You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahan galian merupakan salah satu sumber daya alam non hayati
yang keterjadiannya di sebabkan oleh proses proses geologi. Berdasarkan
keterjadian dan sifatnya, bahan galian dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
yaitu mineral logam, mineral industri serta batubara dan gambut. Karakteristik
ketiga bahan galian tersebut berbeda, sehingga metode eksplorasi yang
dilakukan juga berbeda. Oleh karena itu diperlukan berbagai macam metode
untuk mengetahui keterdapatan, sebaran, kuantitas dan kualitasnya.
Kegiatan eksplorasi bahan galian umumnya melalui beberapa tahap
eksplorasi, dimulai dari survey tinjau, prospeksi, eksplorasi umum sampai
eksplorasi rinci. Setiap tahap eksplorasi yang dilakukan tidak hanya melibatkan
ahli geologi tetapi juga ahli ahli geofisika, geokimia, geodesi, teknik
pemboran, geostatistik dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini kami akan memaparkan masalah
mengenai:
a. Apa yang di maksud dengan bauksit
b. Bagaimana keadaan lingkungan bauksit
c. Bagaimana geologi umum dari bauksit
d. Bagaimana geologi dan sumber daya mineral bauksit
e. Penyebaran endapan bauksit di Indonesia

C. Maksud Dan Tujuan


Kegiatan penyelidikan ini dilaksanakan adalah untuk

menginventarisasi data data yang berkaitan dengan sumber daya alam


khususnya sumber daya mineral logam yang secara langsung sebagai
bahan baku untuk industri tertentu seperti ; industri besi dan baja,
kendaraan bermotor, dan lain-lain. Adapun tujuan penyelidikannya yaitu:
a. Mengetahui tentang bauksit
b. Mengetahui keadaan lingkungan bauksit
c. Dapat mengetahui geologi umum dari bauksit
d. Mengetahui geologi dan sumber daya mineral bauksit
e. Dapat mengetahui penyebaran bauksit di Indonesia

BAB II
ISI

A. Pengertian
eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang
meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran,bentuk, posisi,
kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta studi kelayakan dari
endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan.
Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog
bernama Pierre Berthier pemberian nama sama dengan nama desa Les
Baux di selatan Perancis.
Bauksit (Inggris:bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari
hydrous aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral
gibbsite Al (OH)3, boehmite -ALO (OH), dan diaspore -ALO (OH),
bersama-sama dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah
liat kaolinit dan sejumlah kecil anatase Tio 2 .
Bijih bauksit merupakan mineral oksida yang sumber utamanya
adalah:
1. Al2O3.3H2O, Gibbsit yang sifatnya mudah larut
2. Al2O3.3H2O, Bohmit yang sifarnya susah larut dan Diaspore yang
Sumber lain nya adalah :
1. Nephelin : (Na,K)2O.Al2O3.SiO2
2. Alunit : K2SO4.Al2(SO4)3.4Al(OH)3
3. Kaolin & Clay : Al2O3.2SiO2.2H2O
B. Keadaan Lingkungan
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang dapat
memungkinkan pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan
yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak
atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung
sama sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadangkadang berstruktur pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf.
Kekerasan bauksit berkisar antara 1 3 skala Mohs dan berat jenis
berkisar antara 2,5 2,6.
Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit

secara optimum adalah ;


1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang
kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan
mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan
Pelaksanaan dan Peralatan
Peta dasar
Foto Udara
Alat surveying, ukur atau GPS
Alat kerja : 1. Palu 5. Alat geofisika
2. Kompas 6. Alat sampling
3. Meteran 7. Altimeter
4. Kantong sampel 8. Alat bor dll
Alat tulis
Alat komunikasi
Keperluan sehari-hari
Obat-obatan atau P3K

C. Geologi Umum
1. Proses Pembentukan Bahan Galian
Bahan galian adalah semua bahan atau subtansi yang terjadi
dengan sendirinya di alam dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk

berbagai keperluan industrinya. Bahan tersebut dapat berupa logam


maupun non logam, dan dapat berupa bahan tunggal ataupun berupa
campuran lebih dari satu bahan. Proses terbentuknya endapan bahan
galian adalah komplek dan sering lebih dari satu proses yang bekerja
bersama-sama. meskipun dari satu jenis bahan, misalnya logam, kalau
terbentuk oleh proses yang berbeda maka akan menghasilkan tipe
endapan yang berbeda pula.
Contohnya adalah endapan bijih besi, endapan ini dapat dihasilkan
oleh proses diferensiasi magmatik oleh larutan hidrotermal, oleh
proses sedimentasi ataupun oleh proses pelapukan. Tiap-tiap proses
akan menghasilkan endapan bijih besi yang berbeda-beda baik dalam
mutu, besarnya cadangan, maupun jenis mineral-mineral ikutannya.
Tabel. 1. Proses dan pembentukan jenis deposit
Proses Deposit yang dihasilkan
1. Konsentrasi magmatik Deposit magmatik
2. Sublimasi Sublimat
3. Kontak metasomatisme Deposit kontak metasomatik
4. Konsentrasi hidrotermal Pengisian celah-celah terbuka
Pertukaran ion pada batuan
5. Sedimentasi Lapisan-lapisan sedimenter Evaporit.
6. Pelapukan Konsentrasi residual Placer.
7. Metamorfisme Deposit metamorfik
8. Hidrologi Air tanah, garam tanah, endapan caliche.
Konsentrasi magmatik
Beberapa dari mineral yang terdapat dalam batuan beku banyak yang
mempunyai nilai ekonomis, tetapi pada umumnya konsentrasi terlalu
kecil untuk dapat diproduksi secara komersial, oleh karena itu
diperlukan suatu proses konsentrasi untuk dapat mengumpulkan
bahan-bahan tersebut dalam suatu deposit yang ekonomis. Konsentrasi
tersebut terjadi pada saat batuan beku masih berupa magma,

karenanya disebut konsentrasi oleh proses magmatik. Perkecualian


pada intan, dimana tidak diperlukan konsentrasi, tetapi suatu kristal
tunggal saja sudah cukup berharga.
Deposit bahan galian sebagai hasil endapan proses magmatik ini
memiliki ciri-ciri adanya hubungan yang dekat dengan batuan beku
intrusif dalam atau intrusif menengah. Konsentrasi magmatik dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Magmatik awal :
Kristalisasi tanpa konsentrasi : intan
Kristalisasi dan pemisahan : khron, platina
b. Magmatik akhir :
Akumulasi dan atau injeksi larutan residual : besi titan, platina, titan,
khron.
Akumulasi dan pemisahan larutan : beberapa tipe deposit nikel dan
tembaga.
Pegmatit.
Hasil atau produk dari proses magmatik dapat dibagi menjadi 4 jenis,
yaitu logam tunggal (native metal), oksida, silfisa dan batu mulia
(gemstone).
Contoh logam tunggal : Platina, Emas, Perak, Besi-Nikel.
Contoh oksida : Besi (magnetit, hematit), Besi-titan (magnetit
bertitan), Titan (ilmenit), Khrom (kromit), Tungsten (wolframit).
Contoh sulfide : Nikel-tembaga (kalkopirit), Nikel (pentlandit,
molibdenit).
Contoh batu mulia : Intan, Garnet (almandit), Peridotit.
Deposit konsetrasi mekanis atau placer
Sisa pelapukan yang tidak dapat larut akan menghasilkan suatu
selubung dari bahan-bahan lepas, diantaranya berat dan beberapa lagi

ringan; ada yang getas (britlle) dan ada yang tahan (durable). Bahanbahan tersebut oleh suatu media tertentuk seperti air yang mengalir
(sungai), angin arus pantai (beach), ataupun ari permukaan (running
water) dapat mengalami pemisahan bagian yang berat terhadap bagian
yang ringan secara gravitasi dan membentuk endapan placer.
Konsentrasi hanya dapat terjadi kalau mineralberharga yang
bersangkutan memiliki tiga sifat sebagai berikut :
- Berat jenisnya tinggi
- Tahan terhadap pelapukan kimiawi
- Tahan terhadap benturan-benturan fisik (durable)
Mineral placer yang memiliki sifat-sifat tersebut adalah emas, platina,
tinstone, magnetit, khromit, ilmenit, rutil, tembaga, batu mulia, zircon,
monazit, fosfat, tantalit, columbit. Diantara bahan-bahan tersebut di
atas yang paling berharga sebagai deposit placer adalah emas, platina,
tinstone, ilmenit (bijih titanium), intan dan ruby.
2. Deposit sebagai akibat oksidasi dan pengkayaan sekunder
Air dan oksigen adalah tenaga pelapukan kimiawi yang sangat kuat,
kalau mereka bersentuhan dengan suatu deposit bijih, maka hasilnya
adalah reaksi-reaksi kimia yang kadang-kadang dapat drastis dan
merubah deposit yang sudah ada tersebut. Air permukaan yang
mengandung oksigen akan bersifat sebagai bahan pelarut yang mampu
melarutkan mineral-mineral tertentu. Suatu deposit bijih dapat
teroksidasi dan dapat kehilangan banyak kandungan mineral yang
berharga karena tercuci (leached), kemudian terbawa ke bawah oleh
air permukaan yang sedang turun ke bawah (meresap ke bawah).
Pada bagian bawah, akhirnya larutan tersebut mengendapkan
kandungan-kandungan mineral logamnya menjadi endapan bijih

teroksidasi (oxidized ores), ini terjadi di atas muka air tanah. Pada saat
larutan memasuki air tanah di bawah muka air tanah, mereka
memasuki zona dimana tidak ada oksigen dan kandungan logamnya
lalu diendapkan dalam bentuk logam-logam sulfida. Proses tersebut
dinamakan pengkayaan sulfida sekunder. Tentu saja gambaran tersebut
tidak terjadi pada semua deposit bijih yang terkena air, karena tidak
semua deposit bijih mengandung logam yang dapat teroksidasi, atau
iklim yang tidak memungkinkan terjadinya pelarutan yang kuat. Jadi
haruslah ada kondisi khusus yang mengangkut waktu, iklim, topografi
dan jenis bijih tertentu untuk dapat terjadinya zona teroksidasi dan
zona diperkaya.
D. Geologi Dan Sumber Daya Mineral
1.Genesa Endapan Bauksit
Bauksit terbentuk dari batuan yang mengandung unsur Al.
Batuan tersebut antara lain nepheline, syenit, granit, andesit, dolerite,
gabro, basalt, hornfels, schist, slate, kaolinitic, shale, limestone dan
phonolite. Apabila batuan-batuan tersebut mengalami pelapukan,
mineral yang mudah larut akan terlarutkan, seperti mineral mineral
alkali, sedangkan mineral mineral yang tahan akan pelapukan akan
terakumulasikan.
Di daerah tropis, pada kondisi tertentu batuan yang terbentuk dari
mineral silikat dan lempung akan terpecah-pecah dan silikanya
terpisahkan sedangkan oksida alumunium dan oksida besi
terkonsentrasi sebagai residu. Proses ini berlangsung terus dalam waktu
yang cukup dan produk pelapukan terhindar dari erosi, akan
menghasilkan endapan lateritik.
Kandungan alumunium yang tinggi di batuan asal bukan merupakan
syarat utama dalam pembentukan bauksit, tetapi yang lebih penting

adalah intensitas dan lamanya proses laterisasi.


Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan
bauksit secara optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa
yang kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan
mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana
memungkinkan terjadinya

pergerakan air dengan tingkat erosi

minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan.
E. Bauksit Indonesia
1. Kondisi Sumber Daya Dan Cadangan
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang
mempunyai mineral dengan susunan terutama dari
oksida

aluminium,

(Al2O3H2O)

dan

yaitu

mineral

berupa

gibsit

mineral

(Al2O3 .3H2O).

buhmit
Secara

umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 65%,


SiO2 1 12%, Fe2O3 2 25%, TiO2 >3%,dan H2O 14
36%.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan
subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat
kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang
mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan
kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak

mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya


sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu
lempung, lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut
akan mengalami proses lateritisasi,yang kemudian oleh
proses

dehidrasi

akan

mengeras

menjadi

bauksit.

Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi


kedudukannya di kedalaman tertentu.
Di Indonesia bauksit diketemukan di Pulau Bintan
dan sekitarnya, Pulau Bangka dan Kalimantan Barat.
Sampai saat ini penambangan bauksit di Pulau Bintan
satu-satunya yang terbesar di Indonesia. Beberapa
tempat antara lain:
o Sumatera utara : Kota Pinang (kandungan Al2O3 =
15,05 58,10%).
o Riau

: P.Bulan, P.Bintan (kandungan SiO2 = 4,9%,

Fe2O3 = 10,2%, TiO2 = 0,8%, Al2O3 = 54,4%),


P.Lobang (kepulauan Riau), P.Kijang (kandungan SiO2
= 2,5%, Fe2O3 = 2,5%, TiO2 = 0,25%, Al2O3 =
61,5%, H2O = 33%),merupakan akhir pelapukan
lateritic setempat, selain ditempat tersebut terdapat
juga diwilayah lain yaitu, Galang, Wacokek, Tanah
Merah,dan daerah searang.
o Kalimantan

Barat

Tayan

Menukung,

Sandai, Pantus, Balai Berkuah, Kendawangan


dan Munggu Besar.
o Bangka Belitung

: Sigembir.

10

Gambar bauksit serta Peta Potensi Bauksit di Indonesia


ditunjukan Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. bauksit (Al2O3.nH2O)

Gambar.2. Potensi Bauksit di Indonesia

[Pusat

Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan


Batubara, 2005].

2. Teknologi Pengolahan
Penambangan bauksit dilakukan dengan
penambangan

terbuka

diawali

dengan

land

clearing.

Setelah pohon dan semak dipindahkan dengan bulldozer,

11

dengan alat yang sama diadakan pengupasan tanah


penutup.

Lapisan

bijih

bauksit

kemudian

digali

dengan shovel loader yang sekaligus memuat bijih bauksit


tersebut kedalam dump truck untuk diangkut ke instalansi
pencucian.
Bijih

bauksit

dari

tambang

dilakukan

pencucian

dimaksudkan untuk meningkatkan kualitasnya dengan cara


mencuci dan memisahkan bijih bauksit tersebut dari unsur
lain yang tidak diinginkan, missal kuarsa, lempung dan
pengotor lainnya. Partikel yang halus ini dapat dibebaskan
dari yang besar melalui pancaran air (water jet) yang
kemudian

dibebaskan

Disamping

itu

pemecahan (size

melalui

sekaligus

penyaringan (screening).
melakukan

reduction) dengan

proses

menggunakan jaw

crusher.
Cara-cara Leaching:
a. Cara Asam (H2SO4)
Hanya dilakukan untuk pembuatan Al2(SO4)3 untuk proses
pengolahan air minum dan pabrik kertas.
o

Reaksi dapat dipercepat dengan menaikkan temperatur


sampai 180 C (Autoclaving)

KalsinasiCocok untuk lowgrade Al2O3 tetapi high SiO2 yang


tidak cocok dikerjakan dengan cara basa.

Hasil Basic-Al-Sulfat dikalsinansi menjadi Al2O3, kelemahan


cara ini adalah Fe2O3ikut larut.

b. Cara Basa (NaOH), Proses Bayers (Th 1888)


Ada

macam

produk

alumina

yang

bisa

dihasilkan

yaitu Smelter Grade Alumina (SGA) danChemical Grade

12

Alumina (CGA). 90% pengolahan bijih bauksit di dunia ini


dilakukan untuk menghasilkan Smelter Grade Alumina yang
bisa dilanjutkan untuk menghasilkan Al murni. Berikut block
diagram pengolahan bauksit melalui proses SGA:

Gambar 3. Block Diagram Pengolahan Bauksit


c. Cara Sintering dengan Na2CO3 (Deville-Pechiney)
Sintering dilakukan dalam Rotary Kiln 1000 C selama 2-4
jam, cocok untuk bijih dengan high Fe2O3 dan SiO2.
Reaksi-reaksi:
Al2O3 +

Na2CO3 =

NaAlO2 +

CO2(g)

Fe2O3 +

Na2CO3 =

Na2OFe2O3 +

CO2(g)

TiO2 +

Na2CO3 =

Na2OTiO2 +

CO2(g)

SiO2 + Na2CO3 = Na2OSiO2 + CO2(g)

13

d. Dengan proses elektolisa


Bahan

utamanya

adalah

bauksit

yang

mengandung

aluminium oksida. pada katoda terjadi reaksi reduksi, ion


aluminium

(yang

terikat

dalam

aluminium

oksida)

menerima electron menjadi atom aluminium,


4 Al(3+) + 12 e(1-) > 4 Al
pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dimana ion-ion oksida
melepaskan elektron menghasilkan gas oksigen.
6 O(2-) > 3 O2 + 12 e(1-)
logam aluminium terdeposit di keping katoda dan keluar
melalui saluran yang telah disediakan.

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bauksit (Inggris:bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous
aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite
Al (OH)3, boehmite -ALO (OH), dan diaspore -ALO (OH), bersamasama dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit.
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang dapat
memungkinkan pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan
yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak
atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung
sama sekali.
Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal
dari batuan beku, batu lempung, lempung dan serpih.
Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses
lateritisasi,yang kemudian oleh proses dehidrasi akan
mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam
lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman
tertentu.
Di Indonesia bauksit diketemukan di Pulau Bintan dan
sekitarnya, Pulau Bangka dan Kalimantan Barat. Sampai
saat ini penambangan bauksit di Pulau Bintan satu-satunya
yang terbesar di Indonesia.
B. Saran
Untuk lebih memahami semua tentang Bauksit, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini.

15

Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari hari.
Selain itu, kritik dan saran dari pembaca akan sanagat membantu dalam
penyempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
http://www.google.co.id
http://id.wikipedia.org/wiki/Bauksit
http://extractivemetallurgy.blogspot.com/2008/12/proses-pengolahanbijih-bauksit.html

16

You might also like