You are on page 1of 5

C.

Bentuk- bentuk Tantra, Yantra, dan Mantra yang dipergunakan dalam Praktik
Kehidupan Sesuai Ajaran Agama Hindu.
Perenungan
Trataram indram avitaram handramhavehave suhavam suram indram, hvayami sakram
puruhutam indram svasti no maghava dhatvindrah
Terjemahan :
Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat, Tuhan yang maha kuasa, yang dipuja
dengan gembira dalam setiap pemujaan, Tuhan maha kuasa, selalu dipuja, kami memohon,
semoga Tuhan, yang maha pemurah, melimpahkan rahmat kepada kami (RV.VI.47.11)
Tantra
Tantra adalah konsep pemujaan Ida Sang Hyang Widhi Wasa di mana manusia kagum
pada sifat-sifat kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit
kesaktian. Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan
secara total. Ia adalah agama dan juga philosophy, yang berkembang baik dalam Hinduisme
maupun Budhisme. Tantra adalah cabang dari Agama Hindu. Kebanyakan kitab-kitab Tantra
masih dirahasiakan dari arti sebenarnya dan yang sudah diketahui masih merupakan teka-teki.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa yantra dan mantra adalah bentuk-bentuk ajaran
tantra yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat pengikutnya guna memuja kebesaran Tuhan
sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua yang ada ini. Namun demikian
pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan pelaksananya,
sehingga mereka dapat terhindar dari sesuatu yang tidak kita inginkan bersama.
Yantra
Di dalam pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra adalah
sebuah bentuk geometrik. Bentuk yantra yang paling sederhana adalah sebuah titik (Bindu)
atau segitiga terbalik. Disamping ada bentuk yantra yang sederhana, ada juga bentuknya yang
sangat rumit (simetris dan non-simetris) yang semuanya itu dapat disebut Yantra. Semua
bentuk-bentuk ini didasarkan atas bentuk-bentuk matematika dan metode-metode tertentu.
Yantra tersebut dipergunakan untuk melambangkan para Deva seperti Siwa, Wishnu, Ganesha
dan lainnya termasuk Sakti. Keadaan mantra dan yantra adalah saling terkait. Pikiran
dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai sebuah Yantra. Dinyatakan terdapat lebih dari
Sembilan ratus Yantra. Salah satu dari Yantra yang terpenting adalah Sri Yantra atau
Navayoni Chakra , melambangkan Siwa dan Sakti. Yantra itu dapat dicermati dari berbagai
praktik aliran atau pengikut Sakti. adapun bentuk-bentuk Yantra yang dapat dikemukaan
dalam tulisan ini adalah :

1. Banten
Banten adalah salah satu bentuk Yantra,
sebagaimana dinyatakan dalam Lontar Yadnya
Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian
dalam dan universal. Banten dalam upacara agama
Hindu adalah wujudnya sangat lokal, namun di
dalamnya terkandung nilai-nilai yang universal.
Banten itu adalah bahasa untuk menjelaskan ajaran
Agama Hindu dalam bentuk simbol. Banten menurut
Lontar Yadnya Prakerti menyatakan sebagai simbol
ekspresi diri manusia. Misalnya; banten caru sebagai
lambang penetralisir kekuaan negatif, banten peras
sebagai lambang permohonan untuk hidup sukses
dengan menguatkan Tri Guna Peras Ngarania Prasidha Tri Guna Sakti artinya hidup sukses
itu dengan memproporsikan dan memposisikan dengan tepat dinamika Tri Guna (Sattwam
Rajas Tamas) sampai mencapai Sakti.
2.

Susastra

Dalam tradisi Hindu, yantra umumnya digunakan untuk melakukan upakara puja dengan
mengikut-sertakan bija mantra sesuai yantra tersebut. Banyaknya jenis puja dan setiap puja
menggunakan yantra maka penggunaan mantra juga menjadi berbeda. Adapun bentuk-bentuk
yantra dalam kesusteraan Hindu antara lain:
a. Bhu Pristha yantra; adalah yantra yang biasanya dibuat secara timbul atau dipahat pada
suatu bahan tertentu. Bhu Pristha yantra biasanya hanya ditulis pada selembar kertas atau
kain.
b. Meru Pristha yantra; adalah yantra yang berbentuk seperti gunung atau piramid dimana
di bagian dasar penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas semakin mengecil
misalnya bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di Bali.
c. Meru parastar yantra; adalah bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra tersebut
atau dipotong bagian tertentu.
d. Ruram Pristha yantra; adalah yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi
empat dan diatasnya dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau seperti pundak kura-kura.
e. Patala yantra: adalah yantra yang di bagian atas bentuknya lebih besaran dari pada
bentuk bagian bawahnya yang kecil. Bentuk ini kebalikan dari meru Pristha yantra
Setiap Yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda. Bentuk-bentuk yantra
dikembangkan dan disesuaikan dengan makna dan cirri yantra serta kebutuhan si
pemakainya. Yantra dibentuk kecil, misalnya dalam bentuk kalung, gelang, dan cincin. Maka
energy yang ada dalam yantra dan energy pemakai menjadi saling menyesuaikan. Sehingga
dalam waktu singkat fungsi yantra yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya atau hasilnya.
Siwa Lingga adalah bagian dari Tantrisme yang diwujudkan dengan lingga-yoni.
Menurut Siwa Purana, itu melambangkan ruang diman alam semesta menciptakan dan
melenyapkan dirinya berulang kali. Menurut Tantra mewujudkannya dengan phallus dan yoni
sebagai perlambangan dari sifat laki-laki dan wanita. Juga melambangkan prinsip-prinsip
kreatif dari kehidupan. Siwalingga bisa bersifat Chala (bergerak) atau Achala (tidak
bergerak). Chala Lingga dapat ditempatkan di pura atau rumah atau dibuat secara sementara
dengan tanah liat atau adonan/ nasi. Achala Lingga biasanya ditempatkan di pura terbuat dari

batu. Bagian
delapan

yang

besar

terbawah dari Siwalingga disebut Brahmabhaga


melambangkan Brahma, bagian tengah berbentuk segi
disebut Wishnubhaga yang melambangkan Wishnu,
bagian menonjol berbentuk silinder disebut Rudrabhaga,
serta pemujaan kepadanya disebut Pujabhaga.
Mandala artinya lingkaran, merupakan bentuk yantra
paling rumit. Berwujud dalam segala bentuk dan sifatnya
sangat artistic. Digunakan sebagai alat bantu meditasi.
Mandala terdiri dari satu pusat titik, garis-garis dan
lingkaran-lingkaran yang diletakkan secara geometric di
sekeliling lingkaran. Setiap mandala terdapat sejumlah
pikiran-pikiran.
Gambar : Mandala
Yantra
Sumber: http://
ruangkumemajangkarya/11

Sri Chakra adalah satu dari yantra


yang paling kuat dalam
ajaran Agama Hindu. Digunakan oleh penganut sakti Devi ibu, dalam pemujaan-Nya.
Merupakan symbol dari Lalitha aspek dari Ibu suci. Terdiri dari sebuah titik (Bindu) pada
pusatnya, yang dikelilingi oleh Sembilan Trikona. Lima diantaranya dengan puncak
menghadap ke bawah dan empat yang lain menghadap ke atas. Interseksi atau persinggungan
dari Sembilan segi tiga menghasilkan empat puluh tiga segi tiga secara total. Mandala dalam
konsep Agama Hindu adalah gambaran dari alam semesta. Di dalam Tantrayana mandala juga
menggambarkan alam kediaman para makhluk suci, yang sangat penting bagi ritual atau
Sadhana Tantra.
Saat berlangsungnya sadhana, sadhaka akan menyusun
ulang mandala ini baik secara nyata ataupun visualisasi.
Sesungguhnya semua orang diantara kita setiap hari telah
menyusun mandalanya masing-masing. Mandala adalah
melambangkan cakupan karya dan medan pemikiran seseorang.
Menurut ajaran Vajrayana, mandala hendaknya disusun secara
cermat. Ini menandakan bahwa dalam berkarya seseorang
hendaknya cermat dan melakukan yang sebaik-baiknya.

Gambar : Sri Chakra Kurma


Sumber : http://www.tarangarts.com/srichakrakurma/sri-chakra/bronze-statues/c3. Doa (Mantra)
2_152-p-1490.html

Maharsi Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum yang digambarkan sebagai
orang yang pertama memperoleh mantra. Beliau mengajarkan mantra itu kepada umat
manusia dengan menjelaskan hubungan antara mantra dengan objeknya. Demikianlah mantra
merupakan bahasa ciptaan yang pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam bentuk
yangbsangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang tidak dapat
dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi. Bahasa yang pertama
diajarkan oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya, bersifat abadi, penuh makna. Bahasa
Sansekerta diyakini sebagai bahasa yang langsung berasal dari bahasa yang pertama, sedang

bahasa-bahasa lainnya dianggap perkembangan dari bahasa Sansekerta. Ucapan suci yang
digunakan dalam pemujaan diaebut mantra. Kata mantra berarti bentuk pikiran.
Mantra merupakan sifat alami dari deva-deva dan tidak dapat dipisahkan (keduanya)
itu. Aksara suci dan mantra, yang menjadi kendaraan gaib para deva dapat menghubungkan
penyembah dengan devata yang dipuja. Mantra merupakan kunci yang penting dalam
aktivitas ritual dari semua agama dan juga digunaan dalam aktivitas bentuk-bentuk kekuatan
gaib. Pustaka Yamala Tantra menjelaskan sebagai berikut; sesungguhnya, tubuh devata
muncul dari mantra atau bijamantra. Masing-masing devata digambarkan dengan aebuah
mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang misterius. Arca dapat disucikan dengan
mantra dan arca teraebut menjadi hidup'. Demikian kekuatan sebuah mantra yang
menghadirkan devata dan masuk ke dalam arca, sebagai jembatan penghubung dunia yang
berbeda, dimana, mantra-mantra sebagai instrumen, sehingga dapat dicapai sesuatu di luar
krmampuan logika manusia.
Sebuah mantra; dinamakan demikian karena membimbing pikiran (manana) dan hal
itu merupakan pengetahuan tentang alam semeata dan perlindungan (trana) dari perpindahan
jiwa, dapat dicapai (Pingala Tantra) Disebut sebagai sebuah mantra karena pikiran
terlindungi (Mantra Maharnava, dikutip oleh Devaraja Vidya Vacaspati)
Mantra, diperoleh pertama kali oleh seorang rsi. karenanta seorang rsi adalah yang
pertama merapalkan mantra (Sarvanukramani). Mantra menggambarkan devata tertentu
yang dipuja dan dipuji; mantra itu membicarakan devata (Sarvanukramani). Selanjutnya
pula, seseorang melakukan tindakan dan untuk mencapai tujuan tertentu dengan
menggunakan mantra itu.
Unsur-unsur bunyi dari bahasa sifatnya sungguh-sungguh permanen, bebas dari
evolusi atau perkembangan bahasa, dan dapat diucapkan sebagai sesuatu yang tidak terbatas
dan abadi. Dasar mantra satu suku kata disebut sebagai bijamantra atau vijamantra (benih
atau bentuk dasar dari pikiran) Danielou, 1964:335
Mantra disusun dengan menggunakan aksara-aksara tertentu, diatur sedemikian rupa
sehingga menghasilkan suatu bentuk bunyi, sedang huruf-huruf itu sebagai perlambangperlambang dari bunyi tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra
harus disuarakan dengan cara yang tepat, sesuai dengan svara atau ritme, dan varna atau
bunyi. Mantra mempunyai getaran dan suara teraendiri, karena itu apabila diterjemahkan kr
alam bagasa lain, mantra itu tidak memiliki warna yang sama, sehingga terjemahannya itu
hanya sekedar kalimat (Avalon, 1997:85)
Mantra itu mungkin jelas dan mungkin pula tidak jelas artinya. Vijra (vijaksara)
mantra seperti misalnya Aim, Klim, Hrim, tidak mempunyai arti dalam bahasa sehari-hari.
Vija mantra itu adalah dhvani yang menjadikan semua aksara memiliki bunyi dan selalu hadir
di dalam apa yang diucapkan dan yang didengar, karena itu setiap mantra merupakan
perwujudan (rupa) dari Brahman. Dari manana atau berpikir didapatkan pengertian terhadap
kesejatian yang bersifat Esa, bahwa substansi Brahman dan Brahmanda itu satu dari man
yang sama, dan mantra datang dari suku pertama manana, sedangkan tra berawal dari trana,
atau pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini. Dari kombinasi man dan tra
itulah disebut mantra yang dapat memanggil datang (matrana) catur varga atau empat tujuan
dari mahluk-mahluk luhur. Mantra adalah daya kekuatan yang mendorong, ucapan
berkekuatan (yang buah dari padanya disebut mantra-siddhi) dan karena itu untuk
menghasilkan catur varga, persepsi kesejatian tunggal, dan mukti. Karena itu dikatakanbahwa
siddhi merupakan hasil yang pasti dari Japa. Dengan mantra devata itu dicapai (Sadhya).

Dengan siddhi yang terkandung di dalam mantra itu terbukalah visi tri bhuvana. Tujuan dari
suatu puja (pemujaan), patha (pembacaan), stava (himne), homa (pengorbanan), dhyana
(kontemplasi) dan dharana (konsentrasi) serta Samadhi adalah sama.Diksa mantra, sadhana
sakti bekerja bersama-sama dengan mantra. Mantra khusus yang diterima ketika diinisiasi
(diksa) adalah vija mantra, yang ditabur di dalam tanah nurani seorang sadhaka.
Nitya Tantra adalah mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri dari
satu suku kata disebut Pinda, tiga suku kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri dari empat
sampai sembilan suku kata disebut Vija mantra. Sepuluh sampai dua puluh disebut mantra,
dan mantra yang terdiri lebih dari 20 suku kata disebut Mala. Tetapi biasanya istilah Vija
diberikan kepada mantra yang bersuku kata tunggal. Mantra-mantra Tantrika disebut Vija
mantra, disebut demikian karena mantra-mantra itu merupakan inti dari sidhhi, dan mantramantra Tantrika itu adalah saripatinya mantra. Mantra-mantra Tantrika pada umumnya
pendek, tidak dapat dikupas lagi secara etimologi, seperti misalnya Hrim, Srm, Krim, Hum,
Am, Phat dan sebagainya.
Setiap devata memiliki vija. Mantra primer satu devata disebut mula mantra. Kata
mula berarti jasad sangat halus dari devata yang disebut Kamakala. Beberapa proses harus
dilakukan sebelum mantra itu diucapkan secara benar, dan proses-proses itu kembali
menggunakan mantra-mantra, seperti usaha penyucian mulut mukhasodhana, penyucian
lidah jihvasodhana, dan penyucian terhadap mantra-mantra itu sendiri asaucabhanga,
kulluka, nirvana, setu, nidrabhanga menbangunkan mantra, mantra chaitanya atau
memberi daya hidup kepada mantra dan mantrarthabhavana, yaitu membentuk bayangan
mental terhadap devata yang menyatu di dalam mantra itu. Terdapat 10 samskara terhadap
mantra itu. Mantra sisshi ialah kemampuan untuk mebuat mantra itu menjadi efektif dan
mengasilkan buah, dalam hal itu mantra itu disebut siddha (Avalon. 1997: 87). Berikut ini
adalah mantra yang dikutip dari buku Doa sehari-hari dipergunakan dalam kehidupan seharihari oleh umat sedharma, sebagai berikut:
Doa, bangun pagi:
Om jagrasca prabhata kalasca ya namah swaha.
Terjemahan:
Oh Hyang Widhi, hamba memuja-Mu, bahwa hamba telah bangun pagi dalam
keadaan selamat.
Doa, membersihkan diri (mandi) :
Om gangga amrtha sarira sudhamam swaha, Om sarira parisudhamam
swaha.
Terjemahan:
Ya Tuhan, Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan
hamba menjadi bersih dan suci.

You might also like