You are on page 1of 3

Beda Belanja Barang dgn Belanja Modal

Bendahara Kementerian/Lembaga sering mengeluh karena SPM yang diajukan ke


KPPN tidak bisa cair seluruhnya. Menurut bendahara, tagihan untuk honor tim tidak
bisa dicairkan karena tidak sesuai akunnya. Honor tim pengadaan modal dalam DIPA
masuk ke dalam belanja modal. Sementara menurut pihak KPPN honor tim harus
masuk ke dalam belanja barang. Gara-gara perbedaan persepsi ini menyebabkan SPM
tidak bisa cair.
Sebenarnya dalam PMK Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar
(BAS) sudah didefinisikan perbedaan belanja barang dan belanja modal secara jelas.
Belanja barang adalah pengeluran untuk menampung pembelian barang dan jasa
yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang
tidak dipasarkan serta pengadaan barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau
dijual kepada masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja ini terdiri belanja barang dan
jasa, belanja pemeliharaan dan belanja perjalanan.
Sedangkan

definisi

belanja

modal

merupakan

pengeluaran

anggaran

yang

dugunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dam aset lainnya
yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal
kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Aset tetap tersebut
dipergunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari suatu satuan kerja bukan untuk
dijual.

Pangkal Perbedaan
Dalam penyusunan perencanaan anggaran sudah mengacu pada BAS, sementara
dalam pelaksanaan anggaran masih belum mengacu pada BAS. Inilah pokok awal
terjadinya perbedaan persepsi. Demikian juga dalam penyusunan perencanaan
anggaran berpedoman pada petunjuk penyusunan dan penelahaan RKA-KL yang

mengatur penerapan konsep full costing dalam suatu kegiatan yaitu seluruh biaya yang
menunjang dalam pencapaian output disesuaikan dengan jenis belanjanya. Ini sejalan
dengan norma akuntansi yaitu azas full disclosure untuk masing-masing jenis belanja.
Misalnya, belanja modal tanah menjadi belanja modal tanah, belanja modal
pembebasan tanah, belanja modal pembayaran honor tim tanah, belanja modal
pembuatan sertifikat tanah, belanja modal pengurukan dan pematangan tanah, belanja
modal biaya pengukuran tanah, dan belanja modal perjalanan pengadaan tanah.
Faktor lain berupa pemahaman pegawai tentang konsep BAS belum utuh, sementara
sosialiasi BAS masih minim. Demikian pula masih banyak pegawai yang belum
mengerti prinsip-prinsip akuntansi yang dipakai dalam BAS. Sehingga berdampak pada
kesalahan dalam menterjemahkan dan menjelaskan kepada kementerian/lembaga.
Menyadari akan hal tersebut serta untuk memberikan kemudahan dalam mekanisme
pelaksanaan

APBN

Negara/Lembaga,

maka

dan

penyusunan

diterbitkan

Laporan

Perdirjen

Keuangan

Perbendaharaan

Kementerian
Nomor

PER-

33/PB/2008 tentang Pedoman Penggunaan AKUN pendapatan, belanja pegawai,


belanja barang dan belanja modal sesuai dengan BAS.
Menurut Perdirjen Perbendaharaan tersebut, suatu belanja dikategorikan sebagai
belanja modal apabila :
1) Pengeluaran tersebut mengakibatkan adanya perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang menambah masa umur, manfaat dan kapasitas
2) Pengeluaran tersebut melebihi batasan minimum kapitalisasi aset tetap atau aset
lainnya yang telah ditetapkan pemerintah
3) Perolehan aset tetap tersebut dinyatakan bukan untuk dijual. Sayang tidak
dijelaskan bagaimana cara mengetahui niat bukan untuk dijual atau untuk dijual.
Demikian juga, apakah niatnya cukup dalam hati atau didokumentasikan.
Dalam petunjuk penyusunan dan penelahaan RKA-KL nilai kapitalisasi aset tetap diatas
Rp. 300.000 per unit. Sedangkan batasan minimal kapitalisasi untuk gedung dan

bangunan, dan jalan, irigasi dan jaringan sebesar Rp. 10.000.000. Sementara
karakteristik aset lainnya adalah tidak berwujud, akan menambah aset pemerintah,
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, dan nilainya relatif material. Belanja
modal juga mensyaratkan kewajiban untuk menyediakan biaya pemeliharaan.
Namun demikian perlu diperhatikan, karena ada beberapa belanja pemeliharaan yang
memenuhi persyaratan sebagai belanja modal yaitu apabila (a) pengeluaran tersebut
mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset
yang telah dimiliki dan (b) pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimum nilai
kapitalisasi aset tetap/aset lainnya.
Untuk lebih jelas, Perdirjen Perbendaharaan tersebut dilengkapi dengan lampiran yang
mencantumkan 23 contoh uraian transaksi belanja yang sering terjadi dan
klasifikasinya, apakah termasuk belanja barang atau belanja modal. Contohnya
overhaul kendaraan dinas termasuk klasifikasi belanja modal. Dengan penjelasan dan
contoh,

masihkah

(Imro/www.anggaran.depkeu.go.id)

terjadi

perbedaan

persepsi?

You might also like