You are on page 1of 2

Ada obat-obat yang absorbsinya terganggu dengan adanya makanan, ada yang justru

terbantu dengan adanya makanan.


Kebiasaan minum obat yang berkembang di tengah masyarakat adalah sebelum minum obat
sebaiknya perut diisi terlebih dahulu walau hanya sedikit. Katanya, biar ada tenaga dulu. Hal
ini sepertinya sudah dianggap suatu kebenaran terutama bagi masyarakat awam.
Apa yang diyakini benar selama ini, justru sebenarnya adalah salah. Tidak semua jenis obat
diminum setelah makan, bahkan beberapa jenis obat justru diharapkan diminum pada waktu
perut kosong atau sebelum makan. Untuk itu kita perlu mengetahui kapan saat yang tepat
untuk minum obat.
Secara umum, obat berdasarkan kerjanya dibagi atas obat lokal dan obat sistemik. Obat lokal
contohnya antasid kerjanya menetralkan asam lambung di lambung, dan obat cacing kerjanya
di usus.
Obat jenis ini tidak mengalami proses penyerapan (absorbsi) sehingga tidak sampai di darah.
Sementara obat sistemik, harus sampai di darah dalam jumlah yang cukup sehingga proses
absorbsi merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas efek yang dihasilkan.
Perjalanan obat dalam tubuh
Begitu obat kita minum, maka obat akan memulai perjalanan panjangnya dalam tubuh dalam
beberapa kondisi yaitu jika bentuk sediaan yang diminum berupa sediaan padat seperti tablet
maka dia akan hancur lebih dahulu kemudian baru melepaskan zat aktif dalam bentuk
partikel halus.
Partikel halus ini tersebut akan melarut dengan cairan tubuh apakah di lambung atau di usus
(tergantung dari sifat fisikokimia obat) yang seterusnya akan diabsorbsi sehingga sampai di
darah.
Jika obat yang diminum dalam bentuk cair yang terlarut seperti sirop, maka obat langsung
mengalami proses absorbsi. Umumnya obat diabsorpsi di usus halus karena permukaannya
yang sangat luas, dan hanya sebagian kecil obat yang diabsorbsi di lambung.
Interaksi obat dengan makanan
Cepat atau lambatnya proses absorbsi ini, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah faktor adanya makanan. Adanya makanan ini, dapat menimbulkan interaksi
dengan obat.
Akibat interaksi ini, dapat terjadi di mana ada obat-obat yang absorbsinya terganggu dengan
adanya makanan, ada yang justru terbantu dengan adanya makanan, dan ada yang tidak
terpengaruh dengan ada/tidaknya makanan. Keadaan seperti inilah yang menjadi sebab
kenapa obat harus diminum sebelum makan atau malah diminum setelah makan.
Pertanyaan selanjutnya, kapan waktu sebelum atau sesudah makan itu? Sebelum makan

adalah ketika perut dalam keadaan kosong yaitu 2 jam setelah makan terakhir sampai 1 jam
mau makan berikutnya.
Sedangkan sesudah makan adalah sesaat sesudah makan, ketika perut masih berisi makanan,
jangan lewat dari 2 jam. Kalau lebih dari dua jam setelah makan, makanan sudah diolah dan
diserap, sehingga kondisinya bisa disamakan dengan sebelum makan.
Obat yang diminum sebelum makan
Contohnya: antibiotika eritromisin dan amoksisilin misalnya, dan analgetika parasetamol,
akan diabsorbsi lebih baik jika tidak ada makanan, sehingga lebih baik jika diminum sebelum
makan.
Obat yang diminum sesudah makan
Sedangkan obat antiepilepsi fenitoin, atau obat antihipertensi propanolol misalnya, akan
terbantu absorbsinya dengan adanya makanan, sehingga sebaiknya diminum sesudah makan.
Selain interaksi dengan makanan secara umum, obat tertentu dapat berinteraksi secara khusus
dengan senyawa tertentu dari makanan. Contoh terkenal adalah antibiotika tetrasiklin.
Tetrasiklin dapat berikatan dengan senyawa kalsium membentuk senyawa yang tidak dapat
diserap oleh tubuh, sehingga mengurangi efek tetrasiklin. Jadi jika tetrasiklin diminum
bersama susu, atau suplemen vitamin-mineral yang mengandung kalsium, efek tetrasiklin
bisa jadi berkurang.
Selain tetrasiklin, ada juga antibiotika golongan kuinolon, seperti siprofloksasin, ofloksasin,
yang juga bisa mengikat logam-logam bervalensi dua atau tiga, seperti kalsium, magnesium,
dan aluminium. Karena itu, sebaiknya tidak minum obat ini bersama-sama dengan obat-obat
yang mengandung logam-logam tersebut seperti pada komposisi obat maag (seperti antasid
yang mengandung logam magnesium dan aluminium). Jika terpaksa harus menggunakan obat
maag (antasid) bersamaan dengan antibiotika tetrasiklin atau golongan kuinolon, sebaiknya
diberi selang waktu sedikitnya 2 jam.
Selain interaksinya dengan makanan, sifat suatu obat juga menentukan kapan sebaiknya obat
diminum. Beberapa obat tertentu dapat mengiritasi mukosa lambung sehingga dapat
menyebabkan luka pada lambung, atau malah memperparah tukak lambung itu sendiri (sakit
maag).
Contoh terkenal obat yang termasuk golongan ini adalah asetosal, kortikosteroid (seperti
deksametason dan hidrokortison) dan obat-obat antiradang seperti diklofenak, piroksikam,
dan lain-lain yang sering digunakan untuk obat rematik. Obat-obat ini harus diminum
sesudah makan.

Sumber : Syofyan, S.Si., M.Farm, Apt.

You might also like