You are on page 1of 13

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL


Judul Praktikum
TETES MATA ADRENALIN BITARTRAT

Asisten Praktikum
Nafilah Khairunnisa
DISUSUN OLEH
KELOMPOK VI (ENAM)
ANGGOTA

NUR ARIFIN RAMADHANI


SURYA AGUSTYANI
ARI LESTARI
LULU ALANA

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016

(I1021131016)
(I1021131024)
(I1022131025)
(I1021131029)

JURNAL PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL


Kelopok 6

Shift : A1
TETES MATA ADRENALIN BITARTRAT

Mata merupakan organ yang peka an penting dalam kehidupan. Berbagai gangguan atau
penyakit dapat ditimbulkan oleh gangguan pada mata, seperti infeksi mata, iritan mata, dan
glaukoma pada mata. Obat tetes mata merupakan obat yang berupa larutan atau suspensi steril
yang digunakan secara lokal pada mata. Tetes mata digunakan dengan cara meneteskan pada
mata pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata pada bola mata.
Adrenalin bitartrat merupakan salah satu zat yang tersedia dalam bentuk tetes mata.
Adrenalin bitartrat merupakan stimulator alpha dan beta adrenergik, yang dapat memberikan
efek terhadap beberapa organ, khususnya jantung, otot jantung, otot polos pembuluh darah, dan
otot polos pembuluh lain. Efek adrenalin bitartrat adalah dilasi otot pupil melalui kontraksi otot
dilator.adrenalin bitartrat bekerja dengan cara menurunkan tekanan intraokuler yang normal
aupun yang menderita glaukoma. Timbulnya efek ini membuat adrenlain bitartrat efektif untuk
pengobatan glaukoma.
Adrenalin bitartrat dapat dibuat sediaan tetes mata karena kelarutannya di dala lemak
cukup tinggi sehingga memudahkan penetrasi konjungitva pada mata. Tetes mata ini harus
dilindungi dari cahaya matahari karena dapat merusak zat aktif. Pembuatan larutan obat mata
membutuhkan perhatian khusus dalam hal toksisitas bahan obat, mulai dari isotonis, kebutuhan
dapar, pengawet, cara sterilisasi, dan pengemasan yang tepat. Oleh karena itu, percobaan
mengenai pembuatan tetes mata perlu dilakukan agar diketahui cara pembuatan tetes mata yang
tepat.

II.

Preformulasi Zat Aktif


Adrenalin Bitartrat

Struktur Kima
Rumus Molekul

C9H13NO3.C4H6O6

Sinonim

Efinefrin Bitartarat, adrenalin tartrat

Nama Kimia

1-(3,4-dihidrofenil -2-aminoetanoat) hidrogen tartrat

Berat Molekul
333,29 g/mol
Serbuk hablur, putih hingga putih kelabu, tidak berbau

Pemerian
Kelarutan

Larut dalam 3 bagian air, sukar larut dalam etanol 95%, praktis
tidak larut dalam kloroform P dan eter P

Titik Leleh
Inkompatibilitas
Stabilitas
Panas
Hidrolisis/Oksidasi
Cahaya
Kesimpulan
Bentuk
zat
digunakan
Bentuk sediaan

aktif

Cara sterilisasi sediaan


Kemasan

yang

III.
Perhitungan Tonisitas / Osmolaritas dan Dapar
a. Tonisitas
Menggunakan ekivalensi NaCl berdasarkan bobot zat
Metode Liso
Perhitungan:
% Adrenalin Bitartrat = 0,5 % = 0,5 gram/ml = 500 mg / 100 ml = 50 mg/10ml
% Natrium Benzoat = 0,5 % = 0,5 gram/100 ml = 500 mg/100 ml = 50 mg / 10 ml
Kesetaraan NaCl :
Adrenalin Bitartrat

= 0,18 x 0,5 % = 0,09 %

Natrium Benzoat

= 0,40 x 0,5 % = 0,20 %


Total

0,29 %

NaCl yang diperlukan : 0,9 % - 0,29 % = 0,61 % = 0,61gram/100 ml = 610 mg / 100 ml =


61mg/10ml
Nacl yang diperlukan untuk 10 ml adalah = 61 mg
Kesimpulan : sediaan bersifat hipotonis

b. Dapar
Jenis dapar/ kombinasi
Target pH
Kapasitas Dapar
Perhitungan

IV.

Pendekatan Formula
No.

Bahan

Jumlah

1.

Adrenalin Bitartrat

0,5 %

Fungsi/ Alasan Penambahan


Bahan
Zat aktif

0,5 %

Zat pengawet

0,52 %

Zat pengisotonis

Ad 100

Zat Pelarut

2
Natrium Benzoat
3.
Natrium Klorida
4.
Aqua Pro Injeksi
V.

Preformulasi Eksipien
a. Natrium Benzoat

Pemerian

Butiran putih atau kristal, bubuk sedikit higroskopis, tidak


berbau, berasa manis dan asin

Kelarutan

1: 75 dalam etanol 95 %, 1:50 dalam etanol 90 %, 1:1,8 dalam


air dan 1:1,4 dalam air mendidih

Stabilitas
Panas
Hidrolisis
Cahaya
Inkompatibilitas

Dapat distabilkan dengan autoklaf dan filtrasi

Kesimpulan
Cara sterilisasi
Kemasan

Berfungsi sebagai pengawet


Dengan autoklaf
Dalam wadah tertutup rapat, di tepat sejuk dan kering

Sennyawa kuartener gelatin, garam besi, gara kalsium, dan gara


logam berat, termasuk perak, timah, dan merkuri. Aktivitas
pengawet berkurang bila berinteraksi dengan kaolin atau
surfaktan.

Pemerian

Serbuk kristal putih, atau kristal tidak berwarna, mempunyai rasa


yang asin

Kelarutan

Sedikit larut dalam etanol, larut dalam 1:250 pada etanol 95 %,


1:10 pada gliserin, 1:2,8 pada air, dan 1:2,6 pada air mendidih

Stabilitas
Panas
Hidrolisis
Cahaya
Inkompatibilitas

Bahan padat stabil dan harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
di tempat yang sejuk dan kering

Kesimpulan

Digunakan sebagai pengisotonis

Cara sterilisasi

Filtrasi atau dengan autoklaf

Kemasan

Disimpan dalam wadah kedap udara dalam ruangan sejuk dan


kering

Bersifat korosif pada besi. Bereaksi membentuk endapan dengan


garam perak, timbal, dan merkuri

atrium Klorida

c. Aqua Pro Injeksi


Pemerian

Air steri injeksi adalah air yang disterilkan dan dikemas dengan
cara yang sesuai. Tidak mengandung antimikroba atau bahan
tambahan lain. Garam jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau.

Kelarutan

Larut dalam kebanyakan pelarut polar

Stabilitas
Panas
Hidrolisis
Cahaya

Sistem harus dilindungi dari partikel asing dan mikroorganisme


sehingga pertumbuhan mikroorganisme dapat dicegah atau
dihambat. Stabil pada bentuk fiisk . secara khusus, sistem
penyimpanan harus terlindungi dari kontaminasi ion dan organik
Air dapat berinteraksi dengan obat dan eksipien yang rentan
terhadap hidrolisis dan dekomposisi dengan adanya air dan uap air

Inkompatibilitas

Kesimpulan

Berfungsi sebagai pelarut

Cara sterilisasi

Dengan autoklaf

b.
N

VI.

Persiapan Alat / Wadah Bahan


a. Alat

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Nama Alat
Balb filler
Batang pengaduk
Erlenmeyer 200 ml
Erlenmeyer kecil
Gelas ukur 10 ml
Indikator pH 2 ml
Gelas beker
Kaca arloji
Kertas perkamen
Kertas saring
Pipet ukur 10 ml
Spatel stainless

Jumlah
1
2
1
1
1
3
4
1
1
2

Cara Sterilisasi
Direndam alcohol 70 %
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam
Oven pada suhu 1700 C selama 1 jam

b. Wadah
No.
1.

Nama Alat
Botol plastik

Jumlah
1

Nama Bahan
Adrenalin Bitartrat

Jumlah
50 mg

2.

Natrium Benzoat

50 mg

3.

Natrium Klorida

52 mg

4.

Aqua Pro Injeksi

Ad 100

5.

Propilenglikol

qs

Cara Sterilisasi
Sterilisasi etanol

c. Bahan
No.
1.

Cara Sterilisasi
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit
Autoklaf pada suhu 1210C selama 15
menit

VII. Penimbangan Bahan


No.
1.
2.

Nama Bahan
Adrenalin bitartrat

50 mg

Jumlah yang ditimbang

Natrium benzoat

50 mg

3.

Nattrium klorida

52 mg

4.

Aqua pro Injeksi

Ad 100

VIII. Prosedur Pembuatan


RUANG
Grey Area

PROSEDUR
Permukaan meja dilap menggunakan etanol 70% sebelum sterilisasi
ruangan. Steriliasasi ruangan dengan oksidasi menggunakan etanol 70%
diikuti dengan penyinaran lampu UV selama 12 jam.
Sterilisasi dilakukan dimana alatalat yang akan digunakan disterilkan
didalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat non presisi).
Catatan: sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih
dahulu alat alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen.
Aqua pro injeksi :
a. Dimasukkan aqua bidest ke dalam beaker glass dalam 250 mL yang
telah distandarisasi
b. Ditambahkan karbon aktif 0,1% lalu diaduk
c. Dipanaskan pada suhu 60-70oC selama 15 menit
d. Disaring menggunakan kertas saring 2 lapis
e. Disterilisasi ke dalam autoklaf
Ditimbang masing-masing bahan menggunakan neraca analitik dengan
tepat menggunakan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan

Grey Area

White Area

Grey Area
White Area
Grey Area

Dilakukan evaluasi sediaan

IX.

EvaluasiSediaan

No

Jenis Evaluasi

.
1
2

Prinsip Evaluasi

Uji pH sediaan

Menggunakan

pH

Uji kejernihan

meter
Wadah sediaan akhir

larutan

disinari dari samping


dengan latar belakang
warna hitam untuk
melihat

partikel

berwarna putih dan


latar belakang putih
untuk melihat partikel
berwarna.

Jumlah

Hasil

Sampel

Pengamatan
4

Syarat
3.5-6.5

Uji kebocoran
wadah

Uji Sterilitas

Wadah

sediaan

diletakkan

dengan

posisi terbalik.
Sediaan diinokulasi
pada

medium agar

dan

diamati

pertumbuhan mikroba
5

Uji Partikulat

setelah inkubasi.
Memerlukan sistem
elektronik penghitung
partikel

pengotor

cairan

yang

dilengkapi

dengan

alat

untuk

memasukkan contoh
6

Volume

yang sesuai.
Sediaan dipindahkan

Terpindahkan

dari ampul ke dalam


gelas

ukur

dan

dilakukan
pengamatan

volume

yang terpindahkan.
7

Penetapan Kadar

zat aktif
Uji Endotoksin
Bakteri

Penetapan

kadar

endotoksin dilakukan
dengan

seri

pengenceran
spesimen

dengan

kadar menurun. Pilih


pengenceran
sesuai

yang

dengan

geometrik

seri

sehingga

setiap

tahap

lebih

besar

dari

tahap

berikutnya

dengan

perbandingan
tetap.

yang

Termasuk

di

dalamnya

kontrol

negatif,

kontrol

positif, dan kontrol


sediaan

positif.

Dilakukan penafsiran
hasil

X.

Pembahasan
Tetes mata adalah sediaan steri berupa larutan atau suspensi yang digunakan
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola
mata. Tetes mata dapat mengandung bahan-bahan antimikroba, antiinflamasi, atau
antibiotik yang dapat berupa larutan berair atau larutan berminyak. Tetes mata digunakan
untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal dan juga untuk merealisasikan
kerja farmakologis setelah penetrasi. Beberapa faktor tertentu yang harus diperhatikan
dalam pembuatan sediaan tetes mata seperti steril, bebas partikulat, isotonis, pH sesuai
dengan rentang stabilitas, kebutuhan pengawet, sterilisasi dan kemasan yang tepat, serta
toksisitas bahan obat.
Tetes mata yang dibuat pada percobaaan ini adalah tetes mata adrenaline bitartrat
(epinefrin bitartrat). Adrenalin bitartrat adalah suatu stimulator alfa dan beta adrenergik
yang dapat memberikan efek terhadap beberapa organ, khusunya terhadapp jantung, otot
polos pembuluh darah dan otot polos lain. Efek adrenalin bitartrat terhadap mata adalah
dilatasi pupil melalui kontrasi otot dilator. Adrenalin bitartrat biasanya menurunkan
tekanan

intraokuler

pada

penderita

glukoma

sudut

lebar

berdasarkan

efek

vasokonstriksinya secara lokal yang menyebabkan pembentukan air mata berkurang.


Timbulnya efek ini membuat Adrenalin bitartrat efektif dalam pengobatan glaukoma.
Glaukoma adalah penyakit mata yang disebabkan tingginya tekanan bola mata sehingga
menyebabkan rusaknya saraf optik yang membentuk bagian-bagian retina dibelakang
bola mata. Tekanan bola mata penderita glaukoma yaitu 10-21 mmHg. Jika tidak
ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Adrenalin bitartrat sebagai antiglaukoma
biasanya digunakan 0,25-2%.

Sediaan tetes mata yang dibuat mengandung Adrenalin bitartrat 0,5% dalam 10ml
larutan, dengan penambahan natrium benzoat sebagai pengawet, NaCl sebagai
pengisotonis, dan propilenglikol sebagai pengental serta aqua pi sebagai pelarut. Sediaan
tetes mata dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat
menyebabkan keluarnya air mata yang dapat mencuci keluar bahan obatnya. Cairan mata
isotonik dengan darah dan isotonisnya sama dengan NaCl 0,9%. Dikarenakan formula
sediaan yang dibuat hipotonis maka ditambahkan NaCl 61 mg agar sediaan isotonis.
Tetes mata dalam air mempunnyai kerugian oleh karena mereka dapatt ditekan keluar
dari saluran konjunktival oleh gerakan pelupuk mata, sehingga waktu kontak obat pada
mata menurun. Melalui peningkatan vskositas dapat dicapai distribusi zat aktif yang lebih
baik didalam cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Selain penggunaan
propilenglikol, bahan-bahan seperti metil selulosa, polivinil alkohol dan hidroksi
metilselulosa ditambahkan secara berkala untuk meningktakan viskositas. Para peneliti
telah efek peningkatan viskositas mencapai 25-50 eps dalam waktu kontak dengan mata.
Penambahan pengawet pada sediaan ini bertujuan untuk mencegah perkembangan
mikroorganisme yang mungkin terdapat selama penggunaan ttes mata. Pengawet yang
sering digunakan untuk tetes mata adalah timerosal (0,002%), garam fenil merkuri
(0,002%), garam benzilkonium (0,002-0,01%), klorobutanol (0,5%) dan benzil alkohol
(0,5-1%). Natrium benzoat digunakan karena sesuai dengan pH stabilitas zat aktif yaitu
2-5.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kestabilan pH sediaan dengan cairan
mata. Cairan mata menunjukkan kapasitas dapar tertentu yang sedikit lebih rendah oleh
karena sistem yang ada pada darah seperti asam karbonat, plasma, protein, dan fosfat
yang juga dimiliki kecuali oxyhemoglobin. Harga pH cairan mata adalah 7,4. Cairan mata
masih dapat menerima sediaan dengan pH 5,5-11,4. Beberapa obat tertentu menjadi tidak
stabil jika berada pada pH 7,4 sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap pada pH
stabilitasnya yang masih dapat di terima cairan fisiologis tubuh dengann penamabhan
dapar. Penggunaan dapar ini bertujuan untuk mencegah kenaikan pH oleh pelepasan
lambat ion hidroksil, mempebaiki daya tahan, mengoptimasi kerja atau untuk mencapai
kelarutan yang diinginkan.
Pengaturan larutan pada kondisi isohidris (pH=7,4) sangat berguna untuk
mencapai bebas nyeri yang sempurna, meskipun hal ini sangat sulit untuk direalisasikan.

Adrenalin bitartrat dalam bentuk tetes mata stabil pada pH 3,5-8,5 . dengan bersifat asam
(pH=3) dan memperberat kapasitas dapar cairan mata. Berdasarkan jauhnya rentang pH
stabilitas sediaan, maka tidak digunakan pendapar. Hal tersebut dikarenakan untuk
mencapai kesesuian pH dengan cairan mata dibutuhkan penmabhan pendapar yang cukup
banyak pada sediaan. Penggunaan pendapar yang baik haruslah berkapasitas rendah agar
cairan mata dapat meng-adjust pH untuk netralisasi setelah aplikasi sediaan pada mata.
Apabila kapasitas dapar yang digunakan terlalu besar cairan mata tidak dapat
menetralisasi sediaan agar pHnya sesuai dengan fisiologis sehingga akan terjadi
perbedaan pH dan ketidakstabilan serta kerusakan jaringan. Oleh sebab itu hanya
digunakan netralisasi pH oleh cairan mata untuk mengatur pH. Cairan mata sudah
memiliki kapasitas dapar yangg baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata
dan penetralan akan terjadi dengan cepat karena kapasitas sediaan yang kecil, sehingga
oleh cairan mata lebih mudah diseimbnagkan pada harga fisiologis. Selain alasan rentang
pH stabilitas yang besar, ketika obat didapar untuk pH terapetik tidak akan stabil dalam
bentuk larutan pada waktu yang lama karena liofilisasi dann berubah bentuk segera
sebelum digunankan.
Sebelum memulai prosedur pembuatan sediaan tetes mata terlebih dahulu
dilakukan serangkaian sterilisasi pada alat, bahan maupun ruangan yang akan digunakan.
Proses sterilisasi ini dilakukan diruang grey area. Sterilisasi alat dilakukan dengan
menggunakan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit (untuk alat presisi) dan dengan
menggunakan oven pada suhu 1700C selama 1 jam (untuk alat non presisi). Sedangkan
untuk alat yang berbahan karet disterilisasi dengan cara direndam dengan alkohol 70%
selama semalam.
Pembuatan sediaan tetes mata dilakukan diruang white area yaitu ruangan yang
digunakan sebagai tempat pencampuran dan terdapat LAF didalamnya. Masing-masing
bahan meliputi adrenalin bitartrat, natrium benzoat dan NaCl dilarutkan dalam sedikit
aqua pro injeksi kemudian dicampurkan homogen dan ditambahkan propilenglikol
sebagai pengental dan aqua pi hingga 10ml. Dilakukan pengecekan pH denganindikator
pH. Tujuannya untuk mengetahui apakah sediaan dibuat berada pada rentang pH
stabilitas atau tidak. Titik leleh drenalin bitatrtrat adalah 120-125 0 c sehingga dapat
disterilisasi dengan autoklaf. Namun, untuk menghindari kerusakan sediaan sterlisasi
juga dapat dilakukan dengan filtrasi menggunkan membran filter 0,22 dan 0,45 um.

Evaluasi yang dilakukan pada sediaan yatu uji pH. pH sediaan yang diperoleh
yaitu 5 sehingga memenuhi rentang stabilitas sediaan. Uji kebocoran yangg dilkukan
dengan membalikkan wadah menunjukkan tidak adanya air yang keluar dari wadah
sehingga pada uji ini memenuhi syarat. Adapun uji kejernihan larutan menunjukkan
adanya partikel atau serat berwarna putih, partikel tersebut diduga berasal dari kapas
yang digunakan saat sterlisasi sediaan. Uji volume terpindahkan dengan memindahkan
sediaan kedalam gelas ukur menunjukkan terjadi pengurngan volume dari 10ml menjadi
9,2 ml (92%). Hal ini tidak memenuhi syarat yaitu 98-100%. Sehingga dapat disimpulkan
sediaan tetes mata adrenalin bitartrat hanya memenuhi syarat pada uji pH dan kebocoran
wadah.

XI
Daftar Pustaka
1 World Health Organization. International Pharmacopeia ed.I. Geneva: WHO publisher ;
2

2003
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia ; 1995.


Lund Walter (editor). The Pharmaceutical Codex : Principles and Practice of

Pharmaceutics. 12th edition. London: The Pharmaceutical Press ; 1994.


Rowe, Raymond C ,dkk. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 6 th edition. London:
The Pharmaceutical Press ; 2009.

You might also like