You are on page 1of 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

FRAKTUR COLLUM FEMUR


RUANG St. ANNA RUMAH SAKIT PANTI NIRMALA MALANG
DEPARTEMEN SURGICAL

Oleh:
FARIDA LAKSITARINI
150070300011011

PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

DEFINISI FRAKTUR COLLUM FEMUR


Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan (E. Oerswari, 1989:144).
Fraktur femur adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha yang dapat disebabkan oleh trauma
langsung, kelelahan otot, kondisi-kondisi tertentu seperti degenerasi tulang/osteoporosis (Long,
1985).
Sedangkan fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal
femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai
dengan bagian proksimal dari intertrokanter (FKUI-RSCM, 2008).

EPIDEMIOLOGI FRAKTUR COLLUM FEMUR


Berdasarkan survei pada tahun 1994 insiden fraktur kolum femur berdasarkan usia di
Amerika Serikat adalah 63, 3 per 100.000 orang per tahun pada wanita dan 27, 7 pada laki laki.
Namun fraktur ini pada dewasa muda relatif jarang terjadi. Sedangkan insidennya tahun 2007 di
RSCM pada wanita di atas 50 tahun adalah 0,13 % atau 127 per 100.000 orang dan laki laki
0,21 % atau per 100.000 orang. Frekuensi terjadinya fraktur kolum femur setara dengan fraktur
intertrokanter (FKUI-RSCM, 2008).

ETIOLOGI FRAKTUR COLLUM FEMUR


Fraktur collum femur sering terjadi pada usia di atas 60 tahun dan lebih sering pada
wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis
pasca menopause. Fraktur collum femur dapat disebabkan oleh trauma langsung, yaitu misalnya
penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan) ataupun disebabkan oleh trauma tidak langsung, yaitu karena gerakan
exorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Penyebab fraktur secara umum dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Cedera traumatik
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, atau penarikan.
Cedera traumatik pada tulang dapat dibedakan dalam hal berikut, yakni:
1) Cedera langsung, berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah
secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan
pada kulit diatasnya.
2) Cedera tidak langsung, berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini, kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit akibat berbagai keadaan
berikut, yakni:
1) Tumor tulang (jinak atau ganas), dimana berupa pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
2) Infeksi, misalnya osteomielitis, yang dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau
dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
3) Rakhitis, merupakan suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi vitamin D
yang mempengaruhi semua jaringan skelet, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet,
tetapi kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
Secara spontan, dimana disebabkan oleh stress atau tegangan atau tekanan pada tulang
yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas di bidang kemiliteran
(Greenspan, 2000).
KLASIFIKASI FRAKTUR COLLUM FEMUR
a) Fraktur collum femur sendiri dibagi dalam dua tipe, yaitu:
1. Fraktur intrakapsuler
2. Fraktur extrakapsuler

Intrakapsuler

Ekstrakapsuler

Fraktur intrakapsuler dan ekstrakapsuler

b) Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :


Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30 dengan bidang horizontal pada posisi tegak
Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50 dengan bidang horizontal pada posisi tegak
Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50 dengan bidang horizontal

Klasifikasi Pauwels untuk Fraktur Kolum Femur


Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal
pada posisi tegak.

c) Dislokasi atau tidak fragment ( menurut Gardens) adalah sebagai berikut :

Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)

Grade II

: Fraktur lengkap tanpa pergeseran

Grade III

: Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)

Grade IV

: Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang

bersinggungan.

Klasifikasi Gardens untuk Fraktur Kolum Femur


MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR COLLUM FEMUR
Tanda dan gejala yang terdapat pada pasien dengan fraktur femur, yakni:
1) Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya. Perubahan
keseimbangan dan kontur terjadi, seperti:
a. rotasi pemendekan tulang;
b. penekanan tulang.
2) Bengkak (edema)
Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravasasi darah dalam jaringan yang
berdekatan dengan fraktur.
3) Ekimosis dari perdarahan subculaneous
4) Spasme otot (spasme involunters dekat fraktur)
5) Tenderness
6) Nyeri

Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot, perpindahan tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7) Kehilangan sensasi
8) Pergerakan abnormal
9) Syok hipovolemik
10) Krepitasi (Black, 1993:199).
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita
usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur.
Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam
keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera.
Tungkai dalam posisi abduksi dan fleksi serta eksorotasi.pada palpasi sering ditemukan adanya
hematom di panggul. Pada tipe impacted, biasanya penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit
yang tidak begitu hebat. Posisi tungkai tetap dalam keadaan posisi netral.
Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan
deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran
deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi,
kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan
nyeri bila pinggul digerakkan.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK FRAKTUR COLLUM FEMUR


a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar
rontgen ( Sinar X ). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan
tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan
tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan
pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan Sinar X harus atas dasar indikasi kegunaan. Pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai
dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada Sinar X mungkin dapat di perlukan
teknik khusus, seperti hal hal sebagai berikut. ( Arif Muttaqin, 2008 )
1) Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup
yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks
dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.

2) Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang


tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
3) Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
4) Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari
tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan
osteoblastik dalam membentuk tulang. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat
pada tahap penyembuhan tulang
3) Hematokrit dan leukosit akan meningkat ( Arif Muttaqin, 2008 )
c. Pemeriksaan lain-lain
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas: didapatkan mikroorganisme
penyebab infeksi.
2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas
tapi lebih diindikasikan bila terjadi infeksi.
3) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan.
5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
6) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
( Arif Muttaqin, 2008 )
PENATALAKSAAN FRAKTUR COLLUM FEMUR
Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah collum femur dibanding fraktur
tulang di tempat lain. Pada collum femur-periosteumnya sangat tipis sehingga daya osteogenesinya
sangat kecil, sehingga seluruh penyambungan fraktur collum femur tergantung pada pembentukan
calus endosteal. Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati collum femur pada fraktur collum
femur terjadi kerusakan. Lebih-lebih lagi terjadinya haemarthrosis akan menyebabkan aliran darah
sekitar fraktur tertekan alirannya. Sehingga apabila terjadi fraktur intrakapsuler dengan dislokasi
akan terjadi avaskular nekrosis.
Penanggulangan Impacted Fraktur

Pada fraktur collum femur yang benar-benar impacted dan stabil, penderita masih dapat
berjalan selama beberapa hari. Gejalanya ringan, sakit sedikit pada daerah panggul. Kalau
impactednya cukup kuat penderita dirawat 3-4 minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan
dengan memakai tongkat selama 8 minggu. Kalau pada x-ray foto impactednya kurang kuat
ditakutkan terjadi disimpacted, penderita dianjurkan untuk operasi dipasang internal fixation.
Operasi yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik percutaneus.
Penanggulangan dislokasi fraktur collum femur
Penderita segera dirawat dirumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan pemasangan tarikan
kulit (skin traction) dengan buck-extension. Dalam waktu 24-48 jam dilakukan tindakan reposisi,
yang dilanjutkan dengan pemasangan internal fixation. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan
reposisi tertutup dengan salah satu cara yaitu: menurut leadbetter. Penderita terlentang dimeja
operasi. Asisten memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 untuk mengendurkan kapsul dan
otot-otot sekitar panggul. Dengan sedikit adduksi paha ditarik ke atas, kemudian dengan pelanpelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45. Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan
memutar dengan melakukan gerakan abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakuakn test.
Palm heel test: tumit kaki yang cedera diletakkan diatas telapak tangan. Bila posisi kaki tetap
dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik. Setelah reposisi berhasil
dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan teknik multi pin percutaneus. Kalau reposisi
pertama gagal dapat diulangi sampai 3 kali, dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka
setelah tereposisi dilakukan internal fiksasi. Macam-macam alat internal fiksasi diantaranya:
knowless pin, cancellous screw, dan plate.
Pada fraktur collum femur penderita tua (>60 tahun) penanggulangannya agak berlainan. Bila
penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip penanggulangan, tidak dilakukan tindakan
internal fiksasi, caranya penderita dirawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya
hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth). Kalau penderita
bersedia dilakukan operasi, yaitu menggunakan tindakan operasi arthroplasty dengan pemasangan
prothese austine moore.
Arthroplasty Adalah pembedahan yang dilakukan untuk merekonstruksi atau penggantian
sendi yang bermasalah (sakit) dengan sendi tiruan dari bahan dasar metal, karet silikon atau plastik.
Bedah penggantian pinggul (hip replacement) atau artroplasti adalah penggantian sendi pinggul
dengan sendi buatan, yang terdiri dari bola sendi dan soket sendi. Bola sendi biasanya terbuat dari
logam atau keramik, sedangkan soket sendi terbuat dari plastik, keramik, atau logam. Bahan yang
digunakan untuk sendi buatan dirancang sedemikian rupa sehingga biokompatibel, yaitu tidak
ditolak tubuh dan tidak berkarat atau lapuk (Miyamoto, 2008).
Sebab dilakukan Arthroplasty pada Hip

Penggantian pinggul dilakukan ketika kerusakan sendi pinggul sudah parah sehingga tidak ada cara
lain untuk memperbaikinya kecuali dengan mengganti.
Kerusakan sendi pinggul dapat disebabkan oleh:

Osteoartritis, penyebab paling umum. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang berusia 50
tahun atau lebih dan seringkali pada orang dengan riwayat keluarga osteoartritis. Osteoartritis
terjadi ketika tulang rawan yang melapisi ujung-ujung tulang di mana mereka bertemu untuk
membentuk sendi menipis dan rusak. Hal ini menyebabkan tulang-tulang sendi saling
bergesekan tanpa bantalan, yang menyebabkan rasa sakit dan kekakuan pinggul.

Rheumatoid artritis. Membran sinovial (selaput sendi) meradang dan menebal oleh reaksi
autoimun, yang lambat laun dapat merusak tulang rawan.

Trauma. Kecelakaan/trauma fisik dapat merusak sendi pinggul dan menyebabkan nyeri
pinggul dan kekakuan dari waktu ke waktu.

Osteonekrosis (disebut juga avaskular nekrosis, nekrosis aseptik, atau nekrosis iskemik).
Kondisi di mana suplai darah ke tulang sendi terganggu oleh cedera pada pinggul, misalnya
dislokasi atau patah tulang. Kurangnya darah dapat menyebabkan kematian jaringan tulang
dan menyebabkan kerusakan tulang dan sendi. Beberapa penyakit juga bisa menyebabkan
osteonekrosis

Orang yang memiliki kerusakan sendi pinggul mungkin juga memiliki tulang yang keropos
(osteoporosis), namun keduanya tidak saling terkait (Miyamoto, 2008).

Cara pembedahan
Operasi penggantian pinggul dapat dilakukan secara tradisional atau dengan minimal invasif. Dalam
operasi tradisional, ahli bedah ortopedi membuat sayatan lebar melalui beberapa otot di sekitar
pinggul untuk mengekspos sendi. Kemudian ahli bedah mengambil tulang dan tulang rawan yang
rusak dan mengganti mereka dengan sendi buatan. Pada bedah minimal invasif, ahli bedah membuat
satu atau dua sayatan yang jauh lebih kecil di antara otot-otot belakang, samping, atau depan pinggul.
Waktu pemulihan untuk operasi minimal invasif lebih pendek daripada operasi tradisional.
Terlepas dari jenis operasi yang dilakukan, sendi buatan akan ditempatkan dengan cara menempelkan
bola sendi baru pada bagian atas tulang paha, dan menempelkan soket baru pada panggul. Peluncur
(spacer) ditempatkan di antara bola dan soket baru untuk memungkinkan permukaannya saling

meluncur dengan mulus. Sekrup atau semen kadang-kadang digunakan untuk menahan soket di
tempatnya (Miyamoto, 2008).

DAFTAR PUSTAKA
Apley, A.C & Solomon, L. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan fraktur Sistem Apley, ed 7. Jakarta: Widya
Medika.
Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, ed 6. Jakarta:
EGC.
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 2. Jakarta: EGC.
Harnowo, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta: Widya
Medika.
Hidayat, Aziz.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Long, B.C. 1988. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung:
Yayasan IAPK Padjajaran.
Price, S A & Wilson, L M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, jilid 2. Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Aesculapius.

You might also like