You are on page 1of 19

https://ms.wikipedia.

org/wiki/Hassan_al_Ban
na
Hassan al Banna

10 Wasiat Imam Hassan Al-Banna[sunting | sunting sumber]


1. Dirikan solat apabila mendengar azan, walau apapun jua keadaan pada waktu itu.
2. Bacalah al-Quran, atau pelajari tafsirnya atau dengarlah bacaan orang lain, atau zikirlah
kepada Allah. Jangan engkau gunakan sebahagian ruang waktumu untuk hal-hal yang
tidak berfaedah.
3. Bercakaplah dengan bahasa Arab yang fasih, kerana ia termasuk dalam syi'ar Islam.
4. Jangan banyak berdebat dalam apa jua hal. Pertengkaran tidak akan mendatangkan
sebarang kebaikan.
5. Jangan banyak ketawa, kerana hati yang berhubung dengan Allah sentiasa tenang dan
mantap.
6. Jangan suka berjenaka atau berolok-olok, kerana umat yang berjuang tidak mengenal
yang lain selain kesungguhan.
7. Jangan engkau tinggikan suaramu melebihi keperluan pendengar. Ia menunjukkan
kebodohan dan menyakitkan.
8. Jauhi menghina orang, mencela organisasi dan jangan berbicara kecuali perbicaraan
yang baik.
9. Perkenalkan dirimu kepada orang yang engkau jumpai, walaupun ia tidak meminta
daripadamu, sebab dasar dakwah kita adalah cinta dan saling kenal mengenal.

10. Kewajipan selalu lebih banyak daripada waktu yang tersedia. Oleh itu bantulah orang lain
untuk memanfaatkan waktunya. Jika engkau mempunyai urusan, maka selesaikanlah
dalam waktu sesingkat-singkatnya.

Nota[sunting | sunting sumber]


1.

Panjat ke:1.0 1.1 Riduan Mohamad Nor. (2011). Saiful Islam: Dia Seorang Ayah, Pendidik, Suami
Dan Juga Seorang Insan. Memperingati Imam asy Syahid Hasan Al Banna. 48-53.

1.

Panjat Mitchell 1969, 2; Lia 25-26

2.

Panjat Mitchell 1969, 3; Lia 1998, 26-27

3.

Panjat Mitchell 1969, 2-4; Lia 1998, 28-30

4.

Panjat Mitchell 1969, 5

5.

Panjat Mitchell 1969, 6

6.

Panjat Mitchell 1969, 1; Lia 1998, 22-24

7.

Panjat Mitchell 1969, 7; Lia 1998, 32-35

8.

Panjat Mitchell 1969, 7

Bibiliografi[sunting | sunting sumber]

Zulkifli Mohamad al-Bakri dan Mohd Faisal Fadzil. (2010). Al-Syahid Hasan al-Banna:
Pengasas Ikhwan Muslimin. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Lia, Brynjar. 1998. The Society of the Muslim Brothers in Egypt: The Rise of an Islamic
Mass Movement 1928-1942. Reading, UK: Garnet.

Mitchell, Richard P. 1969. The Society of the Muslim Brothers. London: Oxford University
Press.

Biografi Hasan Al Banna


WINK BIODATA, BIOGRAFI, BIOGRAFI TOKOH, PROFIL, SEJARAH, TOKOH DUNIA, TOKOH
MUSLIM, TOKOH PEMIMPIN

Advertisement

Profil dan Biografi Hasan Al-Banna. Beliau dilahirkan di desa Mahmudiyah


kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna adalah
seorang ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah
menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas
anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an. Sang ayah terus
menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil
mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk
belajar

di

sekolah.

Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore.
Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran
sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an ia lakukan
selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak
berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna
telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan
predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16
tahun,

ia

telah

menjadi

mahasiswa

di

perguruan

tinggi

Darul

Ulum.

Biografi

dan

Profil

Hasan

Al

Banna

Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik, Ia


juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan AlBanna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan
pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i'dadiyah (semacam SMP), beliau
telah

mampu

menyelesaikan

masalah

secara

dewasa,

kisahnya

begini:

Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati
mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di
samping mushalla, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera
menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan
mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia
khawatir

kalau-kalau

mereka

menghabiskan

jatah

air

wudhu.

Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam,
sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al
Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup
dengan satu ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru
Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya."(Q.

S.

Al-An'aam:

52).

Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id, imam
mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati
sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap
"rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk
mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla.
Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar
mushalla!
Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul 'Ulum dan ditunjuk
menjadi guru di Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris
yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam
sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai
pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam
mengalami

kebingungan.

Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan


di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan
ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna
berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat
ini jahil (bodoh) terhadap ajaran
Advertisement

Islam.
Hasan

Al-Banna

Sebagai

Pendiri

Ikhwanul

Muslimin

Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia


kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan).
Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau
berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali.
Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al-Ikhwanul Muslimun," bekerja keras
siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan,
dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat
kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter
mendukung

dakwah

beliau

Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau
memobilisasi mujahid-mujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab,
hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela
Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib
besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi
mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin.
Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia.
Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh
pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu
dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al
Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah
peristiwa

yang

dirancang

oleh

musuh-musuh

Allah.

Dakwah

beliau

bersifat

memproklamasikan

internasional.

kemerdekaannya,

Bahkan

Hasan

al

segera
Banna

setelah
segera

Indonesia
menyatakan

dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir
pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. (catatan : M. Natsir di kemudian
hari menjadi PM Indonesia ketika RIS berubah kembali menjadi negara kesatuan).
Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi
kehendak Allah, bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah
berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya.
Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan)
mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir
benci.

(Q.

S.

Ash-Shaff:

8)

Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna, adalah masa-masa penuh cobaan untuk


umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa, dijebloskan ke penjara,
bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer,
seorang

diktator

yang

condong

ke

Sovyet.

Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa.
Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun
adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir,
dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah,
siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan
semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri, sehingga dakwah
Islam

makin

tersebar

luas.

Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur'an (di
bawah lindungan Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang
sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita pun menjadikannya
sebagai rujukan terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah
Al-Qu'an dan Terjemahannya keluaran Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya
seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit
apabila

kita

mengetahui

prinsip

dan

keyakinan

beliau.

Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam
dakwahnya:

...Saya meyakini, Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad


SAW junjungan kita, penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat
manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq (akan datang). Al-Quran itu
Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur
kehidupan dunia akhirat.

Mengenali Hasan Al-Banna


January 16, 2010 Berita Dunia, Ikhwan 3
Sejarah perjuangan Islam telah merakamkan ramai para generasi dakwah di era moden,
yang mana mereka memiliki sikap dan prinsip tetap berpegang teguh kepada manhaj
Islam yang benar dan lurus. Menjadi tugas gerakan-gerakan Islam untuk mengenang
tokoh-tokoh ini dan mengapresiasi para syuhada yang gugur di jalannya; sehingga kelak
mereka menjadi ikutan yang dapat memberikan pencerahan dan petunjuk bagi generasi
dakwah setelahnya, dan setiap orang yang mengikuti jalan ini.
Siapakah Hasan Al-Banna?
Nama penuh beliau adalah Hasan Ahmad Abdul Rahman Al-Banna, lahir di Kota AlMahmudiyah, di kawasan Delta Nil Wilayah Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 25
Syaban tahun 1324, bertepatan dengan tanggal 14 Oktober tahun 1906. Seperti
kebanyakan bangsa Mesir lainnya, beliau berasal dari keluarga desa yang sederhana
yang meerupakan petani di sebuah desa yang digelar desa Syamsyirah (dekat dengan
pantai kota Rasyid berhadapan dengan kota Idvina, sebahagian dari kota Fawah, Wilayah
Al-Buhaira).
Datuknya bernama Abdul Rahman, seorang petani dari keluarga sederhana, namun orang
tua Hasan Al-Banna, Syeikh Ahmad membesar jauh dari aktiviti bertani kerana keinginan
ibunya, sehingga beliau belajar dan menghafal Al-Quran dan mempelajari hukum-hukum
tajwid Al-Quran, dan kemudian belajar hukum syariah di Masjid Ibrahim Pasha di
Alexandria. Sewaktu menempuh pendidikan, beliau bekerja di sebuah toko jam terbesar
di Alexandria, sehingga setelah itu beliau memiliki keahlian dalam memperbaiki jam dan
berdagang, dan dari sinilah beliau terkenal dengan panggilan As-saati
Selain itu, orang tua Al-Banna juga memiliki keahlian dan menjadi sebahagian dari ulama
hadits kerana kepandaian di bidang tersebut, sebagaimana beliau banyak mempelajari
dan mengajar sunnah nabawiyah terutama kitab yang terkenal al-fathu Robbani fi tartiibi
musnad Imam Ahmad bin Hambal As-Syaibani, dan dalam kehidupan seperti itulah
lahirnya Hasan al-Banna sekaligus mempengaruhi perwatakannya.

Awal Perjalanan
Hasan al-Banna memulakan pendidikannya di sekolah tahfizhul Quran di Al-Mahmudiyah,
dan memiliki kemampuan memindahkan ilmu dari banyak penulis sehingga orang tuanya
mengirim beliau kepada para penulis di kota Al-Mahmudiyah. Namun waktu yang beliau
tempuhi di tempat para penulis sangat padat sehingga tidak mampu menyempurnakan
hafalan Al-Quran, oleh kerana terikat dengan peraturan para penulis. Akhirnya beliau
tidak mampu meneruskannya, lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah tingkat SMP,
meskipun ada pertentangan dari ayahnya, kerana beliau sangat menginginkan anaknya
supaya menjadi penghafal Al-Quran, dan tidak setuju anaknya masuk sekolah SMP
kecuali setelah berjaya mengkhatamkan Al-Quran di rumahnya.
Setelah tamat sekolah SMP beliau masuk ke sekolah Al-Muallimin Al-Awwaliyah di
Damanhour, dan pada tahun 1923 masuk kuliah di Fakulti Dar El-Ulum di Kaherah dan
lulus pada tahun 1927. Selain itu, beliau juga menimba ilmu-ilmu lain di luar kurikulum
kuliahnya, seperti pelajaran ilmu al-hayah, sistem pemerintahan, ekonomi politik,
sebagaimana beliau menerima pelajaran tentang bahasa, sastera, hukum, geografi dan
sejarah, sehingga semua itu membuat beliau matang dalam berbagai ilmu pengetahuan.
Beliau memiliki perpustakaan yang besar dan luas di rumahnya, yang mengandungi
ribuan buku yang berkait dengan tema yang tersebut di atas, dan ditambah dengan
adanya empat belas jenis majalah dari majalah mingguan yang diterbitkan di Mesir
seperti majalah al-muqtatof, majalah al-fath, majalah Al-Manar dan lain-lainnya. Hingga
saat ini perpustakaan beliau masih ada di bawah pengawasan anaknya Ustadz Saif alIslam.
Al-Banna menjalani hidupnya selama 19 tahun sebagai guru sekolah rendah di Ismailiah,
dan kemudian di Kaherah, dan ketika beliau mengundurkan diri dari pekerjaannya
sebagai guru pada tahun 1946 beliau telah mendapat peringkat kelima untuk menjadi
PNS. Setelah itu beliau bekerja di surat khabar harian Ikhwanul Muslimin, dan kemudian
beliau menerbitkan majalah bulanan sendiri yang bernama As-Syihab yang dimulakan
pada tahun 1947. Hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat berdikari dalam mencari

sumber mata pencarian, namun akhirnya majalah tersebut dihentikan


pengharaman jamaah Ikhwanul Muslimin pada tanggal 8 Disember 1948.

akibat

Pengaruh dan Kesan


Syeikh Hasan al-Banna menerima banyak pengaruh dari beberapa ulama besar dan para
guru, termasuk ayahnya sendiri, Syeikh Ahmed dan Syeikh Mohammed Zahran pemilik
majalah Al-Isad dan pemilik sekolah Ar-Rasyad, yang diikuti oleh Hasan Al-Banna semasa
beliau menetap beberapa tahun di Mahmudiyah begitu juga Syeikh Tantawi Jauhari,
penyusun kitab tafsir Al-Quran Al-Jawahir. Setelah lulus dari Dar el-ulum tahun 1927,
Hasan Al-Banna menjadi guru di salah satu sekolah rendah di kota Ismailiyah, dan pada
tahun 1928 beliau menubuhkan jamaah Ikhwanul Muslimin. Sebelum penubuhannya
beliau telah banyak terlibat dalam sejumlah persatuan dan kelompok agama, seperti
Jamiyah Al-Adab Al-Akhlaqiyah, dan Jamiyah Manu Al-Muharramat di Mahmudiyah,
dan At-Tariqah Al-Hashofiyah sebuah aliran tasawuf di Damanhour, sebagaimana beliau
juga turut serta dalam penubuhan jamaah Syubbanul Muslimin pada tahun 1927 dan
beliau merupakan salah satu anggotanya.Jamaah Ikhwanul Muslimin yang diasaskannya
telah tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai segmen masyarakat dan kota,
bahkan pada akhir tahun 40-an Ikhwanul Muslimin telah menjadi organisasi sosio-politik
yang terbesar di Mesir, juga telah memiliki cawangan yang banyak tersebar di berbagai
negara-negara Arab dan Islam.
Imam Al-Banna selalu menegaskan bahwa jamaah yang didirikannya bukan merupakan
parti politik, tetapi merupakan kesatuan idea dari berbagai nilai-nilai perubahan, dan
berusaha untuk kembali kepada Islam yang benar dan bersih dan menjadikannya sebagai
manhaj yang komprehensif untuk kehidupan.
Adapun manhaj perubahan yang beliau lakukan adalah dengan cara tarbiyah dan
progresif dalam melakukan perubahan yang diinginkan, dan inti dari manhaj yang
diinginkan itu adalah membentuk individu Muslim lalu Keluarga Islam, masyarakat
Muslim, lalu Pemerintahan Islam, Negara, dan khilafah Islam dan akhirnya mencapai
pada ustadziyatul alam .
Imam Al-Banna memimpin jamaah Ikhwanul Muslimin antara 1928-1949, dan sepanjang
kepemimpinannya banyak berhadapan dengan peperangan politik dengan pihak lain,
khususnya parti Al-Wafd dan parti Al-Saadi. Adapun sebahagian besar aktiviti Al-Ikhwan
terfokus pada isu-isu nasional Mesir terutama setelah meletusnya Perang Dunia II. Pada
saat itu beliau mengajak Mesir untuk keluar dari belenggu Inggeris sehingga dapat
memberi tekanan pada Inggeris untuk memenuhi permintaan umum Mesir. Dalam
konteks ini, Ikhwanul Muslimin banyak mengadakan persidangan, dan melakukan
demonstrasi untuk menuntut hak-hak negara.
Al-Banna juga meletakkan perhatiannya secara khusus terhadap isu Palestin, dan
menganggapnya sebagai permasalahan seluruh dunia Islam dan beliau selalu
menegaskan bahwa Inggeris dan orang-orang Yahudi tidak akan memahami kecuali
hanya satu bahasa, iaitu bahasa revolusi, kekuatan dan darah. Beliau juga menyeru
kepada penolakan keputusan untuk membahagikan negeri Palestin yang dikeluarkan oleh
PBB tahun 1947, dan mengajak kepada seluruh umat Islam secara umum dan Ikhwanul

Muslimin secara khusus untuk melakukan jihad di tanah Palestin demi mempertahankan
tanah Arab dan Muslim. Beliau berkata: Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin akan
mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk mempertahankan setiap jengkal dari bumi
Palestin, Islam dan Arab sehingga Allah mewarisi bumi ini dan orang-orang yang
bersamanya . Dan akhirnya pada tanggal 6 Mei 1948 Lembaga Pendiri Ikhwanul
Muslimin mengeluarkan keputusan yang menegaskan jihad suci melawan Yahudi, untuk
itu Al-Banna mengirim pejuang Mujahidin dari Ikhwanul Muslimin ke Palestin dalam
perang tahun 1948. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Mesir membubarkan
jamaah Ikhwanul Muslimin pada bulan Disember tahun 1948; sehingga menyebabkan
terjadinya pemberontakan antara Ikhwanul Muslimin dan Pemerintah An-Nakrasyi.
Al-Banna memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas terhadap qadhiyah annahdhah (masalah kebangkitan). Beliau menghubungkannya dengan masalah
kemerdekaan dari kolonialisme dan ketergantungan kepada Eropah dari satu sisi, dan
terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi
yang lain, dan beliau mengatakan: Kita tidak akan mampu melakukan perubahan dan
kita tidak dapat menerapkan konsep perubahan secara internal selama kita belum
merdeka dari campur tangan asing. Beliau juga mengatakan: Tidak ada kebangkitan
tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang diraih oleh orang kafir -dalam menjajah- adalah
kerana dengan ilmu . Beliau melihat bahwa ketergantungan umat Islam kepada Eropah
terhadap tradisi dan kebiasaan-kebiasaannya dapat menghalang kemerdekaan dan
kebangkitan mereka, beliau berkata: Bukankah sebuah paradoks yang aneh, kita
meninggikan suara menuntut untuk merdeka dari Eropah dan melakukan protes keras
terhadap segala tindak tanduknya, sementara di pihak lain kita mengagungkan tradisitradisinya dan terbiasa dengan adat-adatnya, dan bahkan kita lebih memilih produkproduknya?
Sebagaimana beliau juga melihat bahawa persoalan wanita merupakan salah satu
permasalahan sosial paling penting; kerana itu -sejak awal Ikhwanul Muslimin ditubuhkanbeliau banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan kaum wanita. Beliau
membuat bahagian khusus yang disebut sebagai Akhwat Muslimat. Dan beliau selalu
menekankan bahawa Islam telah memberikan kepada wanita hak-hak peribadi, awam
dan politik, dan pada saat yang sama, Islam juga meletakkan kaedah-kaedah yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan dalam penerapan hak-hak tersebut.
Namun Imam Al-Banna tidak hanya menyeru untuk mendirikan sebuah sistem
pemerintahan keagamaan teokratis dengan pengertian yang dikenal oleh Eropah pada
abad pertengahan, namun beliau menyeru untuk menerapkan hukum Islam berdasarkan
prinsip syura, kebebasan, keadilan dan kesetaraan.
Dan beliau menerima bentuk perlembagaan undang-undang parlimen, dan menganggap
lebih dekat sistem pemerintahan di seluruh dunia terhadap Islam, dan beliau melihat
bahawa jika formula tersebut diterapkan, maka dipastikan akan mampu mewujudkan tiga
prinsip yang melandasi aturan Islam; iaitu tanggungjawab pemimpin, kesatuan umat
dan penghargaan terhadap kehendaknya.
Terbunuhnya Sang Imam

Lokasi: Kaherah, di daerah Al-Himliyah. Waktu: tengah malam tanggal 12 Februari 1949.
Kronologi: terdapat beberapa kenderaan polis meluncur laju di tengah keheningan
malam, hingga sampai di salah satu jalan di daerah Al-Hilmiyah, Kaherah. Mereka
bertugas menghentikan kenderaan yang melalui jalan tersebut, beberapa tentera
menghalang jalan dengan senjata lengkap, dan kawalan diperketat terutama di sebuah
rumah sederhana yang ada di jalan tersebut. Lalu sebuah kenderaan polis menuju rumah
tersebut, satu barisan tentara memindahkan mayat dari kereta ke rumah tersebut
dengan cepat, lalu mengetuk pintunya, seorang Syeikh berumur sembilan puluhan tahun
membuka, lalu beberapa tentera masuk ke rumah tersebut sebelum mereka
memasukkan tubuh yang sudah mati tersebut untuk memastikan tidak ada orang lain di
rumah tersebut. Ancaman yang keras disampaikan kepada syekh tersebut; tidak boleh
ada suara, tidak boleh ada kekecohan, dan bahkan tidak boleh ada seorang pun yang
boleh mengurus mayat tersebut, cukup anda dan keluarga yang ada di rumah, dan tepat
jam sembilan esok pagi beliau harus dimakamkan.
Adapun Syeikh tersebut adalah orang tua almarhum, sekalipun ia sudah tua, dirinya
mampu memakamkan anaknya sendirian, beliau membersihkan darah anaknya yang
terkena peluru dan mendarat di sekujur tubuhnya.
Pada pagi harinya, petugas datang tepat waktunya, mereka berkata: bawa sini anakmu
untuk segera dikubur. Maka syeikh yang sudah berumur 90 tahun tersebut berseloroh:
bagaimana saya membawanya? Seharusnya sebahagian perajurit ikut membawanya!
Namun para perajurit menolak, dan responnya adalah hendaknya orang-orang rumah
yang membawanya. Saat itu almarhum meninggalkan beberapa anak perempuan dan
seorang anak laki-laki yang masih bayi.
Akhirnya tubuh yang sudah menjadi mayat dibawa oleh isterinya dan anak
perempuannya dan dibantu oleh ayahnya, dan bagi siapa yang berani ikut membantunya
maka akan ditangkap dan dipenjarakan. Akhirnya jenazah sampai ke masjid untuk
disolatkan, tidak ada yang ikut menyolatkannya kecuali ayahnya dan di belakangnya
anaknya (isteri sang imam) dan anak-anak perempuan dari keturunannya, dan mereka
juga yang turun ke kubur, lalu kembali ke rumah dengan penjagaan yang sangat ketat.
Demikian kronologi pembunuhan dan proses pemakaman As-Syahid Imam Hasan alBanna. Setelah itu banyak tetangganya yang ditangkap, tidak ada alasan lain kecuali
hanya kerana mengungkapkan takziah kepada keluarga yang ditinggal, dan kawalan
terus dilanjutkan tidak hanya di rumah kerana khuatir banyak yang berdatangan untuk
memberikan takziah, namun juga di sekitar kubur sang imam, kerana takut ada yang
berani mengeluarkan mayatnya dan mendedahkan kejahatan yang telah terjadi. Bahkan
banyak dari pihak polis disebar di beberapa masjid; untuk segera ditutup kembali setelah
ibadah solat ditunaikan, kerana takut ada seseorang yang berani mensolatkannya.
Di sisi lain seorang raja negara tersebut menunda perayaan ulang tahun pada 11 dan 12
Februari; untuk ikut serta merayakan kematian sang imam. Salah seorang intelektual
menceritakan bahawa dirinya menyaksikan salah satu perayaan di sebuah hotel di
Amerika Serikat, dan ketika diceritakan alasan perayaan ini, ia mendapat tahu bahawa
perayaan tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kegembiraan kerana kematian Imam
As-Syahid Hasan Al-Banna. Jika kebenaran ada pada musuh, maka sesungguhnya pusat

kajian di Perancis dan Amerika telah ikut serta dalam meletakkan seratus orang yang
paling terpengaruh di dunia pada abad kedua puluh, dua dari dunia Arab adalah: Imam
As-Syahid Hassan al-Banna, dan yang lainnya adalah Jamal Abdul Nasser.
Buku-buku karangan imam Hasan Al-Banna
Tidak banyak yang dimiliki oleh Hasan al-Banna berupa buku-buku atau karangankarangannya kecuali risalah-risalah yang dihimpunkan dengan judul buku Majmuah
Rasail Imam Hasan Al-Banna sebagai rujukan utama dalam memahami pemikiran dan
manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku muzakarah yang
telah dicetak beberapa kali dengan judul Mudzakirah dawah wa daiyah. Selain itu
beliau juga memiliki majalah dan kajian-kajian yang tersebar dalam majalah Ikhwanul
Muslimin yang dimuatkan pada tahun tiga puluhan dan empat puluhan yang lalu.
www.ismaweb.net
www.biografiku.com

40 Nasihat Hasan AlBanna

08

ThursdayMAY 2014

POSTED BY ADMINISTRATOR IN DIARY


1 COMMENT

40 NASIHAT IMAM SYAHID HASAN AL-BANNA UNTUK AKTIVIS ISLAM :


1. Hendaklah engkau mempunyai wirid harian dari kitabullah tidak kurang dari satu juz.
Usahakan mengkhatamkan Al-Quran dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak
kurang dari tiga hari.
2. Hendaklah engkau membaca Al-Quran dengan baik, memperhatikannya dengan
seksama dan merenungkan artinya.

3. Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf. Banyak
membaca hadist Rasulullah saw, minimal hafal 40 hadist dalam Al-Arbain An-Nawawiyah.
Dan juga mengkaji pokok-pokok aqidah dan fiqih.
4.Hendaklah engkau bersegera melakukan general check up secara berkala atau berobat,
begitu penyakit terasa mengenaimu. Disamping itu perhatikan faktor-faktor penyebab
kekuatan dan perlindungan tubuh serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya
kesehatan.
5. Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh,
dan minuman perangsang lainnya. Hindarkan sama sekali rokok.
6. Hendaklah engkau perhatikan kebersihan dalam segala hal baik tempat tinggal,
pakaian, makanan, minuman, badan dan tempat kerja, karena agama ini dibangun di
atas dasar kebersihan.
7.Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.
8.Hendaklah engkau menepati janji, jangan mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang
engkau hadapi.
9.Hendaklah engkau menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang
paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan dalam
menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri dan dapat
menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.
10. Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun janganlah
keseriusan itu menghalangimu dari canda, senyum dan tawa.
11. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitive dan
peka oleh kebaikan dan keburukan. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan
tanpa menghinakan diri, tidak bersikap taklid dan tidak terlalu berlunak hati.
12. Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada
setiap situasi. Jangan kemarahan melalaikanmu dari berbuat kebaikan, jangan
permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik. Berkata benar meskipun itu
merugikan orang yang paling dekat denganmu.
13. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktivitas sosial. Bahagia
jika dapat mempersembahkan bakti kepada orang lain, gemar membesuk orang sakit,

membantu yang membutuhkan, menanggung orang yang lemah dan meringankan derita
orang yang terkena musibah.
14. Hendaklah engkau berhati kasih, dermawan, toleran, pemaaf, lemah lembut kepada
manusia maupun binatang, berprilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang,
menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar,
memberi tempat kepada yang lain dalam majelis, tidak memata-matai, tidak
menggunjing, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk maupun keluar rumah dan
lain-lain.
15. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, serta memperbanyak membaca
koran, majalah atau tulisan lain. Bangun perpustakaan khusus, seberapapun ukurannya,
konsentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang
spesialis, dan kuasailah persoalan Islam secara umum yang dengannya dapat
membangun persepsi yang baik untuk menjadi referensi bagi pemahaman terhadap
tuntutan fikrah.
16. Hendaklah engkau memiliki usaha ekonomi yang mandiri, betapapun kecil, dan
cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu betapapun tingginya kapasitas keilmuan.
17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah dia
sebagai sesempit pintu rezeki namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk
itu. Jangan engkau melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan
tugas dakwahmu.
18. Hendaklah engkau perhatikan tugas-tugasmu secara cermat dan berkualitas.
19. Hendaklah engkau penuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan
sempurnan dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.
20. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari judi dengan segala macamnya, apapun
maksud di baliknya.Jauhi mata pencaharian yag haram, betapapun keuntungan besar
yang ada di baliknya.
21. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitasmu dan sucikan ia
sama sekali dari riba.
22. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan
mendorong berkembangnya pabrik-pabrik dan proyek-proyek ekonomi Islam. Engkau
pun hendaklah menjaga setiap keping mata uang agar tidak jatuh ke tangan orang non-

Islam dalam keadaan bagaimanapun. Janganlah makan dan berpakaian kecuali produk
negeri Islammu sendiri.
23. Hendaklah engkau memiliki kontribusi finansial dalam dakwah, engkau tunaikan
kewajiban zakatmu dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk orang yang meminta
dan yang kekurangan, betapapun kecil penghasilanmu.
24. Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masamasa sulit, betapapun sedikit dan jangan sekali-kali menyusahkan dirimu untuk
mengejar kesempurnaan.
25. Hendaklah engkau menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi asing dalam
setiap aspek kehidupanmu. Jagalah sunah dalam setiap aktivitas tersebut.
26. Hendaklah engkau memboikot peradilan peradilan yang tidak Islami, demikian juga
penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah dan segenap institusi yang
tidak mendukung fikrahmu secara total.
27. Hendaklah engkau senantiasa merasa diawasi oleh Allah, mengingat akherat dan
bersiap-siap untuk menuju ridlo Allah dengan tekad yang kuat, serta mendekatkan diri
kepada Allah dengan banyak ibadah sunah, memperbanyak dzikir (hati dan lisan), dan
berusaha m engamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesepatan.
28. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam
keadaan berwudlu (suci) di sebagian besar waktumu.
29. Hendaklah engkau melakukan sholat dengan baik dan senantiasa tepat waktu dalam
menunaikannya. Usahakan untuk senantiasa berjamaah di masjid.
30. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji. Kerjakan sekarang juga jika
kamu telah mampu.
31. Hendaklah senantiasa menyertai dirimu niat jihad dan cinta mati syahid. Bersiaplah
untuk itu kapan saja kesempatan untuk itu tiba.
32. Hendaklah engkau senantiasa memperbaharui taubat dan istghfarmu. Berhati-hatilah
terhadap dosa kecil, apalagi besar. Sediakanlah-untuk dirimu-beberapa saat untuk
mengintropeksi diri terhadap apa-apa yang telah dilakukan, yang baik maupun yang
buruk. Perhatikan waktumu, karena waktu adalah kehidupan itu sendiri. Janganlah
engkau pergunakan ia-sedikitpun- tanpa guna dan janganlah engkau ceroboh terhadap
hal-hal yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam kubangan yang haram.

33. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan kemampuan dengan bersungguh-sungguh


agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan
pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis selera-selera rendah dari
jiwamu. Bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal dan baik, serta hijabilah ia dari
yang haram dalam keadaan bagaimanapun.
34. Hendaklah engkau jauhi khamer dan seluruh makanan atau minuman yang
memabukkan sejauh-jauhnya.
35. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan
dengan orang yang rusak serta jauhilah tempat-tempat maksiat.
36. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng, jangan sekali-kali mendekatinya,
serta jauhi gaya hidup mewah dan bersantai-santai.
37. Hendaklah engkau mengetahui teman pergaulnmu satu persatu dengan pengetahuan
yang lengkap dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya.
Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya, hak kasih sayang,
penghargaan, pertolongan dan itsar. Hendaklah hadir di majlis mereka, tidak absen
kecuali ada udzur darurat, dan pegang teguhlah sikap itsar dalam pergaulanmu dengan
mereka.
38. Hendaklah engkau hindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun,
sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrohmu.
39. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi
kepada pemimpin tentang segala kondisi yang melingkupimu. Jangan engkau berbuat
sesuatu yang berdampak stategis kecuali dengan seijinnya.
40. Hendaklah engkau senantiasa menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun amali,
dengan Jamaah dan menempatkan dirimu sebagai tentara yang berada di tangsi yang
tengah menanti instruksi komandan.

https://pramudyaputrautama.wordpress.com/2014/05/08/40-nasihat-hasan-albanna/

10 Wasiat Hasan
Al Banna

06

TuesdayMAY 2014

POSTED BY ADMINISTRATOR IN DIARY


LEAVE A COMMENT

Dakwah adalah kewajiban setiap muslim. Banyak di antara kita yang beranggapan
dakwah adalah pekerjaan atau tugas para ustadz dan para kiai saja. Memang tidak ada
jalan dakwah yang mulus dan menyenangkan. Sebagai pendakwah harus mau
mengorbankan diri baik waktu, tenaga, pikiran bahkan sampai harta dan jiwa. Banyak
rintangan dan godaan yang akan dihadapi.Sebagai balasannyaAllah akan memberikan
pahala baginya.
Berikut 10 Wasiat Imam Syahid HASAN AL-BANNA bagi para mujahid dakwah :
1.

Bangunlah segera untuk melakukan sholat apabila mendengara adzan walau


bagaimanapun keadaannya.

2.

Baca, Telaah dan dengarkan Al-Quran atau dzikirlah kepada Allah dan janganlah
engkau menghambur-hamburkan waktumu dalam masalah yang tidak ada
manfaatnya.

3.

Bersungguh-sungguhlah untuk bisa berbicara dalam bahasa Arab dengan fasih.

4.

Jangan memperbanyak perdebatan dalam berbagai bidang pembicaraan sebab hal


ini semata-mata tidak akan mendatangkan kebaikan.

5.

Jangan banyak tertawa sebab hati yang selalu berkomunikasi dengan Allah
(dzikir) adalah tenang dan tentram.

6.

Jangan bergurau karena umat yang berjihad tidak berbuat kecuali dengan
bersungguh-sungguh terus-menerus.

7.

Jangan mengeraskan suara di atas suara yang diperlukan pendengar, karena hal
ini akan mengganggu dan menyakiti.

8.

Jauhilah dari membicarakan kejelekan orang lain atau melukainya dalam bentuk
apapun dan jangan berbicara kecuali yang baik.

9.

Bertaaruflah dengan saudaramu yang kalian temui walaupun dia tidak meminta,
sebab prinsip dakwah kita adalah cinta dan taawun (kerja sama).

10.

Pekerjaan rumah kita sebenarnya lebih bertumpuk dari pada waktu yang tersedia,
maka manfaatkanlah waktu dan apabila kalian mempunyai sesuatu keperluan maka
sederhanakanlah dan percepatlah untuk diselesaikan.

https://pramudyaputrautama.wordpress.com/2014/05/06/10-wasiat-imam-hasanal-banna/

You might also like