You are on page 1of 14

BAB I

GEA (GASTROENTERITIS AKUT)

A. Defenisi
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus. Gastroenteritis akut
ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-muntah yang berakibat kehilangan
cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn
Betz,2009).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare, dengan
atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau
diare akut adalah kekerapan dan keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari
dan banyaknya lebih dari 200 250 gram.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan
parasit yang patogen.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai
bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah defekasi yang tidak normal baik frekuensi
maupun konsistensinya, frekuensi diare lebih dari 4 kali sehari.

B. Etiologi
1.

Faktor infeksi
Infeksi bakteri :

Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigelia Compylobacter, Yersina, Aeromonas, dan


sebagainya.
Infeksi virus :
Eterovirus (virus ECHO, Coxsackie Poliofelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan
lain-lain.
Infeksi parasit : cacing (Ascaris, Triguris, Oxyyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba Hstolitica, Glardialambia, Trichomonas Hominis).

2.

Faktor malabsorbsi: Malabsorbsi karbohidrat, lemak, atau protein.

3.

Faktor makanan, Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.

4.

Factor psikologis, Rasa takut dan cemas.

5.

Imunodefisiensi, Dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan bakteri.

6.

Infeksi terhadap organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

C. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1.

Berdasarkan lama waktu :


a. Akut : berlangsung < 5 hari

2.

3.

b.

Persisten : berlangsung 15-30 hari

c.

Kronik : berlangsung > 30 hari

Berdasarkan mekanisme patofisiologik


a.

Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

b.

Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

Berdasarkan derajatnya
a.

Diare tanpa dihindrasi

Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang
elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok, ubun-ubun dan mata
cekung, minum normal, kencing normal.
b.

Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek,
suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam. gelisah, sangat haus,
pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung, kencing sedikit dan minum normal.
c.

Diare dengan dehidrasi berat

Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda
dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot
kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi lemah, tekanan darah turun, warna urine
pucat, pernafasan cepat dan dalam, turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung
sekali, dan tidak mau minum.

Atau yang dikatakan dehidrasi bila:


1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. dehidrasi berat: kehilangan cqrian 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB
Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk (selama 3060 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :
a. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)
b. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
c. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat
4.

Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak


a.

Infektif

b.

Non infeksi

Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:


1. Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari BAB,
sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali perhari BAB.
2. Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2 jam BAB.
Jenis-jenis diare:
1. Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir kurang dari 14 hari.
2. Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces sedikit-sedikit.
3. Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau disentri.

D. Manifestasi Klinik
1.

Diare.

2.

Muntah.

3.

Demam.

4.

Nyeri abdomen

5.

Membran mukosa mulut dan bibir kering

6.

Fontanel cekung

7.

Kehilangan berat badan

8. Tidak nafsu makan


9.

Badan terasa lemah

F. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris,
Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa
mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi
enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus
pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus dan
sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi
air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit
terganggu. Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi
pada kolon, maka ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon
memproduksi mukus dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas
usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri
adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa,
gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi darah.
G. KOMPLIKASI
a. dehidrasi
b. renjatan hipovolemik
c. kejang
d. bakterimia
e. malnutrisi

f. hipoglikemia
g. intoleranis sekunder akibat kerusakan usus
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.

Pemeriksaan darah tepi lengkap

2.

Pemeriksaan, ureum, kreatinin, dan berat jenis plasma

3.

Pemeriksaan urine lengkap

4.

Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur

5.

Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik

6.

Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi helicobacter jejuni sangat dianjurkan

7. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
tentang pada diare kronik.
8. Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (gda) & elektrolit (na, k, ca,
dan p serum yang diare disertai kejang)
Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare berlangsung lebiih
dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut
pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
eliktrolit serum,ureum dan kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked
immunorsorbent assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-ray
abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis leukost
yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi bakteri yang
infasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia
dapat timbul pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya
kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan untuk mellihat
adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi bakteri,adanya telur cacing dan
parasit dewasa.. (Sudoyo,2006)

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Kegawat Daruratan Menurut John (2004)
1.

Penggantian cairan intra vena ( IV bolus 500ml normal salin untuk dewasa, 10- 20ml

2.

Pemberian suplemen nutrisi harus diberikan segera pada pasien mual muntah.

3. Antibiotik yang diberikan pada pasien dewasa adalah cifrofloksasin 500mg.

4.

Pemberian metronidazole 250-750mg selama 5-14 kali.

5.

Pemberian obat anti diare yang dikomendasikan antibiotic

6.

Obat antiemetic yang digunakan pada pasien yang muntah dengan dehidrasi

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :


1.

Pemeriksaan Tinja

2.

Pemeriksaan Darah

3.

Makroskopis dan mikroskopis.


pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium, dan Fosfor )
dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan
pada penderita diare kronik.

J.

Prognosis

Penyebab diare akut mendadak tersering adalah virus, maka tidak ada pengobatan yang dapat
menyembuhkan, karena biasanya akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Diare
akut dapat disembuhkan dengan pemberian makanan seperti biasa dan minuman/cairan yang
cukup saja. Mencoba untuk menyembuhkan diare dengan obat seperti menyumbat saluran pipa
yang akan keluar menyebabkan aliran balik dan akan memperbanyak salauran tersebut.

BAB II
ASKEP TEORITIS

1.

Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, psikal assessment.
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
A.

Identitas klien.

B.

Riwayat keperawatan.

a.

Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia
kemudian timbul diare.

b. Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan elektrolit terjadi
gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar cekung, tonus dan
turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
C.

Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

D.

Riwayat psikososial keluarga.


Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah
menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

E.
a.

Kebutuhan dasar.
Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit
atau jarang.

b.

Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan berat
badan pasien.

c.

Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.

d.

Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.

e.

Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri akibat distensi
abdomen.

F.

Pemerikasaan fisik.

a.

Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi,
nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.

b.

Pemeriksaan sistematik :

c.

d.

e.

Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering, berat
badan menurun, anus kemerahan.
Perkusi : adanya distensi abdomen.
Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
Auskultasi : terdengarnya bising usus
pengkajian nyeri
Perut berputar putar
Bising usus hiperaktif
Mual
Muntah
pengkajian jatuh
Memiliki riwayat jatuh 3 bulan
Keadaan lemah
Kesadaran yang menurun karena kekurangan elktrolit
Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi sehingga berat badan
menurun.

f..

Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

2.

Diagnosa Keperawatan.
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan.
2. ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
3. Resiko Syok b.d frekwensi BAB yang berlebihan.
4. gangguan eliminasi b.d peningkatan sekresi elektrolit

5. ketidakefektifan pola nafas b.d ketidakseimbangan asam basa

1.

Resiko kekurangan volume


cairan
Definisi: berisiko mengamai
dehiidrasi vaskular,selular, atau
intraselular
Faktor resiko:

2.

Kehilangan volume cairan


aktif
Kurang pengetahuan
Penyimoangan yang
mempengaruhi absorbsi
cairan
Penyimpangan yang
mempengaruhi akses cairan
Kehilangan berlebihan
melalui rute normal(mis
diare)
Usia lanut
Berat badan ektrem
Faktor yang mempengaruhi
kebutuhan cairan (mis
status hipermetabolik)
Kegagalan fungsi regulator
Kehilangan cairan melalui
rute abnormal (mis. Slang
menetap)
Agens fermasutikal 9
mis.diuretik)

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi: asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik

Fluid balance
Hydrational
Nutrition status: food and
fluid intake
Kriteria hasil:

Fluid management

1. Mempertahankan urine
output (5)
2. Tekanan darah dalam
batas normal (5)
3. Nadi dalam batas normal
(5)
4. suhu tubuh dalam batas
normal (5)
5. Tidak ada tanda dehidrasi
(5)
6. Elastisitas turgor kulit yang
baik (5)
7. membran mukosa lembab
tidak ada tanda dehidrasi
(5)

Nutritional status
Nutritional
status:
food and fluid intake
Nutritional
status:
nutrient intake
Kriteria

1. Pertahankan intake dan


output
2. Monitor status
hidrasi(kelembapapan
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik
3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan makanan
atau cairan dan hitung
intake kalori
5. Kolaborasi pemberian IV
6. Monitor status nutrisi
7. Dorong masukan oral
8. Tawarkan snck (jus buah)
9. Atur kemungkinan tranfusi
10. Hipovolemik management
11. Monitor status cairan intake
dan output
12. Pelihara IV line
13. Monitor tingkat HB dan
hematokrit
14. Monitor tanda vital
15. Monitor respon pasien
terhadap penambahan
cairan
16. Monotr bb
17. Dorong pasien menambah
intake oral
18. Pemebrian cairan IV
monitor adanya tanda dan
gejala kelebihan volume
cairan
19. Monitor tanda gejala gagal
ginjal

Nutriton management
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah
kalori
dan
nutrisi
yang
dibutuhkan

Batasan karakteristik

Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menghindari makanan
Berat badan 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal
Kerapuhan kapiler
Diare
Kehilangan
rambut
berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang makanan
Kurang informasi
Kurang minat pada pada
makanan
Penurunan
berat
badan
dengan asupan makanan
adekuat
Kesalah konsepsi
Kesalahan informasi
Membran mukosa pucat
Ketidak mampuan memakan
makanan
Tonus otot menurun
Mengeluh gangguan sensasi
rasa
Mengeluh asupan makanan
kurang
dari
RDA(recommended
daily
allowance)
Cepat
kenyang
setelah
makan
Sariawan rongga mulut
Steatore
Kelemahan otot pengunyah
kelemahan
otot
untuk
menelan
Faktor faktor yang
berhubungan:

Faktr biologis
Faktor ekonomi
Ketidakmampuan
untuk
mengabsorpsi nutrien
Ketidakmampuan mencerna
makanan
Ketidakmampuan
menelan
makanan

1. Adanya
peningkatan
berat badan sesuai
tujuan (5)
2. Berat
badan
sesuai
dengan tinggi badan
(5)
3. Mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi (5)
4. Tidak
ada
tanda
malnutrisi (5)
5. Menunjukkan
peningkatan
fungsi
pengecapan
dari
menelan (5)
6. Tidak terjadi penurunan
berat
badan
yang
berarti (5)

3. Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan
protein
dan
vitamin c
4. Berikan substansi gula
5. Yakinkan
makana
yang
dimakan mengandung serat
untuk menghindari konstipasi
6. Berikan makan yang sudah
dikonsulakn ahli gizi
7. Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat makanan harian
8. Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
9. Berikan
informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
Nutrition monitoring
1. Bb pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan bb
3. Monitor aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor lingkungan sekama
makanan
5. Monitor
kulit
kering
dan
perubahan pigmentasi
6. Monitor turgor kulit
7. Monitor mual muntah
8. Monitor
pucat,
kemerahan,
konjungtiva anemis
9. Monitor kalori dan intake nutrisi

Faktor psikologis

Resiko syok
Definisi: beresiko terhadap
ketidakcukupan aliran darah
kejaringan tubuh yang dapat
mengakibtakan disfungsi seluler
yang mengancam jiwa
Faktor resiko

hipotensi
hipovolemi
hipoksemia
hipoksia
infeksi
sepsis
sindrom respons
sistemik

inflamasi

syok prevention
syok management
kriteria hasil:
1. nadi dalam dalam batas
normal (5)
2. irama jantung dalam
batas yang diharapkan
(5)
3. frekuensi nafas dlaam
batas yang diharapkan
(5)
4. irama
pernafasan
dalam
batas
yang
diharapkan (5)
5. natrium serium dalam
batas normal (5)
6. kalium dalam batas
normal (5)
7. klorida dalam batas
normal (5)
8. kalsium dalam batas
yang diharapkan (5)
9. magnesium
dalam
batas normal (5)
10. PH darah dalam batas
normal (5)
11. Hidrasi (5)
12. Mata
cekung
tidak
ditemukan (5)
13. Demam
tidak
ditemukan (5)
14. TD dalam batas normal
(5)
15. Hemotokrit
dalam
batas normal (5)

Syok prevention
1.

Monitor status sirkulasi BP,


warna kulit, suhu kulit,
denyut jantung, HR, dan
ritme, nadi perifer dan
kapiler refill
2. Monitor tanda inadekuat
oksigenasi jaringan
3. Monitor
suhu
dan
pernafasan
4. Monitor input dan output
5. Pantau nilai labor; HB, HT,
GDA dan eletrolit
6. Monitor
hemodinamik
invasi yang sesuai
7. Monotor dan gejala asites
8. Monitor tanda awal syok
9. Tempatkan pasien pada
posisi supine kaki elevasi
untuk
meningkatkan
preload yang tepat
10. Lihat
dan
pelihara
kepatenan jalan nafas
11. Berikan cairan IV atau oral
yang tepat
12. Berikan vasodilator yang
tepat
13. Ajarkan
pasien
dan
keluarga tentang tanda
dan gejal syok
14. Ajarka pasien dan keluarga
tentang langkah untuk
mengatasi gejala syok
15. Syok management:
16. Monotr fungsi neurologis
17. Monitor fungsi renal(ex
BUN Cr level)
18. Monitor tekanan nadi
19. Monitor
status
cairan,
input dan output
20. Catat gas darah dan
oksigen di jaringan
21. Monitor EKG sesuai
22. Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk
meningkatkan

23.

24.

25.

26.

27.

28.

29.

DIAGNOSA
Definisi: disfungsi pada eliminasi
Batasan karakteristik:

Disuria

Sering berkemih

Anyang anyang

Inkontinensia

Nokturia

Retensi

Dorongan
Faktor yang berhubungan

Obstruksi anatomic

Penyebab multiple

Gangguan sensori motorik

Infeksi saluran kemih

NOC

Urinary elimination Urinary


Contiunuence

Kriteria hasil:
Kandung kemih kosong secara
penuh
Tidak ada residu urine > 100-200
cc
Bebas dari SIK
Tidak ada spasme bladder
Balance cairan seimbang

akurasi
pembacaan
tekanan darah sesuai
Menggambarkan
gas
darah
arteri
dan
memonitor
jaringan
oksigenasi
Memamntautren
dalam
parameter
hemodinamik(mis.
CVP,
MAP,
tekanan
kapiler
pulmonal/arteri)
Memantau faktor penentu
pengiriman
jaringan
oksigenasi, PaO2 kadar
hemoglobin SaO2, CO) jika
tersedia
Memantau tingkat karbon
dioksida sublingual atau
tanometri lambung sesuai
Memonir
gejala
gagal
pernfasan(mis.
Rendah
PaO2 peningkatan PaCO2
tingkat,
kelelahan
otot
pernafasan)
Monitor
nilai
laboratorium(mis.
CBC
dengan
diferensial)
koagulasi profil kimia)
Memasukkan
dan
memelihara
besarnya
akses IV

NIC
Urinaryretention care

Lakukan penilain kemih yang


komprehensif berfokus pada
inkontinensis( misanya output urine,
pola berkemih kemih, fungsi kognitif
dan masalah praeksisten)

Memantaupenggunaan obat dengan


sifat antikolinergik atauproperti alpha
agonis

Memonitor efek dari obat obatan


yang diresepkan seperti calcium
channe blockers dab antikolinergik

Menyediakana penghapusan privasi

Gunakan kekuatan sugesti dengan


menjalankan air atau disiram toilet

Merangsang refles kandung kemih


dengan menerapkan dingin untuk perut

DIAGNOSA
Ganguan rasa nyaman
Definisi: merasa kurang senang, lega
dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial
Batasan karakteritik:

Ansietas

Menangis

Gangguan pola tidur

Takut

Ketidakmampuan untuk rileks

Iritabilitas

Merintih

Melaporkan merasa dingin

Melaporkan merasa panas

Melaporkan merasa tidak


nyamana

Melaporkan gejala distres

Melaporkan rasa lapar

Melaporka rasa gatal

Melaporkan kurang puas dengan


keadaan

Melaporkan senang dengan situasi


tersebut

Gelisah

Berkeluh kesah
Faktor yang berhubungan

Gejala yang terkait penyakit

Sumber yang tidak adekuat

Kurang pengendalian lingkungan

Kurang privasi

Kurang kontrol situsional

NIC
Ansietas
Fear level
Sleep deprivation
Comfort, readines for enchanced
Kriteria hasil
Mampu mengontrol kecemasan
Status lingkungan yang nyaman
Mengontrol nyeri
Kualitas tidur dan istirahat
adekuat
Agresi pengendaliandiri
Respon terhadap pengobatan
Control gejala
Status kenyamanann meningkat
Dapat mengontrol ketakutan
support social
Keinginan untuk hidup

membelai tinggi batin atau air


Sediakan waktu yang cukup untuk
mengosongkan kandung kemih (10
menit)
gunKn apirit wintergreen di pispot
atau urinal
menyediakan manuver crede yang
diperlukan
gunakan double void teknik
masukkan kateter sesuai anjuran
pasien atau keluargauntuk merekam
output urin
memantau asupan dan keluaran
memantau tingkat tingkat distensu
kandunf kemig denganpalpasi dan
perkusi
membantu dengan toilet secara berkala
menerapkan kateterisasi intermitten
merujuk kepada spesialis urologi

NOC
Anxietas reduction

Gunakan pendekatan yang


menenangkan

Nyatakan dengan jelas harapan


terhadap pelaku pasien

Jelaskan semua prosedur dan apa


yang dirasakan selama prosedur

Pahami perspektif pasien terhapad


situasi stres

Temani pasien untuk memberikan


keamaanna dan mengurangi takut

Dorong keluarga untuk menemani


anak

Lakukan beck/neck rub

Dengarkan dengan penuh


perhatian

Identifikasi tingkat kecemasan

Dorong pasien untuk


mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi

Instruksikan paien mengguanakn


teknik relaksasi

Berikan obat untuk mengurai


kecemasan

Stimulas lingkungan yang


menggangu
Efek samping terkait terapi
(misalnya medikasi, radiasi)

DAFTAR PUSTAKA
Betz, Cecily Lynn. Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC, 2009.
Ngastiyah, 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta; EGC.
Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta : Salemba
Medika. S
Smeltzer C Suzanne, Brenda G Bare, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran,
Jakarta; EGC.
Sudoyo, W. Aru, dkk., 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam FKUI, Jakarta
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta; EGC

You might also like