Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
FARIDA LAKSITARINI
150070300011011
PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
a. Cedera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, atau penarikan.
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai keadaan
berikut, yakni:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada tulang
yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran
(Greenspan, 2000).
KLASIFIKASI FRAKTUR COLLUM FEMUR
a) Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu:
1. Fraktur intrakapsuler
2. Fraktur extrakapsuler
Intrakapsuler
Ekstrakapsuler
Grade II
Grade III
Grade IV
: Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang
bersinggungan.
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7) Kehilangan sensasi
8) Pergerakan abnormal
9) Syok hipovolemik
10) Krepitasi (Black, 1993:199).
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita
usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur.
Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam
keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera.
Tungkai dalam posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya
hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit
yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan
deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran
deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi,
kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan
nyeri bila pinggul digerakkan.
Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil, penderita masih dapat
berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul. Kalau
impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan
dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto impactednya kurang kuat
ditakutkan terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation.
Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik percutaneus.
Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur
Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan tarikan
kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi,
yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan
reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja
operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan kapsul dan
otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelanpelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan
memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakuakn test.
Palm heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap
dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil
dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi
pertama gagal dapat diulangi sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka
setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi diantaranya:
knowless pin, cancellous screw, dan plate.
Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya agak berlainan. Bila
penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan, tidak dilakukan tindakan
internal fiksasi, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya
hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty dengan pemasangan
prothese austine moore.
Arthroplasty Adalah pembedahan yang dilakukan untuk merekonstruksi atau penggantian
sendi yang bermasalah (sakit) dengan sendi tiruan dari bahan dasar metal, karet silikon atau plastik.
Bedah penggantian pinggul (hip replacement) atau artroplasti adalah penggantian sendi pinggul
dengan sendi buatan, yang terdiri dari bola sendi dan soket sendi. Bola sendi biasanya terbuat dari
logam atau keramik, sedangkan soket sendi terbuat dari plastik, keramik, atau logam. Bahan yang
digunakan untuk sendi buatan dirancang sedemikian rupa sehingga biokompatibel, yaitu tidak
ditolak tubuh dan tidak berkarat atau lapuk (Miyamoto, 2008).
Sebab dilakukan Arthroplasty pada Hip
Penggantian pinggul dilakukan ketika kerusakan sendi pinggul sudah parah sehingga tidak ada cara
lain untuk memperbaikinya kecuali dengan mengganti.
Kerusakan sendi pinggul dapat disebabkan oleh:
Osteoartritis, penyebab paling umum. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang berusia 50
tahun atau lebih dan seringkali pada orang dengan riwayat keluarga osteoartritis. Osteoartritis
terjadi ketika tulang rawan yang melapisi ujung-ujung tulang di mana mereka bertemu untuk
membentuk sendi menipis dan rusak. Hal ini menyebabkan tulang-tulang sendi saling
bergesekan tanpa bantalan, yang menyebabkan rasa sakit dan kekakuan pinggul.
Rheumatoid artritis. Membran sinovial (selaput sendi) meradang dan menebal oleh reaksi
autoimun, yang lambat laun dapat merusak tulang rawan.
Trauma. Kecelakaan/trauma fisik dapat merusak sendi pinggul dan menyebabkan nyeri
pinggul dan kekakuan dari waktu ke waktu.
Osteonekrosis (disebut juga avaskular nekrosis, nekrosis aseptik, atau nekrosis iskemik).
Kondisi di mana suplai darah ke tulang sendi terganggu oleh cedera pada pinggul, misalnya
dislokasi atau patah tulang. Kurangnya darah dapat menyebabkan kematian jaringan tulang
dan menyebabkan kerusakan tulang dan sendi. Beberapa penyakit juga bisa menyebabkan
osteonekrosis
Orang yang memiliki kerusakan sendi pinggul mungkin juga memiliki tulang yang keropos
(osteoporosis), namun keduanya tidak saling terkait (Miyamoto, 2008).
Cara pembedahan
Operasi penggantian pinggul dapat dilakukan secara tradisional atau dengan minimal invasif. Dalam
operasi tradisional, ahli bedah ortopedi membuat sayatan lebar melalui beberapa otot di sekitar
pinggul untuk mengekspos sendi. Kemudian ahli bedah mengambil tulang dan tulang rawan yang
rusak dan mengganti mereka dengan sendi buatan. Pada bedah minimal invasif, ahli bedah membuat
satu atau dua sayatan yang jauh lebih kecil di antara otot-otot belakang, samping, atau depan pinggul.
Waktu pemulihan untuk operasi minimal invasif lebih pendek daripada operasi tradisional.
Terlepas dari jenis operasi yang dilakukan, sendi buatan akan ditempatkan dengan cara menempelkan
bola sendi baru pada bagian atas tulang paha, dan menempelkan soket baru pada panggul. Peluncur
(spacer) ditempatkan di antara bola dan soket baru untuk memungkinkan permukaannya saling
meluncur dengan mulus. Sekrup atau semen kadang-kadang digunakan untuk menahan soket di
tempatnya (Miyamoto, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A.C & Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya
Medika.
Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, ed 6. Jakarta:
EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 2. Jakarta: EGC.
Harnowo, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya
Medika.
Hidayat, Aziz.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Long, B.C. 1988. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung:
Yayasan IAPK Padjajaran.
Price, S A & Wilson, L M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, jilid 2. Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Aesculapius.