Professional Documents
Culture Documents
CA MAMAE
RUANG St. ANNA RUMAH SAKIT PANTI NIRMALA MALANG
DEPARTEMEN SURGICAL
Oleh:
FARIDA LAKSITARINI
150070300011011
PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
CA MAMMAE
1. DEFINISI CA MAMMAE
Kanker payudara atau disebut juga ca mammae adalah neoplasma ganas dengan
pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko
Prodjo, 1995)
Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker
bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)
Ca mammae adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita dan
merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64
tahun. Kanker payudara mungkin ditemukan in situ (masih lokal) atau ditemukan
sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Kanker payudara hampir selalu
merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus (Corwin, 2008)
2. KLASIFIKASI CA MAMMAE
Berdasarkan The World Health Organization (WHO) tahun 2003, Ca mammae
dibagi atas karsinoma non invasif dan invasif.
Karsinoma Non-invasif
Karsinoma non-infasif sering disebut juga dengan in situ breast cancer. In situ
breast cancer adalah type kanker yang mana sel kanker tetap berada dalam
selubung tempat asalnya. Jadi sel kanker tidak menyerang jaringan disekitar
saluran air susu atau kelenjar air susu. Jenisnya antara lain :
a. Ductal Carsinoma In Situ ( DCIS )
Suatu sel abnormal di sepanjang saluran air susu yang tidak menyerang
jaringan sekitar payudara. Ini adalah Ca mammae stadium awal.Beberapa ahli
menganggap DCIS adalah kondisi sangat awal dari kanker.Hampir semua
wanita dengan DCIS ini bisa disembuhkan.Tapi ada juga yang berkembang
b.
Medullary Carcinoma.
Tipe spesifik pada invasive breast cancer.Dimana batas tumor jelas terlihat.Sel
kanker lebar dan sel system imun terlihat disekitar batas tumor.
c.
Tubular carcinoma
Jenis kanker yang jarang ini dinamaidemikian karena bentuk sel kanker ketika
dilihat dibawah microscope.Meskipun merupakan invasive breast cancer tapi
tampilannya lebih baik dari Invasive Ductal Carcinoma dan Invasive Lobular
Carcinoma.
d.
Metaplastic carcinoma
Mewakili kurang dari 1% dari seluruh pasien yang baru didiagnosis mempunyai Ca
mammae. Perubahan bentuk jaringan biasanya terlokalisir/terbatas dan berisi
beberapa sel yang berbeda, yang secara typical tidak ditemui pada Ca mammae
yang lain.Harapan kesembuhan dan cara penanganannya sama dengan Invasive
Ductal
Carcinoma.Sarcoma
Tumor yang tumbuh pada sambungan antara jaringan di payudara. Jenis tumor ini
biasanya kemudian menjadi kanker ( malignant).
e.
Micropapillary carcinoma
Type ini cenderung untuk menjadi agresive, sering menyebarnya ke kelenjar getah
bening, meskipun ukurannya kecil.
f.
T2
T3
T4
N0
N1
N2
N3
MO
M1
T1a, T1b
M0
Tumor
terbatas
payudara
digerakkan
Stadium II
dan
dari
pada
dapat
otot
N1b
M0
dinding dada
Tumor
terbatas
pada
T2a, T2b
N0, N1a
M0
payudara,
dapat
T2a, T2b
N1b
M0
dan
teraba
T3a, T3b
N0, N1
M0
dapat digerakkan.
Tumor
melekat
pada
T1a,b, T2a,b, T3
Stadium IIIb
N2
M0
M0
M0
Setiap N
kulit
yang
luas
atau
T4a,b,c
dapat
digerakkan
atau teraba
kelenjar
limfe
supraklavikuler
atau
kelenjar
limfa
aksileryangberlawanan
Stadium IV
Setiap T
Setiap N
MI
(kontra-lateral).
Metastasis di tulang, paruparu, hati, otak, dan lainlain
penyebaran
jauh
berupa
metastasis
ke
supraklavikula
dengan
menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema
pada tangan.
6) Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh.
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
0
: Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50%
dari waktu sadar.
: Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran
lebih 50% dari waktu sadar.
: Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya
tiduran saja.
90%
80%
70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
: Mendekati kematian.
0%
(Corwin, Elizabeth. 2009) (Dwi, Asti, dkk. 2010) (Mardiana, Lina. 2010) (Mansjoer,
dkk, 2000) (Purwastuti, Endang. 2012) (Supandiman, Iman. 1997) (Suzanne. 2002)
(Wijayakusuma, H. 2008)
3. EPIDEMIOLOGI CA MAMMAE
Kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor 2 di
Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insiden ini meningkat,
seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat
92/100.000 wanita per tahun dengan mortalitas uang cukup tinggi 27/100.000 atau
dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami
penyakit ini.
k. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun beresiko hamper dua kali lipat.
l. Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca menopause
Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
m. Kontraseptif oral
Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara.Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah
penghentian medikasi.
n. Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan yang membingungkan tentang
resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia
lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk
jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen
meningkat insidens kanker endomentrium, hal ini tidak menurunkan resiko kanker
payudara.
o. Konsumsi alcohol
Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol
bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.Risikonya dua kali lipat di
antara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari.Di Negara dimana minuman
anggur dikonsumsi secara teratur (mis Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih
tinggi.Beberapa temuan riset menunjukan bahwa wanita muda yang minum
alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun
terakhirnya.
p. Diet tinggi lemak dahulu pernah diduga meningkatkan risiko kanker payudara.
Kajian
epidemiologi
pada
wanita
berkebangsaan
Amerika
dan
Jepang
menunjukan perbedaaan lima kali lipat dalam angka kanker payudara antara dua
kelompok, dengan wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi.
Wanita Jepang yang bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka
kanker payudara yang serupa dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi
kelompok terbaru menunjukan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh
antara diet tinggi lemak dan kanker payudara. Namun, karena lemak mempunyai
dampak dalam kanker kolon dan penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari
upaya penyuluhan yang difokuskan pada pengurangan masukan kalori yang
berasal dari lemak secara keseluruhan.
q. Implan payudara dengan silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan kontraksi
kapsular fibrosis dang gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti yang
menunjukan bahwa implant payudara berkaitan dengan peningkatan resiko
kanker payudara.
(Dixon M., dkk, 2005: Tapan, 2005: Pramudya. 2011: Purwastuti, Endang. 2012:
Suzanne, 2002: Wijayakusuma, H. 2008: Dwi, Asti, dkk. 2010)
6. MANIFESTASI KLINIS CA MAMMAE
Menurut Anita (2011) tanda dan gejala kanker payudara:
- Gejala awal
Sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di
sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri, biasanya memiliki pinggiran tidak teratur.
-
Stadium awal
Jika didorong oleh jari tangan , benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah
kulit.
Stadium lanjut
Benjolan melekat pada dinding dada atau kulit sekitarnya, benjolan dapat
membengkak, ata borok di kulit payudara, kadang kulit di atas benjolan mengkerut
dan nampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya
Ditemukan benjolan atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk
payudara, keluar cairan abnormal dari puting
bernanah), perubahanpada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu,
maupun aerola, payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik,
puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara, atau
pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri tulang,
penurunan berat badan, pembengkakan lengan, atau ulserasi kulit.
Menurut Dwi (2010) manifestasi klinis kanker payudara:
a. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau puting susunya
-
Kulit payudara, aerola, atau puting bersisik, merah atau bengkak, kulit
mungkin berkerut seperti kulit jeruk
Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan khusus
yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta
dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Mammografi merupakan
metode pilihan deteksi kanker pada kasus kecurigaan ganas atau lesi samar.
Tanda berupa makrokalsifikasi tidak khas untuk karsinoma, bila secara klinis
curiga terdapat tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa-apa maka
pemeriksaan dapat dicoba dengan cara biopsi jaringan, demikian juga bila
mammografi positif tetapi secara klinis tidak dicuriga adanya tumor maka dapat
dilanjutkan dengan biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut.
Mammogram pada masa pramenopause atau usia kurang dari 35 tahun kurang
bermanfaat karena padatnya jaringan kelenjar payudara sehingga menyulitkan
c. Biopsy Aspirasi
Pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi jarum sering dipergunakan sebagai prosedur
diagnosis berbagai tumor termasuk tumor payudara dengan indikasi :
- Diagnosis preoperative tumor klinik diduga maligna.
- Diagnosis konfirmatif klinik tumor maligna ataupun tumor rekuren
- Diagnosis tumor nonneoplastik ataupun neoplastik
- Mengambil bahan aspirat untuk kultur ataupun bahan penelitian.
Teknik dan peralatan sangat sederhana, murah dan cepat serta tidak ada
komplikasi yang berarti.
d. FNAB
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu
diperiksa mikroskopis.Jika tumor dapat terpalpasi dengan mudah, FNAB dapat
dilakukan dengan mempalpasi tumor.Jika tumor tak terpalpasi dengan jelas,
kombinasi dengan USG dapat dilakukan. Spesimen FNAB kadang tidak dapat
menentukan grade tumor dan kadang tidak member diagnosis yang jelas
sehingga membutuhkan biopsy lain.
e. Core Biopsi
Dilakukan dengan jarum yang cukup besar, dapat dilakukan sambil fiksasi dengan
palpasi, ataupun dipandu USG, mammografi atau MRI.Core biopsy dapat
membedakan tumor invasive dan tumor non invasif, serta dapat menentukan
grade
tumor.Core
biopsy
membutuhkan
biopsy
terbuka
untuk
memberi
seluruh badan
- Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi
- Jumlah trombosit ( untuk membantu pembekuan darah )
- Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih )
l. Jumlah Alkaline Phosphatase
Jumlah enzyme yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke liver, hati
dan saluran empedu dan tulang.
m. SGOT & SGPT
Test ini untuk mengevaluasi fungsi lever. Angka yang tinggi dari salah satu test ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada liver, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke liver
8. PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE
a. Terapi Kanker Payudara
Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu
meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan)
untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor.
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan Breast Conserving
Therapy (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).
Rekonstrusi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin
maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa
dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di
kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon
kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras,
Kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka
terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang
sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat
ondansetron.
Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3
hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung
kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa
bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
b.
Terapi hormonal
-
Tamoxifen
Awalnya diindikasikan untuk mengobati pasien pasca menopause
dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris positif. Efek samping:
mual, muntah, panas, retensi cairan.
Diethylstillbestrol
Menghambat pelepasan FSH dan LH dengan demikian menurunkan
pembentukan
estrogen
dan
ikatan
estrogen.
Efek
samping:
Megestrol
Menurunkan jumlah reseptor estrogen. Efek samping: penambahan
BB
Fluksimesteron
Menekan estrogen dengan menekan LH dan FSH. Efek samping:
peningkatan libido, peningkatan pertumbuhan rambut di wajah
Aminoglutetimid
Menghambat aromatase, enzim yang bertanggung jawab terhadap
perubahn androgen dan estrogen. Efek samping:
kortikal adrenal.
c.
gatal, hipofungsi
Bila KGB axilla tidak metastase, maka tidak perlu radiology post operasi
Bila yang dilakukan hanya mastektomi simpel/ BCT harus diikuti radiasi
tumor bed dandaerah KGB regional (radiasi local dan regional)
b) Stadium II
-
c) Stadium IIIA
-
d) Stadium IIIb
Operable
simple mastektomi dan axillary toilet. Terapi adjuvans meliputi radiasi
eksterna, hormonal dan kemoterapi.
Kemoterapi 3x kemudian MRM. Terapi adjuvans post op 3x dan bila perlu
dilakukan radiasi eksterna.
Inoperable
Radiasi eksterna pre operative, bila operable maka dilakukan mastektomi
simpel. Bila tetap inoperable, lanjutkan radiasi 5000-6000cGy. Terapi
adjuvans dengan melanjutkan radiasi eksterna 2000-3000 cGy dan bila
perlu terapi hormonal dan atau kemoterapi
Kemoterapi neoajuvans 3x. Bila operablemastektomi simple. Bila
inoperableteruskan sampai 6 kali. Terapi adjuvans meliputi radiasi
eksterna dan hormonal terapi.
e) Stadium IV
-
Prinsip paliatif
Premenopause
Oophorektomi
dilanjutkan
kemoterapi.
Bila
perlu
PostmenopauseTerapi
hormonal
dengan
atau
tanpa
kombinasi
lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena
dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
makanan)
Pola Eliminasi
Data ini dikaji untuk mengetahui pola eliminasi pasien.
Istirahat dan Tidur
Data ini dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan gangguannya.
Personal Hygiene
Data ini dikaji untuk mengetahui personal hygiene pasien.
Prilaku Seksual
Data ini dikaji untuk mengetahui kapan umur pertama kontak seksual, dan
c) Postur
Postur tubuh pasien pada umumnya terlihat baik
d) Tanda Tanda Vital
- Tekanan Darah
- Nadi
- Suhu
- Respirasi
e) Antropometri
- Berat Badan
Ca mammae pada umumnya terjadi pasien obesitas (hal ini berhubungan
dengan kadar estrogen)
- Tinggi Badan
- LILA
- Untuk mengetahui status gizi pasien
f) Pemeriksaan fisik
Payudara dan Aksila
a) Bentuk
Pada Ca mammae pada umumnya bentuknya tidak simetris
b) Putting Susu
Pada Ca mammae dapat disertai dengan penarikan putting susu, adanya
sel-sel pagets, merah dan menebal)
c) Pengeluaran
Pada Ca mammae dapat disertai pengeluaran abnormal (cairan seperti
nanah)
d) Kelainan
Pada Ca mammae pada umumnya terdapat benjolan abnormal, yang keras,
padat, mobile/ tidak, kulit seperti kulit jeruk (peau dorange), kulit terlihat
lebih gelap)
e) Aksila
Ada kemungkinan terjadi pembesaran, pembengkakan dan benjolan pada
aksila sehingga nyeri saat perabaan.
B. ANALISA DATA
Data
DO:
DS:
Etiologi
Faktor predisposisi/faktor risiko
Terpapar
zat
terusmenerus
karsinogenik
Masalah Keperawatan
Ansietas
Ansietas
DO:
DS:
zat
karsinogenik
Defisiensi pengetahuan
terus
zat
karsinogenik
DO:
DS:
zat
karsinogenik
zat
karsinogenik
(kurang
dari
zat
karsinogenik
Resiko infeksi
terus
Hipoksia
Nekrosa jaringan
Bakteri patogen
DO:
DS:
Resiko infeksi
Faktor predisposisi/faktor risiko
Terpapar
menerus
zat
karsinogenik
Resiko
kerusakan
integritas kulit
terus
PATOFISIOLOGI CA MAMMAE
Terpapar zat
karsinogenik terus
menerus menerus
Karsinoma bereaksi
dengan DNA
Sel normal menjadi
promaligna (fase
Zat mutagen menaikkan
reaksi karsinogen (fase
promosi)
Aktivasi, mutasi,
danhilangnya gen
Promaligna
Maligna (fase progresi)
Neoplasma ganas
pada payudara
Kanker
Suplai
nutrisi ke
jaringan ca
Hipermetabolis
kejaringan
Mendesak
jaringan
sekitar
Menekan
jaringan pada
mammae
Suplai nutrisiPeningkatan
jaringan lainkonsistensi
mammae
infiltrasi
Pemb.limfe
Bendungan
limfe lokal
Edema
sekitar
Mendesak
Sel syaraf
Interupsi
sel saraf
MK: Nyeri
kronik
Mendesak
Pembuluh
darah
Aliran darah
terhambat
Hipoksi
Berat badan
turun
MK: Nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Peau de
orange
Ukuran
mammae
abnormal
Mammae
asimetrik
Mammae
membengkak
Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar
Infiltrasi pleura
parietale
Expansi paru
menurun
MK: Gg pola
nafas
Perfusi
jaringan
Ulkus
MK: Gg integritas
kulit/ jaringan
Nekrosis
jaringan
MK: Kurang
pengetahuan
MK:
ansietas
MK: Gg
body
image
Bakteri
Patogen
MK: Resiko
Infeksi
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2011. Kaitan Gizi dengan Kanker Payudara pada Wanita. Jakarta : Universitas
Muhammadiyah
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dixon M., dkk, 2005, Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Doenges M., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Dwi, Asti, dkk. 2010.
Jendral Sudirman
Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: EGC
Mardiana, Lina. 2010. Kanker pada Wanita. Jakarta: Niaga Swadaya
Pramudya. 2011. Carsinoma Mammae. Bandung: Sartika
Purwastuti, Endang. 2012. Kanker Payudara. Yogyakarta. Kanisius
Sjamsuhidajat R., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Supandiman, Iman. 1997. Pedoman Terapi Hematolog Onkologi. Bandung: PT.Alumni
Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Tapan, 2005, Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer.Jakarta :Elex Media
Komputindo,.
Wijayakusuma, H. 2008.Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspaswara