosis iskemik
pada jaringan yang tegang, sehingga untuk mengatasi masalah ini para ahli bedah mencari
hernioplasti yang tidak tegang. Hernioplasti berupa anyaman (darn) yang menghubungkan

conjoint tendon dengan ligamentum inguinalis pertama kali diperkenalkan oleh McArthur pada
tahun 1901.

Gambar 3.9. Multilayered Repair Metode Shouldice


Herniorafi Tension-Free dengan Nylon Darn Repair
Moloney memperkenalkan teknik nylon darn modern pertama kali pada tahun 1948.
Moloney mengubah jahitan tipe Bassini dengan menggunakan benang monofilament nilon
kontinyu untuk membawa conjoint tendon pada ligamentum inguinalis, tetapi tanpa usaha untuk
mendekatkan dua struktur ini secara paksa jika jahitan terlalu tegang. Jahitan ini kemudian
diikuti oleh jahitan kontinyu kedua yang berjalan dari tuberkulum pubikum antara jaringan yang
cukup kuat pada sarung rectus dan bagian tendon otot obliquus internus diatas ke ligamentum
inguinalis dibawah dan berakhir di balik cincin internus. Angka kesembuhan nylon darn repair
dilaporkan sebesar 0,8%, ekuivalen dengan penggunaan mesh.

Gambar 3.10. Langkah-langkah metode darn repair


Ket: A: Jahitan pertama dibuat dengan arah mendatar, kontinyu dari ligamentum inguinalis ke
conjoint tendon. B: Jahitan kedua, sama dengan jahitan pertama tetapi dengan arah oblik ke
medial. C: Jahitan ketiga, sama dengan jahitan kedua tetapi dengan arah berlawanan. D: Hasil
akhir darn repair.
Herniorafi Tension-Free dengan Pemasangan Mesh
Funikulus spermatikus dipisahkan dari dinding posterior kanalis inguinalis dan kantong
hernia telah diikat serta dipotong, kemudian lembaran polypropylene mesh dengan ukuran lebihkurang 8x6 cm dipasang dan dipaskan pada daerah yang terbuka. Mesh dijahit dengan benang
polypropylene monofilamen 3.0 secara kontinyu. Sepanjang tepi medial dan inferior mesh
dijahitkan pada ligamentum inguinalis. Tepi superior dijahitkan ke conjoint tendon. Bagian
lateral mesh dibelah menjadi dua bagian sehingga mengelilingi funikulus spermatikus pada

cincin internus, dan kedua bagian mesh yang terbelah tadi disilangkan dan difiksasi ke
ligamentum inguinalis dengan jahitan. Kemudian dilakukan penjahitan aponeurosis obliquus
eksternus kembali.

Gambar 3.11. Langkah-langkah herniorafi metode Lichstenstein


Ket: A: Lapangan operasi setelah dilakukan herniotomi. B: Jahitkan tepi bawah mesh pada
ligamentum inguinalis. C: Jahitkan tepi atas mesh pada conjoint tendon (aponneurosis m.
obliquus internus) dan tepi lateral mesh dibelah untuk tempat lewatnya funikulus spermatikus. D:
Tepi lateral mesh disilangkan mengelilingi funikulus spermatikus dan dijahitkan pada
ligamentum inguinalis.
Prostetik sintetik untuk perbaikan hernia adalah Marlex, Prolene, Surgipro, Mersilene,
dan Gore-Tex. Marlex dan Prolene terdiri dari serat monofilamen yang dirajut dari polipropilen
dan mirip satu sama lainnya. Keduanya berpori-pori dan agak kaku, mengandung memori

plastic, dan melengkung bila dibengkokkan dalam dua arah pada saat yang sama. Prostesis
surgipro terdiri dari rajutan anyaman benang polipropilen. Mersilenen adalah prosthesis rajutan
terbuka yang terdiri dari anyaman serat polyester Dacron. Berpori-pori dan lebih lemas,
mempunyai tekstur berbutirbutir untuk mencegah penggelinciran, dan hanya mempunyai
kecenderungan minimal untuk melengkung jika dibengkokkan ke dua arah sekaligus.
Komplikasi
Komplikasi hernia dapat terjadi mulai dari inkarserata sampai Strangulata dengan
gambaran klinik dari kolik sampai ileus dan peritonitis. Komplikasi operasi hernia dapat berupa
cedera vena femoralis, nervus ilioinguinalis, nervus iliofemoralis, duktus deferens, atau buli-buli.
Nervus ilioinguinalis harus dipertahankan sejak dipisahkan karena jika tidak maka dapat timbul
nyeri pada jaringan parut setelah jahitan dibuka.
Nyeri pasca herniorhaphy juga disebut "inguinodynia" yang biasanya disebabkan oleh
kerusakan saraf, jepitan saraf oleh jaringan parut, mesh atau jahitan, neuroma, jaringan parut,
misplace mesh, mesh yang mengeras (meshoma), infeksi, rekurensi hernia, penyempitan cincin
inguinal di sekitar korda spermatika, dan periostitis.
Komplikasi dini pasca operasi dapat pula terjadi, seperti hematoma, infeksi luka,
bendungan vena, fistel urine atau feses, dan residif. Komplikasi jangka panjang dapat berupa
atrofi testis karena lesi arteri spermatika atau bendungan pleksus pampiniformis dan residif.
Prognosis
Prognosis hernia inguinalis lateralis pada bayi dan anak sangat baik. Insiden terjadinya
komplikasi pada anak hanya sekitar 2%. Insiden infeksi pascah bedah mendekati 1%, dan

recurent kurang dari 1%. Meningkatnya insiden recurrent ditemukan bila ada riwayat inkarserata
atau strangulasi.
Insiden hernia yang residif bergantung pada usia pasien, letak hernia, teknik hernioplasti
yang dipilih dan cara melakukannya. Hernia inguinalis indirek pada bayi sangat jarang residif.
Angka residif hernia inguinalis indirek pada segala usia lebih rendah bila dibandingkan dengan
hernia inguinalis direk atau hernia femoralis.

BAB III
KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia
inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis dan hernia ingunalis lateralis. Yang
tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah yang sebelah kanan. Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan
strangulasi. Penatalaksanaan untuk kasus hernia ialah dengan operatif. Terdapat dua jenis
tindakan operatif yaitu herniotomi dan hernioplasty.

DAFTAR PUSTAKA
1. Lesson, C Roland, Buku Ajar Histologi, EGC, Jakarta 1996, Hal 369 371.
2. Nelson, Waldo E, Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15 volume 2, EGC, Jakarta, 1999, Hal
1316 1319
3. Sadler T.W, Embriologi Kedokteran Langman, Edisi ke 7, EGC, Jakarta, 1997, Hal 270.
4. Sabiston, David C, Buku Ajar Bedah, Bagian 2, EGC, Jakarta, 1994, Hal 261.
5. http://dokterugm.wordpress.com/2010/04/27/megacolon-congenital-hirschprung-disease/

1. R. Sjamsoehidajat and Wim de Jong, Buku ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta, 2010,
Hal 619-629
2. R.G. Holzheimer, Inguinal Hernia : Classification, Diagnosis, and Treatment Classic,
Traumatic, and Sportsmans Hernia, European Journal of Medical Research, I. Holzapfel
Publishers, Germany, 2005, Page 121-134.
3. Black J et al, Medical Surgical Nursing, Edisi 4, WB. Saunders, Pensylvania, 2002.
4. http://www.medscape.org/viewarticle/420354_4

You might also like