You are on page 1of 22

EKSPLORASI ENDAPAN BAUKSIT

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati yang
keterjadiannya disebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan keterjadian
dan sifatnya bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok ; mineral
logam, mineral industri serta batubara dan gambut. Karakteristik ketiga bahan
galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang dilakukan juga
berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode untuk mengetahui
keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.
Kegiatan eksplorasi bahan galian umumnya melalui beberapa tahap eksplorasi,
dimulai dari survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum sampai eksplorasi rinci.
Setiap tahap eksplorasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan ahli geologi tetapi
juga ahli ahli geofisika, geokimia, geodesi, teknik pemboran, geostatistik dan
sebagainya.
Tujuan Penyelidikan
Kegiatan penyelidikan ini dilaksanakan adalah untuk menginventarisasi data
data yang berkaitan dengan sumber daya alam khususnya sumber daya mineral
logam yang secara langsung sebagai bahan baku untuk industri tertentu seperti ;
industri besi dan baja, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Adapun tujuan
penyelidikannya yaitu ;
a. Mengetahui dan mengamati batas sebaran endapan khromit
b. Mengetahui dan mengamati tipe endapan khromit
c. Menghitung dan menganalisis luasan sebaran endapan
d. Menghitung potensi sumber daya dan cadangan dari endapan khromit
Keadaan Lingkungan
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang memungkinkan
pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai
kadar alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak atau sedikit
mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung sama sekali.
Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-kadang berstruktur
pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan bauksit
berkisar antara 1 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara 2,5 2,6.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang
kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan
mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan

6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan


terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Pelaksanaan dan Peralatan
Peta dasar
Foto Udara
Alat surveying, ukur atau GPS
Alat kerja :
1. Palu
2. Kompas
3. Meteran
4. Kantong sampel
Alat tulis
Alat komunikasi
Keperluan sehari-hari
Obat-obatan atau P3K

5.
6.
7.
8.

Alat geofisika
Alat sampling
Altimeter
Alat bor dll

GEOLOGI UMUM
A. Proses Pembentukan Bahan Galian
Bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi dengan sendirinya
di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk berbagai keperluan
industrinya. Bahan tersebut dapat berupa logam maupun non logam, dan dapat
berupa bahan tunggal ataupun berupa campuran lebih dari satu bahan. Proses
terbentuknya endapan bahan galian adalah komplek dan sering lebih dari satu
proses yang bekerja bersama-sama. meskipun dari satu jenis bahan, misalnya
logam, kalau terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan menghasilkan tipe
endapan yang berbeda pula.
Contohnya adalah endapan bijih besi, endapan ini dapat dihasilkan oleh proses
diferensiasi magmatik oleh larutan hidrotermal, oleh proses sedimentasi ataupun
oleh proses pelapukan. Tiap-tiap proses akan menghasilkan endapan bijih besi
yang berbeda-beda baik dalam mutu, besarnya cadangan, maupun jenis mineralmineral ikutannya.
Tabel. 1. Proses dan pembentukan jenis deposit
Proses
Deposit yang dihasilkan
1. Konsentrasi magmatik
Deposit magmatik
2. Sublimasi
Sublimat
3. Kontak metasomatisme
Deposit kontak metasomatik
4. Konsentrasi hidrotermal
Pengisian celah-celah terbuka
Pertukaran ion pada batuan
5. Sedimentasi
Lapisan-lapisan sedimenter Evaporit.
6. Pelapukan
Konsentrasi residual Placer.
7. Metamorfisme
Deposit metamorfik
8. Hidrologi
Air tanah, garam tanah, endapan caliche.
Konsentrasi magmatik
Beberapa dari mineral yang terdapat dalam batuan beku banyak yang
mempunyai nilai ekonomis, tetapi pada umumnya konsentrasi terlalu kecil untuk
dapat diproduksi secara komersial, oleh karena itu diperlukan suatu proses
konsentrasi untuk dapat mengumpulkan bahan-bahan tersebut dalam suatu
deposit yang ekonomis. Konsentrasi tersebut terjadi pada saat batuan beku
masih berupa magma, karenanya disebut konsentrasi oleh proses magmatik.

Perkecualian pada intan, dimana tidak diperlukan konsentrasi, tetapi suatu kristal
tunggal saja sudah cukup berharga.
Deposit bahan galian sebagai hasil endapan proses magmatik ini memiliki ciri-ciri
adanya hubungan yang dekat dengan batuan beku intrusif dalam atau intrusif
menengah. Konsentrasi magmatik dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Magmatik awal :
Kristalisasi tanpa konsentrasi : intan
Kristalisasi dan pemisahan : khron, platina
b. Magmatik akhir :
Akumulasi dan atau injeksi larutan residual : besi titan, platina, titan,
khron.
Akumulasi dan pemisahan larutan : beberapa tipe deposit nikel dan
tembaga.
Pegmatit.
Hasil atau produk dari proses magmatik dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu logam
tunggal (native metal), oksida, silfisa dan batu mulia (gemstone).
Contoh logam tunggal : Platina, Emas, Perak, Besi-Nikel.
Contoh oksida
: Besi (magnetit, hematit), Besi-titan (magnetit bertitan),
Titan (ilmenit), Khrom (kromit), Tungsten (wolframit).
Contoh sulfide
: Nikel-tembaga (kalkopirit), Nikel (pentlandit, molibdenit).
Contoh batu mulia
: Intan, Garnet (almandit), Peridotit.
Deposit konsetrasi mekanis atau placer
Sisa pelapukan yang tidak dapat larut akan menghasilkan suatu selubung dari
bahan-bahan lepas, diantaranya berat dan beberapa lagi ringan; ada yang getas
(britlle) dan ada yang tahan (durable). Bahan-bahan tersebut oleh suatu media
tertentuk seperti air yang mengalir (sungai), angin arus pantai (beach), ataupun
ari permukaan (running water) dapat mengalami pemisahan bagian yang berat
terhadap bagian yang ringan secara gravitasi dan membentuk endapan placer.
Konsentrasi hanya dapat terjadi kalau mineralberharga yang bersangkutan
memiliki tiga sifat sebagai berikut :
Berat jenisnya tinggi
Tahan terhadap pelapukan kimiawi
Tahan terhadap benturan-benturan fisik (durable)
Mineral placer yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah emas, platina, tinstone,
magnetit, khromit, ilmenit, rutil, tembaga, batu mulia, zircon, monazit, fosfat,
tantalit, columbit. Diantara bahan-bahan tersebut di atas yang paling berharga
sebagai deposit placer adalah emas, platina, tinstone, ilmenit (bijih titanium),
intan dan ruby.

Deposit sebagai akibat oksidasi dan pengkayaan sekunder


Air dan oksigen adalah tenaga pelapukan kimiawi yang sangat kuat, kalau
mereka bersentuhan dengan suatu deposit bijih, maka hasilnya adalah reaksireaksi kimia yang kadang-kadang dapat drastis dan merubah deposit yang sudah

ada tersebut. Air permukaan yang mengandung oksigen akan bersifat sebagai
bahan pelarut yang mampu melarutkan mineral-mineral tertentu. Suatu deposit
bijih dapat teroksidasi dan dapat kehilangan banyak kandungan mineral yang
berharga karena tercuci (leached), kemudian terbawa ke bawah oleh air
permukaan yang sedang turun ke bawah (meresap ke bawah).
Pada bagian bawah, akhirnya larutan tersebut mengendapkan kandungankandungan mineral logamnya menjadi endapan bijih teroksidasi (oxidized ores),
ini terjadi di atas muka air tanah. Pada saat larutan memasuki air tanah di bawah
muka air tanah, mereka memasuki zona dimana tidak ada oksigen dan
kandungan logamnya lalu diendapkan dalam bentuk logam-logam sulfida. Proses
tersebut dinamakan pengkayaan sulfida sekunder. Tentu saja gambaran tersebut
tidak terjadi pada semua deposit bijih yang terkena air, karena tidak semua
deposit bijih mengandung logam yang dapat teroksidasi, atau iklim yang tidak
memungkinkan terjadinya pelarutan yang kuat. Jadi haruslah ada kondisi khusus
yang mengangkut waktu, iklim, topografi dan jenis bijih tertentu untuk dapat
terjadinya zona teroksidasi dan zona diperkaya.

GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


Genesa Endapan Bauksit
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al. Batuan tersebut
antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite, gabro, basalt, hornfels,
schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan phonolite. Apabila batuan-batuan
tersebut mengalami pelapukan, mineral yang mudah larut akan terlarutkan,
seperti mineral mineral alkali, sedangkan mineral mineral yang tahan akan
pelapukan akan terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari mineral silikat
dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya terpisahkan sedangkan oksida
alumunium dan oksida besi terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung
terus dalam waktu yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan
menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan syarat
utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting adalah intensitas
dan lamanya proses laterisasi.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit secara
optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang kaya
alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan

Gambar. 1. Contoh dari Endapan Bauksit


Tabel. 2. Mineralogi Bauksit
Chemical formula

Gibbsite
Al2O3.3H2O or Al(OH)3

Boehmite
Al2O3.H2O or AlOOH

Diaspore
Al2O3.H2O or AlOOH

65.4
34.6
Monoclinic
2.3 3.5
2.3 2.4

85
15
Orthorombic
3.5 5
3.01 3.06

85
15
Orthorombic
6.5 7
3.3 3.5

Alumina content, %
Combined water content, %
Crystal system
Hardness, Mohs scale
Specific gravity

KEGIATAN PENYELIDIKAN
Dalam tahapan kegiatan penyelidikan ini dilakukan berdasarkan pemilihan
terhadap bentuk dan sifat dari endapannya yaitu khromit. Tahapan ini
disesuaikan dengan informasi awal dari kondisi geologi endapan mineral itu
sendiri. Adapun tahapan eksplorasi yang dapat dilakukan dalam rancangan
eksplorasi endapan bauksit yaitu sebagai berikut ;

Tahapan Eksplorasi
I. Studi Pendahuluan dan Rancangan Eksplorasi
1. Studi Pendahuluan : mengiventarisasi dan melakukan studi literatur data
berupa ; Lokasi dan Kesampaian Daerah, Kondisi Topografi dan Morfologi,
Kondisi Geologi Regional dari keterdapatan endapan khromit, studi citra
lendsat, interpretasi foto udara, synthesa-synthesa geologi dan laporan
terdahulu tentang keberadaan endapan khromit.
2. Rancangan eksplorasi ; yaitu berupa pengajuan Eksplorasi Model sebagai
hipotesa kerja lanjutan, penentuan petunjuk-petunjuk geologi yang akan
digunakan, penentuan strategi dan pentahapan dan pemilihan metoda
eksplorasi.

II. Tahapan Tinjau/Strategis


1. Penilaian daerah berdasarkan pustaka dan data yang ada, bisa berdasarkan
peta peta (landset satelit, foto udara, topografi dan morfologi, dll) atau

berdasarkan data data yang ada dari propinsi, kabupaten, kecamatan atau
lokasi dimana ekplorasi itu akan dilaksanakan
2. Tinjauan Daerah :
Survey dari udara; survey dan analisa foto udara, survey dan analisa
aeromagnetic.
Survey darat sepintas-lalu; pelintasan-pelintasan yang menyeluruh seluruh
daerah, dengan metoda geologi atau metoda non-geologi. Prospeksi batuan
dan/atau prospeksi sungai dsb (peta skala 1 : 100.000 atau 1 : 200.000).
tahapan ini menghasilkan daerah-daerah prospek.
3. Prospeksi Umum, (sekala 1 : 50.000 1 : 25.000); survey darat menindaklanjuti daerah prospek secara bersistem dengan metoda geologi (prospeksi
batuan atau/dan prospeksi sungai seperti stream sediment sampling, float
mapping, rock sampling, dan pemboran dangkal setempat) dan/atau
bersamaan dengan metoda
geokimia (stream sediment sampling, soil
sampling) dan/atau metoda geofisika umum, (seperti survey magnetic dan
survey gravitasi) yang dipilih sesuai dengan petunjuk geologi yang digunakan.
III. Tahapan Detail
1. Prospeksi Detail/Eksplorasi Pendahuluan, pemetaan sekala 1 : 5.000 1 :
1.000, detail diukur dengan alat metoda paritan dan sumur-uji, survey
geofisika rinci dengan kisi, survey geokimia rinci (soil sampling) dengan Kisi
(grid), beberapa pemboran pengambilan contoh.
2. Eksplorasi Detail, pemetaan 1 : 500, program pemboran yang terperinci dan
sistematik/atau pembuatan terowongan eksplorasi. Penentuan cadangan
pendahuluan. Pengambilan contoh sistematis.
IV. Prospek Evaluation
1. Prospek evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi data yang telah diolah dan
diinterpretasikan dari data lapangan, hal hal yang mempengaruhi prospek
evaluasi diantaranya ; teknik pengambilan conto, jumlah conto, jarak
pengambilan conto, besar cadangan dan bentuk sebaran dari cebakan mineral
itu sendiri.
2. Penilaian Tambang dan Penentuan Cadangan, di sini faktor-faktor teknik
penambangan dan teknik ekstraksi metalurgi serta penilaian ekonomis
dilakukan.
Dalam melakukan eksplorasi, perlu mengetahui cara terjadinya endapan bahan
galian tersebut. Dengan mengetahui cara terjadinya, maka cara penyelidikan
tertentu dapat segera dilakukan.
Jika kita belum mengetahui keadaan atau jenis endapan bahan galian yang dicari,
dilakukan lebih dahulu penyelidikan umum seperti penyelidikan dari udara,
setelah itu baru dilakukan penyelidikan di darat dengan cara pemetaan geologi,
geokimia dan geofisika. Jika semua tahap di atas telah dilakukan dengan hasilhasil penafsirannya, baru dilakukan pengeboran. Pengeboran pertama dilakukan
untuk mengecek kebenaran dari hasil penafsiran geologi, geokimia ataupun
geofisika, jika terbukti benar baru pengeboran terperinci atau disebut juga
pengeboran eksplorasi dilakukan.

Urut-urutan penyelidikan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemetaan Geologi Terperinci


Di daerah terdapatnya endapan bahan galian khromit perlu dilakukan
penyelidikan/pemetaan terperinci dengan sekala 1 : 2000 sampai dengan 1 :
5000. Yang dipelajari disini adalah macam batuan terutama batuan dasar dari
pada endapan khromit, strukturnya kecil (micro), tingkat pelapukan batuan itu
sendiri serta umur batuan.
Macam dan umur batuan dipelajari di laboratorium. Untuk macam batuan
dipelajari di laboratorium mineralogi/petrologi, sedangkan umur batuan pada
laboratorium
penentuan
umur
(age
dating).
Sedangkan
struktur
batuannya/geologinya diukur di lapangan dan dibuatkan diagramnya,
kemudian dari seluruh data-data tersebut dapat ditafsirkan yang ada
hubungannya dengan cara terjadinya endapan bahan galian.
2. Pemetaan Geokimia Terperinci
Untuk pemetaan geokimia terperinci dilakukan pemetaan topografi
dengan pembuatan lintasan lintasan jaringan sungai untuk pengambilan
contoh tanah yang berjarak 50 sampai dengan 250 meter dengan skala 1 :
2000 atau 1 : 500. Contoh tanah yang diambil, dibawa ke laboratorium untuk
penentuan unsur-unsur kimia yang terkandung pada contoh tanah tersebut.
Setelah hasil analisa diperoleh, harga-harga dituliskan pada peta sesuai
dengan nomor contoh, kemudian dibuat garis yang menghubungkan daerah
dengan kandungan bahan yang sama, kemudian dari peta ini dapat
ditafsirkan endapan bahan galian mana yang cukup menarik.
3. Penyelidikan/Survei Geofisika Terperinci
Setalah dipelajari hasil dari kedua tahapan di atas, dimana terdapat
hubungan antara penafsiran geologi dan geofisika (biasanya selalu ada
hubungan) perlu diadakan pengecekan secara geologi, tetapi hal ini jarang
terjadinya.
Penyelidikan secara geofisika dilakukan untuk mengetahui tentang
penyebaran dari cebakan mineral itu sendiri apabilan tahapan geofisika
dilakukan terutama untuk mengetahui tentang penyebaran endapan bahan
galian secara mendatar, cara geosifika yang dilakukan itu adalah sebagai
berikut :
Setelah cara geofisika dilakukan, maka baru dilakukan penyelidikan
secara geofisika. Untuk mineral logam sulfida, biasanya dilakukan
penyelidikan cara potensian diri, tahanan jenis dan polarisasi terimbas,
Kadang-kadang juga dilakukan penyelidikan cara magnet untuk mengetahui
penyebaran alterasi dan batuan lain yang mengintrusi. Demikian juga cara
gaya berat untuk mengetahui struktur geologi. Sedangkan untuk mineral
logam oksida dilakukan penyelidikan geofisika cara magnet dan cara gaya
berat.
Cara-Cara Penentuan Cadangan Dan Mutu Endapan Bahan Galian.
Menentukan cadangan suatu endapan bauksit, perlu ada pembuktian yang
dapat dilihat. Oleh karena endapan bahan galian pada umumnya terletak di
bawah permukaan, maka untuk pembukitan itu diperlukan :
1. Pembuatan sumur uji dan parit (Trenches)
2. Geofisika Eksplorasi (Metoda Seismik, Gravimetri, Magnetik dan
Resistivity)
3. Pengeboran Inti

Metoda Eksplorasi
Metoda dalam eksplorasi dapat digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu :
1) Metoda langsung, terdiri dari :
Metoda langsung di permukaan
Metoda langsung di bawah permukaan
2) Metoda tidak langsung, terdiri dari :
Metoda tidak langsung cara geokimia yang mencakup antara lain
mengenai bed rock, soil, air, vegetasi dan stream deposit.
Metoda tidak langsung cara geofisika yang mencakup beberapa cara
yaitu cara magnetik (sudah jarang digunakan), gravitasi (sudah jarang
digunakan), cara seismik yang terdiri dari cara reflaksi dan refleksi, cara
listrik (resistifity), dua cara yang terakhir yaitu cara radiokatif yang masih
jarang digunakan, hal ini disebabkan karena cara ini relatif lebih mahal
dan lebih rumit dari cara-cara sebelumnya.
A. Metoda Langsung
Metoda Langsung Permukaan
Metoda ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu :
a. Penyelidikan singkapan (out crop)
Singkapan segar umumnya dijumpai pada :
1) Lembah-lembah sungai, hal ini dapat terjadi karena pada lembah sungai
terjadi pengikisan oleh air sungai sehingga lapisan yang menutupi tubuh
batuan tertransportasi yang menyebabkan tubuh batuan nampak sebagai
singkapan segar
2) Bentuk-bentuk menonjol pada permukaan bumi, hal ini terjadi secara alami
umumnya disebabkan oleh pengaruh gaya yang berasal dari dalam bumi
(gaya endogen) misalnya adanya letusan gunung berapi yang
memuntahkan material ke permukaan bumi serta adanya gempa bumi
akibat gesekan antara kerak bumi yang mengakibatkan terjadinya patahan
atau timbulnya singkapan ke permukaan bumi yang dapat dijadikan
petunjuk letak tubuh batuan.
b. Penjejakan (Tracing Float)
Float adalah fragmen-fragmen atau potongan-potongan biji yang berasal dari
penghancuran singkapan yang umumnya disebabkan oleh erosi, kemudian
tertransportasi yang biasanya dilakukan oleh air, dan dalam melakukan tracing
kita harus berjalan berlawanan arah dengan arah aliran sungai sampai float
dari bijih yang kita cari tidak ditemukan lagi, kemudian kita mulai melakukan
pengecekan pada daerah antara float yang terakhir dengan float yang
sebelumnya dengan cara membuat parit yang arahnya tegak lurus dengan
arah aliran sungai, tetapi jika pada pembuatan parit ini dirasa kurang dapat
memberikan data yang diinginkan maka kita dapat membuat sumur uji
sepanjang parit untuk mendata tubuh batuan yang terletak jauh di bawah over
burden.
c. Tracing dengan Panning (mendulang)
Caranya sama seperti tracing float, tetapi bedanya terdapat pada ukuran
butiran mineral yang dicara biasanya cara ini digunakan untuk mencari jejak
mineral yang ukurannya halus dan memiliki masa jenis yang relatif besar.
Persamaan dari cara tracing yaitu pada kegiatan lanjutan yaitu trencing atau

test pitting. Cara-cara tracing, baik tracing float maupun tracing dengan
panning akan dilanjutkan dengan cara trenching atau test pitting.
Pembuatan Parit (Trenching)
Pembuatan parit memiliki keterbatasan yaitu hanya bisa dilakukan pada
overburden yang tipis, karena pada pembuatan parit kedalaman yang
efektif dan ekonomis yang dapat dibuat hanya sedalam 2 2,5 meter,
selebih dari itu pembuatan parit dinilai tidak efektif dan ekonomis.
Pembuatan parit ini dilakukan dengan arah tegak lurus ore body dan jika
pembuatan parit ini dilakukan di tepi sungai maka pembuatan parit harus
tegak lurus dengan arah arus sungai. Paritan dibangun dengan tujuan untuk
mengetahui tebal lapisan permukaan, kemiringan perlapisan, struktur tanah
dan lain-lain.

Pembuatan Sumur Uji (Test Pitting)


Jika dengan trenching tidak dapat memberikan data yang akurat maka
sebaiknya dilakukan test pitting untuk menyelidiki tubuh batuan yang
letaknya relatif dalam. Kita harus ingat bahwa pada test pitting kita harus
memilih daerah yang terbebas dari bongkahan-bongkahan maka hal ini akan
menyulitkan kita pada waktu pembuatan sumur uji dan juga daerah yang
hendak kita buat sumur uji harus bebas dari air, karena dengan adanya air
dapat menyulitkan kita pada waktu melakukan penyelidikan struktur batuan
yang terdapat pada sumur uji yang kita buat.
Pada pembuatan sumur uji ini kita juga harus mempertimbangkan faktor
keamanan, kita harus dapat membuat sumur dengan penyangga sesedikit
mungkin tetapi tidak mudah runtuh. Hal ini juga akan mempengaruhi

kenyamanan pada waktu melakukan penelitian. Kedalaman sumur uji yang


kita buat bisa mencapai kedalaman sampai 30 meter.

Metoda Tidak Langsung


Metoda tidak langsung cara geofisika
Metoda tidak langsung cara geofisika yang dapat dilakukan eksplorasi bauksit
diantaranya :
Metoda tidak langsung cara geokimia
Metoda ini merupakan metoda tidak langsung yang sangat awal harus dilakukan
dalam Eksplorasi Prospekting, dimana pengamatan cara ini dapat dilakukan
pengukuran sistematika terhadap satu atau lebih unsur jejak (trace elements)
pada batuan, tanah, stream, air atau gas. Tujuannya untuk mencari anomali
geokimia berupa konsentrasi unsur-unsur atau kadar dari endapam bauksit yang
kontras terhadap lingkungannya atau background geokimia. Anomali dihasilkan
dari mobilitas dan dispresi unsur-unsur yang terkonsentrasi pada zona
mineralisasi bauksit. Anomali merupakan perbedaan-perbedaan yang mencolok
antara satu titik atau batuan dengan titik lainnya. Pada dasarnya eksplorasi jenis
ini lebih cenderung untuk menentukan perbedaan mendasar (anomali) unsurunsur yang terdapat pada tanah atau sampel yang kita cari. Proses untuk
membedakan unsur ini dilakukan dengan beberapa reaksi kimia.
Metoda Gravitasi
Metoda ini berdasarkan hukum gaya tarik antara dua benda di alam. Bumi
sebagai salah satu benda di alam juga menarik benda-benda lain di sekitarnya.
Kalau sebuah bandul digantung dengan sebuah pegas, maka pegas tersebut
akan merengganng akibat bandulnya mengalami gravitasi, di tempat yang
gravitasinya rendah maka regangan tadi kecil dan di tempat yang gravitasinya
besar maka regangan tadi juga lebih besar. Dengan demikian dapat diperkirakan
bentuk struktur bawah tanah dari melihat besarnya nilai gravitasi dari
bermacam-macam lokasi dari suatu daerah penyelidikan.
Di lapangan besarnya gravitasi ini diukur dengan alat yang disebut gravimeter,
yaitu suatu alat yang sangat sensitif dan presisi. Gravimeter bekerja atas dasar

torsion balance, maupun bantuk atau pendulum, dan dapat mengukur


perbedaan yang kecil dalam gravitasi bumi di berbagai lokasi pada suatu daerah
penyelidikan.
Gaya gravitasi bumi dipengaruhi oleh besarnya ukuran batuan, distribusi atau
penyebaran batuan, dan kerapatan (density) dari batuan. Jadi kalau ada anomali
gravitasi pada suatu tempat, mungkin di situ terdapat struktur tertentu, seperti
lipatan, tubuh intrusi dangkal, dan sebagainya. Juga jalur suatu patahan besar,
meskipun tertutup oleh endapan aluvial, sering dapat diketahui karena adanya
anomali gravitasi.

Metoda Magnetik
Arah dari medan magnet dinyatakan dalam cara-cara yang sudah lazim, sedang
intensitas dinyatakan dalam apa yang disebut gamma. Medan magnet bumi
secara normal memiliki intensitas 35.000 sampai 70.000 gamma jika diukur pada
permukaan bumi. Bijih yang mengandung mineral magnetik akan menimbulkan
efek langsung pada peralatan, sehingga dengan segera dapat diketahui.
Metoda eksplorasi dengan magnetit merupakan metoda geofisika lanjutan yang
dapat dilakukan dalam eksplorasi endapan bauksit yang digunakan untuk lebih
memperkuat perkiraan terhadap bentuk dan sifat endapan dari hasil interpretasi
metoda tidak langsung geokimia, sasaran eksplorasi ini sebagai berikut :
Mencari endapan placer magnetik pada endapan sungai
Mencari deposit bijih besi magnetik di bawah permukaan
Mencari bijih sulfida yang kebetulan mengandung mineral magnetit
sebagai mineral ikutan
Intrusi batuan basa dapat diketahui kalau kebetulan mengandung magnetit
dalam jumlah cukup
Untuk dapat mengetahui ketebalan lapisan penutup pada suatu batuan
beku yang mengandung mineral magnetit.
Cara Penentuan Magnetisasi Batuan
Pada contoh batuan umumnya ditentukan besarnya magnetisasi sisa dan
magnetisasi imbasannya. Kemudian baru kerentanan (k) yang ditentukan pada
medan yang besar dengan magnet bumi. Penentuan loop hysteresisi juga
ditentukan kemudian pada kuat medan yang lebih besar.

Tabel. 3. Kerentanan Magnetik (Telford, 1990)


Kerentanan Magnetik
Batuan / Bijih
Rata - rata
Batuan Sedimen
25
Batugamping
30
Batupasir
50
Serpih
20
Lempung
Batuan Metamorf
Sekis
Gneiss
Batusabak
Batuan Beku
Granit
Riolit
Basalt
Peridotit
Andesit
Bijih
Grafit
Kuarsa
Batugaram
Anhidrit
Batubara
Kasiterit
Pirit
Hematiti
Khromit
Ilmenit
Magnetit

x 106 emu
Kisaran
2 280*
0 1660
5 1480

120
10 2000
500

25 140
10 2000
0 3000

200
20 3000
6000
13000
13500

0 4000
20 3000
20 14500
7600 15600

-8
-1
-1
-1
2
90
130
550
600
1.5 x 105
5 x 105

4 420
40 3000
240 9400
2.5 3x105
105 1.6x106

Metoda Seismik
Metoda ini jarang dipergunakan dalam penyelidikan pertambangan bijih tetapi
banyak dipergunakan dalam penyelidikan minyak bumi. Suatu gempa atau
getaran buatan dibuat dengan cara meledakan dinamit pada kedalaman sekitar 3
meter dari permukaan bumi dan kecepatan merambatnya getaran yang terjadi
diukur. Untuk mengetahui kecepatan rambatan getaran tersebut pada perlapisanperlapisan batuan, disekitar titik ledakan dipasang alat penerima getaran yang
disebut geofon (seismometer). Geofon-geofon yang dipasang secara teratur di
sekitar lobang ledakan tadi akan terbias atau refraksi. Dengan mengetahui waktu
ledakan dan waktu kedatangan gelombang-gelombang tadi, maka dapat
diketahui kecepatan rambatan waktu getaran melalui perlapisan-perlapisan
batuan. Dengan demikian konfigurasi struktur bahwa permukaan dapat diketahui.
Gelombang akan merambat dengan kecepatan yang berbeda pada batuan yang
berbeda-beda. Geophone merupakan alat penerima gelombang yang dipantulkan
kepermukaan, hidrophone untuk gelombang di dasar laut. Cepat rambat
gelombang seismik pada batuan tergantung pada :
1. Jenis batuan
2.
Derajat pelapukan
3.
Derajat pergerakan
4.
Tekanan
5.
Porositas (kadar air)
6.
Umur (diagenesa, konsolidasi, dll)
H. Mooney (1977) mengatakan bahwa harga cepat rambat gelombang akan lebih
besar (dibandingkan) :
1. Batuan beku basa
: batuan beku asam
2. Batuan beku
: batuan sedimen
3. Sedimen terkonsolidasi
: sedimen un-konsolidasi
4. Sedimen unkonsolidasi
: sedimen un-konsolidasi tidak jenuh air
5. Soil basah
: soil kering
6. B. sedimen karbonat
: batupasir
7. Batuan utuh
: batuan terkekarkan
8. Batuan segar
: batuan lapuk
9. Batuan berat
: batuan ringan
10.Batuan berumur tua
: batuan berumur muda

Gabungan Eksplorasi Langsung dan Tidak Langsung


Yaitu eksplorasi cara langsung dan eksplorasi tidak langsung. Setelah
mengetahui metodanya kita memasuki pemilihan alat dan pemilihan anggota
serta apa-apa yang mesti dipersiapkan, misalkan sbb :
Pemilihan anggota tim atau tenaga ahli
1. Geologist
2. Geophysist
3. Exploration Geologist or Exploration Mining
4. Geochemist Engineering
5. Operator Alat, dll
Rencana biaya
Pemilahan waktu yang tepat
Penyiapan peralatan atau perbekalan
Sesampai di lapangan :
1. Membuat base camp (perkemahan)
2. Mencek peralatan atau perbekalan
3. Melakukan quick survey di daerah penelitian untuk menentukan
langkah-langkah lebih lanjut
4. Menentukan evaluasi rencana dan perubahan-perubahan sesuai
dengan keadaan sebenatnya (bila perlu)

METODA PENGAMBILAN CONTO


Dalam menunjang suatu hasil interpretasi dan kesimpulan yang baik dan dapat
dipercaya secara keilmuan, perluk dilakukan metode pengambilan conto yang
sistemetis yang dapat mengatasi kesalahan yang mungkin terjadi sekecil
mungkin. Pengambilan conto yang banyak tetapi tidak sistematis letaknya tidak
akan memperkecil kesalahan, malahan justru sebaliknya. Jadi ketelitian
pengambilan conto itu tergantung dari jumlah conto yang diambil dan lokasi
pengambilannya yang tersebar secara baik di seluruh tubuh endapan bijih yang
bersangkutan. Begitu juga dalam rencan eksplorasi endapan bauksit, maka
pengambilan conto baik secara kuantitas maupun kualitas akan didasarkan
kepada luas sebaran endapan bauksitnya, Halhal berikut ini patut diperhatikan
waktu pengambilan conto :
1. Lokasi pengambilan conto harus dicatat ataupun dimasukkan ke dalam peta
secara tepat, kalau mungkin supaya diikatkan dengan titik tetap yang ada.
2. Kalau memakai metode paritan (chanel sampling) maka lebar dan
kedalaman paritan tersebut supaya unifom.
3. Lebar dari setiap conto (sample width) harus selalu dicatat.
4. Permukaan batuan yang akan diambil conto-nya harus bersih dan segar, kalau
perlu harus disikat dengan sikat kawat dan disemprot air untuk
menghilangkan bagianbagian yang lapuk dan endapan garam.
Selain hal-hal tersebut di atas, ada beberapa teknik (cara) pengambilan conto
yang saat ini dikenal, teknik mana yang akan dipakai itu tergantung dari
beberapa faktor seperti kondisi geologi yang membentuk tubuh deposit,
kedalaman, ketebalan lapisan penutup, dan keadaan alami dari deposit itu sendiri
seperti berlapis, banded, dan sebagainya.

Teknik pengambilan conto tersebut di atas adalah :


Cara paritan (Chanel Sampling).
Cara Trenching.
Cara Grab Sampling.
Cara Test Pitting.
Cara pemboran (Borehole Sampling)

1. Cara Paritan (Chanel Sampling)


Cara ini yang paling banyak di lakukan, terutama sangat cocok untuk
deposit mineral yang berlapis, banded, dan deposit jenis urat (vein), dimana
terdapat variasi yang jelas dalam ukuran butir dan warna, yang kemungkinan
juga berbeda dalam komposisi dan kadar (grade) dari bahan-bahan berharga
yang di kandungannya. Metode Channelling ini dapat dilakukan pada deposit
mineral baik yang tersingkap di bawah permukaan maupun yang tersingkap di
bawah permukaaan pada dinding-dinding cross-cut, raise, sisi-sisi stope,
ataupun pada dinding sumuran uji (testpit). Sebaiknya jangan melakukan
Chanel Sampling pada lantai terowongan, karena bagian tersebut biasanya
kotor dengan bermacam-macam bahan jatuhan yang dapat mengisi rekahanrekahan yang ada. Kalau terpaksa harus membuat paritan pada lantai, maka
lantai harus di bersihkan dulu dari rekahan-rekahan yang ada, kemudian
permukaanya di buat benar-benar bersih, baru paritan dapat buat secara
biasa.
Conto paritan diambil dengan lebar sekitar 4 sampai 6 cm dan dalamnya
sekitar 3 sampai 4 cm, dengan arah biasanya tegak lurus jurus dari formasi.
Jarak antara satu parit dan parit lainnya tergantung dari keseragaman dari
pada bahan galiannya.
Untuk kebanyakan deposit, jarak antara parit kira-kira satu setengah
meter, akan tetapi untuk deposit bijih yang kaya dan tersebar setempatsetempat jarak tersebut dapat hanya sekitar sepertiga meter saja. Sebaliknya
contoh pada penyelidikan eksplorasi pendahuluan (preliminary),jarak paritan
tersebut dapat sejauh enam meteran.
Satu conto pada umunya sudah cukup untuk mewakili sepangjang 2 meter
dari parit yang dibuat.
2. Cara Trenching (Selokan Uji)
Trenching perlu dibuat selain untuk menemukan bahan galian juga untuk
memperoleh data-data selain mengenai keadaan tubuh batuan (ore body)
yang bersangkutan, seperti ketebalan, sifat-sifat fisik, keadaan batuan
disekitarnya (country rocks), jurus dan kemiringan dan sebagainya.
Cara pengambilan conto dengan trenching ini paling cocok dilakukan
pada tubuh bahan galian yang terletak dangkal di bawah permukaan tanah,
yaitu dimana lapisan penutup (over burden) kurang dari setengah meter.
Trench yang dibuat sebaiknya diusahakan dengan cara-cara sebagai berikut :
Dasar selokan supaya dibuat miring, sehingga kalau ada air dapat
mengalir dan mengeringkan sendiri (self drained), dengan demikian tidak
diperlukan adanya pompa.
Kedalaman selokan (trench) diusahakan sedemikian rupa sehingga para
pekerja masih sanggup mengeluarkan hasil bahan galiannya cukup dengan
dilemparkan saja.
Selokan dibuat tegak lurus (strike) dari tubuh bahan galian, dengan
demikian akan memotong perlapisan yang ada.
Cara trenching ini sering juga dikombinasikan dengan cara test pitting.

3. Cara Chipping
Cara ini dipakai untuk pengambilan contoh pada endapan bijih yang keras
dan seragam, dimana pembuatan paritan sangat sukar karena kerasnya
batuan. Conto diambil dengan cara dipecah dengan palu dalam ukuranukuran yang seragam dan tempat pengambilan tersebut dibuat secara teratur
dipermukaan batuan.
Jarak dari setiap titik pengambilan tersebut dibuat secara horizontal
maupun vertikal supaya dibuat sama (seragam) dan besarnya tergantung
keadaan dari endapannya sendiri.
4. Cara Grab Sampling
Pengambilan conto ini dilakukan pada suatu tambang yang sedang
operasionil, yaitu dengan cara-cara diambil langsung dari hancuran yang
masih segar pada stoping, diambil dari gerobag angkut (tram, lori) atau
diambil pada saat hasil produksi sedang atau mau diangkut keluar dari daerah
pertambangan ke pabrik pengolahan.
Cara yang pertama adalah yang paling jelek dan sebaiknya dihindari,
karena tonnage yang diwakili oleh conto yang diambil tidak dapat
diperkirakan dengan baik, sedang pada dua cara yang disebutkan terakhir
tonnage yang diwakili oleh conto capat diperkirakan dengan lebih baik.
Pengambilan conto dilakukan dengan perencanaan lebih dahulu, dengan sekip
yang ukuran standar sehingga diperoleh volume conto yang tetap untuk
setiap gerbong lori. Lori yang diambil conto-nya dipilih lori-lori tertentu yang
keluar dari bagian-bagian tertentu dari daerah yang ditambang, sehingga
dapat mewakili macam-macam grade yang ada.
Conto yang disekop dari lori-lori diusahakan supaya mengandung bagian
yang sama antara yang halus (kecil) dengan pecahan-pecahan kasar (besar).
Kadang-kadang untuk pengambilan dilakukan untuk setiap interval tertentu,
misalnya untuk setiap gerobag ke-5 atau ke 10, cara ini lazim pula disebut
decimating.
5. Cara Test Pitting
Cara ini dilakukan manakala over burden atau lapisan penutup tidak
tebal (lebih besar dari setengah meter), sehingga cara trenching menjadi
tidak praktis karena pembuatan selokannya harus agak dalam sehingga
menimbulkan masalah pada pembuangan tanah hasil galian dan masalah
pembuangan air yang mungkin menggenang pada selokan, disamping akan
memakan waktu yang lebih lama.
Dalam seperti ini maka dipakai cara pembuatan sumuran uji (tes pit)
untuk mengambil conto bahan galian. Pada umumnya ukuran lobang test pit
1 x 1 m2 dan kedalamannya dapat mencapai 35 meter, akan tetapi untuk jenis
over burden yang lepas-lepas seperti pasir, lobang test pit harus dibuat
lebih besar untuk menghindari longsornya dinding, misalnya 4 x 4 m 2.
Demikian juga kalau kedalaman test pit besar, maka ukuran lobang harus
dibuat lebih besar, kemudian setelah kedalaman sampai setengahnya, ukuran
lobang diperkecil.
Kalau lapisan penutup sangat lepas-lepas, maka dinding test pit harus
dibuat miring, sedang untuk material yang kompak, dindingnya dapat dibuat
tegak saja dengan ukuran 1 x 1 m2. Untuk penghematan biaya dan
keberhasilan pembuatan test pit, maka hal-hal di bawah ini supaya
diperhatikan :

Test pit hendaknya bebas dari batu bongkah (boulders), karena kalau
terhalang oleh batu bongkah pembuatan test pit itu akan memakan waktu
yang lama sehingga biaya pembuatannya akan semakin mahal.
Kalau diperlukan penyanggaan, maka penyanggaan ini supaya diusahakan
seminimum mungkin, pada batuan yang kompak tidak perlu dibuat
penyanggaan, sedang pada batuan yang lepas-lepas penyanggaan multak
perlu.
Penyanggaan dapat dihindari dengan cara dinding lobang dibuat miring,
sedang berapa besarnya kemiringan dinding ini tergantung dari besarnya
sudut repose dari material. Sudut repose atau angle of repose (AOR)
adalah besarnya sudut kemiringan minimum dimana material lepas masih
dapat menggelinding. Untuk pasir kering besarnya sudut tersebut
maksimum 30o, sedangkan untuk pasir basah dapat lebih besar.
Untuk menghindari genangan air dalam lobang sehingga diperlukan
pompa air untuk mengeringkannya, maka sebaiknya pembuatan test pit
dilakukan pada musim kemarau.
Sumuran uji yang dibuat lebih dalam daripada test pit kadang-kadang
diperlukan, baik pada pekerjaan eksplorasi maupun eksploitasi, sumuran
semacam itu dinamakan shaft dan pekerjaan pembuatannya disebut shaft
sinking. Jadi dikenal adanya exploration shaft untuk keperluan eksplorasi
dan exploitation on shaft untuk keperluan eksploitasi.
Pembuatan shaft adalah mahal, sehingga cara shaft sinking pada
eksplorasi dilakukan manakala cara-cara lain tak dapat dikerjakan.
Pertimbangan-pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan
teknis dan ekonomis, keduanya harus dapat dipenuhi.
Pekerjaan shaft sinking dilakukan dengan mengingat hal-hal seperti
disebutkan di bawah ini :
Pekerjaan supaya dilakukan tetap dalam ore body, ini terutama dilakukan
bila ore body-nya besar, akan tetapi bila tubuh endapannya kecil shaft
tersebut dibuat miring dan sejajar dengan tubuh endapan, terutama dalam
eksploitasinya.
Pekerjaan permulaan dari shaft sinking supaya dimulai dari daerah yang
jelas bahan galiannya tersingkap, jadi dari daerah yang sudah diketahui,
baru kemudian pekerjaan diteruskan ke daerah yang belum diketahui, jadi
dari known areas ke unknown areas.
Untuk penghematan, pekerjaan penyanggaan (supporting) supaya
dilakukan
seperlunya
saja,
tetapi
yang
harus
masih
dapat
dipertanggungjawabkan keamanannya.

O v e rb u rd e n

O v e rb u rd e n

O re B o d y

O re B o d y

B e d ro c k

B e d ro c k
S u m u r U ji

C ha nnel

O re B o d y

B e d ro c k
D a s a r S u m u r U ji
6. Cara Pemboran
Pekerjaan pengambilan conto batuan dengan pemboran ini dapat dibagi
menjadi dua berdasarkan tenaga penggerak dari bornya, yaitu cara pemboran
tangan (hand auger) dan cara pemboran mesin (core drilling). Cara
pemboran tangan sangat cocok untuk endapan bahan galian yang tidak
begitu kompak dan terletak dangkal, misalnya endapan aluvial pasir besi di
daerah pantai Cilacap. Jarak antara satu pemboran dan pemboran lainnya
tergantung keadaan, sedang harga kadar rata-ratanya makin baik kalau
pemboran makin rapat. Kadar dihitung dengan rumus :
K

Berat Mineral
x 100%
Berat Conto

Sebaliknya dalam pengambilan conto batuan dengan bor mesin supaya


diperhatikan faktor-faktor di bawah ini:
Keadaan medan. Untuk keadaan medan yang berbukit-bukit, sebaiknya
dipakai mesin bor yang ringan atau dapat dilepas-lepas, agar mudah
membawanya, atau yang dapat bergerak sendiri karena mekanisme
mesinnya sendiri.
Kedalaman endapan. Untuk endapan yang dangkal cukup dipakai bor
tangan atau bor Bangka, sedang untuk yang dalam digunakan bor inti
(core drill).
Sifat-sifat fisis batuan.
Sumber air.
Keadaan peralatan seperti keadaan pahat, stang bor, pipa casing dan
sebagainya. Juga harus diperhatikan tenaga operatornya, terlatih baik atau
tidak.
Tahap-tahap Pengambilan Conto Bijih

1. Pengambilan conto yang representatif sesaui keadaan singkapan dan


kebutuhan.
2. Pemilihan jumlah dan berat conto untuk mendapatkan hasil analisa yang
diharapkan.
3. Testing/assaying.

7. Tracing Float
Yang dimaksud dengan Float adalah bahan galian yang terkonsentrasi
maupun terangkut oleh proses fluvial (sungai), bahan-bahan galian tersebut
terapung atau floating pada pasir dan kerikil yang dibawa oleh sungai.
Bahan galian float ini pasti mempunyai induk (source) darimana mereka
berasal. Melacak dari mana sumbernya float dan menemukan batuan
induknya itulah yang disebut pekerjaan tracing float, pekerjaan ini harus
dimulai dari hilir sungai kemudian bergerak ke arah hulu. Conto batuan
diambil disepanjang sungai dengan nampan dan diayak di dalam air, kalau
sudah bersih maka akan nampak atau tidaknya bahan-bahan yang dicari di
dalam ayakan.
Cara kerja tracing float adalah sebagai berikut (lihat Gambar di bawah):
1. Pekerjaan dimulai (start) dari muara sungai (titik 1), disitu dijumpai float,
kemudian diteruskan ke titik 2 dan 3, masih ditemukan float, bahkan
makin banyak.
2. Setelah titik 3, sungai bercabang, satu ke kiri dan satu ke kanan. Pekerjaan
diteruskan sampai ke titik 5 yang jaraknya cukup dekat dari titik 3, tetapi
tidak ditemukan float, karenanya pelacakan ke kiri atau ke titik 5 tersebut
dihentikan dan kembali ke titik 3.
3. Setelah kembali ke titik 3, pekerjaan diteruskan, tetapi sekarang
mengambil arah ke kanan, yaitu ke titik 4, ternyata float dijumpai makin
banyak, jadi arah ini adalah arah pelacakan yang benar. Demikian juga
sampai ke titik 6, float dijumpai makin banyak.
4. Titik 6 ini ternyata merupakan titik teratas dimana float dapat dijumpai,
lebih ke hulu lagi pada titik 7, float tidak dapat ditemukan. Maka setelah
titik 6, pekerjaan pelacakan dilanjutkan ke darat, dimana di daerah sekitar
situ kemungkinan tubuh endapan bahan galian akan dijumpai, yaitu
merupakan batuan induk dimana float berasal, lokasi ini ditandai dalam
peta.

7
6

5
4
3

PEMBORAN TANGAN
Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal seperti placer deposit dan residual
deposit. Metoda ini digunakan pada umumnya pada tahapan eksplorasi rinci,
namun adakalanya secara acak dan setempat dilakukan pada tahap eksplorasi
tinjau, terutama pada subtahap prospeksi umum. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor
tangan spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB).
Pemboran Spiral/Bor Spiral Auger Drilling
Seperti penarik tutup notol, diputar dengan tangan. Contoh melekat pada spiral,
dicabut pada interval tertentu (tiap 30 50 cm). Hanya sampai kedalaman
beberapa meter saja, baik untuk residual deposit (bauxite, lateritic nickel) dan
sebagainya.
Pemboran Bangka/Bor Bangka (BBB)
Suatu alat bor tangan dikembangkan di Indonesia. Suatu alat selubung (casing)
diberi platform, di atas mana beberapa orang bekerja. Pada prinsipnya sama
dengan bor spiral dan tumbuk. Batang bor terdiri dari pipa masif yang
disambung-sambung, dengan berbagai bit :
1. Spiral
2. Senduk
3. Pahat/bentuk pahat (dihubungkan)
Pengambilan contoh dalam hal yang ditumbuk dengan bailer. Sambil bor
berjalan, dengan gerakan putar dan tumbuk, casing secara otomatis menurun,
karena beban orang di atas flatform. Metoda ini dipakai untuk eksplorasi dangkal,

seperti placer deposit dan residual deposit. Ada 2 jenis alat ini, yaitu Bor tangan
spiral (Auger drilling) dan Bor bangka (BBB).
Pengamatan Dan Perekaman Data Geologi
Data geologi yang didapatkan dari pemboran tangan jarang berupa batuan,
tetapi pada umumnya berupa tanah atau batuan lapuk, dan sedimen lepas.
Contoh yang didapatkan bukan merupakan conto yang utuh (undisturbed
sample), tetapi conto yang terusik (disturbed sample). Ketelitian lokasi
kedalaman conto tergantung pula dari jenis matabor yang digunakan.
Conto dari bor Spiral berupa tanah/lapukan batuan yang melilit pada spiral, dan
mewakili selang kedalaman setiap kali batang bor dimasukkan sampai ditarik
kembali, sehingga selang kedalamannya dapat diatur, apakah setiap 50 cm atau
setiap meter, tetapi maksimal tentu sepanjang spiral.
Conto dari matabor sendok lebih terancam pencampuran, sedangkan yang
menggunakan bumbung dengan katup lebih mewakili kedalaman yang tepat.
Matabor ini lebih banyak digunakan untuk sedimen lepas, dan setiap conto
mewakili selang kedalaman dari mulai batang dimasukkan sampai ke
pencabutan. Pada sistem bor Bangka, conto yang diambil lebih terpercayya
karena penggunaan pipa selubung yang terus menerus, mengurangi
pencampuran dari guguran dinding bor.
Perekaman Data
Pada umumnya data berupa litologi, serta batas-batasnya dan dapat dinyatakan
dalam penampang berkolom atau profil yang dapat pula disebut sebagai log.
Selain itu data kekerasan kualitatif dapat dicatatkan pula, demikian pula data
muka air tanah yang dijumpai.

PENGOLAHAN DATA DAN HASIL PENYELIDIKAN

Dari data data hasil pengamatan, pengukuran, perhitungan dan analisa


laboratorium yang diambil dari sampel sampel endapan baik berupa tanah
maupun batuan, maka perlu dilakukan suatu uji data berupa pengolahan data
data baik secara manual maupun statistik terhadap kadar endapan khomirum
secara lateral atau vertikal yang selanjutnya disajikan dalam beberapa bentuk
sajian data, seperti ; Peta, Diagram, Garfik dan lain lain. Beberapa uji data yang
paling mendasar untuk dilakukan terhadap hasil analisa kadar khromit yaitu uji ;
1. Nilai Minimum dan Nilai Maksimum
2. Nilai Standar Deviasi
3. Nilai Varians
4. Tabel Distribusi Statistik
Dari data data dasar di atas, selanjutnya data di olah dengan keterkaitannya
endapan khromit di alam, baik bentuk sebaran dan luas. Untuk mendapatkan dua
hal tersebut kita perlu melakukan beberapa tahapan pengolahan data baik
secara statistik klasik maupun dengan menggunakan metoda geostatistik.
Setelah data data tersebut diolah selanjutnya untuk metoda dalam perhitungan
cadangan perlu kita lihat sebearapa jauh keadaan data yang didapat, kelaikan
data dan faktor penunjang lain.
Metoda Statistik Klasik

Secara statistik klasik dari hasil perhitungan data data di atas, kita perlu
lakukan suatu metoda perhitungan cadangan klasik, dikenal dengan metoda
geometri, metoda poligon atau section dan metoda lainnya dimana metoda
tersebut merupakan metoda metoda lama dan umum digunakan dalam
pertambangan. Adapun tahapan perhitungan cadangan yang dapat kita lakukan
untuk menghitung endapan khromit tersebut adalaha sebagai berikut ;
Interpretasi geologis
Perhitungan dan Pengukuran Nilai Kadar Endapan
Penetapan daerah pengaruh suatu titik conto
Penentuan bobot assay (weighting assays) berdasarkan luas areal atau
volume
Penambangan cadangan bijih yang kadarnya tinggi
Metoda Geostatistik
Metoda ini merupakan suatu metoda pengembangan dari statistik klasik dimana
dalam metoda geostatistik ini yang diperhitungkan bukan hanya masalah
keadaan dari nilai nilai yang didapat dari hasil analisa laboratorium yang
kemudian diolah, akan tetapi melibatkan unsur geologis dari endapan, seperti ;
bentuk endapan, luas sebaran, dan lainnya. Adapun langkah langkah yang
dapat dilakukan untuk metoda geostatistik ini adalah sebagai berikut ;
Pembuatan grafik eksperimental suatu variogram
Penentuan nilai parameter parameter dari suatu variogram
Pemilihan suatu model untuk variogram
Penggunaan variogram untuk menentukan searah area penentuan kadar

You might also like