You are on page 1of 14

KUMPULAN ALGORITMA PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA

RUMAH SAKIT PANTI RAHAYU PURWODADI


1. DEFINISI OPERASIONAL DIARE AKUT : Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja
lembek atau setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali sehari atau dapat berbentuk
cair saja. Pada anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3
kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 7 hari). Pada
neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dgn frekuensi lebih sering
DIARE BERDARAH /(biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair. DISENTRI :
Diare dengan darah dan lendir dalam tinja dapat disertai TERSANGKA KOLERA :
Penderita berumur lebihdengan adanya tenesmus. dari 5 tahun menjadi dehidrasi berat
karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan mual), tinjanya cair
seperti air cucian beras tanpa rasa sakit perut atau mulas.

2. ALGORITMA RESPON KLB DIARE AKUT, DIARE BERDARAH, TERSANGKA


KOLERA, TIFOID Respons Tatalaksana Kasus: Lakukan pengobatan terhadap pasien
berupa tatalaksana pencegahan dehidrasi dan pemberian antibiotika secara selektif sesuai
dengan etiologi. Rujuk pasien ke RS apabila diperlukan penanganan lebih lanjut untuk
suspek kolera, isolasi pasien di RS Spesimen: Pengambilan sample tinja (untuk kasus
diare berdarah & suspek kolera) & kirim ke lab Provinsi Respons Tatalaksana Kasus:
Lakukan pengobatan terhadap pasien berupa tatalaksana pencegahan dehidrasi dan
pemberian antibiotika secara selektif sesuai dengan etiologi. Rujuk pasien ke RS apabila
diperlukan penanganan lebih lanjut untuk suspek kolera, isolasi pasien di RS Spesimen:
Pengambilan sample tinja (untuk kasus diare berdarah & suspek kolera) & kirim ke lab
Provinsi Respons Pelaporan Register Kirim laporan W1 ke Dinkes Kab/Kota. Untuk
suspek kolera: laporan langsung ke DinKes Kab/Kota dan koordinasi dengan Dinkes
Propinsi. Respons Pelaporan Register Kirim laporan W1 ke Dinkes Kab/Kota. Untuk
suspek kolera: laporan langsung ke DinKes Kab/Kota dan koordinasi dengan Dinkes
Propinsi. Respons Kes. Masyarakat: Lakukan Penyelidikan Epidemiologi. Surveilans
Intensif Menjamin tersedianya sumber air bersih Penyuluhan masyarakat tentang PHBS
meliputi: Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Membersihkan bahan
makanan sebelum dimasak Memasak makanan dan minuman sampai matang Memberikan
desinfektan (Kaporisasi) pada sumber air diduga tercemar Hanya makan makanan yang
segar Respons Kes. Masyarakat: Lakukan Penyelidikan Epidemiologi. Surveilans Intensif
Menjamin tersedianya sumber air bersih Penyuluhan masyarakat tentang PHBS meliputi:
Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan. Membersihkan bahan makanan
sebelum dimasak Memasak makanan dan minuman sampai matang Memberikan
desinfektan (Kaporisasi) pada sumber air diduga tercemar Hanya makan makanan yang
segar

1 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

3. ALGORITMA CAMPAK CAMPAK = Demam >38C selama 3 hari atau lebih disertai
bercak kemerahan berbentuk makulopapular, disertai salah satu gejala batuk, pilek ATAU
mata merah (konjungivitis) Catat dan Kirim ke DINKES KABUPATEN/KOTA Ambil
Spesimen serum darah sesuai SOP dan kirim ke laboratorium rujukan (Litbangkes Jakarta,
BLK Surabaya, Biofarma Bandung, BLK Yogyakarta) Jika hasil positif, Lakukan Respon
KLB

4. ALGORITMA RESPON KLB CAMPAK Respons tatalaksana kasus: Lakukan


pengobatan simtomatis dan untuk mengatasi komplikasi yg muncul seperti
bronchopneumonia dan konjungtivitis Lakukan pemberian vitamin A dosis tinggi pada
kasus sesuai dengan usia dan populasi balita beresiko sekitar lokasi KLB Respons
tatalaksana kasus: Lakukan pengobatan simtomatis dan untuk mengatasi komplikasi yg
muncul seperti bronchopneumonia dan konjungtivitis Lakukan pemberian vitamin A dosis
tinggi pada kasus sesuai dengan usia dan populasi balita beresiko sekitar lokasi KLB
Respons sistem pelaporan: W1 CKLB Hasil pemeriksaan penunjang/laboratorium
Respons sistem pelaporan: W1 CKLB Hasil pemeriksaan penunjang/laboratorium
Respons Kes. Masy.: Lakukan Penyelidikan Epidemiologi Lakukan Surveilans Intensif
Lakukan pemberian vaksinasi pada anak- anak beresiko tinggi (Belum Vaksinasi campak)
di lokasi sekitar KLB Lakukan surveilans intensif. Penyuluhan tentang pentingnya
imunisasi dan GIZI pada bayi Pemberian makanan tambahan Respons Kes. Masy.:
Lakukan Penyelidikan Epidemiologi Lakukan Surveilans Intensif Lakukan pemberian
vaksinasi pada anak- anak beresiko tinggi (Belum Vaksinasi campak) di lokasi sekitar
KLB Lakukan surveilans intensif. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi dan GIZI
pada bayi Pemberian makanan tambahan

5. DEFINISI OPERASIONAL TERSANGKA MENINGITIS / ENCEPHALITIS : Panas >


38C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan
muntah. Pada anak < ACUTE FLACCID PARALYSIS1 tahun ubun-ubun besar
cembung. (AFP) : Kasus lumpuh layuh mendadak, bukan disebabkan oleh ruda paksa/
trauma pada anak < TERSANGKA TETANUS NEONATORUM : Setiap15 tahun. bayi
lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/ menetek, dan mulut TERSANGKA TETANUS
:mencucu dan disertai dengan kejang rangsang. Ditandai dgn kontraksi dan kekejangan
otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.

6. ALGORITMA SINDROM AKUT NEUROLOGI Meningitis/ Encephalitis Meningitis/


Encephalitis Acute Flaccid Paralysis (AFP) Tersangka Tetanus Neonatorum Tersangka
Tetanus Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota Lakukan rujukan pemeriksaan AFP:
Pemeriksaan Tinja AFP: Pemeriksaan Tinja Meningitis/encepalitis Px. RDT, Serum, LCS
Meningitis/encepalitis Px. RDT, Serum, LCS Lakukan Respon KLB

2 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

7. Respon sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan laboratorium Respon sistem pelaporan:


W1 Hasil pemeriksaan laboratorium Respon tatalaksana kasus: Pengobatan harus segera
diberikan bila diagnosis terhadap tersangka telah ditegakkan, bahkan sebelum bakteri
diidentifikasi. Pemberian Antibiotik sesuai dengan dosis. Segera rujuk ke Rumah Sakit
Respon tatalaksana kasus: Pengobatan harus segera diberikan bila diagnosis terhadap
tersangka telah ditegakkan, bahkan sebelum bakteri diidentifikasi. Pemberian Antibiotik
sesuai dengan dosis. Segera rujuk ke Rumah Sakit Respon Kesehatan Masyarakat:
Lakukan Penyelidikan Epidemiologi untuk mencari kasus kontak terutama pada kelompok
rentan Surveilans Intensif terutama pada kasus kontak, anggota keluarga Pemberian
pengobatan profilaksis pada kasus kontak Pencegahan dengan pemberian vaksin pada
semua kelompok umur yang terkena Pisahkan orang-orang yang pernah terpajan dengan
penderita Perbaikan hygeine, sanitasi dan ventilasi terhadap tempat tinggal dan ruang
tidur bagi masyarakat terutama kelompok terpajan Pengendalian vektor dan reservoir
(untuk Japanese encephalitis ) bekerjasama dengan Dinas peternakan setempat Respon
Kesehatan Masyarakat: Lakukan Penyelidikan Epidemiologi untuk mencari kasus kontak
terutama pada kelompok rentan Surveilans Intensif terutama pada kasus kontak, anggota
keluarga Pemberian pengobatan profilaksis pada kasus kontak Pencegahan dengan
pemberian vaksin pada semua kelompok umur yang terkena Pisahkan orang-orang yang
pernah terpajan dengan penderita Perbaikan hygeine, sanitasi dan ventilasi terhadap
tempat tinggal dan ruang tidur bagi masyarakat terutama kelompok terpajan Pengendalian
vektor dan reservoir (untuk Japanese encephalitis ) bekerjasama dengan Dinas peternakan
setempat ALGORITMA RESPON KLB MENINGITIS/ENSEFALITIS

8. ALGORITMA RESPON KLB AFP/POLIO Respons tatalaksana kasus: Pengawasan ketat


penderita Kunjungan Ulang 60 hari Respons tatalaksana kasus: Pengawasan ketat
penderita Kunjungan Ulang 60 hari Respons sistem pelaporan: W1 FP1 FPS Hasil
pemeriksaan penunjang/laboratorium Respons sistem pelaporan: W1 FP1 FPS Hasil
pemeriksaan penunjang/laboratorium Respons Kes Masy.: Lakukan Penyelidikan
Epidemiologi Surveilans Intensif Perlindungan thd kontak Pengambilan spesimen untuk
diperiksa di lab rujukan nasional KIE kpd masyarakat agar segera melaporkan kasus AFP
ke TPK KIE ttg pentingnya imunisasi polio Pemberian imunisasi tambahan Mopping Up
Polio bila hasil lab (+) Respons Kes Masy.: Lakukan Penyelidikan Epidemiologi
Surveilans Intensif Perlindungan thd kontak Pengambilan spesimen untuk diperiksa di lab
rujukan nasional KIE kpd masyarakat agar segera melaporkan kasus AFP ke TPK KIE ttg
pentingnya imunisasi polio Pemberian imunisasi tambahan Mopping Up Polio bila hasil
lab (+)

9. ALGORITMA RESPON KLB TETANUS Respons sistem pelaporan: W1 Respons sistem


pelaporan: W1 Respons tatalaksana untuk kasus: Pembersihan luka dan pemberian TT
Pemberian anti tetanus serum sesuai dosis Respons tatalaksana untuk kasus: Pembersihan
luka dan pemberian TT Pemberian anti tetanus serum sesuai dosis Respons Kesehatan
Masyarakat: Lakukan Penyelidikan Epidemiologi (dengan format PE Umum) Penyuluhan
tentang pentingnya imunisasi DT,TT,DPT. Penyuluhan tentang Hygiene perseorangan
terutama luka luar Respons tatalaksana untuk penderita luka tetapi belum menunjukan
3 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

gejala: Pembersihan luka dan vaksinasi Respons Kesehatan Masyarakat: Lakukan


Penyelidikan Epidemiologi (dengan format PE Umum) Penyuluhan tentang pentingnya
imunisasi DT,TT,DPT. Penyuluhan tentang Hygiene perseorangan terutama luka luar
Respons tatalaksana untuk penderita luka tetapi belum menunjukan gejala: Pembersihan
luka dan vaksinasi

10. DEFINISI OPERASIONAL PNEUMONIA : Pada usia <5 thn ditandai dgn batuk DAN/
ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang disertai tarikan dinding dada
bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak menunjukan infiltrat
paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita: < 1-5 tahun: 2-12 bulan:
50/menit 2 bulan: 60/menit 40/menit Pada usia >5thn ditandai dgn demam 38C,
batuk DAN/ ATAU TERSANGKAkesulitan bernafas, dan nyeri dada saat menarik
nafas PERTUSIS : Batuk lebih dari 2 minggu disertai dgn batuk yang khas (terusmenerus/ paroxysmal), napas dgn bunyi whoop dan kadang muntah setelah batuk.

11. DEFINISI OPERASIONAL TERSANGKA DIFTERI : Panas >38C, sakit menelan,


sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan
(pseudomembran) TERSANGKA FLU BURUNG :di tenggorokan dan pembesaran
kelenjar leher. ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas
ATAU leukopenia ATAU pneumonia.

12. ALGORITMA SINDROM INFEKSI SALURAN PERNAFASAN PNEUMONIA


TERSANGKA PERTUSIS TERSANGKA DIFTERI TERSANGKA FLU BURUNG
Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota Lakukan rujukan pemeriksaan Difteri : Usap
Nasofaring Difteri : Usap Nasofaring Pneumonia : Rontgen dada Lakukan Respon KLB
Flu Burung : Rontgen dada, usap nasofaring Flu Burung : Rontgen dada, usap nasofaring

13. Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem


pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana kasus: Lakukan
pemberian antibiotic spesifik pada penderita. Penatalaksanaan kontak untuk profilaksis
Isolasi penderita di rumah atau di pelayanan kesehatan. Pemberian obat simtomatik
Respons tatalaksana kasus: Lakukan pemberian antibiotic spesifik pada penderita.
Penatalaksanaan kontak untuk profilaksis Isolasi penderita di rumah atau di pelayanan
kesehatan. Pemberian obat simtomatik Respons Kesehatan Masyarakat: Penyelidikan
epidemiologi (menggunakan format PE Umum) Surveilans Intensif KIE meliputi:
Pendidikan kesehatan pribadi yang baik, terutama dalam mencuci tangan Pendidikan etika
batuk (menutup mulut saat batuk) Pendidikan di awal pengenalan gejala-gejala dan
infeksi/peradangan dan untuk mencari perawatan lebih dini ke fasilitas perawatan
kesehatan. Respons Kesehatan Masyarakat: Penyelidikan epidemiologi (menggunakan
format PE Umum) Surveilans Intensif KIE meliputi: Pendidikan kesehatan pribadi yang
baik, terutama dalam mencuci tangan Pendidikan etika batuk (menutup mulut saat batuk)
4 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

Pendidikan di awal pengenalan gejala-gejala dan infeksi/peradangan dan untuk mencari


perawatan lebih dini ke fasilitas perawatan kesehatan. ALGORITMA RESPON KLB
PNEUMONIA

14. Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem


pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana kasus: Lakukan
pengobatan spesifik.dengan antibiotic eritromicin terhadap penderita dan kontak dekat
selama 5- 14 hari Lakukan desinfeksi serentak terhadap discharge(cairan) hidung dan
tenggorok serta barang yang dipakai penderita. Respons tatalaksana kasus: Lakukan
pengobatan spesifik.dengan antibiotic eritromicin terhadap penderita dan kontak dekat
selama 5- 14 hari Lakukan desinfeksi serentak terhadap discharge(cairan) hidung dan
tenggorok serta barang yang dipakai penderita. Respons Kesehatan Masyarakat :
Penyelidikan epidemiologi (format PE Umum) dan mencari kontak Lakukan karantina
terhadap kontak yang tidak mendapatkan imunisasi DPT selama 21 hari dengan usia < 12
bulan. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi DPT Respons Kesehatan
Masyarakat : Penyelidikan epidemiologi (format PE Umum) dan mencari kontak Lakukan
karantina terhadap kontak yang tidak mendapatkan imunisasi DPT selama 21 hari dengan
usia < 12 bulan. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi DPT 15.
ALGORITMA RESPON KLB PERTUSIS

15. Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem


pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana kasus: Pengobatan
kasus Memutus rantai penularan Respons tatalaksana kasus: Pengobatan kasus Memutus
rantai penularan Respons Kesehatan Masyarakat: Penyelidikan epidemiologi
Penatalaksanaan Kontak untuk Pengambilan usap nasofarings dan profilaksis KIE
(Komunikasi, Informasi, Edukasi) ke masyarakat Upaya peningkatan cakupan imunisasi
( 7 tahun dT) melalui sweeping Meningkatkan imunisasi DPT rutin. Respons Kesehatan
Masyarakat: Penyelidikan epidemiologi Penatalaksanaan Kontak untuk Pengambilan usap
nasofarings dan profilaksis KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) ke masyarakat Upaya
peningkatan cakupan imunisasi ( 7 tahun dT) melalui sweeping Meningkatkan imunisasi
DPT rutin. ALGORITMA RESPON KLB DIFTERI
16. Respons sistem Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem W1 pelaporan:
Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana W1 pelaporan:
Lakukan
Rujukan pasien ke RS Berikan tamiflu sesuai dosis kasus:
Berikan tamiflu
sesuaiRujukan Flu Burung Respons tatalaksana kasus: Lakukan Rujukan pasien ke RS
Rujukan Flu Burung Responsdosis Melakukan pengamatan Penyelidikan epidemiologi
Kesehatan Masyarakat: kontak kasus dan kontak unggas positif AI selama 14 hari sejak
kontak Bila ada gejala ILI beri tamiflu,terakhir terhadap adanya gejala ILI Melakukan
Koordinasi dengan petugasambil specimen dan rujuk ke RS
Melakukan Upaya
penyuluhan kepada masyarakat tentang carapeternakan. Penyelidikanpencegahan Flu
Burung. Respons Kesehatan Masyarakat: Melakukan pengamatan kontak kasus dan
5 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

kontak unggasepidemiologi positif AI selama 14 hari sejak kontak terakhir terhadap


adanya gejala Bila ada gejala ILI beri tamiflu, ambil specimen dan rujuk ke RS ILI
Melakukan UpayaMelakukan Koordinasi dengan petugas peternakan. penyuluhan
kepada masyarakat tentang cara pencegahan Flu Burung. ALGORITMA RESPON KLB
FB PADA MANUSIA

17. DEFINISI OPERASIONAL MALARIA KONFIRMASI : Penderita yang di dalam


tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria dan dibuktikan dengan RDT (Rapid
Diagnostic Test) TERSANGKA DEMAMpositif dan atau pemeriksaan Mikroskopis
positif. DENGUE : Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah,
sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (nyeri retro orbital ), nyeri sendi, DAN/ATAU
adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji TERSANGKA DEMAM TIFOID
: Anamnesis dan pemeriksaantorniquet positif. fisik didapatkan gejala demam,
gangguan saluran cerna dan tanda gangguan kesadaran.

18. DEFINISI OPERASIONAL TERSANGKA CHIKUNGUNYA : Demam mendadak


diatas 38,5 derajat celcius dan ILI (Influenza Likenyeri sendi yang hebat dapat disertai
adanya ruam. Illness) : Penderita dengan gejala Demam 38C disertai batuk atau
TERSANGKA FLU BURUNG : ILI dengan kontak unggassakit tenggorokan sakit atau
mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.

19. ALGORITMA DEMAM MALARIA KONFIRMASI TERSANGKA DEMAM DENGUE


TERSANGKA DEMAM TIFOID TERSANGKA CHIKUNGUNYA Catat dan Kirim ke
Dinkes Kab/Kota Lakukan rujukan pemeriksaan Demam Dengue/Chik/ILI: Cek Darah
Lengkap (Tromb & Ht), Serologi Demam Dengue/Chik/ILI: Cek Darah Lengkap (Tromb
& Ht), Serologi Malaria Konfirmasi : RDT, Mikroskopis (+) Lakukan Respon KLB Flu
Burung/ILI : Rontgen dada, usap nasofaring Flu Burung/ILI : Rontgen dada, usap
nasofaring ILI TERSANGKA FLU BURUNG TERSANGKA FLU BURUNG Demam
Tifoid : Widal, Serologi, Kultur Darah Demam Tifoid : Widal, Serologi, Kultur Darah

20. ALGORITMA RESPON KLB ILI Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan
penunjang/lab Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons
tatalaksana kasus: Pengobatan simtomatik Membatasi aktifitas di luar rumah. Respons
tatalaksana kasus: Pengobatan simtomatik Membatasi aktifitas di luar rumah. Respons
Kesehatan Masyarakat: Penyelidikan epidemiologi (menggunakan format PE Umum)
Surveilans Intensif KIE meliputi: Pendidikan kesehatan pribadi yang baik, terutama dalam
mencuci tangan Pendidikan etika batuk (menutup mulut saat batuk) Pendidikan di awal
pengenalan gejala-gejala dan infeksi/peradangan dan untuk mencari perawatan lebih dini
ke fasilitas perawatan kesehatan. Respons Kesehatan Masyarakat: Penyelidikan
epidemiologi (menggunakan format PE Umum) Surveilans Intensif KIE meliputi:
Pendidikan kesehatan pribadi yang baik, terutama dalam mencuci tangan Pendidikan etika
6 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

batuk (menutup mulut saat batuk) Pendidikan di awal pengenalan gejala-gejala dan
infeksi/peradangan dan untuk mencari perawatan lebih dini ke fasilitas perawatan
kesehatan.
21. Respons sistem Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem W1 pelaporan:
Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana W1 pelaporan: kasus: Beri
minum yang banyak, kompres, antipiretik golongan parasetamol, obat pereda nyeri sendi
bila perlu Istirahat cukup Rujuk ke Rumah Sakit bila panas tidak turun dalam 2 hari atau
keadaan tambah memburuk. Respons tatalaksana kasus: Beri minum yang banyak,
kompres, antipiretik golongan parasetamol, obat pereda nyeri sendi bila perlu Istirahat
cukup Rujuk ke Rumah Sakit bila panas tidak turun dalam 2 hari atau keadaan tambah
memburuk. Respons Kes Masy: Penyelidikan Epidemiologi Surveilans intensif Ambil
specimen dari sebagian kasus untuk konfirmasi Lab serologi Membentuk posko
pengobatan di lapangan Melakukan pemberantasan vektor (PSN, Foging, Larvasidasi)
KIE Respons Kes Masy: Penyelidikan Epidemiologi Surveilans intensif Ambil specimen
dari sebagian kasus untuk konfirmasi Lab serologi Membentuk posko pengobatan di
lapangan Melakukan pemberantasan vektor (PSN, Foging, Larvasidasi) KIE
ALGORITMA RESPON KLB DEMAM DENGUE/CHIK
22. ALGORITMA RESPON KLB Hasil pemeriksaan penunjang/lab W1 MALARIA
Respons sistem pelaporan: Hasil pemeriksaan penunjang/lab W1 Respons sistem
pelaporan:
Respons tatalaksana kasus: Lakukan pengobatan menggunakan ACT
(Artemicin Combination Theraphy) Pengobatan simtomatik Rujuk ke RS apabila
diperlukan pengobatan lebih lanjut. Respons tatalaksana kasus: Lakukan pengobatan
menggunakan ACT (Artemicin Combination Theraphy) Pengobatan simtomatik Rujuk ke
RS apabila diperlukan pengobatan lebih lanjut. Respons Kesehatan Masyarakat:
Penyelidikan Epidemiologi Melakukan pemberantasan vektor meliputi : Distribusi
Kelambu berinsektisida Penyemprotan rumah dengan insektisida Larviciding. Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat Mass Blood Survey (80% penduduk diperiksa darahnya) Respons
Kesehatan Masyarakat: Penyelidikan Epidemiologi Melakukan pemberantasan vektor
meliputi : Distribusi Kelambu berinsektisida Penyemprotan rumah dengan insektisida
Larviciding. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Mass Blood Survey (80% penduduk
diperiksa darahnya)

23. SINDROM JAUNDIS AKUT 5.

24. DEFINISI OPERASIONAL SINDROM JAUNDIS AKUT : Gejala penyakit yg timbul


secara mendadak (< 14 hari) ditandai dgn kulit dan sclera berwarna kuning (ikterik) dan
TERSANGKA LEPTOSPIROSIS : Pasien dengan gejalaurine berwarna gelap. demam
> 38 derajat Celcius dengan gejala khas conjuctival suffusion (radang pada konjungtiva),
nyeri betis, jaundice/kuning.
7 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

25. ALGORITMA SINDROM JAUNDIS AKUT Serum darah Kultur darah, Serum, Urine,
RDT Darah, Serum Darah lengkap, Hapusan darah, RDT Catat dan Kirim ke Dinkes
Pengambilan Sampel LakukanKabupaten/Kota Lakukan rujukan pemeriksaan Respon
KLB HEPATITIS A, B, C, D, E HEPATITIS A, B, C, D, E LEPTOSPIROSIS DEMAM
DENGUE MALARIA Ikuti Algoritma Diagnosis dan Respon KLB masing-masing

26. Respon sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respon sistem pelaporan:
W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respon tatalaksana kasus: Hepatitis A dan E: Tidak
ada pengobatan spesifik, kecuali pengobatan supportif, upaya meningkatkan stamina dan
menjaga keseimbangan gizi, termasuk makan makanan rendah lemak Istirahat yang cukup
Hindari pemakaian tempat makanan dan minuman bersama dengan orang lain Budayakan
cuci tangan dengan sabun Hygiene perorangan Hepatitis B, C, dan D: Pengobatan sesuai
penyebabnya. Hindari pemakaian barang pribadi seperti alat mandi (sikat gigi, alat cukur,
sisir, handuk) bersama dengan orang lain. Selalu gunakan alat pelindung diri saat
melakukan tindakan medis (sarung tangan, kacamata goggle, dan sebagainya). Gunakan
kondom. Respon tatalaksana kasus: Hepatitis A dan E: Tidak ada pengobatan spesifik,
kecuali pengobatan supportif, upaya meningkatkan stamina dan menjaga keseimbangan
gizi, termasuk makan makanan rendah lemak Istirahat yang cukup Hindari pemakaian
tempat makanan dan minuman bersama dengan orang lain Budayakan cuci tangan dengan
sabun Hygiene perorangan Hepatitis B, C, dan D: Pengobatan sesuai penyebabnya.
Hindari pemakaian barang pribadi seperti alat mandi (sikat gigi, alat cukur, sisir, handuk)
bersama dengan orang lain. Selalu gunakan alat pelindung diri saat melakukan tindakan
medis (sarung tangan, kacamata goggle, dan sebagainya). Gunakan kondom. Respon
Kesehatan Masyarakat Penyelidikan Epidemiologi: Pastikan diagnosis kasus Tentukan
sifat penyebaran menurut waktu, tempat, dan orang termasuk temukan kasus kontak
Adakah kasus kematian Tentukan kurva epidemi Identifikasi sumber dan cara penularan
Hepatitis A dan E : Meningkatkan budaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat),
seperti hygiene perorangan, dan kebiasaan cuci tangan. Pengendalian limbah cair Sumber
air bersih Menghindari makanan laut yang terkontaminasi Sanitasi makanan Sanitasi
lingkungan Hepatitis B, C, dan D : Melakukan praktek secara steril di puskesmas
Sterilisasi alat dan bahan Promosi Kondom, terutama bagi kalangan berisiko tinggi
Mencegah penggunaan alat pribadi orang lain secara bersama seperti sikat gigi, maupun
alat cukur. Skrining darah donor Respon Kesehatan Masyarakat Penyelidikan
Epidemiologi: Pastikan diagnosis kasus Tentukan sifat penyebaran menurut waktu,
tempat, dan orang termasuk temukan kasus kontak Adakah kasus kematian Tentukan
kurva epidemi Identifikasi sumber dan cara penularan Hepatitis A dan E : Meningkatkan
budaya PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), seperti hygiene perorangan, dan
kebiasaan cuci tangan. Pengendalian limbah cair Sumber air bersih Menghindari makanan
laut yang terkontaminasi Sanitasi makanan Sanitasi lingkungan Hepatitis B, C, dan D :
Melakukan praktek secara steril di puskesmas Sterilisasi alat dan bahan Promosi Kondom,
terutama bagi kalangan berisiko tinggi Mencegah penggunaan alat pribadi orang lain
secara bersama seperti sikat gigi, maupun alat cukur. Skrining darah donor ALGORITMA
RESPON KLB HEPATITIS
8 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

27. YATIDAK DD/ - Leptospirosis Berat - Hepatitis - Malaria (berat) Faktor Risiko
(lingkungan, pekerjaan, olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian) Daerah endemis
leptospirosis RUJUK KE RUMAH SAKIT DD/ - Leptospirosis Ringan - Viral
hemoraghic fever (dengue, chikungunya, hantaan) Faktor Risiko (lingkungan, pekerjaan,
olahraga/aktivitas lain, riwayat bepergian) Daerah endemis leptospirosis LAPOR KE
DINKES KAB/KOTA dan BERIKAN TATA LAKSANA KASUS DI PUSKESMAS
Ambil Spesimen Darah: Pemeriksaan Lab Rutin Pemeriksaan Serologi dengan Leptotek /
Dridot KIRIM SAMPEL KE BALITVET BOGOR KASUS KONFIRMASI
LEPTOSPIROSIS Pemeriksaan Lab Rutin Pemeriksaan Kimia Klinis Pemeriksaan
Serologi dengan Leptotek / Dridot MAT (PAIR SERA) dan ISOLASI (+) LEPTOSPIRA
KASUS PROBABLE LEPTOSPIROSIS IKTERUS ALGORITMA TERSANGKA
LEPTOSPIROSIS

28. ALGORITMA RESPON KLB Penyelidikan epidemiologi :LEPTOSPIROSIS Lakukan


Respon KLB : Pengobatan selektif Pencarian kasus tersangka leptospirosis lainnya
Penyuluhan kepadaPengambilan spesimen serum darah tersangka
Hindari
kontakmasyarakat tentang sumber dan pencegahan, dan lain-lain kulit dengan air
banjir, mencuci semua makanan dengan bersih. APD bagi pekerja berisiko Lakukan
Respon KLB : Pengendalian tikus Penyelidikan epidemiologi : Pencarian kasus
tersangka leptospirosis Pengambilan spesimen serum darah Pengobatan selektif lainnya
Penyuluhan kepada masyarakat tentang sumber dan pencegahan,tersangka
Hindari
kontak kulit dengan air banjir, mencuci semuadan lain-lain APD bagi pekerja berisiko
Pengendalian tikus makanan dengan bersih.

29. TERSANGKA ANTRAKS 6.

DEFINISI OPERASIONAL Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax) Papel pada inokulasi, rasa
gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik
menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering, Eschar (patognomonik),
demam, sakit kepala dan pembengkakan
Antraks Saluran Pencernaan
(Gastrointestinalkelenjar limfe regional Anthax) Rasa sakit perut hebat, mual, muntah,
tidak nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah,
hematemesis, pembesaran kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras,
asites dan oedem scrotum, melena.

DEFINISI OPERASIONAL Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax) Gejala klinis


antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala
semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam, sianosis, dispnue, stridor,
9 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian biasanya
terjadi 2-3 hari setelah gejala
Antraks Meningitis (Meningitis Anthrax)
Komplikasiklinis timbul. bentuk antraks yang lain, dengan gambaran klinis mirip
dengan kasus meningitis purulenta akut.

ALGORITMA TERSANGKA ANTRAKS Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota Ambil


spesimen untuk diperiksa : Antraks Sal. Cerna: Tinja darah Antraks Sal. Cerna: Tinja
darah Antraks Kulit : swab lesi di kulit, atau apirasi cairan pus Antraks Kulit : swab lesi di
kulit, atau apirasi cairan pus Lakukan Respon KLB Antraks Paru-paru : Sputum Antraks
Paru-paru : Sputum Antraks Meningitis : LCS Antraks Meningitis : LCS

Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem


pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana kasus: Pengambilan
sample (jaringan mati, tinja) Kirim sample ke laboratorium Lakukan pengobatan terhadap
pasien Lakukan tatalaksana pencegahan dengan memutuskan rantai penularan hewan
/tanah tercemar ke manusia Rujuk pasien ke RS apabila diperlukan penanganan lebih
lanjut. Respons tatalaksana kasus: Pengambilan sample (jaringan mati, tinja) Kirim
sample ke laboratorium Lakukan pengobatan terhadap pasien Lakukan tatalaksana
pencegahan dengan memutuskan rantai penularan hewan /tanah tercemar ke manusia
Rujuk pasien ke RS apabila diperlukan penanganan lebih lanjut. Respons Kes.
Masyarakat: Dan mencegah pencemaran lingkungan oleh spora antraks Penyelidikan
Epidemiologi dan koordinasi dengan dinas peternakan Surveilans Intensif dan membawa
penderita kasus baru ke RS terdekat Penyuluhan masyarakat tentang Antraks dan upaya
penanggulangannya, meliputi Konsultasi dengan petugas kesehatan bila memandikan
tubuh penderita yang meninggal Hewan harus disembelih di rumah potong hewan Tidak
boleh memotong dan mengkonsumsi daging hewan yang sakit Respons Kes. Masyarakat:
Dan mencegah pencemaran lingkungan oleh spora antraks Penyelidikan Epidemiologi dan
koordinasi dengan dinas peternakan Surveilans Intensif dan membawa penderita kasus
baru ke RS terdekat Penyuluhan masyarakat tentang Antraks dan upaya
penanggulangannya, meliputi Konsultasi dengan petugas kesehatan bila memandikan
tubuh penderita yang meninggal Hewan harus disembelih di rumah potong hewan Tidak
boleh memotong dan mengkonsumsi daging hewan yang sakit ALGORITMA RESPON
KLB ANTRAKS

30. KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES 7.

DEFINISI OPERASIONAL Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet,


Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia ATAU Kasus dengan gejala
Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Stadium
Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan
reaksi berlebihan terhadap ransangan sensorik).
10 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

ALGORITMA KASUS GHPR Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota Lakukan Respon
KLB

Respons sistem pelaporan: W1 Respons sistem pelaporan: W1 Respons tatalaksana kasus:


Lakukan pencucian dgn menggunakan sabun dgn air mengalir selama 10-15 menit
Lakukan vaksinasi anti rabies segera setelah gigitan atau pemberian serum anti rabies
tergantung lokasi dan tingkat resiko tinggi Obsevasi hewannya 10-14 hari untuk
memastikan hewan rabies atau tidak. Jika hewannya mati maka kuat diduga hewan rabies
Respons tatalaksana kasus: Lakukan pencucian dgn menggunakan sabun dgn air mengalir
selama 10-15 menit Lakukan vaksinasi anti rabies segera setelah gigitan atau pemberian
serum anti rabies tergantung lokasi dan tingkat resiko tinggi Obsevasi hewannya 10-14
hari untuk memastikan hewan rabies atau tidak. Jika hewannya mati maka kuat diduga
hewan rabies Respons Kes. Masyarakat: Penyelidikan Epidemiologi Koordinasi dengan
Dinas Peternakan KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) Penyuluhan pentingnya
vaksinasi hewan peliharaan. Memberikan vaksinasi pada hewan peliharaan.
Mengkandangkan hewan peliharaan Respons Kes. Masyarakat: Penyelidikan
Epidemiologi Koordinasi dengan Dinas Peternakan KIE (Komunikasi, Edukasi dan
Informasi) Penyuluhan pentingnya vaksinasi hewan peliharaan. Memberikan vaksinasi
pada hewan peliharaan. Mengkandangkan hewan peliharaan ALGORITMA RESPON
KASUS GHPR

31. TERSANGKA HFMD ( HAND, FOOT, AND MOUTH DISEASE ) 8.

DEFINISI OPERASIONAL Demam 38 - 39C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan
turun, muncul vesikel di rongga mulut dan atau ruam di telapak tangan, kaki dan bokong.
Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Penyakit ini disebabkan oleh virus EV-71
Tidak ada pengobatan spesifik karena bersifat self limiting disease, yaitu dapat sembuh
dengan sendirinya dalam 7-10 hari.

ALGORITMA TERSANGKA HFMD Catat dan Kirim ke Dinkes Kab/Kota Lakukan


rujukan pemeriksaan Isolasi Virus dan Uji serologi: Spesimen feses, usap tenggorok,
darah, cairan vesikel, LCS, apusan mukosa Isolasi Virus dan Uji serologi: Spesimen feses,
usap tenggorok, darah, cairan vesikel, LCS, apusan mukosa Lakukan Respon KLB Media
Transport : VTM atau Hanks Preparat dikirim ke PBTDK Balitbangkes

11 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

Ka PPI
Dr Suhartono SpAn.MSc

Respons sistem

12 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan rujukan/lab Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan


rujukan/lab Respons tatalaksana kasus: Istirahat yang cukup Pengobatan simptomatik sesuai
gejala : Antiseptik di daerah mulut Analgesik/antipiretik seperti parasetamol Pengobatan supportif
seperti asupan gizi, vitamin, dll. Pemberian cairan yang cukup untuk menghindari dehidrasi
karena sulit minum dan demam Respons tatalaksana kasus: Istirahat yang cukup Pengobatan
simptomatik sesuai gejala : Antiseptik di daerah mulut Analgesik/antipiretik seperti parasetamol
Pengobatan supportif seperti asupan gizi, vitamin, dll. Pemberian cairan yang cukup untuk
menghindari dehidrasi karena sulit minum dan demam Respons Kes. Masyarakat: Penyelidikan
Epidemiologi KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) PHBS Respons Kes. Masyarakat:
Penyelidikan Epidemiologi KIE (Komunikasi, Edukasi dan Informasi) PHBS ALGORITMA
RESPON KLB HFMD
Gambar slide 64

KLUSTER PENYAKIT YANG TIDAK LAZIM 8.


Gambar slide 65

DEFINISI OPERASIONAL Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di
dalam satu kelompok masyarakat/ desa dalam satu periode waktu yang sama (lebih kurang 7
hari), yang tidak dapat dimasukan ke dalam definisi kasus penyakit yang lain. Dibutuhkan
kerjasama yang erat antara dokter/petugas medis dengan petugas surveilans dalam melacak kasus
ini Pastikan dokter/petugas pemeriksa benar-benar sudah melakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisik lengkap untuk menyingkirkan jenis penyakit yang sudah diketahui (dalam EWARS).
Gambar slide 66

ALGORITMA KLUSTER PENYAKIT TIDAK LAZIM Lakukan Anamnesis dan Pemeriksaan


Fisik lengkap Tidak memenuhi DO penyakit manapun Lakukan Anamnesis dan Pemeriksaan
Tidak memenuhi DO penyakit manapun Catat dan laporkanFisik lengkap dalam EWARS
Observasi klinis dan sarankan agar pasien berkunjung kembali setelah 3 hari belum sembuh Catat
dan laporkan dalam EWARS Observasi klinis dan sarankan agar pasien berkunjung kembali
setelah 3 hari belum sembuh Lakukan Respon KLB sesuai SOP Pasien datang di kunjungan
berikutnya Pasien tidak datang di kunjungan berikutnya Lakukan pemeriksaan penunjang sesuai
gejala yang dominan muncul sejak onset Lakukan kunjungan rumah, edukasi, observasi ulang,
ambil spesimen bila perlu
Gambar slide 67

13 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

Respons sistem pelaporan: W1 Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons sistem pelaporan: W1


Hasil pemeriksaan penunjang/lab Respons tatalaksana kasus: Lakukan identifikasi gejala atau
sindrom yang terjadi Lakukan identifikasi periode awal timbulnya gejala sampai menimbulkan
kematian untuk mengetahui perkiraan masa inkubasi dari suatu penyakit Lakukan pengambilan
sample dan pemeriksaan laboratorium berdasarkan gejala yang terjadi Respons tatalaksana kasus:
Lakukan identifikasi gejala atau sindrom yang terjadi Lakukan identifikasi periode awal
timbulnya gejala sampai menimbulkan kematian untuk mengetahui perkiraan masa inkubasi dari
suatu penyakit Lakukan pengambilan sample dan pemeriksaan laboratorium berdasarkan gejala
yang terjadi Respons Kes. Masyarakat: Penyelidikan Epidemiologi (gunakan format PE Umum)
Melakukan kerjasama dengan unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit, Laboratorium)
terhadap kemungkinan ditemukannya kasus dengan gejala yang sama dengan penyakit yang
sedang dihadapi Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana menyikapi
apabila ada keluarga atau masyarakat yang mengalami gejala penyakit yang sama dengan yang
dialami oleh sekelompok masyarakat Melakukan penyuluhan tentang upaya pencegahan yang
harus dilakukan Respons Kes. Masyarakat: Penyelidikan Epidemiologi (gunakan format PE
Umum) Melakukan kerjasama dengan unit pelayanan kesehatan (Puskesmas, Rumah Sakit,
Laboratorium) terhadap kemungkinan ditemukannya kasus dengan gejala yang sama dengan
penyakit yang sedang dihadapi Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang bagaimana
menyikapi apabila ada keluarga atau masyarakat yang mengalami gejala penyakit yang sama
dengan yang dialami oleh sekelompok masyarakat Melakukan penyuluhan tentang upaya
pencegahan yang harus dilakukan ALGORITMA RESPON KLUSTER TAK LAZIM

14 Algoritma KLB RS Panti Rahayu

You might also like