You are on page 1of 11

akalah Profesi Keguruan (Sikap Profesional Guru)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu kunci pokok kemajuan suatu bangsa dan negara adalah terletak pada bidang
pendidikan, walaupun apabila dilihat dengan kasat mata dan dengan pemikiran yang awam
pendidikan tidaklah penting, namun sebenarnya pendidikan adalah penggerak dan penentu
kemajuan suatu bangsa dan negara. Hal ini sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja
yang tidak hanya membutuhkan SDM yang berorientasi untuk kebutuhan dunia industri. SDM
yang dibutuhkan saat ini adalah SDM yang memiliki kompetensi unggulan terutama dalam hal
kemampuan berpikir. Dengan demikian kebutuhan SDM saat ini adalah SDM yang berorientasi
kepada kerja pikiran.
Sejalan dengan pergerseran kebutuhan tersebut, restrukturisasi pendidikan haruslah
dilakukan. Pendidikan tidaklah diarahkan hanya dalam mencetak tenaga kerja untuk industri
melainkan juga tenaga kerja yang mengoptimalkan kemampuan berpikir dalam menjalankan
pekerjaanya.
Pada dasarnya profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh dan berkembang. Walaupun
ada yang berpendapat bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih dari
itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat diperoleh pada lembaga pendidikan
yang lulusannya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan
yang jelas tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989).
Jelas bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan
keahlian, menggunakan teknik-teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang jelas serta
dapat dipertanggungjawabkan.
Semakin dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai tenaga pengajar dan
pemberi informasi kepada siswanya tentunya harus mengetahui bagaimana seorang guru yang
professional itu. Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor luar. Akan
tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai
seorang tenaga pendidik.
1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berkut :
1. Tujuan Empirik (praktis)
a. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Mata Kuliah Profesi Kependidikan yang diampu
oleh Prof. Dr. H. Juhri AM, M. Pd

b. Melatih diri dan kelompok dalam menyusun karya tulis ilmiah yang menggunakan kode etik
penulisan karya tulis ilmiah.
2. Tujuan Teoritik
a. Untuk mengembangkan wawasan keilmuan tentang Sikap Profesional Keguruan yang
didukung oleh teori-teori yang diambil dari rujukan yang ada
b. Untuk mencari dan menemukan teori-teori yang membahas Sikap Profesional Keguruan
1.3 SISTEMATIKA MAKALAH
Adapun penulisan makalah ini ditulis dengan sistem sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang,
tujuan penulisan makalah, dan sistematikan makalah.
BAB II PEMBAHASAN, dalam pembahasan ini menjelaskan teori-teori atau
kajian yang berkaitan dengan Sikap Profesional Keguruan yang mencakup Pengertian, Saran
Sasaran Sikap Profesional, dan Pengembangan Sikap Profesional.
BAB III TANGGAPAN, pada pokok bahasan tanggapan menguraikan tentang tanggapan
yang bersifat individual maupun kelompok.
BAB IV PENUTUP
Sedangkan penutup menguraikan tentang kesimpulan dari makalah tersebut secara
keseluruhan.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN SIKAP PROFESIONAL GURU
Sebelum menguraikan definisi Sikap Profesional Guru, terlebih dahulu kita mengetahui apa
sebenarnya definisi dari ketiga kata tersebut,
Thursthoen dalam Walgito (1990: 108) menjelaskan bahwa, Sikap adalah gambaran
kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap
suatu keadaan atau suatu objek. Sedangkan Berkowitz, dalam Azwar (2000:5) menerangkan
Sikap seseorang pada suatu objek adalah Perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah
reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan
dengan dua alternatif, yaitu senang (like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan
atau menjauhi/menghindari sesuatu
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memiliki standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan
yang hanya dapat dilakukan oleh mereka khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan
yang dilakukan oleh mereka karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Nana Sudjana,
1988 dalam usman, 2005).
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau
kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa

profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan
sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki
keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Menurut PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru, Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selanjutnya dijelaskan menurut Arifin (2000), bahwa guru Indonesia yang profesional
dipersyaratkan mempunyai:
a. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat
ilmu pengetahuan di abad 21;
b. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan
sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan
proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan
pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
c. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi
yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek
pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program preservice dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan
yang lemah.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran guru
yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Hal ini sejalan dengan pendapat
Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru
yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan
suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment. Dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator,
informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor, evaluator, dan
administrator (Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas ditambah dengan pendapat para ahli, dapat ditarik
kesimpulan bahwa, Sikap Guru Profesional adalah Suatu Kepribadian atau respon yang
menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang guru yang memiliki kompetensi
yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran yang alhi dalam
menyampaikannya.
Kompetensi di sini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan profesional, baik yang
bersifat pribadi, sosial, dan akademis. Dengan kata lain, Guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.
2.2 SASARAN SIKAP PROFESIONAL

Sikap dan Pola tingkah laku seorang guru yang berhubungan dengan profesionalisme
haruslah sesuai dengan sasarannya, Sasaran Sikap Profesional Guru diantaranya:
2.2.1 Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa: guru melaksanakan
segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. (PGRI, 1973). Kebijaksanaan
pendidikan dinegara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh departemen pendidikan
dan kebudayaan. Dalam rangka pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia, departemen
pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang
merupakan kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain :
Pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain dengan
melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan
menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain.
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu
mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijasanaan.
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-peraturan
pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di pusat
maupun di daerah, maupun departemen lainnya dalam rangka pembinaan pendidikan di
negara. Contoh, peraturan tentang ( berlakunya) kurikulum sekolah tertentu, pembebasan uang
sumbangan pembiayaan pendidikan (SPP), ketentuan yentang penerimaan murid baru,
penyelenggaraan evaluasi belajar tahap akhir (EBTA) dan lain sebagainya.
Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur
hal tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar yang kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini
juga menunjukkan bahwa guru indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah indonesia
dalam menjalankan tugas pengabdiannya, sehingga guru indonesiia tidak mendapat pengaruh
yang negatif dari pihak luar, yang ingin memeksakan idenya melalui dunia pendidikan.
Dengan demikian, setiap guru indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuanketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia harus taat kepada kebijakan dan peraturan,
baik yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun departemen lain
yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan
kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia.
2.2.2 Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.Dasar ini menunjukan kepada kita betapa pentingnya peranan
organisasi profesi sebagai wadah dan sarana pengabdian. PGRI sebagai organisasi profesi
memerlukan pembinaan, agar lebih berdayaguna dan berhasil guna sebagai wadah usaha untuk
membawakan misi dan memantapkan profesi guru. Keberhasilan usaha tersebut sangat
bergantung kepada kesadaran para anggotanya, rasa tanggung jawab dan kewajiban para

anggotanya. Organisasi PGRI merupakan suatu sistem, dimana unsur pembentuknya adalah
guru-guru.
Organisasi harus membina mengawasi para anggotanya, yang dimaksud dengan
organisasi adlah semua anggota dengan seluruh pengurus dan segala perangkat dan alat-alat
perlengkapannya. Setiap anggota harus memberikan sebagian waktunya untuk kepentingan
pembinaan profesinya, dan semua waktu dan tenaga yang diberikan oeh para anggota ini
dikoordinasikan oleh para pejabat organisasi tersebut, sehingga permanfaatanya menjadi efektif
dan efisien.
Dalam dasar keenam kode etik itu dengan gamblang jug dituliskan, bahwa guru secara
pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan, dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan lanjutan,
pendidikan dalam jabatan, study perbandingan, dan berbagai bidang akademik lainya.
Peningkatan mutu profesi keguruan dapat telah direncanakan dan dilakukan secara bersamaan
atau berkelompok. Kalau sekararang kita lihat kebanyakan dari usaha peningkatan mutu profesi
diprakarsai dan dilakukan oleh yang dilakukan oleh pemerintah, maka diwaktu mendatang
diharapkan organisasi profesionallah yang seharusnya merencanakan dan melaksanakanya,
sesuai dengan fungsi dan peran organisasi itu sendiri.
2.2.3 Sikap Terhadap Teman Sejawat
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa Guru memlihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, kekeluargaan dan kesetikawanan sosial. Ini berarti bahwa :
1. Guru hendaknya menciptakn dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan
kerjanya.
2. Guru hendaknya menciptakan dan memlihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial
di dalam dan di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukan betapa pentingnya hubungan yang
harmonis perlu diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara
sesama anggota profesi.Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni
hubungan formal dan hubungan kekeluargaan.
a. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja
Agar setiap personel sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mutlak adanya
hubungan yang baik dan harmonis diantara sesama personal yaitu hubungan baik anatara kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan kepala sekolah ataupun guru dengan semua
personal sekolah lainya. Semua personal sekolah ini harus dapat menciptakan hubungan baik
dengan anak didik disekolah tersebut.
Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh
guru adalah sikap ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan rasa
tanggung jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa senasib sepenanggungan serta

menyadari akan kepentingan bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan
mengorbanakan kepentingan orang lain (Hermawan,1979).
b. Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan
Dalam hal ini kita harus mengakui dengan jujur bahwa sejauh ini profesi keguruan masih
memerlukan pembinaan yang sungguh-sungguh. Rasa persaudara seperti tersebut, bagi kiya
masih perlu di tumbuhkan sehingga kelak akan dapat kita lihat bahwa hubungan guru dengan
teman sejawatnya berlangsung seperti halnya dengan profesi kedokteran.
2.2.4

Sikap Terhadap Anak Didik


Dalam kode etik guru indonesia dengan jelas dituliskan bahwa : Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila, dasar
ini mengandung beberapa prinsip yang harus dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan
tugasnya sehari-hari, yakni :Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip
pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca dalam UU No. 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa
pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik
saja.
Pengertian seperti yang dikekmukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem
amongnya. Tiga kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing angarso sung tulodo,
ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani.
Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus
dapatmemberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri
terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya dan guru
memperhatikannya. Dalam handayani berati guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti
membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap
menentukan kearah pembentukan manusia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan bukanlah
mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri
handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari departemen pendidikan dan kebudayaan
RI.
Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan
yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani tidak hanya berilu tinggi tetapi juga bermoral
tinggi pula. Oleh Karenanya, Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan
pengetahuan atau perkembangan intelektual saja.
Tetapi juga harus memperhatikan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik
jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan
dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupannya
sebagi insan dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh
kepada kehendak dan kemauan guru.

2.2.5

a.
b.

2.2.6

2.2.7

Sikap Terhadap Tempat Kerja


Sudah menjadi perkembangan umum bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan
meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru
berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan
suasana kerja yang bauk ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Guru sendiri
Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling
Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari
kode etik yang berbunyi : Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
keberhasilan proses belajar mengajar.
Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana yang baik itu dengan
berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun dengan penyediaan
alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendektan
lainnya yang diperlukan.
Sikap Terhadap Pemimpin
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang
lebih besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari
organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pegurus cabang, daerah, sampai kepusat.
Begitu juga sebagai anggota keluarga besar DEPDIKBUD (Departement Pendidikan dan
Kebudayaan), ada pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah dan seterusnya sampai
kementri pendidikan dan kebudayaan.
Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan
dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan
ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Barang kali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Untuk meningkatkan mutu profesi secara sendiri-sendiri, guru dapat melakukannya
secara formal maupun informal. Secara formal, artinya guru mengikuti berbagai pendidikan
lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemmapuannya,
Secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya melalui media masa
seperti televisi, radio, majalah ilmiah, Koran, dan sebagainya.
Didalam Kode Etik Guru Indonesia butir keenam ditujukan kepada guru, baik secara
pribadi maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Guru sebagaimana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan
martabat profesinya bila guru itu tidak meningkatkan atau menambah pengetahuan dan

keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang
sesuai dengan kemajuan zaman.
2.3 PENGEMBANGAN SIKAP PROFESIONAL GURU
Seperti yang telah dijelaskan, bahwa dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu
professional, maupun mutu layanan, guru harus pula meningkatkan sikap professionalnya. Ini
jelas berarti bahwa ketujuh sasaran penyikapan yang telah dibicarakan harus selalu dipupuk dan
dikembangakan.Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik selagi dalam
pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas (dalam jabatan).
2.3.1

Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan


Dalam pendidikan prajabatan seorang guru harus dididik dalam segala hal (ilmu,
pengetahuan, sikap dan keterampilan) karena tugasya bersifat unik, guru selalu menjadi
panutansekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap terhadap pekerjaan dan
jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
Pembentukan sifat yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina
sejak calon guru memulai pendidikannya dilembaga pendidikan perguruan tinggi. Berbagai
usaha dan latihan, contoh-contoh dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap
profesional di rancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan.
Sering juga pembentukan sikap tertentu terjadi sebagai hasil sampingan (by-product) dari
pengetahuan yang di peroleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk
sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena belajar matematika
selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah di
tentukan.
Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dpat di berikan dengan memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang di rencanakan, sebagaimana halnya
mempelajari pedoman pengahayatan dan pengalaman pancasila (P4) yang diberikan kepada
seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.3.2 Pengembangan Sikap Selama Dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan
pendidikan prajabatan. Akan tetapi peningkatan harus terus dilakukan dengan cara formal seperti
mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya.
Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda dengan dengan guruguru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika Serikat pengembangan profesional
guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan
NRC (1996)bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu:
1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains
memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metodemetode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses observasi fenomena alam,

membuat penjelasan-penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan


fenomena alam;
2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains memerlukan
pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan
pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun
mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana
siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu dipahami
siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan
representasi apa yang bisa membantu siswa belajar;
3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains
memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa.
Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen
untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan
terus untuk belajar;
4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus
koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan
kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan.
Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang
berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik.

BAB III
TANGGAPAN
3.1 TANGGAPAN INDIVIDU
3.1.1 Nanda Habib Firdaus (1234 00 20)
Menurut saya, Sikap Profesional Guru amatlah penting dalam usaha meningkatkan mutu
pendidikan didalam suatu bangsa, profesionalisme seorang guru akan membawa pendidikan
kesuatu era baru yang didalamnya mencerminkan keterampilan dalam menyampaikan tujuan
pendidikan dan pengajaran.
Sikap Profesional Guru dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan peserta didik
yang semakin mendesak dan menuntuk kita untuk selalu inovatif. Pengembangan
profesionalisme guru sudah semestinya menjadi perhatian oleh semua pilar yang bersangkutan,
karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu
pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa peserta didik yang
mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.
Oleh karena itu Sikap Profesional Guru hendaknya selalu dikembangkan untuk
mendukung tugas mulia guru menciptakan generasi yang tidak hanya memiliki pengetahuan
melainkan menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki kemampuan bertahan didalam
dirinya baik sebagai individu maupun profesional.
3.1.2 Ridho Mela Prasasti (1234 00 24)
Menurut saya, Sikap profesional keguruan merupakan sikap yang harus dimilki oleh
setiap guru , sebagai tenaga pendidik, guru harus mamberikan arahan , mendidik dengan baik
para peserta didiknya. Sebagai seorang pendidik , guru tidak hanya dituntut untuk mencedaskan
anak bangsa , namun guru juga harus manjadi teladan yang baik. Karena perilaku dan sikap guru
selalu diperhatikan oleh masyarakat. Guru dikatakan profesional jika mampu mengembangkan
tugasnnya dengan baik serta dapat menjadi panutan bagi masyarakat sekelilingnya .
Guru harus meningkatkan semua kualitasnya, karena itu sebagai bekal untuk mendidik
sehingga akan terbentuknya sikap profesional guru dan akan terciptanya pendidikan yang
berkualitas dan tercapainya tujuan dalam pembelajaran.
3.2 TANGGAPAN KELOMPOK
Setelah melakukan diskusi tentang materi Sikap Profesional Guru yang didasarkan oleh
berbagai sumber, Kelompok kami berpendapat bahwa Sikap Profesional Guru merupakan
suatu sikap yang harus dimiliki oleh semua guru untuk meningkatkan kualitas dan mutu peserta
didik demi menciptakan Generasi yang berkarakter dan menguasai Ilmu pengetahuan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kajian teoritik sebagaimana dijelaskan pada bab pembahasan dan
tanggapan kelompok, maka dapat disimpulkan bahwa Sikap Profesional Guru adalah Suatu
Kepribadian atau respon yang menggambarkan kecenderungan untuk bereaksi sebagai seorang
guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran yang alhi dalam menyampaikannya.
Sebagai professional, seorang guru harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan secara terus menerus. Sasaran penyikapan itu meliputi penyikapan terhadap
perundang-undangan, organisasi profesi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pemimpin
dan pekerjaan.
Profesionalisme seorang guru juga harus dikembangkan untuk meningkatkan atau
menambah pengetahuan dan keterampilannya baik pada masa Pra-jabatan ataupun dalam
jabatan karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai
dengan kemajuan zaman.
Diposkan oleh Nanda Habib F. di 3/14/2014 12:23:00 AM
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (

You might also like