You are on page 1of 11

Jurnal jurusan keperawatan, Volume....

Nomor
Tahun 2016, Halaman....
Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/

PERSEPSI PERAWAT VOKASI TENTANG KEMAMPUAN NERS


DALAM PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

Nindhita Setyaningrum1), Madya Sulisno, S.Kp.,M.Kes.2),


Dr. Meidiana Dwidiyanti, S.Kp.,M.Sc.3)
1) Mahasiswa

Jurusan

Keperawatan,

Fakultas

Kedokteran,

Diponegoro (email : nindhita31@gmail.com )


2) Staf Pengajar Departemen Keperawatan Dasar Jurusan
Fakultas

Kedokteran,

Universitas

Diponegoro

madya_sulisno@undip.ac.id)
3) Staf Pengajar Departemen Keperawatan Jiwa Jurusan
Fakultas

Kedokteran,

Universitas

Diponegoro

Universitas

Keperawatan,
(email

Keperawatan,
(email

mdwidiyanti@gmail.com)
ABSTRACT
Perception of nurses towards nurses ability caused by internal and external factors which
result in different perceptions that influence the decision to continue their education to a
higher level. The shortage of professional nurses will affect the quality of service and the
development of science and technology in the nursing field. The purpose of this study is
to determine the nurse's perception of nurses ability in the health service in hospitals
Tidar, Magelang. This research used qualitative method with phenomenological approach
using four interviewee. The sampling technique used purposive sampling. The data
collection process using in-depth interview. The data collection process using in-depth
interview. The results of this research are nurses education is more mature in skill while
S1 many theories being studied, the role characteristics of nurses as leaders are patient
and able to take decisions quickly, career development of vocational and professional
nurses is determined by the ability of skills, attitudes and education. Nurses should follow
professional education programs nurses to master the theory and skills also providing a
support system for skill enhancement in the new nurses in maintaining competency and
career development of nurses, both from nurses or hospital organization.
Keywords : Perception, Nurses, Nurses Ability

ABSTRAK

Persepsi perawat terhadap kemampuan ners disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal yang menghasilkan perbedaan persepsi sehingga berpengaruh pada
pengambilan keputusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Kurangnya tenaga profesional perawat akan mempengaruhi kualitas mutu pelayanan dan
pengembangan IPTEK dalam bidang keperawatan. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui persepsi perawat tentang kemampuan ners dalam pelayanan kesehatan di
RSUD Tidar Magelang. Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan
fenomenologis dengan menggunakan 4 responden. Teknik sampling menggunakan
purposive sampling. Proses pengumpulan data menggunakan metode in-depth interview.
Hasil penelitian ada 3 tema yaitu pendidikan ners lebih matang dalam skill sedangkan
pendidikan S1 banyak teori yang dipelajari, karakteristik peran seorang ners sebagai
pemimpin yaitu sabar dan mampu mengambil keputusan dengan cepat, pengembangan
karir vokasi dan ners ditentukan oleh kemampuan skill, sikap dan pendidikan. Perawat
sebaiknya mengikuti program pendidikan profesi ners untuk lebih menguasai teori dan
skill serta menyediakan support system untuk peningkatan skill pada ners baru dalam
mempertahankan kompetensi dan untuk pengembangan karir perawat, baik dari perawat
ataupun organisasi rumah sakit.
Kata kunci : Persepsi, Perawat, Kemampuan Ners

Pendahuluan
Pemikiran masyarakat semakin kritis seiring dengan berkembangnya IPTEK
termasuk dalam pelayanan keperawatan. Hal ini menuntut perawat semakin
profesional dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas
(Nursalam, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Yazlim, Syahrir & Yasir Haskas (2013)
didapatkan hasil bahwa masalah dalam bidang keperawatan yaitu belum
optimalnya peran perawat dan sedikitnya jumlah perawat lulusan pendidikan
tinggi sehingga kurangnya pengembangan IPTEK dalam bidang keperawatan
dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan keluh kesah masyarakat terhadap pelayanan keperawatan.
Masalah tersebut dapat diatasi dengan pengembangan profesionalisme perawat
melalui institusi pendidikan keperawatan (Nursalam, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Siswanto, Erwin & Rismadevi Woferst
(2014) didapatkan hasil bahwa sumber daya perawat yang dihasilkan dari
institusi pendidikan keperawatan mampu mendukung kualitas pelayanan
keperawatan sehingga perawat memegang peran penting dalam mewujudkan
pelayanan yang berkualitas. Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
sepakat bahwa perawat yang siap bekerja atau telah memenuhi standar
kompetensi adalah lulusan Ners yang didapat dari program pendidikan profesi
ners.

Program pendidikan profesi ners merupakan program pendidikan akademik


dan

profesi

yang

bersifat

tertintegrasi.

Program

ini

bertujuan

untuk

mempersiapkan perawat sebagai seorang pemimpin dalam mengelola pelayanan


keperawatan kepada pasien sehingga dapat menghasilkan perawat profesional
(Nursalam, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Ade Irawati & Alini (2014) didapatkan hasil
bahwa tingkat pendidikan perawat yang semakin tinggi, akan berdampak pada
meningkatnya pengetahuan dan sikap yang akan berpengaruh pada peningkatan
kualitas pelayanan keperawatan yang ditimbulkan karena peningkatan kinerja
perawat. Lilis Suryani (2015) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan juga
berpengaruh terhadap jenjang karir perawat. Semakin tinggi tingkat pendidikan
perawat maka kompetensi perawat akan semakin meningkat sehingga perawat
berkesempatan untuk mencapai jenjang karir yang tinggi pula sehingga akan
berpengaruh pada kewenangan dan standar kompetensi perawat (PPNI, 2013).
Pada sistem jenjang karir, setiap perawat memiliki standar kompetensi yang
berbeda-beda sesuai dengan pengalaman kerja dan tingkat pendidikan (Bartono
& Ruffino, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Riezky Dwi Eriawan (2013) didapatkan hasil
bahwa

tingkat pendidikan perawat memiliki hubungan dengan kemampuan

menganalisa kasus pada pasien. Pendidikan profesi ners menghasilkan perawat


profesional sebagai pengambil keputusan klinik dan dipandang mampu
menyelesaikan masalah yang terdapat di klinik.
Peningkatan pendidikan perawat untuk mencapai profesionalisme di bidang
keperawatan dapat terwujud bila perawat memiliki motivasi untuk melanjutkan
pendidikannya. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Rakhmawati & Arif Widodo
(2011) didapatkan hasil bahwa persepsi merupakan salah satu faktor dari dalam
diri perawat yang mempengaruhi timbulnya motivasi pada perawat untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan
oleh Iwan Wahyudi (2010) didapatkan hasil bahwa persepsi perawat disebabkan
oleh faktor internal maupun eksternal yang akan menghasilkan persepsi yang
berbeda-beda.
Peneliti melakukan wawancara terhadap dua partisipan mengenai persepsi
tentang pendidikan profesi ners di RSUD Tidar Magelang. Partisipan pertama
mengatakan bahwa pendidikan profesi ners merupakan pendidikan yang
melengkapi pendidikan S1 keperawatan, aplikasi dari ilmu yang didapat pada

pendidikan S1 keperawatan kemudian dipraktekkan langsung kepada pasien,


lebih banyak menjalani pendidikan di lapangan atau praktek klinik, perawat
vokasional lebih terampil dalam menangani klien dibandingkan dengan perawat
ners yang baru bekerja dengan pengalaman kerja satu tahun dan adanya
peningkatan jenjang karir salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan.
Partisipan kedua mengatakan bahwa lulusan pendidikan profesi ners akan
selalu update tentang perkembangan ilmu keperawatan, memiliki banyak ilmu
baru yang dapat diaplikasikan pada pasien sehingga lebih meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan, perawat ners yang telah bekerja di ruangan tersebut
sering membagikan ilmunya dalam acara seminar atau sosialisasi pada perawatperawat lain sehingga menambah ilmu bagi perawat dan memiliki inovasi dalam
menangani pasien sehingga menambah ilmu juga bagi perawat DIII dalam
melakukan tindakan keperawatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Fauzi Siswanto, Erwin & Rismadevi Woferst
(2014) didapatkan hasil bahwa persepsi memiliki peran penting dalam timbulnya
motivasi perawat untuk melakukan atau memutuskan sesuatu, termasuk dalam
melanjutkan ke pendidikan profesi ners sehingga mutu pelayanan keperawatan
akan mengalami perubahan menjadi lebih baik karena terpenuhinya perawat
profesional yang diharapkan mampu membawa perubahan dalam kualitas
pelayanan keperawatan.
Data lain yang didapatkan oleh peneliti yaitu jumlah perawat ners sebesar 28
orang (10%), perawat S1 sebesar 13 orang (5%), perawat DIV sebesar 8 orang
(3%), perawat DIII sebesar 230 orang (81%), dan perawat SPK sebesar 4 orang
(1%). Jumlah perawat ners yaitu 10% dari jumlah keseluruhan perawat.
Sedikitnya jumlah perawat ners di RSUD Tidar Magelang perlu diperhatikan
karena hal itu tidak sesuai dengan tujuan bersama dari seluruh institusi
keperawatan untuk menghasilkan perawat yang profesional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat vokasional
tentang kemampuan ners dalam pelayanan kesehatan di RSUD Tidar Magelang.
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberikan gambaran tentang kemampuan ners
dalam pelayanan kesehatan dapat digunakan sebagai motivasi bagi perawat
untuk melanjutkan pendidikan dan memberikan pelayanan secara profesional.

Metode
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis.
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di RSUD Tidar Magelang yang
berjumlah 283 perawat. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Sampel pada penelitian ini berjumlah 4 orang. Proses
pengumpulan

data

menggunakan

metode

in-depth

interview.

Penelitian

dilaksanakan di RSUD Tidar Magelang sejak bulan Januari hingga Juli 2016.
Hasil Penelitian
1. Data Karakteristik Partisipan
No.

Nama

Usia
(tahun)

Jenis
Kelamin

1
2
3
4

Ny. I
Tn. H
Ny. S
Ny. U

39
40
57
39

Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Perempuan

Lama
Bekerja
(tahun)
20
21
26
21

Pendidikan

Jabatan

SPK
D4 Keperawatan
D3 Keperawatan
S1 Keperawatan

Perawat pelaksana
PJ ruangan
PJ ruangan
Kepala tim

2. Tema-tema yang telah dirumuskan dan ditemukan dalam penelitian


-

Kata Kunci
Setelah lulus S1
Bagus
Melengkapi pendidikan S1
Melengkapi skill
Ilmu baru
Lebih matang
Konsep berpikir
Wawasannya luas
Banyak prakteknya
Ada stase-stase
Kompetensinya sudah lengkap
Menguasai semua aspek
Pendidikan yang lebih tinggi
S1 banyak teorinya
S1 praktek tidak banyak
Perannya sangat baik
Membimbing saya
Sangat jelas
Sudah lama bekerja
Lebih dari 10 tahun
Menjawab dengan sabar
Bisa memimpin
Nurut sama beliau
Kepemimpinan beliau baik
Sabar
Mau mendengar pendapat
Mengambil keputusan dengan

Kategori
Tema
Pendidikan Ners dan Pendidikan ners lebih
S1 keperawatan
matang dalam skill
sedangkan pendidikan
S1 banyak teori yang
dipelajari

Peran
dan Karakteristik
peran
karakteristik peran
seorang ners sebagai
pemimpin yaitu sabar
dan mampu mengambil
keputusan
dengan
cepat

cepat
Tidak merugikan yang lain
Memberitahu yang harus dilakukan
Bekerjasama
Saling membantu
Ada perbedaan jenjang karir
Pendidikan
sebagai
syarat
menaikkan jenjang karir
D3 Cuma bisa sampai PK III
Ners bisa sampai PK V
Vokasi sudah di kredensi
Vokasi
yaitu
D3,
D4,
S1
keperawatan
Pendidikan
minimal
D3
keperawatan
Kedewasaan berpikir
Berpikir kritis
Mampu menyelesaikan masalah
Pemetaan jenjang
Disiplin
Bertanggung jawab

Jenjang
karir Pengembangan
perawat vokasi dan vokasi
dan
Ners
ditentukan
kemampuan skill,
dan pendidikan

Pembahasan
Persepsi perawat tentang kemampuan ners dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit
1. Pendidikan ners lebih matang dalam skill sedangkan pendidikan S1 banyak
teori yang dipelajari
Hasil penelitian didapatkan persepsi partisipan yaitu, Ya.. melengkapi
skillnya Mbak. Setahu saya kalau S1 kan banyak teorinya, prakteknya nggak
banyak. Jadi profesi itu untuk menambah di skillnya.
Partisipan lain mengatakan, Matang dari ya konsep berpikir, skillnya,
pengalamannya. Intinya perannya ya sudah baik lah Mbak.
Menurut teori Rika Endah Nurhidayah (2009) bahwa pada tahap
akademik mahasiswa lebih banyak mendapatkan teori dan konsep ilmu
keperawatan. Mata kuliah pada tahap ini terbagi menjadi kelompok mata
kuliah yang sifatnya umum, mata kuliah penunjang seperti mata kuliah medis
yang secara tidak langsung menunjang mata kuliah keperawatan dan mata
kuliah keahlian berupa mata kuliah keperawatan.
Menurut Reilly (2002) dalam Rika Endah Nurhidayah (2009) bahwa
pendidikan perawat dibagi menjadi dua tahap yaitu pendidikan akademik dan
tahap pendidikan profesi. Pendidikan akademik lebih menekankan pada
pengetahuan dan teori sedangkan pendidikan profesi lebih diarahkan pada
praktek klinik.

karir
ners
oleh
sikap

Mahasiswa diharapkan bukan hanya sekedar menerapkan teori yang


dipelajari di kelas saat menjalani praktek klinik. Namun, mahasiswa
diharapkan lebih aktif dalam setiap tindakan sehingga akan menjadi orang
yang cekatan dalam menggunakan teori tindakan, pengambilan keputusan
klinis berdasarkan teori, hukum, pengetahuan, prinsip dan pemakaian
keterampilan khusus. Selama praktik klinis, mahasiswa dapat bereksperimen
dengan menggunakan konsep dan teori untuk praktik, menyelesaikan
masalah, dan mengembangkan bentuk perawatan baru (Reilly, 2002).
Menurut komisi akteditasi rumah sakit (2012) bahwa pada program
pendidikan profesi, peserta didik dituntut untuk dapat menyelesaikan target
kompetensi profesi dalam bentuk pengalaman belajar klinik dan lapangan
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan
secara nyata. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan skill pada peserta didik
sehingga diharapkan program pendidikan profesi ners akan menghasilkan
lulusan (ners) yang memiliki sikap dan kemampuan profesional (professional
competencies) dalam melaksanakan praktik keperawatan ilmiah dasar dan
kegiatan ilmiah keperawatan secara mandiri (PPNI, 2013).
2. Karakteristik peran seorang ners sebagai pemimpin yaitu sabar dan mampu
mengambil keputusan dengan cepat
Hasil penelitian didapatkan persepsi partisipan yaitu :
Beliau itu bisa membimbing saya. Kalau saya tidak tahu dan bertanya
pada beliau, beliau pasti menjawab dengan sabar dan sangat jelas saat
menjelaskan pada saya. Selain itu, beliau itu bisa memimpin perawatperawat disini Mbak. Jadi perawat-perawat itu pasti nurut sama beliau.
Ya mungkin kalau menurut saya karena kepemimpinan beliau itu baik.
Orangnya sabar, mau mendengar pendapat dari kami, mengambil
keputusan juga cepat dan tidak merugikan yang lain.
Persepsi perawat tentang kepemimpinan oleh perawat ners tersebut
sesuai dengan teori Nursalam & Ferry Effendy (2008) bahwa tujuan
pendidikan profesi ners yaitu peserta didik mampu mengelola pelayanan
keperawatan tingkat dasar dengan tanggungjawab dan sikap kepemimpinan,
perawat mampu menerapkan kepemimpinan dalam manajemen dan
pengelolaan asuhan keperawatan yaitu mampu membina hubungan
interprofesional dalam pelayanan dan asuhan keperawatan, menyesuaikan
pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi yang berbeda serta
menyelesaikan konflik dengan pendekatan manajemen keperawatan serta
memperhatikan perilaku organisasi. Pendidikan profesi ners menghasilkan
perawat yang mampu menerapkan sikap kemimpinan di klinik yang

dilakukan dalam bentuk membimbing perawat lain serta bekerjasama dan


saling membantu dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini sesuai
dengan teori Nursalam bahwa tujuan peningkatan pendidikan berguna bagi
perawat dalam mempersiapkan diri sebagai seorang pemimpin dalam
mengelola pelayanan keperawatan kepada pasien di rumah sakit atau
komunitas. Kepemimpinan yang profesional harus disadari dan didukung
oleh peningkatan ilmu keperawatan yang kokoh dan meningkatkan kontribusi
pelayanan keperawatan kepada masyarakat.
Menurut teori Nursalam & Ferry Effendy (2008) bahwa tujuan umum
program pendidikan profesi ners yaitu membentuk

peserta didik dalam

menguasai, memanfaatkan, menyebarkan dan merubah informasi yang


didapat (menganalisa suatu kasus) serta dapat mengembangkan IPTEK.
Peserta didik diharapkan mampu menerapkan konsep, teori dan prinsip ilmu
perilaku dan keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Wahyudi didapatkan hasil bahwa salah
satu manfaat dari kemampuan perawat dalam menguasai kompetensi yaitu
perawat mampu memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan bila
terjadi sesuatu yang berbeda dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya

(contigency

management

skills).28

Perawat

ners

yang

menguasai teori dan praktek keperawatan mampu mengambil keputusan


dengan cepat saat terjadi masalah di klinik.
3. Pengembangan karir vokasi dan ners ditentukan oleh kemampuan skill,
sikap dan pendidikan
Hasil penelitian didapatkan persepsi partisipan yaitu :
Pendidikan minimal D3. Masa kerja minimal 5 tahun. Kemudian juga
tidak sebatas itu juga, kepemimpinannya juga, kemudian dari segi
kedewasaannya dia berpikir atau berpikir kritis gitu ya. Ada juga yang
masa kerjanya sudah lama tetapi untuk berpikir secara kedewasaan itu
masih kurang.
Partisipan lain mengatakan :
Kalau masih pakai sistem yang sekarang kok kayaknya syaratnya ya
DUK itu tadi, terus masa kerja, ya pendidikan juga berpengaruh tapi kan
tetap dilihat dari kesehariannya. Nanti kan kelihatan kalau orang bekerja
dia bertanggung jawab tidak, integritasnya gimana, loyalitasnya gimana.
Tapi kalau nanti ganti pakai yang PK-PK itu ada bedanya. Kalau
perawat yang sudah ners bisa sampai PK V kalau D3 sama S1 cuma
sampai PK III.
Menurut Nursalam & Ferry Effendy (2008), jenjang karir yaitu tingkatan
kompeteni untuk melakukan asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis
sesuai dengan batas kewenangan. Syarat untuk mencapai tiap tahapan karir
salah satunya dengan pendidikan keperawatan yaitu minimal D-III

keperawatan. Teori oleh Swanburg menyebutkan bahwa perawat perlu


meningkatkan pendidikan untuk dapat menaikkan jenjang karir. Model
jenjang karir Swanburg dimulai dari Perawat Klinis I (pemula) sampai dengan
Perawat Klinis V (ahli) dimana pada setiap jenjang memiliki persyaratan
pendidikan (Nursalam dan Ferry Effendy, 2008).
Menurut Jenjang karir menurut Depkes RI tahun 2006 telah mengatur
perjenjangan karir, syarat untuk mencapai tiap tahapan karir, penghargaan
pada setiap level jenjang, dan adanya aspek kompetensi sebagai acuan
dalam kenaikan level dalam sistem jenjang karir perawat. Jenjang karir
profesional perawat klinik dibagi ke dalam lima tingkatan yaitu Perawat Klinik
I (PK I), Perawat Klinik II (PK II), Perawat Klinik III (PK III), Perawat Klinik IV
(PK IV), dan perawat klinik V (PK V). Pada sistem ini dijelaskan bahwa
perawat vokasional yaitu perawat dengan latar belakang pendidikan minimal
D-III keperawatan dapat menduduki jenjang karir pada PK I, PK II, dan PK
III. Bagi lulusan D-III keperawatan yang tidak melanjutkan ke jenjang S-1
keperawatan dan pendidikan profesi tidak dapat melanjutkan ke jenjang PKIV dan seterusnya.11 Hal ini berarti perawat vokasional hanya mampu
menduduki jenjang karir sampai PK III, sedangkan perawat ners mampu
menduduki jenjang karir sampai PK V.
Kesimpulan dan Saran
Hasil pembahasan penelitian mengenai Persepsi Perawat Vokasional tentang
Kemampuan Ners dalam Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit bahwa ada 3
tema yaitu :
1. Pendidikan ners lebih matang dalam skill sedangkan pendidikan S1 banyak
teori yang dipelajari
2. Karakteristik peran seorang ners sebagai pemimpin yaitu sabar dan mampu
mengambil keputusan dengan cepat
3. Pengembangan karir vokasi dan ners ditentukan oleh kemampuan skill,
sikap dan pengetahuan.
Saran :
1. Bagi Perawat
Perawat sebaiknya mengikuti program pendidikan profesi ners untuk lebih
menguasai teori dan skill.
2. Bagi Rumah Sakit
Menyediakan support system untuk peningkatan skill pada ners baru dalam
mempertahankan kompetensi dan untuk pengembangan karir perawat.

Ucapan Terimakasih
Terimakasih peneliti sampaikan kepada dosen pembimbing, yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi ini. Pun juga kepada para
penguji, yang telah memberikan evaluasi, koreksi dan saran yang membangun.
Rekan-rekan perawat RSUD Tidar Magelang yang telah rela meluangkan
waktunya untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini, dan semua pihak yang
telah membantu proses penelitian ini dari awal sampai akhir.
Daftar Pustaka
Bartono & Ruffino. Hotel Supervision : Teknik Supervisi & Uji Kompetensi untuk
Pendidikan Pariwisata. Yogyakarta : ANDI. 2010
Eriawan, Riezky Dwi. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan
Tindakan Keperawatan Pada Pasien Pasca Operasi dengan General
Aenesthesia di Ruang Pemulihan IBS RSD Dr. Soebandi Jember. Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember. 2013
Irawati, Ade & Alini. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Perawat
Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu Melanjutkan Pendidikan ke Jenjang
Sarjana Tahun 2014. Jurnal Stikes Tuanku Tambusai Riau, 1-9. 2014
Nurhidayah, Rika Endah. Pendidikan keperawatan. Diakses melalui
http://usupress.usu.ac.id/files/Pendidikan
%20Keperawatan_Final_Normal_Web.pdf pada tanggal 18 juli 2016 pukul
13.28 wib. 2009
Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika. 2002
Nursalam. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. 2011
Nursalam & Ferry Effendy. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika. 2008
Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan : konsep dan praktik. Jakarta :
Salemba Medika. 2001
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Standar Kompetensi Perawat
Indonesia. Jakarta : Bidang Organisasi PP-PPNI. Diakses melalui
http://www.inna-ppni.or.id pada tanggal 19 November 2015 pukul 10.53 WIB.
2013
Rakhmawati, Nur., Arif Widodo. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Mahasiswa Sarjana Keperawatan untuk Melanjutkan Pendidikan Profesi Ners
di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2011
Siswanto, Fauzi., Erwin & Rismadevi Woferst. Faktor-Faktor yang Berhubungan
engan Motivasi Mahasiswa Untuk Melanjutkan Profesi Ners. Jurnal Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau, 1 (2). 2014
Suryani, Lilis. Jenjang Karir Perawat Indonesia Sudah Saatnya Tertata dengan
Baik. Diakses melalui http://kompasiana.com pada tanggal 17 November 2015
pukul 23.22 WIB. 2015
Suroso, Jebul. Penataan Sistem Jenjang Karir Berdasar Kompetensi untuk
Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah Sakit. Jurnal
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, VI (2) 123131. 2011

Swansburg, Russell C. Pengembangan Staf Keperawatan : Suatu Komponen


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : EGC. 2000
Wahyudi, Iwan. Hubungan Persepsi Perawat tentang Profesi Keperawatan,
Kemampuan dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di
RSUD Dr. Slamet Garut. Thesis Fakultas ilmu keperawatan universitas
indonesia. 2010.
Yazlim, Nur., Syahrir & Yasir Haskas. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Upaya Pengembangan Karir Perawat di RSUD Kabupaten Muna Tahun 2012.
Jurnal Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin Makassar, II (1) : 1-7.
2013

You might also like