Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
ANATOMI TULANG
BELAKANG DAN MEDULLA
SPINALIS
Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang
menjadi jalur informasi antara otak dan bagian tubuh lainnya.
Pengetahuan akan struktur neuroanatomi medulla spinalis adalah
kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk mengerti setiap
manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh cedera medulla
spinalis. Selain itu, pada bagian ini akan dibahas pula mengenai
anatomi tulang belakang dan sekitarnya dan perfusi dari medulla
spinalis karena cedera pada medulla spinalis umumnya terasosiasi
dengan struktur-struktur yang ada di sekitarnya.
Gambar 2. A. Gambaran kolumna vertebralis dari lateral. B.
Fitur umum dari tiap vertebra
Gambar dikutip dari: Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the
Ascending and Descending Tracts. In: Snell RS. Clinical
Neuroanatomy. 7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia. 2010. p. 133-84
Cord. In: Waxman SG, ed. Clinical Neuroanatomy. 26th ed. New York:
McGraw-Hill; 2010. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?
aID=5272198. Accessed October 1, 2013.
BAB 3
CEDERA MEDULA
SPINALIS
3.1 Definisi
Cedera medulla spinalis atau Spinal Cord Injury (SCI) didefinisikan
sebagai cedera atau kerusakan pada medulla spinalis yang
menyebabkan perubahan fungsional, baik secara sementara
maupun permanen, pada fungsi motorik, sensorik, atau
otonom.6,9 Beberapa literatur membedakan SCI sebagai traumatic
spinal cord injury (TSCI) dan nontraumatic, sedangkan pada literatur
lainnya menggunakan istilah SCI sebagai TSCI.
3.2 Epidemiologi
Tingkat insidensi di Amerika Serikat per tahun mencapai 40 kasus
baru per 1 juta penduduk setiap tahunnya atau diperkirakan sekitar
12.000 kasus baru per tahun.2Sekarang ini, diperkirakan terdapat
sekitar 183.000-230.000 pasien dengan cedera medulla spinalis
yang masih bertahan hidup di Amerika Serikat.10
Cedera ini umumnya melibatkan pria dewasa muda dengan rentang
usia rata-rata 28 tahun (terutama antara 16-30 tahun). 2,10 Hampir
seluruh pasien cedera medulla spinalis (80,6%) adalah pria
(perbandingan rasio pria: wanita yaitu 4:1) karena resiko yang lebih
tinggi terhadap kecelakaan lalu lintas, kekerasan, jatuh, dan cedera
yang berhubungan dengan rekreasi (seperti diving).2,10 Tingkat
mortalitas yang tinggi (50%) pada cedera medula spinalis umumnya
terjadi pada saat kondisi kecelakaan awal, sedangkan tingkat
mortalitas bagi pasien yang masih bertahan hidup dan dilarikan ke
rumah sakit adalah 16%.1 Tingkat harapan hidup pada pasien
dengan cedera medulla spinalis menurun secara drastis apabila
dibandingkan pada populasi normal dan tingkat mortalitas jauh lebih
tinggi tahun pertama, apabila dibandingkan di tahun-tahun
berikutnya.2
3.3 Etiologi
Sejak tahun 2005 etiologi utama CMS (Gambar 14), antara lain
kecelakaan lalu lintas (39,2%), jatuh (28,3%), kekerasan (luka
tembak, 14,6%), olah raga (terutama diving, 8,2%), akibat lainnya
dari mencakup 9,7%.2 Beberapa literatur mendokumentasikan
etiologi yang serupa, namun dengan sedikit variasi pada
proporsinya.6,10,11Etiologi nontraumatik, antara lain gangguan
vaskular, autoimun, degeneratif, infeksi, iatrogenik, dan lesi
onkogenik.6,7,11
3.4. Patofisiologi
3.4.1 Mekanisme Cedera
Lokasi SCI berturut-turut dari yang paling umum, antara lain daerah
servikal (level C5-C6), thoracolumbar junction, thorakalis, dan
lumbalis (Tabel 1).11Mekanisme cedera umumnya merupakan aspek
utama yang menentukan lokasi cedera medulla
spinalis,11 contohnya motor vehicle accident (MVA) atau kecelakaan
lalu lintas umumnya melibatkan cedera daerah servikal (akibat
hiperekstensi dan hiperfleksi), jatuh melibatkan beberapa daerah
lokasi tergantung bagian yang terjatuh menumpu ke tanah terlebih
dahulu (jatuh dengan kaki menumpu melibatkan daerah
thoracolumbar akibat fraktur kompresi atau burst fracture, jatuh di
tangga dimana leher menumpu tangga melibatkan hiperekstensi
leher dan cedera servikal), jatuh dengan bokong menumpu tanah
melibatkan daerah lumbar).7
Gambar 15. Mekanisme cedera fleksi dan dislokasi dari C5C6 dengan robekan padainterspinous dan posterior
3.5 Diagnosis
3.5.1 Evaluasi klinis
Evaluasi klinis pada pasien dengan CMS membutuhkan penilaian
status neurologis lengkap, namun serupa dengan pasien trauma
lainnya evaluasi klinis awal dilakukan observasi primer. Pada
observasi primer, ABC (Airway, Breathing, Circulation) dinilai terlebih
dahulu. Setelah ketiga aspek tersebut dinilai stabil, maka penilaian
status neurologis baru dilaksanakan (Disability).
Dugaan terhadap adanya CMS didapatkan melalui anamnesis yang
menyeluruh baik mengenai mekanisme trauma dan gejala yang
berhubungan dengan trauma pada daerah spinal (umumnya nyeri)
dan adanya defisit motorik atau sensorik. 6 Selain itu, CMS akut harus
diduga apabila ditemukan adanya gejala otonom (retensio urin,
konstipasi, ileus, hipotermia, hipotensi, bradikardia), defisit motorik
(hemiplegia, tetraplegia, paraplegia), dan sensorik (hemianestesia,
hemihipestesia).5,6Penggunaan Kriteria NEXUS (the National
Emergency X-Radiography Utilization Study) Low-Risk Criteria atau
CCR (The Canadian C-Spine Rule) digunakan untuk
mengidentifikasikan resiko rendah kemungkinan terjadinya cedera
servikal pada pasien trauma.17 NEXUS Low-Risk Criteria meliputi,
tidak adanya nyeri tekan pada daerah garis tengah posterior
(posterior midline cervical-spine tenderness), tidak adanya tandatanda intoksikasi (alkohol), kesadaran normal (GCS 14 kebawah
dianggap tidak normal), tidak ada defisit neurologis fokal (setelah
pemeriksaan neurologis lengkap), dan tidak ada cedera yang nyeri
dan mendistraksi (fraktur, nyeri visceral, crush injury, luka bakar,
dan nyeri lainnya), sedangkan kriteria CCR dapat dilihat pada
Gambar 23.17
3.6 Tatalaksana
BAB 4
RINGKASAN
Cedera medura spinalis (CMS) sekunder akibat trauma tulang
belakang merupakan salah satu cedera hebat yang memberikan
siknifikansi besar dalam kehidupan manusia, yakni dalam hal tingkat
morbiditas dan mortalitas, perubahan aktivitas sehari-hari, dan
biaya yang harus ditanggung oleh pasien, keluarga, dan
masyarakat. Pengetahuan akan struktur neuroanatomi medulla
spinalis adalah kebutuhan mendasar yang diperlukan untuk
mengerti setiap manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan oleh
cedera medulla spinalis. Cedera ini umumnya melibatkan pria
dewasa muda dengan rentang usia rata-rata 28 tahun (terutama
antara 16-30 tahun) dengan perbandingan rasio pria : wanita yaitu
4:1. Etiologi CMS antara lain kecelakaan lalu lintas (39,2%), jatuh
(28,3%), kekerasan (luka tembak, 14,6%), olah raga
(terutama diving, 8,2%), akibat lainnya dari mencakup 9,7%. Lokasi
SCI berturut-turut dari yang paling umum, antara lain daerah
servikal (level C5-C6), thoracolumbar junction, thorakalis, dan
lumbalis. Mekanisme cedera, antara lain cedera fleksi,
hiperekstensi, dan kompresi. Diagnosis dari CMS dilakukan secara
pemeriksaan klinis dan evaluasi radiologis. Penanganan CMS sesuai
dengan prinsip ATLS dan meliputi penanganan pra-rumah sakit dan
di rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1.Freidberg SR, Magge SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and
Spinal Cord. In: Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA.
Netters Neurology. 2nd edition. Elsevier, Saunders. 2012. p.56271
2. National Spinal Cord Injury Statistical Center. Spinal Cord
Injury Facts and Figures at a Glance. Birmingham, Alabama.
2012. Downloaded from:https://www.nsisc.uab.edu
3. Baron BJ, McSherry KJ, Larson, Jr. JL, Scalea TM. Chapter 255.
Spine and Spinal Cord Trauma. In: Tintinalli JE, Stapczynski
JS, Cline DM, Ma OJ, Cydulka RK, Meckler GD, eds.Tintinallis
Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide. 7th ed.
New York: McGraw-Hill; 2011.
http://www.accessmedicine.com/content.aspx?
aID=6389092. Accessed September 30, 2013
4. Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the Ascending and
Descending Tracts. In: Snell RS. Clinical Neuroanatomy.
7th Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010.
p. 133-84
5. Gondim FAA, Gest TR. Topographic and Functional Anatomy
of the Spinal Cord. Emedicine Medscape
2013.http://emedicine.medscape/article/1148570overview#showall
6. Chin LS. Spinal Cord Injuries. Emedicine Medscape
2013.http://emedicine.medscape.com/article/793582overview#showall
14.
Kirshblum et al. International standards for neurological
classification of spinal cord injury (Revised 2011). J Spinal
Cord Med 2011;34(6):535-46
15.
Gruener G, Biller J. Spinal Cord Anatomy, Localization,
and Overview of Spinal Cord
Syndromes. Continuum: Lifelong Learning
Neurol 2008;14(3):11
16.
Bill II CH, Harkins VL. Chapter 29. Spinal Cord Injuries.
In:Shah SM, Kelly KM. Principles and Practice of Emergency
Neurology. Cambridge University Press, New York. 2003
p.286-303
17.
Stiell et al. The Canadian C-Spine Rule versus the
NEXUS Low-Risk Criteria in Patients with Trauma. N Eng J
Med 2003;349:2510-8
18.
Grundy D, Swain A, Morris A. Chapter 3. Radiological
Investigations. In: Grundy D, Swain A. ABC of Spinal Cord
Injury. 4th edition. BMJ Publishing Group, London. 2002. p. 116
19.
Castellano JM. Prehospital Management of Spinal Cord
Injuries. Emergencias2007; 19:25-31
20.
Swain A, Grundy D. Chapter 4. Early Management and
Complications I In: Grundy D, Swain A. ABC of Spinal Cord
Injury. 4th edition. BMJ Publishing Group, London. 2002. p. 1720
21.
Wahjoepramono EJ. Medula Spinalis dan Tulang
Belakang. Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan,
Lippo Karawaci. 2007. p. 131-56
22.
Consortium for Spinal Cord Medicine. Early Acute
Management in Adults with Spinal Cord Injury: A Clinical
Practice Guideline for Health-Care Providers. J Spinal Cord
Med 2008;31(4):408-79
23.
Grundy D, Swain A. Chapter 5. Early Management and
Complications II. In: Grundy D, Swain A. ABC of Spinal
Cord Injury. 4th edition. BMJ Publishing Group, London. 2002.
p. 21-4