You are on page 1of 18

METODE NUMERIK DALAM GEOTEKNIK

Salah satu contoh penggunaan metode numerik dalam geoteknik adalah


menganalisis kestabilan lereng. Untuk lereng dengan mekanisme keruntuhan
yang cukup komplek, lereng dengan material yang bersifat anisotropi, lereng
yang mempunyai karakteristik tegangan-regangan yang nonlinier, metode
konvensional tidak dapat memberikan hasil analisis yang memuaskan. Oleh
sebab itu pada kasus-kasus yang rumit tersebut untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan, maka analisis kestabilan lereng harus dilakukan dengan
menggunakan metode numerik.
Beberapa keuntungan lain dari penggunaan metode numerik dalam analisis
kestabilan lereng antara lain yaitu:

Dapat digunakan untuk menganalisis lereng dengan mekanisme longsoran


yang komplek.

Kondisi tegangan dan regangan yang ada pada lereng dapat dimasukkan
dalam perhitungan kestabilan lereng.

Berbagai macam kriteria keruntuhan baik yang linear maupun nonlinier dapat
digunakan.

Efek perkuatan pada lereng dapat dimasukkan dengan mudah dalam analisis
kestabilan lereng.

Secara garis besar terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk


menyelesaikan persoalan geomekanika yaitu:

Pertama, batuan atau tanah dianggap sebagai suatu massa yang kontinu atau
menerus (Metode Kontinum)

Kedua, batuan atau tanah dianggap sebagai suatu benda yang tidak
kontinu/tidak menerus (Metode Diskontinum).

Kedua pendekatan tersebut dapat juga digabung untuk memperoleh kelebihan


dari masing-masing metode, pendekatan ini disebut Metode Campuran (hybrid).
1. Metode Kontinum (Continuum Method)
Metode kontinum sangat cocok digunakan untuk menganalisis kestabilan
lereng tanah, lereng batuan yang masif, dan lereng batuan dengan
rekahan yang sangat intensif.
Analisis kestabilan lereng dengan metode kontinum dapat dilakukan
dengan menggunakan dua metode sebagai berikut:

Metode beda hingga (Finite-difference method)

Metode elemen hingga (Finite-element method).

Pada metode kontinum tidak ada bidang runtuh aktual yang terbentuk,
akan tetapi dengan mempertimbangkan konsentrasi tegangan geser pada
model, lokasi bidang runtuh dapat ditentukan.

a. Metode Beda-Hingga
Metode beda-hingga berdasarkan pembagian domain kedalam
sejumlah sekumpulan simpul yang saling berkaitan dimana sistem
persamaan diferensial pengatur diterapkan. Sistem persamaan
diferensial pengatur yaitu persamaan kondisi kesetimbangan,
hubungan tegangan-regangan dan hubungan regangan-perpindahan.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam analisis kestabilan
lereng dengan metode beda-hingga adalah metode pengurangan
kekuatan geser. Prinsip dari metode pengurangan kekuatan geser
yaitu kekuatan geser material nilainya dikurangi secara bertahap
sampai terbentuk suatu mekanisme keruntuhan pada lereng.
Pengurangan parameter kohesi (c) dan sudut gesek (f) dapat
dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F)


besarnya sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi keruntuhan.
Berikut ini adalah dua contoh analisis kestabilan lereng dengan
metode beda hingga dengan menggunakan pendekatan pengurangan
kekuatan geser.

Gambar 1. Analisis kestabilan lereng dengan metode beda hingga


(Contoh 1)

Gambar 2. Analisis kestabilan lereng dengan metode beda hingga


(Contoh 2)
b. Metode Elemen Hingga
Dalam metode elemen-hingga domain dari daerah yang dianalisis
dibagi kedalam sejumlah zone-zone yang lebih kecil. Zone-zone kecil
tersebut dinamakan elemen. Elemen-elemen tersebut dianggap saling
berkaitan satu sama lain pada sejumlah titiktitik simpul. Perpindahan
pada setiap titik-titik simpul dihitung terlebih dahulu, kemudian
dengan sejumlah fungsi interpolasi yang diasumsikan, perpindahan
pada sembarang titik dapat dihitung berdasarkan nilai perpindahan
pada titik-titik simpul. Selanjutnya regangan yang terjadi pada setiap
elemen dihitung berdasarkan besarnya perpindahan pada masingmasing titik simpul. Berdasarkan nilai regangan tersebut dapat
dihitung tegangan yang bekerja pada setiap elemen.

Terdapat dua pendekatan yang umum digunakan dalam analisis


kestabilan lereng dengan menggunakan metode elemen hingga, yaitu:

Metode Pengurangan Kekuatan Geser (Strength reduction


method)

Metode Penambahan Gravitasi (Gravity increase method)

1. Metode Pengurangan Kekuatan Geser


Prinsip dari metode ini yaitu kekuatan geser material nilainya
dikurangi secara bertahap sampai terbentuk suatu mekanisme
keruntuhan pada lereng. Pengurangan parameter kohesi (C) dan
sudut gesek (f) dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai
berikut:

dimana: SRF = faktor reduksi kekuatan geser. Faktor keamanan (F)


besarnya sama dengan nilai SRF pada saat tepat terjadi
keruntuhan.
2. Metode Penambahan Gravitasi
Prinsip dari metode penambahan gravitasi yaitu nilai gravitasi
dinaikkan secara bertahap sampai terbentuk suatu mekanisme
keruntuhan pada lereng. Faktor keamanan dalam pendekatan ini
didefinisikan sebagai berikut.

Dimana gactual adalah konstanta gravitasi (9.81 kN/m3) serta glimit


adalah nilai gravitasi yang tepat menyebabkan terjadi suatu
keruntuhan pada lereng.
Berikut ini adalah beberapa contoh hasil analisis kestabilan lereng
dengan metode elemen hingga dengan menggunakan kedua
pendekatan tersebut. Dalam analisis tersebut model lereng
mempunyai sifat-sifat material seperti yang diberikan pada Tabel
9. Hasil analisis untuk berbagai macam kondisi lereng diberikan
pada Gambar 3, 4 dan 5.

Tabel 9. Sifat-sifat material untuk model lereng yang digunakan


dalam contoh analisis kestabilan lereng dengan metode elemen
hingga

Pada gambar 3, model lereng mempunyai sudut kemiringan


sebesar 49o dan tinggi lereng 30 m serta terdiri dari material yang
homogen yaitu lempung. Untuk model ini metode pengurangan
kekuatan geser dan metode penambahan gravitasi menghasilkan
nilai faktor keamanan yang sama.

Gambar 3. Mekanisme keruntuhan dan faktor keamanan untuk


model lereng lempung
Gambar 4 merupakan hasil analisis kestabilan lereng untuk lereng
pasir yang mempunyai sudut kemiringan lereng sebesar 20o dan
tinggi lereng yang bervariasi. Pada kasus ini faktor keamanan yang
dihasilkan dengan pendekatan pengurangan kekuatan geser
mempunyai nilai yang berbeda dengan faktor keamanan yang
dihasilkan oleh metode penambahan beban gravitasi.

Gambar 4. Mekanisme keruntuhan dan faktor keamanan untuk


model lereng pasir
Hasil analisis untuk lereng dengan material yang heterogen yang
terdiri dari pasir dan lempung diberikan pada Gambar 41. Pada
gambar tersebut, area yang gelap adalah tanah lempung
sedangkan area yang terang adalah pasir. Pada kasus ini
digunakan model lereng yang mempunyai ketinggian 30 m dan
sudut kemiringan 30o.

Gambar 5. Mekanisme keruntuhan dan faktor keamanan untuk


model lereng yang terdiri dari material pasir dan lempung

2. Metode Diskontinum
Metode diskontinum mengasumsikan domain dari daerah yang dianalisis
merupakan kumpulan dari blok-blok yang saling berinteraksi satu sama
lainnya, blok-blok tersebut dapat mengalami pembebanan dari gaya-gaya
luar serta dapat mengalami pergerakan atau perpindahan dalam rentang
waktu tertentu. Permodelan diskontinum cocok diterapkan pada lereng
dimana mekanisme keruntuhannya dikontrol oleh adanya bidang-bidang
takmenerus. Metode ini kadang-kadang juga disebut sebagai metode
elemen diskrit (discrete element).
Dasar dari metode elemen diskrit adalah penerapan sistem persamaan
kesetimbangan dinamik untuk setiap blok batuan, kemudian sistem
persamaan tersebut diselesaikan dengan memenuhi beberapa kondisi
batas mengenai interaksi dan pergerakan dari blok-blok dapat dipenuhi,
seperti yang diilustrasikan pada Gambar 6. Metode elemen diskrit juga
dapat memasukkan adanya interaksi nonlinear yang terjadi diantara blok.

Gambar 6. Siklus Perhitungan yang digunakan dalam metode diskrit


elemen
Karakteristik utama dari metode diskrit element yaitu

Sebuah elemen dapat mengalami perpindahan translasional maupun


rotasional, serta dapat terlepas atau terpisah ikatannya dari elemen
lainnya.

Kondisi kontak atau persentuhan diantara elemen akan dirubah dan


disesuaikan pada setiap proses perhitungan berlangsung.

Beberapa metode yang termasuk pada metode discrete element, yaitu:

Distinct element methods

Discontinuum deformation analysis

Particle flow codes

a. Distinct Element Method


Metode distinct-element yang dikembangkan oleh Cundall (1971)
merupakan metode pertama yang mengganggap massa batuan yang
takmenerus sebagai kumpulan blok semi-rigid yang dapat
terdeformasi, dimana blok-blok tersebut dapat saling berinteraksi.
Metode distinct-element menggunakan hukum gaya-perpindahan
untuk mengatur interaksi diantara blok-blok batuan yang dapat
terdeformasi, serta hukum pergerakan untuk menentukan
perpindahan dari blok-blok yang berada dalam kondisi tidak
setimbang. Sambungan diantara blok tidak dianggap sebagai elemen
tersendiri melainkan sebagai kondisi batas (Gambar 7). Deformasi dari
blok-blok diperhitungkan melalui diskretisasi dari blok-blok ke dalam
beberapa element yang memiliki sifat regangan yang konstan
(Gambar 8).

Gambar 7. Pemodelan kontak diantara dua blok yang dapat


terdeformasi

Gambar 8. Diskritisasi lereng batuan


Karateristik dari metode distinct-element sangat cocok untuk
menyelesaikan persoalan kestabilan pada lereng yang memiliki
banyak rekahan. Metode ini juga dapat digunakan untuk menganalisis
keruntuhan translasional dimana mekanisme keruntuhannya
dikontrol oleh bidang takmenerus (Gambar 9), selain itu juga dapat
dipakai untuk mensimulasikan perpindahan yang cukup besar pada
lereng sebagai akibat dari suatu gelinciran. Selain itu metode distinctelement juga dapat digunakan untuk menganalisa keruntuhan flexural
toppling (Gambar 10), maupun mekanisme keruntuhan lainnya yang
lebih komplek (Gambar 11).

Gambar 9. Model distinct-element untuk keruntuhan translational bilinear

10

Gambar 10. Model distinct-element untuk keruntuhan tipe flexural


toppling.

Gambar 11. Model distinct-element untuk sebuah keruntuhan yang


komplek.
Pengaruh dari faktor-faktor eksternal seperti tekanan air pori dan
gaya seismik terhadap gelinciran dan deformasi dari blok juga dapat
disimulasikan dalam metode distinct element.
Aliran fluida disimulasikan menggunakan rangkaian bidang
takmenerus yang terhubung satu dengan yang lainnya, dimana blok
utuh diasumsikan bersifat kedap air. Analisis gandengan hydromechanical dapat dilakukan dimana fracture conductivity tergantung
pada deformasi mekanis dan sebaliknya tekanan air pori pada
rekahan juga akan mempengaruhi sifat mekanik batuan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 12.

11

Gambar 12. Formulasi dari gabungan mekanisme hidro-mekanikal


dalam metode distinct-element
Aliran fluida sepanjang bidang kontak planar dianggap sebagai aliran
fluida yang laminar dimana laju aliran diasumsikan sebanding dengan
pangkat tiga dari lebar rekahan. Arah aliran ditentukan oleh
perbedaan tekanan diantara rekahan yang berdekatan. Contoh dari
analisis gandengan hydro-mechanical yang memperlihatkan efek dari
drainase terhadap kestabilan lereng, menggunakan metode drainase
terowongan, diperlihatkan pada gambar 13.

Gambar 13. Contoh analisis hidro-mekanikal dengan metode distinct


element.
Gambar pada sisi adalah adalah kecepatan horisontal sebelum
dipasang drainasi dan gambar pada sisi kanan adalah kecepatan
horisontal setelah pemasangan drainasi.
Metode distinct-element juga merupakan alat yang canggih dalam
permodelan lereng batuan yang mengalami gaya-gaya seismik akibat
dari gempa bumi atau peledakan. Untuk kasus ini model yang
12

digunakan harus terdiri dari tiga komponen utama yaitu kondisi batas,
redaman mekanik dan pembebanan dinamik (lihat Gambar 49).
Batasan untuk persoalan ini dapat dipilih sedemikian rupa sehingga
memungkinkan terjadinya radiasi energi dan dapat membatasi
adanya propagasi gelombang keluar dengan menggunakan dashpot
sebagai elemen damping viscous yang ditempatkan pada sekitar batas
daerah yang dianalisis. Untuk memasukkan damping alamiah dari
energi getaran dan kehilangan energi dilakukan dengan
menambahkan suatu damping mekanik ke dalam model. Gaya
dinamik ditambahkan pada model dalam bentuk suatu tegangan
gelombang yang merambah ke atas yang berasal dari bagian bawah
dari batas model. Gambar 14.

Gambar 14. Model distinct-element untuk kondisi batas bebas dan


pengaruh seismik
Meskipun metode distinct-element cocok digunakan untuk
menganalisis persolan kestabilan lereng, akan tetapi harus
diperhatikan bahwa data struktur geologi yang dimasukkan harus
representatif. Data masukan struktur geologi yang tidak representatif
akan mengakibatkan hasil yang tidak representatif juga. Apabila
memungkinkan hasil simulasi harus diverifikasi dengan hasil
pengukuran di lapangan.

13

Gambar 15. Model distinct-element tiga dimensi dari sebuah lereng


tambang
b. Discontinuous Deformation Analysis
Metode discontinuous deformation analysis (DDA) yang
dikembangkan oleh Shi (1989, 1993) juga dapat memberikan hasil
yang cukup memuaskan pada permodelan longsoran dengan
mekanisme gelinciran, gulingan maupun jatuhan pada lereng dengan
massa batuan yang tak menerus.

Gambar 16. Mekanisme keruntuhan pada sebuah bidang runtuh


busur lingkaran:
(a) rotation, (b) translation and toppling.
Kelebihan dari metode DDA yaitu dapat memodelkan suatu deformasi
yang cukup besar dan perpindahan benda kaku serta dapat
mensimulasikan kondisi keruntuhan gabungan diantara blok-blok
batuan yang berhubungan. Sebagai contoh, jika gaya-gaya yang
memisahkan diantara blok-blok melebihi kekuatan tarik sepanjang
bidang takmenerus maka kekakuan diantara blok dihilangkan
sehingga suatu blok dapat terlepas dari blok yang lain (Gambar 17).

14

Gambar 17. Contoh analisis lereng batuan menggunakan metode


discontinuous deformation analysis
Prinsip yang sama dapat diterapkan dapat diterapkan untuk gelinciran
dan geseran yang terjadi diantara blok-blok yang berdekatan. Metode
ini juga dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mensimulasikan
terjadi rekahan pada blok-blok berdasarkan kriteria propagasi fraktur
yang disebabkan oleh gaya geser maupun gaya tarik. Gambar 18
memperlihatkan aplikasi dari metode DDA untuk mensimulasikan
suatu proses blok batuan yang jatuh ke bawah dan hancur berkepingkeping pada saat mengalami tumbukan dengan permukaan bumi.

Gambar 18. Permodelan batuan jatuh dan mekanisme rekahan yang


terjadi pada sebuah blok batu menggunakan metode discontinuous
deformation analysis

15

c. Particle Flow Codes(PFC)


PFC merupakan salah satu dari perkembangan terakhir dari metode
distinct element. Dalam metode ini massa batuan dianggap sebagai
gabungan dari beberapa partikel bulat yang berinteraksi satu sama
lainnya dengan kontak gelinciran geser (Gambar 19). Gabungan atau
gugusan partikel bulat juga dapat saling terikat dengan kekuatan ikat
tertentu sehingga dapat mensimulasikan adanya joint bounded blocks.
Siklus perhitungan yang digunakan dalam metode ini berdasarkan
penerapan dari hukum perpindahan dari setiap partikel dan hukum
gaya-perpindahan pada setiap kontak di antara partikel.

Gambar 19. Sketsa dari ikatan dan kontrak diantara partikel pada
permodelan dengan metode particel flow codes
Metode ini dapat digunakan untuk memodelkan suatu aliran dari
material yang berbutir, pergerakan translasional dari blok-blok,
rekahan yang terjadi pada batuan utuh maupun simulasi dari respon
lereng terhadap gaya dinamik. Terlepaskan ikatan-ikatan diantara
partikel merupakan simulasi dari suatu proses retakan dan
keruntuhan yang terjadi pada batuan utuh. Deformasi diantara
partikel akibat pengaruh dari gaya geser atau gaya tarik juga dapat
dimasukkan, dimana gelinciran diantara partikel ditentukan oleh
koefisien gesek yang membatasi kontak dari gaya geser.
PFC dapat juga digunakan untuk melakukan simulasi dalam ukuran
makro pada blok-blok batuan yang mengandung rekahan-rekahan
dan sesar, maupun untuk simulasi skala mikro dari kontak antar
butiran partikel.
Dengan menggunakan metode ini memungkinkan untuk dilakukan
suatu simulasi dari beberapa mekanisme keruntuhan yang dapat
terjadi pada lereng batuan dan kemudian bergeraknya material yang
runtuh ke arah bawah dari lereng dan kemudian menuju ke lembah di
bawahnya.

16

Gambar 20 adalah contoh suatu simulasi 3 dimensi dari batuan jatuh


(rock fall) dimana beberapa partikel yang terikat satu sama lainnya
kemudian jatuh ke bawah, selanjutnya ikatan diantara partikel
tersebut putus pada saat membentur permukaan lereng. Gambar 21
adalah sebuah hasil permodelan keruntuhan yang memperlihatkan
konfigurasi lereng sebelum longsoran terjadi, selama longsoran dan
setelah longsoran.

Gambar 20. Model diskrit element untuk sebuah bongkah batuan


yang jatuh

Gambar 21. Konfigurasi longsoran


(a) Awal, (b) Setelah 20 detik, (c) Setelah 50 detik, (d) Final

17

sumber
https://id.scribd.com/doc/231290750/Metode-Metode-Dalam-AnalisisKestabilan-Lereng

18

You might also like