You are on page 1of 6

Kemuliaan Ibu dalam Kosa Kata Al Quran

15. Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik


kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan
susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).
mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,
sehingga apabila Dia telah dewasa dan umurnya sampai empat
puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk
mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orangorang yang berserah diri". (Al-Ahqof 46:15)




14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih
setelah anak berumur dua tahun.(QS. Luqman 31 : 14)

ialah









Dari
Abu
Hurairah radhiyallaahu
anhu,
belia
berkata, Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam dan berkata, Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku
harus berbakti pertama kali? Nabi shalallaahu alaihi wasallam
menjawab, Ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya,
Kemudian siapa lagi? Nabi shalallaahu alaihi wasallam
menjawab, Ibumu! Orang tersebut bertanya kembali, Kemudian
siapa lagi? Beliau menjawab, Ibumu. Orang tersebut bertanya
kembali, Kemudian siapa lagi, Nabi shalallahu alaihi wasallam
menjawab, Kemudian ayahmu.' (HR. Bukhari no. 5971 dan
Muslim no. 2548)
`
Imam
Al-Qurthubi
menjelaskan, Hadits
tersebut
menunjukkan bahwa kecintaan dan kasih sayang terhadap
seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap
seorang ayah. Nabi shalallaahu alaihi wasallam menyebutkan kata
ibu sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila
hal itu sudah kita mengerti, realitas lain bisa menguatkan
pengertian tersebut. Karena kesulitan dalam menghadapi
masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan
pada saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh
seorang ibu. Ketiga bentuk kehormatan itu hanya dimiliki
oleh
seorang
ibu,
seorang
ayah
tidak
memilikinya. (Lihat Tafsir Al-Qurthubi X : 239. al-Qadhi Iyadh
menyatakan bahwa ibu memiliki keutamaan yang lebih besar
dibandingkan ayah)
Ibu, dialah sumber kasih sayang; mengasuh dan memberi tanpa
batas. Dialah prajurit malam yang selalu berjaga dan terjaga.
Menemani ketidakberdayaan kita. Dia yang selalu mendahulukan
anaknya dari dirinya sendiri, mencintai tanpa menuntut balas.

Ibu, sebuah kata yang jujur nan kuat, diucapkan semua


makhluk hidup dalam bahasanya masing-masing. Dengan kata
ibu pada makhluk itu mendapatkan kasih sayang, ketulusan hati,
kehangatan, pengorbanan, cinta yang agung, yang dicipta dan
ditumbuhkan Allah dalam diri semua ibu terhadap anak-anaknya.
Karena itu, Allah SWT berwasiat kepada manusia untuk taat
kepadanya, seperti juga Rasul-Nya telah berpesan agar kita
senantiasa berbakti kepadanya.
Ada dua kata yang selalu dipakai Al Quran untuk
menyebutkan ibu: Umm dan Walidah. Kata umm, digunakan
Al Quran untuk menyebutkan sumber yang baik dan suci untuk hal
yang besar dan penting. Maka Makkah Al Mukarramah disebut
Ummul Qura karena kota ini adalah tempat turunnya risalah
yang diberikan Allah azza wa Jalla kepada Islam, yang merupakan
inti ajaran para rasul dan semua risalah. Allah berfirman,

92. dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan
yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan)
sebelumnya[492] dan agar kamu memberi peringatan kepada
(penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar
lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya
kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya.
492] Ialah kitab kitab dan shahifah shahifah yang diturunkan
sebelum Al Quran. (QS. Al Anam 06 : 92)

Imam As Suddi mengatakan, disebut Ummul Qura, kerena


Makkah rumah yang pertama kali dibangun di tempat itu.
Allah juga menyebutkan kata umm untuk sesuatu yang
menghimpun ilmu-Nya, yaitu pada lafaz Ummul Kitab. Allah
berfirman,

39. Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan


(apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat UmmulKitab (Lauh Mahfuzh). (QS. Ar Raad 13 : 39)

Pada kerangka inilah, Al Quran kemudian membedakan


antara kata umm dan walidah, di mana Allah menyebut
walidah kepada perempuan yang melahirkan anak, tanpa
melihat karakter dan sifatnya yang baik atau yang buruk. Karena
ternyata ada juga segelintir ibu yang tak punya hati terhadap
anaknya. Kata walidah digunakan hanya karena adanya proses
melahirkan, baik bagi manusia maupun makhluk lain, dengan
keadaan-keadaan yang menyertainya; hamil dan menyusui, seperti
firman Allah,

233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.
dan kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu
dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya,
dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika

kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa
Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Al Baqarah 2 :
233)

Ibu yang dibahasakan walidah inilah tempat menumpahkan


segala bakti, pemuliaan, tanpa membedakan apakah ia baik atau
tidak. Allah berfirman,

Namun ketika Al Quran mengisahkan tentang Isa as dan


tentang karakter dan sifat ibunya yang mulia, Ia menggunakan
kata umm. Allah berfirman,

23. dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara
keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak
mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia[850].
[850] Mengucapkan kata Ah kepada orang tua tidak dlbolehkan
oleh agama apalagi mengucapkan kata-kata atau memperlakukan
mereka dengan lebih kasar daripada itu.(QS. Al Isra 17 : 23)

Bahkan meskipun si ibu adalah seorang pelaku maksiat dan kafir.


Adapun umm, seperti telah disebutkan di atas, Al Quran
menggunakannya untuk menyebutkan sesuatu yang menjadi
sumber kemuliaan, merupakan simbol pengorbanan, penebusan,
kesucian, kejernihan, cinta dan kasih sayang. Sumber yang
menjadikan seseorang tumbuh menjadi manusia yang terhormat,
menemukan kemuliaan dan bangga menisbahkan dirinya kepada
ibu yang melahirkannya. Mari kita perhatikan perbedaan itu ketika

Isa alaihissalaam bicara soal kewajiban berbakti dan menghormati


ibu, dimana Allah SWT berfirman,
32. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku
seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam 19 : 32)






75. Al masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang
Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan
ibunya seorang yang sangat benar, Kedua-duanya biasa memakan
makanan[433]. perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada
mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian
perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan
ayat-ayat Kami itu).
[433] Maksudnya Ialah: bahwa Isa a.s. dan ibunya adalah manusia,
yang memerlukan apa yang diperlukan manusia, seperti makan,
minum dan sebagainya. (QS. Al Maidah 05: 75)

ketika Al Quran hendak menarik perhatian anak-anak agar


memperhatikan ibu yang telah melahirkannya dengan segala
kendala dan kesulitan, Al Quran menggunakan kata umm.
Karena dari ibu, memancarkan cahaya kesabaran dan kemuliaan
pada
hari
kiamat,
sehingga
kita
diperintahkan
untuk
memuliakannya di dunia dengan pemuliaan yang mutlak dan
tanpa batas.
Di sini kita bisa melihat betapa indahnya bahasa Al Quran.
Ketika ia berpesan kepada kita untuk berbakti kepada orang tua, Al
Quran menggunakan kata al walidain, tapi setelah itu ia
menyebut ibu dengan kata umm karena keutamaannya lebih di
atas ayah. Allah berfirman,




14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam
Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya
dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

[1180] Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah


setelah anak berumur dua tahun. (QS. Luqman : 14)
Imam Asy Syarbini, seperti juga dikatakan Syaikh
Muhammad bin Amin, Ibu disebutkan secara khusus karena
menanggung beban berat dan banyak dari rasa sakit dan kesulitan
dalam melahirkan, menyusui, dan mengasuh. Ar Razi
mengatakan, Karena itu hak ibu lebih agung.
Begitulah Al Quran bicara soal keutamaan ibu. Demikian
pula, ketika Al Quran hendak memberitakan kepada kita dalamnya
cinta ibu kepada anak-anaknya, dan besarnya kasih sayang dan
kelembutannya kepada mereka, kembali Al Qur;an menyebutnya
dengan kata umm. Allah berfirman,




10. dan menjadi kosonglah hati ibu Musa[1114]. Sesungguhnya
hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya
tidak Kami teguhkan hati- nya, supaya ia Termasuk orang-orang
yang percaya (kepada janji Allah).
[1114] Setelah ibu Musa menghanyutkan Musa di sungai Nil, Maka
timbullah
penyesalan
dan
kesangsian
hatinya
lantaran
kekhawatiran atas keselamatan Musa bahkan Hampir-hampir ia
berteriak meminta tolong kepada orang untuk mengambil anaknya
itu kembali, yang akan mengakibatkan terbukanya rahasia bahwa
Musa adalah anaknya sendiri.(QS. Al Qashahs 28: 10)

Dan ketika Al Quran menceritakan betapa bahagianya


ibunda Musa setelah bertemu kembali anaknya, Al Quran juga
menggunakan kata umm. Allah berfirman,




40. (yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia
berkata kepada (keluarga Fir'aun): "Bolehkah saya menunjukkan
kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami
mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak
berduka cita. dan kamu pernah membunuh seorang manusia[917],
lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah
mencobamu dengan beberapa cobaan; Maka kamu tinggal
beberapa tahun diantara penduduk Madyan[918], kemudian kamu
datang menurut waktu yang ditetapkan[919] Hai Musa,
[917] Yang dibunuh Musa a.s. ini ialah seorang bangsa Qibthi yang
sedang berkelahi dengan seorang Bani Israil, sebagaimana yang
dikisahkan dalam surat Al Qashash ayat 15.
[918] Nabi Musa a.s. datang ke negeri Mad-yan untuk melarikan
diri, di sana Dia dikawinkan oleh Nabi Syu'aib a.s. dengan salah
seorang puterinya dan menetap beberapa tahun lamanya.
[919] Maksudnya: Nabi Musa a.s. datang ke lembah Thuwa untuk
menerima wahyu dan kerasulan. (QS. Thaha : 40)
Ketika menunjukkan kesucian dan kemuliaan para istri
Rasulullah SAW, Al Quran pun menyebut mereka dengan al
Ummahat, bukan al walidat. Allah berfirman,



6. Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari
diri mereka sendiri[1200] dan isteri-isterinya adalah ibu-ibu
mereka. dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu
sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam kitab Allah
daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali
kalau kamu berbuat baik[1201] kepada saudara-saudaramu
(seagama). adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab
(Allah).
[1200] Maksudnya: orang-orang mukmin itu mencintai Nabi
mereka lebih dari mencintai diri mereka sendiri dalam segala
urusan.
[1201] Yang dimaksud dengan berbuat baik disini ialah Berwasiat
yang tidak lebih dari sepertiga harta. (QS. Al Ahzab : 6)
Al Quran yang lafaz-lafaznya kaya makna, begitu dalam
menjelaskan kepada kita tentang ibu. Maka selamilah itu, agar kita
bisa lebih memahami ibu, keajaiban yang Allah karuniakan kepada
kita. [Syahida.com]
Sumber : Majalah Tarbawi, Sulthan Hadi

Sumber: http://www.syahida.com/2015/05/19/3169/subhanallahinilah-kemuliaan-ibu-dalam-kosa-kata-al-quran/#ixzz3yQXfkGmt
Follow us: @syahidacom on Twitter | syahidacom on Facebook
Islam sangat menjunjung tinggi dan mensucikan hubungan
atau ikatan dengan ibu. Untuk menjaga kesucian ini, Islam
mengharamkan menikah dengan ibu:







23. diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu
yang perempuan[281]; saudara-saudaramu yang perempuan,
saudara-saudara bapakmu yang perempuan; saudara-saudara
ibumu yang perempuan; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari saudarasaudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu;
saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anakanak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah
kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan isterimu itu
(dan sudah kamu ceraikan), Maka tidak berdosa kamu
mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan)
dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada
masa lampau; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
[281] Maksud ibu di sini ialah ibu, nenek dan seterusnya ke atas.
dan yang dimaksud dengan anak perempuan ialah anak
perempuan, cucu perempuan dan seterusnya ke bawah, demikian
juga yang lain-lainnya. sedang yang dimaksud dengan anak-anak
isterimu yang dalam pemeliharaanmu, menurut jumhur ulama
Termasuk juga anak tiri yang tidak dalam pemeliharaannya. (QS alNis`/4: 23).

Dengan tegas Islam menyatakan bahwa ikatan suami-istri tidak


akan pernah berubah menjadi ikatan anak-ibu. Sangat jauh
perbedaan antara keduanya:






Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati .4
dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang
kamu zhihar[1198] itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan

anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu (sendiri). yang


demikian itu hanyalah perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah
mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan (yang
.benar)
[1198] Zhihar ialah Perkataan seorang suami kepada istrinya:
punggungmu Haram bagiku seperti punggung ibuku atau
Perkataan lain yang sama maksudnya. adalah menjadi adat
kebiasaan bagi orang Arab Jahiliyah bahwa bila Dia berkata
demikian kepada Istrinya Maka Istrinya itu haramnya baginya
untuk selama-lamanya. tetapi setelah Islam datang, Maka yang
Haram untuk selama-lamanya itu dihapuskan dan istri-istri itu
kembali halal baginya dengan membayar kaffarat (denda).(QS alAhzb/33: 4).

You might also like