Professional Documents
Culture Documents
Asisten Praktikum
Nafilah Khairunnisa
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI (ENAM)
ANGGOTA
(I1021131016)
(I1021131024)
(I1022131025)
(I1021131029)
Shift : A1
TETES MATA ADRENALIN BITARTRAT
Mata merupakan organ yang peka an penting dalam kehidupan. Berbagai gangguan atau
penyakit dapat ditimbulkan oleh gangguan pada mata, seperti infeksi mata, iritan mata, dan
glaukoma pada mata. Obat tetes mata merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril
yang digunakan secara lokal pada mata. Tetes mata digunakan dengan cara meneteskan pada
mata pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata pada bola mata.
Adrenalin bitartrat merupakan salah satu zat yang tersedia dalam bentuk tetes mata.
Adrenalin bitartrat merupakan stimulator alpha dan beta adrenergik, yang dapat memberikan
efek terhadap beberapa organ, khususnya jantung, otot jantung, otot polos pembuluh darah, dan
otot polos pembuluh lain. Efek adrenalin bitartrat adalah dilasi otot pupil melalui kontraksi otot
dilator.adrenalin bitartrat bekerja dengan cara menurunkan tekanan intraokuler yang normal
aupun yang menderita glaukoma. Timbulnya efek ini membuat adrenlain bitartrat efektif untuk
pengobatan glaukoma.
Adrenalin bitartrat dapat dibuat sediaan tetes mata karena kelarutannya di dala lemak
cukup tinggi sehingga memudahkan penetrasi konjungitva pada mata. Tetes mata ini harus
dilindungi dari cahaya matahari karena dapat merusak zat aktif. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, mulai dari isotonis, kebutuhan
dapar, pengawet, cara sterilisasi, dan pengemasan yang tepat. Oleh karena itu, percobaan
mengenai pembuatan tetes mata perlu dilakukan agar diketahui cara pembuatan tetes mata yang
tepat.
II.
Struktur Kima
Rumus Molekul
C9H13NO3.C4H6O6
Sinonim
Nama Kimia
Berat Molekul
333,29 g/mol
Serbuk hablur, putih hingga putih kelabu, tidak berbau
Pemerian
Kelarutan
Larut dalam 3 bagian air, sukar larut dalam etanol 95%, praktis
tidak larut dalam kloroform P dan eter P
Titik Leleh
Inkompatibilitas
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/Oksidasi
Cahaya
Kesimpulan
Bentuk
zat
digunakan
Bentuk sediaan
aktif
yang
III.
Perhitungan Tonisitas / Osmolaritas dan Dapar
a. Tonisitas
Menggunakan ekivalensi NaCl berdasarkan bobot zat
Metode Liso
Perhitungan:
% Adrenalin Bitartrat = 0,5 % = 0,5 gram/ml = 500 mg / 100 ml = 50 mg/10ml
% Natrium Benzoat = 0,5 % = 0,5 gram/100 ml = 500 mg/100 ml = 50 mg / 10 ml
Kesetaraan NaCl :
Adrenalin Bitartrat
Natrium Benzoat
0,29 %
b. Dapar
Jenis dapar/ kombinasi
Target pH
Kapasitas Dapar
Perhitungan
IV.
Pendekatan Formula
No.
Bahan
Jumlah
1.
Adrenalin Bitartrat
0,5 %
0,5 %
Zat pengawet
0,52 %
Zat pengisotonis
Ad 100
Zat Pelarut
2
Natrium Benzoat
3.
Natrium Klorida
4.
Aqua Pro Injeksi
V.
Preformulasi Eksipien
a. Natrium Benzoat
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis
Cahaya
Inkompatibilitas
Kesimpulan
Cara sterilisasi
Kemasan
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis
Cahaya
Inkompatibilitas
Bahan padat stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
di tempat yang sejuk dan kering
Kesimpulan
Cara sterilisasi
Kemasan
atrium Klorida
Air steri injeksi adalah air yang disterilkan dan dikemas dengan
cara yang sesuai. Tidak mengandung antimikroba atau bahan
tambahan lain. Garam jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau.
Kelarutan
Stabilitas
Panas
Hidrolisis
Cahaya
Inkompatibilitas
Kesimpulan
Cara sterilisasi
Dengan autoklaf
b.
N
VI.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Nama Alat
Balb filler
Batang pengaduk
Erlenmeyer 200 ml
Erlenmeyer kecil
Gelas ukur 10 ml
Indikator pH 2 ml
Gelas beker
Kaca arloji
Kertas perkamen
Kertas saring
Pipet ukur 10 ml
Spatel stainless
Jumlah
1
2
1
1
1
3
4
1
1
2
Cara Sterilisasi
Direndam alcohol 70 %
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
b. Wadah
No.
1.
Nama Alat
Botol plastik
Jumlah
1
Nama Bahan
Adrenalin Bitartrat
Jumlah
50 mg
2.
Natrium Benzoat
50 mg
3.
Natrium Klorida
52 mg
4.
Ad 100
5.
Propilenglikol
qs
Cara Sterilisasi
Sterilisasi etanol
c. Bahan
No.
1.
Cara Sterilisasi
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Nama Bahan
Adrenalin bitartrat
50 mg
Natrium benzoat
50 mg
3.
Nattrium klorida
52 mg
4.
Ad 100
PROSEDUR
Permukaan meja dilap menggunakan etanol 70% sebelum sterilisasi
ruangan. Steriliasasi ruangan dengan oksidasi menggunakan etanol 70%
diikuti dengan penyinaran lampu UV selama 12 jam.
Sterilisasi dilakukan dimana alatalat yang akan digunakan disterilkan
didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat non presisi).
Catatan: sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih
dahulu alat alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen.
Aqua pro injeksi :
a. Dimasukkan aqua bidest ke dalam beaker glass dalam 250 mL yang
telah distandarisasi
b. Ditambahkan karbon aktif 0,1% lalu diaduk
c. Dipanaskan pada suhu 60-70oC selama 15 menit
d. Disaring menggunakan kertas saring 2 lapis
e. Disterilisasi ke dalam autoklaf
Ditimbang masing-masing bahan menggunakan neraca analitik dengan
tepat menggunakan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan
Grey Area
White Area
Grey Area
White Area
Grey Area
IX.
EvaluasiSediaan
No
Jenis Evaluasi
.
1
2
Prinsip Evaluasi
Uji pH sediaan
Menggunakan
pH
Uji kejernihan
meter
Wadah sediaan akhir
larutan
partikel
Jumlah
Hasil
Sampel
Pengamatan
4
Syarat
3.5-6.5
Uji kebocoran
wadah
Uji Sterilitas
Wadah
sediaan
diletakkan
dengan
posisi terbalik.
Sediaan diinokulasi
pada
medium agar
dan
diamati
pertumbuhan mikroba
5
Uji Partikulat
setelah inkubasi.
Memerlukan sistem
elektronik penghitung
partikel
pengotor
cairan
yang
dilengkapi
dengan
alat
untuk
memasukkan contoh
6
Volume
yang sesuai.
Sediaan dipindahkan
Terpindahkan
ukur
dan
dilakukan
pengamatan
volume
yang terpindahkan.
7
Penetapan Kadar
zat aktif
Uji Endotoksin
Bakteri
Penetapan
kadar
endotoksin dilakukan
dengan
seri
pengenceran
spesimen
dengan
yang
dengan
geometrik
seri
sehingga
setiap
tahap
lebih
besar
dari
tahap
berikutnya
dengan
perbandingan
tetap.
yang
Termasuk
di
dalamnya
kontrol
negatif,
kontrol
positif.
Dilakukan penafsiran
hasil
X.
Pembahasan
Tetes mata adalah sediaan steri berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola
mata. Tetes mata dapat mengandung bahan-bahan antimikroba, antiinflamasi, atau
antibiotik yang dapat berupa larutan berair atau larutan berminyak. Tetes mata digunakan
untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal dan juga untuk merealisasikan
kerja farmakologis setelah penetrasi. Beberapa faktor tertentu yang harus diperhatikan
dalam pembuatan sediaan tetes mata seperti steril, bebas partikulat, isotonis, pH sesuai
dengan rentang stabilitas, kebutuhan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat, serta
toksisitas bahan obat.
Tetes mata yang dibuat pada percobaaan ini adalah tetes mata adrenaline bitartrat
(epinefrin bitartrat). Adrenalin bitartrat adalah suatu stimulator alfa dan beta adrenergik
yang dapat memberikan efek terhadap beberapa organ, khusunya terhadapp jantung, otot
polos pembuluh darah dan otot polos lain. Efek adrenalin bitartrat terhadap mata adalah
dilatasi pupil melalui kontrasi otot dilator. Adrenalin bitartrat biasanya menurunkan
tekanan
intraokuler
pada
penderita
glukoma
sudut
lebar
berdasarkan
efek
Sediaan tetes mata yang dibuat mengandung Adrenalin bitartrat 0,5% dalam 10ml
larutan, dengan penambahan natrium benzoat sebagai pengawet, NaCl sebagai
pengisotonis, dan propilenglikol sebagai pengental serta aqua pi sebagai pelarut. Sediaan
tetes mata dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat
menyebabkan keluarnya air mata yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Cairan mata
isotonik dengan darah dan isotonisnya sama dengan NaCl 0,9%. Dikarenakan formula
sediaan yang dibuat hipotonis maka ditambahkan NaCl 61 mg agar sediaan isotonis.
Tetes mata dalam air mempunnyai kerugian oleh karena mereka dapatt ditekan keluar
dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata, sehingga waktu kontak obat pada
mata menurun. Melalui peningkatan vskositas dapat dicapai distribusi zat aktif yang lebih
baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Selain penggunaan
propilenglikol, bahan-bahan seperti metil selulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metilselulosa ditambahkan secara berkala untuk meningktakan viskositas. Para peneliti
telah efek peningkatan viskositas mencapai 25-50 eps dalam waktu kontak dengan mata.
Penambahan pengawet pada sediaan ini bertujuan untuk mencegah perkembangan
mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan ttes mata. Pengawet yang
sering digunakan untuk tetes mata adalah timerosal (0,002%), garam fenil merkuri
(0,002%), garam benzilkonium (0,002-0,01%), klorobutanol (0,5%) dan benzil alkohol
(0,5-1%). Natrium benzoat digunakan karena sesuai dengan pH stabilitas zat aktif yaitu
2-5.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kestabilan pH sediaan dengan cairan
mata. Cairan mata menunjukkan kapasitas dapar tertentu yang sedikit lebih rendah oleh
karena sistem yang ada pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein, dan fosfat
yang juga dimiliki kecuali oxyhemoglobin. Harga pH cairan mata adalah 7,4. Cairan mata
masih dapat menerima sediaan dengan pH 5,5-11,4. Beberapa obat tertentu menjadi tidak
stabil jika berada pada pH 7,4 sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap pada pH
stabilitasnya yang masih dapat di terima cairan fisiologis tubuh dengann penamabhan
dapar. Penggunaan dapar ini bertujuan untuk mencegah kenaikan pH oleh pelepasan
lambat ion hidroksil, mempebaiki daya tahan, mengoptimasi kerja atau untuk mencapai
kelarutan yang diinginkan.
Pengaturan larutan pada kondisi isohidris (pH=7,4) sangat berguna untuk
mencapai bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit untuk direalisasikan.
Adrenalin bitartrat dalam bentuk tetes mata stabil pada pH 3,5-8,5 . dengan bersifat asam
(pH=3) dan memperberat kapasitas dapar cairan mata. Berdasarkan jauhnya rentang pH
stabilitas sediaan, maka tidak digunakan pendapar. Hal tersebut dikarenakan untuk
mencapai kesesuian pH dengan cairan mata dibutuhkan penmabhan pendapar yang cukup
banyak pada sediaan. Penggunaan pendapar yang baik haruslah berkapasitas rendah agar
cairan mata dapat meng-adjust pH untuk netralisasi setelah aplikasi sediaan pada mata.
Apabila kapasitas dapar yang digunakan terlalu besar cairan mata tidak dapat
menetralisasi sediaan agar pHnya sesuai dengan fisiologis sehingga akan terjadi
perbedaan pH dan ketidakstabilan serta kerusakan jaringan. Oleh sebab itu hanya
digunakan netralisasi pH oleh cairan mata untuk mengatur pH. Cairan mata sudah
memiliki kapasitas dapar yangg baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata
dan penetralan akan terjadi dengan cepat karena kapasitas sediaan yang kecil, sehingga
oleh cairan mata lebih mudah diseimbnagkan pada harga fisiologis. Selain alasan rentang
pH stabilitas yang besar, ketika obat didapar untuk pH terapetik tidak akan stabil dalam
bentuk larutan pada waktu yang lama karena liofilisasi dann berubah bentuk segera
sebelum digunankan.
Sebelum memulai prosedur pembuatan sediaan tetes mata terlebih dahulu
dilakukan serangkaian sterilisasi pada alat, bahan maupun ruangan yang akan digunakan.
Proses sterilisasi ini dilakukan diruang grey area. Sterilisasi alat dilakukan dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (untuk alat presisi) dan dengan
menggunakan oven pada suhu 1700C selama 1 jam (untuk alat non presisi). Sedangkan
untuk alat yang berbahan karet disterilisasi dengan cara direndam dengan alkohol 70%
selama semalam.
Pembuatan sediaan tetes mata dilakukan diruang white area yaitu ruangan yang
digunakan sebagai tempat pencampuran dan terdapat LAF didalamnya. Masing-masing
bahan meliputi adrenalin bitartrat, natrium benzoat dan NaCl dilarutkan dalam sedikit
aqua pro injeksi kemudian dicampurkan homogen dan ditambahkan propilenglikol
sebagai pengental dan aqua pi hingga 10ml. Dilakukan pengecekan pH denganindikator
pH. Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan dibuat berada pada rentang pH
stabilitas atau tidak. Titik leleh drenalin bitatrtrat adalah 120-125 0 c sehingga dapat
disterilisasi dengan autoklaf. Namun, untuk menghindari kerusakan sediaan sterlisasi
juga dapat dilakukan dengan filtrasi menggunkan membran filter 0,22 dan 0,45 um.
Evaluasi yang dilakukan pada sediaan yatu uji pH. pH sediaan yang diperoleh
yaitu 5 sehingga memenuhi rentang stabilitas sediaan. Uji kebocoran yangg dilkukan
dengan membalikkan wadah menunjukkan tidak adanya air yang keluar dari wadah
sehingga pada uji ini memenuhi syarat. Adapun uji kejernihan larutan menunjukkan
adanya partikel atau serat berwarna putih, partikel tersebut diduga berasal dari kapas
yang digunakan saat sterlisasi sediaan. Uji volume terpindahkan dengan memindahkan
sediaan kedalam gelas ukur menunjukkan terjadi pengurngan volume dari 10ml menjadi
9,2 ml (92%). Hal ini tidak memenuhi syarat yaitu 98-100%. Sehingga dapat disimpulkan
sediaan tetes mata adrenalin bitartrat hanya memenuhi syarat pada uji pH dan kebocoran
wadah.
XI
Daftar Pustaka
1 World Health Organization. International Pharmacopeia ed.I. Geneva: WHO publisher ;
2
2003
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: