You are on page 1of 29

Bab II Piping Design Loads

BAB II
PIPING DESIGN LOADS

Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

2.1. Pendahuluan
Pendahuluan
2.1.
Pipe Stress Analysis
Bertujuan
Bertujuan untuk
untuk menjamin
menjamin keamanan
keamanan operasi
operasi sistem
sistem perpipaan
perpipaan
dengan
dengan verifikasi
verifikasi integritas
integritas struktur
struktur yang
yang mendapat
mendapat berbagai
berbagai
kondisi
kondisi pembebanan.
pembebanan.
Hal
Hal di
di atas
atas dapat
dapat dilakukan
dilakukan dengan
dengan melakukan
melakukan perhitungan
perhitungan &
&
perbandingan
perbandingan parameter
parameter berikut
berikut terhadap
terhadap harga-harga
harga-harga yang
yang
diijinkan
diijinkan ::
-- tegangan
tegangan yang
yang terjadi
terjadi pada
pada dinding
dinding pipa
pipa
-- perpindahan
perpindahan akibat
akibat ekspansi
ekspansi pipa
pipa
-- beban-beban
beban-beban pada
pada nozle
nozle
-- frekuensi
frekuensi pribadi
pribadi sistem
sistem
Stress
Stress analysis
analysis juga
juga bertanggung
bertanggung jawab
jawab pada
pada penentuan
penentuan bebanbebanbeban
beban tumpuan
tumpuan (support)
(support) sehingga
sehingga sistem
sistem dapat
dapat direstrain
direstrain
dengan
dengan baik.
baik.
Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Piping codes :
Mengandung batasan-batasan dan aturan-aturan
stress analysis, setting standard, konstruksi & operasi
sistem perpipaan. Contoh : ANSI & ASME.

Piping Design
Dibagi menjadi 2 bagian besar :
I. Overall system design :
- Fluid distribution system
- All in line equipment (vessels, pumps, valves)
II. Detailed component design :
- Component
- Piping support.
Analisis sistem memberikan input ke analisis komponen dalam
bentuk beban-beban komponen dari sistem perpipaan dan beban
beban tumpuan.
3
Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Sistem Perpipaan.
Typically dibagi menjadi 2 kategori.
I. Hot system , design temp. 15000F (6600C)
II. Cold system, design temp. < 15000F (6600C)
Hot system pipelines memerlukan analisis
fleksibilitas yang teliti untuk menentukan gaya-gaya
thermal, tegangan dan perpindahan.
Klasifikasi sistem perpipaan juga dilakukan
berdasarkan fungsinya (dijelaskan dalam code).
Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Piping Loads
Jenis-jenis beban pada sistem perpipaan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 :
- Sustained Load :
Beban yang bekerja terus-menerus selama
operasi normal (contoh : berat, tekanan, dll)
- Occasional Load :
Beban yang terjadi kadang-kadang selama
operasi normal (contoh : angin, gempa, dll)
- Expansion Load :
Beban akibat perpindahan pada struktur pipa
(contoh : thermal expansion, diff.anchor
displacement, dll).
Beban yang bekerja pada sistem perpipaan harus diteruskan
ke struktur bangunan penumpu melalui peralatan-peralatan
penumpu & restraints.
Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

2.2. SUSTAINED LOADS


2.2.1 Berat
Semua sistem perpipaan haruslah dirancang
mampu menahan beban berat fluida, isolasi,
komponen, dan struktur pipa itu sendiri.
Semua beban berat tsb kemudian diteruskan ke
komponen tumpuan (support) juga harus dirancang
mampu menahan beban-beban tsb.
Metode sederhana untuk menghitung tegangan dan
beban tumpuan adalah dengan memodelkan pipa
sebagai beam dengan terdistribusi merata.

Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Model tumpuan simply supported :


Tegangan maksimum :
Gaya tumpuan :

F=

WL2
8Z

WL
2

Model tumpuan fixed end :


Tegangan maksimum :
Gaya tumpuan :

F=

WL2
12Z

WL
2

Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Dalam kenyataan, kondisi tumpuan umumnya adalah


antara simply supported dengan fixed-end, sehingga
tegangan maksimum biasanya dihitung dengan
persamaan :
=

WL2
10Z

atau lebih konservatif

WL2
8Z

Jadi untuk pipa horizontal lurus, jarak antar


tumpuan dapat dihitung :
L=

10 ZS
W

dimana :
L = jarak tumpuan maksimum
S = tegangan yang diijinkan (tergantung dari jenis
material pipa, temperatur dan code)
Pipe Stress Analysis & Design
Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Gaya-gaya tumpuan adalah :


(10 WZS)1 / 2
F=
2

Standard :
Untuk menyederhanakan perhitungan, MSS
(Manufacturers Standardization Society)
memberikan rekomendasi jarak antar tumpuan
dalam SP-69

Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Rekomendasi pada SP-69 telah mempertimbangkan


ukuran pipa, jenis fluida, isolasi, s = 1500 psi (1110,3
Mpa) dan defleksi maksimum 0,1 in (2,5 mm)
Dalam kasus dimana pipa tidak hanya lurus
horisontal, beban-beban yang ditimbulkan pada
tumpuan dapat dihitung dengan metode Weight
Balancing.
Karena umumnya sistem perpipaan tidak horisontal
lurus maka dalam menentukan posisi tumpuan perlu
mempertimbangkan hal-hal berikut :
Pipe Stress Analysis & Design

10

Bab II Piping Design Loads

1. Tumpuan harus diletakkan sedekat mungkin


dengan beban terkonsentrasi seperti valves,
flanges, dll
Dari segi tegangan; tumpuan terbaik diletakkan
pada peralatan, hal ini sulit dilakukan.
Peralatan atau equipment tersebut dimodelkan
sebagai beban terkonsentrasi.
2. Jika arah pipa mengalami perubahan (belokan)
disarankan jarak tumpuan dari tabel SMS,
untuk menjaga stabilitas dan untuk
mengakomodasi beban eksentrik.
Pipe Stress Analysis & Design

11

Bab II Piping Design Loads

3. Standar pada SP-69 tidak berlaku untuk pipa


vertikal (riser). Tumpuan biasanya ditentukan
berdasarkan panjang pipa dan distribusi beban
pada struktur bangunan penumpu.
Direkomendasikan tumpuan diletakkan pada
bagian atas riser untuk mencegah buckling dan
instability.
Guide dapat ditempatkan disepanjang riser untuk
mencegah defleksi pipa. Jarak guide pipa biasanya 2
kali jarak tabel SP-69, dan tidak menahan beban
berat.
4. Lokasi tumpuan diusahakan sedekat mungkin
dengan bagunan baja yang ada, sehingga tidak
diperlukan bangunan tambahan untuk menopang
struktur pipa.
Pipe Stress Analysis & Design

12

Bab II Piping Design Loads

Contoh Soal 1
Gambar 2.1. Menunjukkan pipeline yang
menghubungkan dua buah nozle (A & H). Pipa
mempunyai diameter nominal 12 in, berisi air dan
mempunyai tebal isolasi 4,5 in, belokannya long
radius dan semua valvenya 150 psi pressure rating
gate valve. Tentukan letak-letak penumpu dan
hitunglah bebannya.

Pipe Stress Analysis & Design

13

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.1
Pipe Stress Analysis & Design

14

Bab II Piping Design Loads

2.2.2
2.2.2 Tekanan
Tekanan
Sistem perpipaan umumnya mendapat beban
tekanan internal dari fluida yang dialirkan
Beban tekanan lebih berpengaruh pada tegangan
yang ditimbulkan pada dinding pipa dibandingkan
dengan menimbulkan beban pada tumpuan. Hal ini
diakibatkan beban tekan dinetralize oleh
tegangan pada dinding pipa

Pipe Stress Analysis & Design

15

Bab II Piping Design Loads

P ( AP ) - { PAP/Am }Am = 0

Gambar 2.4

dimana :
P = tekanan internal
App = luas penampang rongga bagian dalam pipa
Amm = luas penampang pipa

Pipe Stress Analysis & Design

16

Bab II Piping Design Loads

Jika penampang pipa tidak continuous maka


beban tekanan tidak dapat ditahan oleh tegangan
pada dinding pipa, sehingga harus ditahan oleh
restrain-restrain dan anchor
Contoh : - slip type expansion joint
- bellows expansion joint

Pipe Stress Analysis & Design

17

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.5

Beban tekanan pada expansion joint adalah


sama dengan tekanan dikalikan luas
penampang
Pipe Stress Analysis & Design

18

Bab II Piping Design Loads

Slip joint :

D o 2
A=
4

Doo = diameter luar pipa

Bellows :

D b 2
A=
4

Dbb = diameter dalam


maksimum bellows

Pipe Stress Analysis & Design

19

Bab II Piping Design Loads

Contoh soal 2
Gambar 2.7 menunjukkan pipeline dengan
diameter pipa 12 in mengalami beban tekanan
internal gauge 250 psi dan mempunyai slip
joint di titik C. Pipa direstrain oleh anchor di
titik A dan E, dan oleh vertikal restrain di titik
B dan D

Pipe Stress Analysis & Design

20

10

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.7
21

Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Penyelesaian contoh 2
Pipa: Dnominal = 12 in (300 mm)
P = 250 psi (1724 kPa)
F=

PD (250) (12.75)
=
= 31,919 lb
4
4

F=

(1724) (0.32385)
= 142,005 N
4

atau

Dari teori batang


M =
A

Pb
2

F =
A

3Pb
2a

F =
b

Pipe Stress Analysis & Design

2 Pa + 3Pb
2a
22

11

Bab II Piping Design Loads

Bila:

P = 31,919 lb (124.005 N)

a = 50 ft (15.25 m)

b = 15 ft (4.58 m)
Maka:

( 31 ,919 )( 15 )
= 239 ,939 ft .lb
2

M pada anchor =

(142 ,005 )( 4 .58 )


= 325 ,191 m. N
2

( 3 )( 31 , 919 )( 15 )
= 14 , 364 lb
2 ( 50 )
(3)(142 ,005 )( 4 .58 )
=
= 63,972 N
2 (15 .25 )

F pada anchor =

F pada restrain =
=

( 2 )( 31 , 919 )( 50 ) + ( 3 )( 31 , 919 )( 15 )
= 46 , 283 lb
2 ( 50 )
( 2)(142 ,005 )(15 .25 ) + (3)(142 ,005 )( 4.58 )
= 205 ,977 N
2(15 .25 )
Pipe Stress Analysis & Design

23

Bab II Piping Design Loads

2.1 Occasional
Occasional Loads
Loads
2.1
Beban yang dikategorikan occasional loads pada sistem
dalam periode yang sebagian saja dari total periode operasi
sistem ( 1 10 % ). Contoh : snow, fenomena alam
(hurricane, gempa, dll), unusual plant operation (relief value
discharge), postulated plant accident (pipe rupture, dll)
Posisi tumpuan yang optimal untuk menahan occasional
loads tidak selalu sama dengan posisi tumpuan untuk
sustained load
- Dalam perancangan perlu dilakukan kompromi sehingga
tumpuan dapat menahan kedua jenis beban tersebut
- Contoh : beban dinamik paling baik ditahan dengan rigid
support. Tapi rigid support akan menurunkan fleksibilitas
* Snubber mungkin dapat digunakan
24
Pipe Stress Analysis & Design

12

Bab II Piping Design Loads

Rekomendasi untuk menentukan posisi


tumpuan untuk beban occasional:
1. Tentukan posisi awal yang sesuai untuk beban
sustained (berat)
2. Tentukan jarak tumpuan (span) optimum untuk
occasional load. Reduksi span yang didapat
sampai coincides dengan kelipatan span tahap 1
3. Pada sistem pipa dingin,gunakan rigid support di
semua tumpuan
4. Pada sistem pipa panas, tentukan dulu dimana
lokasi rigid support dapat ditempatkan. Pada
tempat tumpuan lain mungkin perlu dipasang
snubber
Pipe Stress Analysis & Design

25

Bab II Piping Design Loads

2.1.1 Beban
Beban Angin
Angin
2.1.1

Sistem pipa yang terletak outdoor harus


dirancang mampu menahan beban angin
maksimum yang terjadi sepanjang umur
operasional pipa tertsebut.
Kecepatan angin tergantung pada kondisi
lokal, dan biasanya bervariasi terhadap
elevasi
Pipe Stress Analysis & Design

26

13

Bab II Piping Design Loads

Pipe Stress Analysis & Design

27

Bab II Piping Design Loads

Besaran utama dari beban angin adalah


diakibatkan oleh momentum angin yang
menganai pipa.
Beban angin dimodelkan sebagai gaya
uniform yang searah dengan arah angin
sepanjang pipa
Gaya angin dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan Bernoulli

Pipe Stress Analysis & Design

28

14

Bab II Piping Design Loads

F=

Cd D q
( USCS)
386.4

F=

Cd D q
(SI)
386.4

dimana :
F = beban angin (N/m)
Cd = koefisien drag
q = tekanan dinamik (N/m22) = V22/2
D = diameter luar pipa (termasuk isolasi) (m)
= massa jenis udara (kg/m33)
V = kecepatan udara Pipe
(m/s)
Stress Analysis & Design

29

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.10
Pipe Stress Analysis & Design

30

15

Bab II Piping Design Loads

Harga koefisien drag adalah


merupakan fungsi dari bentuk struktur
dan bilangan Reynold.
Bilangan Reynold (dimensionless)
adalah parameter yang menunjukkan
derajat keturbulenan aliran fluida

Pipe Stress Analysis & Design

31

Bab II Piping Design Loads

Rn =

DV
( USCS)
386.4

Rn =

DV
(SI)
1000

=
= massa
massa jenis
jenis udara
udara (kg/m
(kg/m33))
V
V == kecepatan
kecepatan angin
angin (m/s)
(m/s)
D
D == diameter
diameter pipa
pipa (m)
(m)
== viskositas
viskositas dinamik
dinamik udara
udara (kg/m
(kg/m s)
s)

Pada kondisi tertentu, perlu dimasukkan faktor


keamanan tambahan yang disebut dengan Gust
factor (biasanya berharga 1.0 1.3)
Pipe Stress Analysis & Design

32

16

Bab II Piping Design Loads

Contoh soal 3
Gambar 2.11 menunjukkan sistem pipa dengan
diameter nominal pipa 8 in dan tebal isolasi 2 in.
Sistem pipa tersebut terkena angin dengan kecepatan
maksimum 75 mph arah utara-selatan. Tentukan
beban yang diterima oleh restrain C, E, dan H pada
arah x.

Pipe Stress Analysis & Design

33

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.11
Pipe Stress Analysis & Design

34

17

Bab II Piping Design Loads

2.1.2 Beban Relief Valve Discharge


Relief valve digunakan dalam sistem
perpipaan sebagai pembuangan tekanan
dari sistem jika tekanan meningkat di atas
operasi yang aman.
Saat relief valve discharge, fluida akan
menginitiate jet force yang ditransfer ke
sistem pipa.
Pipe Stress Analysis & Design

35

Bab II Piping Design Loads

Gaya discharge dapat dihitung dengan (B 31.1):

mV
F = DLF
+ PA ( USCS)

32.2

PA

F = DLFmV +
(SI)
110 6

dimana :
F = gaya discharge
DLF = dynamic load factor
m = mass flow rate valve x1.11, lbms (kg/s)
P = static gauge pressure from discharge (N/m22)
A = discharge flow area (mm22)
Pipe Stress Analysis & Design

36

18

Bab II Piping Design Loads

Juga
V=

50113(h 0 a )
( USCS)
2b 1

V=

2.0085(h 0 a )
(SI)
2b 1

hoo = enthalpy stagnasi fluida

Harga a dan b diberikan pada tabel berikut

Pipe Stress Analysis & Design

37

Bab II Piping Design Loads

Dan

P=

m b 1 48.33(h 0 a )
- PA ( USCS)
a b
2b 1

m b 1 1.995 1012 (h 0 a )
P=
- PA (SI)
a b
2b 1
PAA = tekanan atmosfer

Pipe Stress Analysis & Design

38

19

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.13
Pipe Stress Analysis & Design

39

Bab II Piping Design Loads

Dynamic load factor (DLF) digunakan untuk


menghitung kenaikan beban akibat aplikasi yang
tiba-tiba dari gaya discharge. Faktor ini bervariasi
dari 1.1 sampai 2.0 tergantung dari kekakuan
instalasi valve dan waktu pembukaan.
Perhitungan DLF dapat dimulai dengan
menghitung periode natural instalasi valve:
WH 3
T = 0.1846
( USCS)
EI

WH 3
T = 114.59
(SI)
EI

dimana
dimana ::
W
W == massa
massa valve
valve
H
H == jarak
jarak pipa
pipa utama
utama ke
ke pipa
pipa outlet
outlet (mm),
(mm), in
in
E
E == modulus
modulus elastisitas
elastisitas pipa
pipa
44), in44& Design
Stress
Analysis
II == momen
inlet
(mm
momen inersia
inersia pipa
pipaPipe
inlet
(mm
), in

40

20

Bab II Piping Design Loads

Step berikutnya adalah menentukan ratio to/T,


dimana to adalah waktu pembukaan valve.
DLF akhirnya dapat ditentukan dari grafik
berikut:

Gambar
2.14
Pipe Stress Analysis & Design

41

Bab II Piping Design Loads

Contoh soal 4
Diketahui gaya relief discharge dengan 1500 lb
(Gambar 2.15). Run pipe pada tee akibat gaya 1500
lb menerima momen 3000 lb ft. Tentukan resultan
reaksi di restraint.

Pipe Stress Analysis & Design

42

21

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.15
Pipe Stress Analysis & Design

43

Bab II Piping Design Loads

2.1.3 Beban Gempa


Sistem perpipaan haruslah didesain mampu
menahan beban gempa
Kriteria seismic dalam perancangan dapat
dimulai dengan mengestimasi potensial
gempa dalam daerah dimana pipa akan
dipasang
didapat dari literatur search
contoh akibat gempa dalam Mercelli Scale
Pipe Stress Analysis & Design

44

22

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.16
Pipe Stress Analysis & Design

45

Bab II Piping Design Loads

Contoh gempa di US

Gambar 2.17
Pipe Stress Analysis & Design

46

23

Bab II Piping Design Loads

Analisis yang perlu dilakukan adalah:


1. Time history analysis
Dilakukan berdasarkan catatan gempa
terhadap waktu
Data percepatan, kecepatan dan
perpindahan tanah dijadikan input untuk
menganalisis model dinamik struktur pipa.
Output hasil analisis adalah dalam bentuk
perpindahan , tegangan dan gaya-gaya
tumpuan
47
Pipe Stress Analysis & Design

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.18
Pipe Stress Analysis & Design

48

24

Bab II Piping Design Loads

2. Modal Analysis
Alternatif lain untuk mendapatkan respon
struktur terhadap gempa adalah modal
analysis
Model dinamik dari sistem pipa dibagi
menjadi sejumlah model single dof yang
secara keseluruhan dapat mewakili
karakteristik dinamik sistem pipa
Spektrum gempa kemudian diaplikasikan
pada model untuk mendapatkan respon
sistem secara keseluruhan
Pipe Stress Analysis & Design

49

Bab II Piping Design Loads

2.4 Expansion
Expansion Load
Load
2.4
Restraint diperlukan untuk menahan beban
sustained dan beban occasional. Tetapi jika
terjadi kenaikan temperatur pada saat pipa
beroperasi, maka pipa akan ekspansi
sehingga timbul tegangan yang tinggi
Kondisi restraint dari sudut pandang
thermal, maka tidak ada restraint
perlu dirancang restraint yang optimum
Pipe Stress Analysis & Design

50

25

Bab II Piping Design Loads

2.4.1 Perhitungan
Perhitungan Beban
Beban Termal
Termal
2.4.1
Ekspansi termal dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan :
Thot

= L dT
Tcold

dimana
dimana ::

=ekspansi
=ekspansi termal
termal (mm)
(mm)
L
L == panjang
panjang pipa
pipa (mm)
(mm)

== koefisien
koefisien ekspansi
ekspansi termal
termal (mm/mm
(mm/mm00C)
C)
T
C)
T == temperatur
temperatur pipa
pipa ((00C)

Pipe Stress Analysis & Design

51

Bab II Piping Design Loads

Metode sederhana menghitung beban termal


pada tumpuan digunakan metode guided
cantilever
pada setiap tumpuan akan timbul:
M=

6EI
L2

P=

12 E I
L3

dimana
dimana ::
P
P == gaya-gaya
gaya-gaya pada
pada tumpuan
tumpuan
M
M == momen
momen pada
pada tumpuan
tumpuan
E
E == modulus
modulus elastisitas
elastisitas
II == momen
momen inersia
inersia

== pertambahan
pertambahan panjang
panjang
L
L == panjang
panjang pipa
pipa

Pipe Stress Analysis & Design

52

26

Bab II Piping Design Loads

Penggunaan expansion loop adalah alternatif


untuk dapat mengatasi ekspansi termal yang
besar

Gambar 2.20
Pipe Stress Analysis & Design

53

Bab II Piping Design Loads

Contoh soal 5
Sistem
Sistem yang
yang terlihat
terlihat pada
pada Gambar
Gambar 2.26
2.26 terbuat
terbuat dari
dari baja
baja
0
0
0
0
karbon
karbon dan
dan beroperasi
beroperasi pada
pada 350
350 F
F (177
(177 C).
C). Sistem
Sistem
tersebut
menggunakan
pipa
berdiameter
12
tersebut menggunakan pipa berdiameter 12 in
in (300
(300 mm)
mm)
4
8
4
8
schedule
schedule standar
standar dengan
dengan II == 279
279 in
in (1.16
(1.16 xx 10
10 mm
mm44)) dan
dan
6
11
2
6
11
2
E
E == 27.7
27.7 xx 10
10 psi
psi (1.91
(1.91 xx 10
10 N/m
N/m ).). Sistem
Sistem diberi
diberi
tumpuan
tumpuan jangkar
jangkar (anchors)
(anchors) pada
pada titik
titik aa dan
dan G,
G, dan
dan dua
dua
tumpuan
tumpuan vertikal
vertikal pada
pada titik
titik D
D dan
dan E.
E.
Tentukan
Tentukan ::
1.
1. Pergeseran
Pergeseran yang
yang diserap
diserap oleh
oleh segmen
segmen A-B,
A-B, B-C,
B-C, dan
dan E-F
E-F
2.
2. Gaya
Gaya dan
dan momen
momen yang
yang diterima
diterima oleh
oleh segmen
segmen A-B,
A-B, B-C,
B-C,
dan
dan E-F
E-F
3.
3. Gaya
Gaya dan
dan momen
momen pada
pada tumpuan
tumpuan A
A
Pipe Stress Analysis & Design

54

27

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.26
Pipe Stress Analysis & Design

55

Bab II Piping Design Loads

2.4.2 Perhitungan
Perhitungan Perpindahan
Perpindahan Termal
Termal
2.4.2

Perpindahan pipa akibat beban termal dapat


diestimasi pada titik intermediate dengan
mengasumsikan variasi linier antara titiktitik yang diketahui perpindahannya.

Pipe Stress Analysis & Design

56

28

Bab II Piping Design Loads

Contoh soal 6
Gambar
Gambar 2.28
2.28 menunjukkan
menunjukkan semua
semua perpindahan
perpindahan vertikal
vertikal pada
pada sistem,
sistem,
seperti
seperti perpindhan
perpindhan nosel
nosel dari
dari keadaan
keadaan dingin
dingin ke
ke keadaan
keadaan panas.
panas.
Titik
Titik A
A :: 22 in
in (50.8
(50.8 mm)
mm) ke
ke atas,
atas, dingin
dingin (cold)
(cold) ke
ke panas
panas (hot)
(hot)
Titik
Titik C
C :: 00 in
in
Titik
Titik FF :: 44 in
in (101.6
(101.6 mm)
mm) ke
ke bawah,
bawah, dingin
dingin ke
ke panas
panas
Titik
Titik K
K :: 11 in
in (25.4
(25.4 mm)
mm) ke
ke atas,
atas, dingin
dingin ke
ke panas
panas
Titik
Titik L
L :: 00 in
in
Titik
Titik M
M :: 00 in
in
Material
Material pipa
pipa adalah
adalah intermediate
intermediate alloy
alloy steel,
steel, dan
dan sistem
sistem beroperasi
beroperasi
00F (48200C)
pada
temperatur
900
pada temperatur 900 F (482 C)
Tentukan
Tentukan
a.
a. Pertambahan
Pertambahan panjang
panjang segmen
segmen B-C,
B-C, C-D,
C-D, dan
dan I-J
I-J
b.
b. Pertambahan
Pertambahan panjang
panjang pegas
pegas H1
H1 dan
dan H2
H2
c.
c. Besar
Besar perpindahan
perpindahan titik
titik E,
E, J,
J, dan
dan II
Pipe Stress Analysis & Design

57

Bab II Piping Design Loads

Gambar 2.28
Pipe Stress Analysis & Design

58

29

You might also like