You are on page 1of 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

CA MAMAE
RUANG St. ANNA RUMAH SAKIT PANTI NIRMALA MALANG
DEPARTEMEN SURGICAL

Oleh:
FARIDA LAKSITARINI
150070300011011

PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

CA MAMMAE
1. DEFINISI CA MAMMAE
Kanker payudara atau disebut juga ca mammae adalah neoplasma ganas dengan
pertumbuhan jaringan mammae abnormal yang tidak memandang jaringan
sekitarnya, tumbuh infiltrasi dan destruktif dapat bermetastase ( Soeharto Resko
Prodjo, 1995)

Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal


mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal, berkembang biak dan
menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (Lynda Juall Carpenito, 1995).

Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus
tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk bejolan di
payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol, sel-sel kanker
bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas tulang belikat. Selain itu
sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
(Erik T, 2005)

Ca mammae adalah kanker yang relatif sering dijumpai pada wanita dan
merupakan penyebab kematian utama pada wanita berusia antara 45 dan 64
tahun. Kanker payudara mungkin ditemukan in situ (masih lokal) atau ditemukan
sebagai neoplasma maligna (telah menyebar). Kanker payudara hampir selalu
merupakan adenokarsinoma dan biasanya timbul di duktus (Corwin, 2008)

2. KLASIFIKASI CA MAMMAE
Berdasarkan The World Health Organization (WHO) tahun 2003, Ca mammae
dibagi atas karsinoma non invasif dan invasif.
Karsinoma Non-invasif
Karsinoma non-infasif sering disebut juga dengan in situ breast cancer. In situ
breast cancer adalah type kanker yang mana sel kanker tetap berada dalam
selubung tempat asalnya. Jadi sel kanker tidak menyerang jaringan disekitar
saluran air susu atau kelenjar air susu. Jenisnya antara lain :
a. Ductal Carsinoma In Situ ( DCIS )
Suatu sel abnormal di sepanjang saluran air susu yang tidak menyerang
jaringan sekitar payudara. Ini adalah Ca mammae stadium awal.Beberapa ahli
menganggap DCIS adalah kondisi sangat awal dari kanker.Hampir semua
wanita dengan DCIS ini bisa disembuhkan.Tapi ada juga yang berkembang

menjadi Ca mammae yang invasife.Karsinoma duktus in situ dapat terjadi baik


pada wanita pre-menopause maupun pasca-menopause, biasanya pada
kelompok umur 40-60 tahun.
b. Lobular Carsinoma In Situ ( LCIS )
Bahwa suatu sel abnormal masih berada dalam kelenjar air susu, dan tidak
menyerang jaringan disekitarnya. LCIS terjadi terutama pada wanita premenopause.Apabila setelah menopause, biasanya dihubungkan dengan
adanya karsinoma infiltratif.LCIS ditemukan pada 6% dari seluruh karsinoma
mamae.Masalah utamanya, tumor ini secara klinis tidak teraba, dan ditemukan
pada hasil biopsi yang dilakukan atas indikasi adanya kista atau lesi palpabel
jinak lainnya. Masih menjadi kontroversi diantara ahli-ahli kanker bahwa
apakah LCIS merupakan suatu stadium sangat awal dari kanker ataukah hanya
merupakan penanda bahwa itu dimasa datang akan berubah menjadi kanker.
Tetapi para ahli juga sepakat bahwa apabila seseorang mempunyai LCIS,
berarti di kemudian hari dia mempunyai resiko untuk mempunyai kanker pada
salah satu payudaranya.Pada payudara yang terdapat LCIS bisa berubah
menjadi invasive lobular breast cancer. Bila kanker berkembang pada payudara
yang lain, maka bisa jadi menjadi Invasife Lobular atau Invasife Ductal
Carsinoma.
Invasive breast cancer ( Ca mammae yang invasive )
Invasive ( infiltrating ) breast cancer adalah jenis kanker yang sel kankernya telah
keluar/lepas dari mana dia berasal, menyerang jaringan sekitar yang mendukung
saluran dan kelenjar- kelenjar payudara. Sel-sel kanker ini bisa menyebar
keberbagai bagian tubuh, seperti ke kelenjar getah bening. Jenisnya antara lain :
a. Invasive Ductal Carsinoma ( IDC )

Dianggap sebagai penyebab terbesar Ca mammae yang invasive (85%). Jika


seorang wanita mempunyai IDC, maka sel kanker yang berada di sepanjang
saluran air susu akan keluar dari dinding saluran tersebut dan menyerang
jaringan disekitar payudara. Sel kanker bisa saja tetap terlokalisir, berada
didekat tempat asalnya atau menyebar ( metastasis ) kebagian tubuh yang lain,
terbawa oleh peredaran darah atau system kelenjar getah bening. Untuk jenis
IDC solid tubular, meskipun invasive tapi masih lumayan terkendali dibanding
jenis invasive lain.
b. Invasive Lobular Carsinoma ( ILC )
Meskipun tidak sebanyak IDC (10%), type ini juga mempunyai sifat yang mirip.
ILC, berkembang dari kelenjar yang memproduksi susu dan kemudian

menyerang jaringan payudara disekitarnya. Juga bahkan ke tempat yang lebih


jauh dari asalnya. Dengan ILC, penderita mungkin tidak akan merasakan suatu
benjolan, yang dirasakan hanyalah adanya semacam gumpalan atau suatu
sensasi bahwa ada yang berbeda pada payudara. ILC, bisa diditeksi hanya
dengan menyentuh, dan kadang juga bisa tidak terlihat dalam mammogram.ILC
ini bersifat seperti cermin, kalau payudara kanan ada benjolan, biasanya
sebelah kiri juga ada.
Tipe tipe yang tidak biasa / Jarang pada Ca mammae:
Tidak semua tipe Ca mammae berasal dari saluran air susu atau kelenjar air susu.
Beberapa jenis yang tidak umum adalah :
a.

Inflammatory Breast Cancer


Jenis ini jarang, tapi termasuk type Ca mammae yang agresive.Kulit pada
payudara menjadi merah dan bengkak.Atau menjadi tebal / besar.Berbintik-bintik
menyerupai jeruk yang terkelupas.Ini dikarenakan oleh sel kanker yang memblock
pembuluh getah bening yang letaknya dekat permukaan payudara.

b.

Medullary Carcinoma.
Tipe spesifik pada invasive breast cancer.Dimana batas tumor jelas terlihat.Sel
kanker lebar dan sel system imun terlihat disekitar batas tumor.

c.

Tubular carcinoma
Jenis kanker yang jarang ini dinamaidemikian karena bentuk sel kanker ketika
dilihat dibawah microscope.Meskipun merupakan invasive breast cancer tapi
tampilannya lebih baik dari Invasive Ductal Carcinoma dan Invasive Lobular
Carcinoma.

d.

Metaplastic carcinoma
Mewakili kurang dari 1% dari seluruh pasien yang baru didiagnosis mempunyai Ca
mammae. Perubahan bentuk jaringan biasanya terlokalisir/terbatas dan berisi
beberapa sel yang berbeda, yang secara typical tidak ditemui pada Ca mammae
yang lain.Harapan kesembuhan dan cara penanganannya sama dengan Invasive
Ductal

Carcinoma.Sarcoma

Tumor yang tumbuh pada sambungan antara jaringan di payudara. Jenis tumor ini
biasanya kemudian menjadi kanker ( malignant).
e.

Micropapillary carcinoma
Type ini cenderung untuk menjadi agresive, sering menyebarnya ke kelenjar getah
bening, meskipun ukurannya kecil.

f.

Adenoid cystic carcinoma


Jenis kanker ini penggolongannya dilihat dari ukurannya, tumor local.Termasuk
jenis invasive, tetapi lambat dalam pertumbuhan dan penyebaran.

Klasifikasi Stadium Kanker Payudara


-

Stadium Klinik: (TNM oleh UICC)


T1

: Besar tumor kurang dari atau sama dengan 2 cm


a) Tanpa perlekatan (fiksasi) ke pembungkus otot (fasia)
b) Dengan fiksasi ke fasia/otot

T2

: Besar tumor lebih dari 2-5 cm

T3

: Besar tumor lebih dari 5 cm

T4

: Penjalaran tumor ke dinding dada/kulit


a) Penjalaran ke dinding dada
b) Timbul pembengkakan (edema) kulit/peradangan (infiltrasi)atau
terbentuknya borok (ulserasi)
c) Kedua, a dan b

N0

: KGB (kelenjar getah bening) ketiak (aksiler) tidak teraba

N1

: KGB aksiler teraba tapi masih bebas digerakkan


a) Tidak diperhitungkan terinfiltrasi
b) Diperhitungkan terinfiltrasi

N2

: KGB aksiler teraba dan terfiksasi

N3

: KGB diatas tulang selangka (supraklavikula) teraba danedema lengan

MO

: Tidak terdapat penyebaran (metastase) jauh

M1

: Terdapat metastase jauh

Stadium Kanker Payudara berdasarkan TMN


Stadium I

T1a, T1b

N0, N1a, N1b

M0

Tumor

terbatas

payudara
digerakkan
Stadium II

dan
dari

pada
dapat
otot

T0, T1a, T1b

N1b

M0

dinding dada
Tumor
terbatas

pada

T2a, T2b

N0, N1a

M0

payudara,

dapat

T2a, T2b

N1b

M0

digerakkan dari muskulus


pektoralis

dan

teraba

kelenjar aksiler yang masih


Stadium IIIa

T3a, T3b

N0, N1

M0

dapat digerakkan.
Tumor
melekat

pada

T1a,b, T2a,b, T3

Stadium IIIb

N2

M0

muskulus pektoralis atau

T1a,b, T2a,b, T3a, N3

M0

dinding dada. Infiltrasi

M0

Setiap N

kulit

yang

luas

atau

terdapat "Pear e'orange"

T4a,b,c

(kulit berkerut seperti


kulit jeruk). Kelenjar aksiler
tidak

dapat

digerakkan

atau teraba
kelenjar

limfe

supraklavikuler

atau

kelenjar

limfa

aksileryangberlawanan
Stadium IV

Setiap T

Setiap N

MI

(kontra-lateral).
Metastasis di tulang, paruparu, hati, otak, dan lainlain

Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:


1) Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada
kulit dan otot pektoralis.
2) Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3) Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa keterlibatan
limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
4) Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) tanpa
penyebaran jauh.
5) Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat

penyebaran

jauh

berupa

metastasis

ke

supraklavikula

dengan

keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula atau

menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan edema
pada tangan.
6) Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh.
Status penampilan (performance status) kanker menurut WHO (1979) :
0

: Baik, dapat bekerja normal.

: Cukup, tidak dapat bekerja berat namun bekerja ringan bisa.

: Lemah, tidak dapat bekerja namun dapat berjalan dan merawat diri sendiri 50%
dari waktu sadar.

: Jelek, tidak dapat berjalan, dapat bangun dan merawat diri sendiri, perlu tiduran
lebih 50% dari waktu sadar.

: Jelek sekali, tidak dapat bangun dan tidak dapat merawat diri sendiri, hanya
tiduran saja.

Status penampilan (performance status) kanker menurut Karnofsky :


100%

: Mampu melaksanakan aktivitas normal, keluhan / kelainan tidak ada.

90%

: Tidak perlu perawatan khusus, keluhan gejala minimal.

80%

: Tidak perlu perawatan khusus dengan beberapa keluhan / gejala.

70%

: Tidak mampu bekerja namun mampu merawat diri.

60%

: Kadang perlu bantuan tetapi umumnya dapat melakukan untuk keperluan


sendiri.

50%

: Perlu bantuan dan umumnya perlu obat-obatan.

40%

: Tidak mampu merawat diri, perlu bantuan dan perawatan khusus.

30%

: Perlu pertimbangan perawatan rumah sakit.

20%

: Sakit berat, perlu perawatan rumah sakit.

10%

: Mendekati kematian.

0%

: Meninggal. "Rest in peace & no pain".

(Corwin, Elizabeth. 2009) (Dwi, Asti, dkk. 2010) (Mardiana, Lina. 2010) (Mansjoer,
dkk, 2000) (Purwastuti, Endang. 2012) (Supandiman, Iman. 1997) (Suzanne. 2002)
(Wijayakusuma, H. 2008)
3. EPIDEMIOLOGI CA MAMMAE
Kanker payudara merupakan kanker dengan insiden tertinggi nomor 2 di
Indonesia dan terdapat kecenderungan dari tahun ke tahun insiden ini meningkat,
seperti halnya di negara barat. Angka kejadian kanker payudara di Amerika Serikat
92/100.000 wanita per tahun dengan mortalitas uang cukup tinggi 27/100.000 atau

18% dari kematian yang dijumpai pada wanita. Di Indonesia berdasarkan


Pathological Based Registration kanker payudara mempunyai insiden relatif 11,5%.
Diperkirakan di Indonesia mempunyai insiden minimal 20.000 kasus baru per tahun,
dengan kenyataan bahwa lebih dari 50% kasus masih berada dalam stadium lanjut.
Kurva insidens-usia bergerak naik sejak usia 30 tahun. Kanker ini jarang sekali
ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka tertinggi terdapat pada usia
45-66 tahun. Insidensi karsinoma mammae pada laki-laki hanya 1% dari kejadian
pada perempuan. Insidensi tinggi di negara Barat dan lebih banyak pada populasi
kulit putih dibandingkan kulit hitam.(Abdul. 2011) ,(Pramudya. 2011)

Grafik insiden Ca Mammae


4. PATOFISIOLOGI MAMMAE
Terlampir
5. FAKTOR RESIKO CA MAMMAE
Belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui, para peneliti telah
mengidentifikasi sekelompok faktor resiko.Faktor ini penting dalam membantu
mengembangkan program-program pencegahan.Hal yang harus selalu di ingat
adalah bahwa hampir 60 % wanita yang didiagnosa kanker payudara tidak
mempunyai faktor-faktor resiko yang teridentifikasi kecuali hanya lingkungan
hormonal mereka.Dengan demikian, semua wanita dianggap beresiko untuk
mengalami kanker payudara selama masa kehidupan mereka. Namun demikian,
mengidentifikasi faktor resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang
mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang terus meningkat dan
pengobatan dini. Selain itu, riset lebih jauh tentang faktor-faktor resiko akan
membantu dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk mencegah atau
memodifikasi kanker payudara dimasa mendatang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya ca mammae :


a. Usia dan jenis kelamin
Kurang dari 1% Ca mammae timbul pada pria, dengan demikian jenis kelamin
wanita memiliki faktor resiko yang lebih besar. Seperti karsinoma lain,
bertambahnya umur juga merupakan faktor resiko yang bermakna. Sampai
dengan umur 40-45 tahun, rata-rata peningkatan tajam yang kemudian menurun
perlahan-lahan, walaupun insiden Ca mammae terus meningkat sampai usia tua.
b. Riwayat pribadi tentang kanker payudara
Resiko mengalami kanker payudara pada payudara sebelahnya meningkat
hamper 1% setiap tahun.
c. Anak permpuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari
wanita dengan kanker payudara. Resikonya meningkat dua kali jika ibunya
terkena kanker sebelum berusia 60 tahun; resiko 4 sampai 6 kali jika kanker
payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
d. Genetik, Ada 2 jenis gen (BRCA1 dan BRCA2) yang sangat mungkin sebagai
resiko sampai dengan 85%.
e. Pemakaian obat-obatan dan bahan kimia
Seorang wanita yang menggunakan therapy obat hormon pengganti {hormone
replacement therapy (HRT)} seperti Hormon estrogen akan bisa menyebabkan
peningkatan resiko mendapat penyakit Ca mammae. Termasuk alat kontrasepsi
yang tinggi estrogen dan DES (dietilstilbestrol).Wanita yang mengkonsumsi DES
untuk mencegah keguguran memiliki risiko tinggi menderita Ca mammae.
f. Sering menghadapi kondisi stress (goncangan jiwa).
g. Menarke dini. Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
h. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama
Wanita yang mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai resiko
dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang
mempunyai anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.
i. Menopause pada usia lanjut
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker
payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi bilateral
sebelum usia 30 tahun mempunyai resiko sepergtiganya.
j. Riwayat penyakit tumor payudara jinak
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel poliferasi
mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara; wanita

dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami
penyakit ini.
k. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30
tahun beresiko hamper dua kali lipat.
l. Obesitas- resiko terendah diantara wanita pasca menopause
Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih
tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
m. Kontraseptif oral
Wanita yang menggunakan kontraseptif oral berisiko tinggi untuk mengalami
kanker payudara.Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah
penghentian medikasi.
n. Terapi penggantian hormon. Terdapat laporan yang membingungkan tentang
resiko kanker payudara pada terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia
lebih tua yang menggunakan estrogen suplemen dan menggunakannya untuk
jangka panjang (lebih dari 10 sampai 15 tahun) dapat mengalami peningkatan
risiko. Sementara penambahan progesteron terhadap penggantian estrogen
meningkat insidens kanker endomentrium, hal ini tidak menurunkan resiko kanker
payudara.
o. Konsumsi alcohol
Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol
bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari.Risikonya dua kali lipat di
antara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari.Di Negara dimana minuman
anggur dikonsumsi secara teratur (mis Perancis dan Itali), angkanya sedikit lebih
tinggi.Beberapa temuan riset menunjukan bahwa wanita muda yang minum
alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun
terakhirnya.
p. Diet tinggi lemak dahulu pernah diduga meningkatkan risiko kanker payudara.
Kajian

epidemiologi

pada

wanita

berkebangsaan

Amerika

dan

Jepang

menunjukan perbedaaan lima kali lipat dalam angka kanker payudara antara dua
kelompok, dengan wanita Amerika yang mempunyai insidens yang lebih tinggi.
Wanita Jepang yang bermigrasi ke Amerika Serikat juga menunjukan angka
kanker payudara yang serupa dengan wanita-wanita Amerika lainnya. Studi
kelompok terbaru menunjukan hubungan yang lemah atau tidak menyeluruh
antara diet tinggi lemak dan kanker payudara. Namun, karena lemak mempunyai
dampak dalam kanker kolon dan penyakit jantung, pasien wanita diuntungkan dari
upaya penyuluhan yang difokuskan pada pengurangan masukan kalori yang
berasal dari lemak secara keseluruhan.

q. Implan payudara dengan silikon akhir-akhir ini telah dikaitkan dengan kontraksi
kapsular fibrosis dang gangguan imun tertentu. Namun, tidak ada bukti yang
menunjukan bahwa implant payudara berkaitan dengan peningkatan resiko
kanker payudara.
(Dixon M., dkk, 2005: Tapan, 2005: Pramudya. 2011: Purwastuti, Endang. 2012:
Suzanne, 2002: Wijayakusuma, H. 2008: Dwi, Asti, dkk. 2010)
6. MANIFESTASI KLINIS CA MAMMAE
Menurut Anita (2011) tanda dan gejala kanker payudara:
- Gejala awal
Sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di
sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri, biasanya memiliki pinggiran tidak teratur.
-

Stadium awal
Jika didorong oleh jari tangan , benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah
kulit.

Stadium lanjut
Benjolan melekat pada dinding dada atau kulit sekitarnya, benjolan dapat
membengkak, ata borok di kulit payudara, kadang kulit di atas benjolan mengkerut
dan nampak seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya
Ditemukan benjolan atau massa di ketiak, perubahan ukuran atau bentuk
payudara, keluar cairan abnormal dari puting

susu (biasanya berdarah atau

bernanah), perubahanpada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu,
maupun aerola, payudara tampak kemerahan, kulit di sekitar puting susu bersisik,
puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal, nyeri payudara, atau
pembengkakan salah satu payudara. Pada stadium lanjut, bisa timbul nyeri tulang,
penurunan berat badan, pembengkakan lengan, atau ulserasi kulit.
Menurut Dwi (2010) manifestasi klinis kanker payudara:
a. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau puting susunya
-

Benjolan atau penebalan dalam atau sekitarpayudara atau di daerah ketiak

Puting susu terasa mengeras

b. Penderita melihat perubahan pada payudara atau puting susunya:


-

Perubahan ukuran maupun bentuk payudara

Puting susu tertarik ke dalam payudara

Kulit payudara, aerola, atau puting bersisik, merah atau bengkak, kulit
mungkin berkerut seperti kulit jeruk

c. Keluarnya sekret atau cairan dari puting susu


Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu:
a. Fase induksi ( 15 30 tahun )
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
b. Fase insitu (5 10 tahun )
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi pre concerous yang bisa ditemukan di
serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dn akhirnya juga di
payudara.
c. Fase invasi ( 1 5 tahun )
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui membran sel ke
jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah serta limfa
d. Fase desiminasi ( 1 - 5 tahun )
Terjadi penyebaran ke tempat lain
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK CA MAMMAE
a.

Mammografi
Mammografi adalah foto roentgen payudara yang menggunakan peralatan khusus
yang tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak memerlukan bahan kontras serta
dapat menemukan benjolan yang kecil sekalipun. Mammografi merupakan
metode pilihan deteksi kanker pada kasus kecurigaan ganas atau lesi samar.
Tanda berupa makrokalsifikasi tidak khas untuk karsinoma, bila secara klinis
curiga terdapat tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apa-apa maka
pemeriksaan dapat dicoba dengan cara biopsi jaringan, demikian juga bila
mammografi positif tetapi secara klinis tidak dicuriga adanya tumor maka dapat
dilanjutkan dengan biopsi di tempat yang ditunjukkan oleh foto tersebut.
Mammogram pada masa pramenopause atau usia kurang dari 35 tahun kurang
bermanfaat karena padatnya jaringan kelenjar payudara sehingga menyulitkan

nampaknya sel kanker.


b. USG
USG ini sangat menguntungkan karena memiliki keuntungan yaitu tidak
mempergunakan sinar pengion sehingga tidak ada bahaya radiasi dan
pemeriksaan bersifat non invasif, relatif mudah dikerjakan, serta dapat dipakai
berulang-ulang.USG biasanya dapat untuk membedakan tumor padat dan kiste
pada payudara serta untuk menentukan metastasis di hati.USG ini berperan
terutama untuk payudara yang padat pada wanita muda, jenis payudara ini
kadang-kadang sulit dinilai dengan mammografi.

c. Biopsy Aspirasi
Pemeriksaan sitologi biopsy aspirasi jarum sering dipergunakan sebagai prosedur
diagnosis berbagai tumor termasuk tumor payudara dengan indikasi :
- Diagnosis preoperative tumor klinik diduga maligna.
- Diagnosis konfirmatif klinik tumor maligna ataupun tumor rekuren
- Diagnosis tumor nonneoplastik ataupun neoplastik
- Mengambil bahan aspirat untuk kultur ataupun bahan penelitian.
Teknik dan peralatan sangat sederhana, murah dan cepat serta tidak ada
komplikasi yang berarti.
d. FNAB
Dengan jarum halus sejumlah kecil jaringan dari tumor diaspirasi keluar lalu
diperiksa mikroskopis.Jika tumor dapat terpalpasi dengan mudah, FNAB dapat
dilakukan dengan mempalpasi tumor.Jika tumor tak terpalpasi dengan jelas,
kombinasi dengan USG dapat dilakukan. Spesimen FNAB kadang tidak dapat
menentukan grade tumor dan kadang tidak member diagnosis yang jelas
sehingga membutuhkan biopsy lain.
e. Core Biopsi
Dilakukan dengan jarum yang cukup besar, dapat dilakukan sambil fiksasi dengan
palpasi, ataupun dipandu USG, mammografi atau MRI.Core biopsy dapat
membedakan tumor invasive dan tumor non invasif, serta dapat menentukan
grade

tumor.Core

biopsy

membutuhkan

biopsy

terbuka

untuk

memberi

diagnosis.Juga dapat digunakan untuk membiopsi kelainan yang tidak dapat


dipalpasi, tapi terlihat pada mammografi.
f. Biopsi terbuka
Dilakukan billa pada mammografi terlihat kelainan mengarah maligna, namun
pada FNAB atau core biopsy meragukan. Bila mammografi (+) tetapi FNAB
(-)perlu dilakukan biopsy terbuka. Namun bila mamografi namun gejala klinis
pasien mengarah kanker, wajib dilakukan biopsy terbuka.
g. Sentinel Lobe Biopsi
Dilakukan untuk menentukan status keterlibatan kelenjar limfe aksila dan
parasternal.Prosedur ini menggunakan kombinasi pelacak radioaktif dan pewarna
biru. Apabila tidak dijumpai sentinel lobe, diseksi kelenjar limfe tidak perlu
dilakukan. Namun bila dijumpai sentinel lobe, harus dilakukan diseksi kelenjar
limfe.
h. Ca 15.3
Terutama untuk monitoring kanker payudara. Peningkatan kadar Ca 15-3 darah
dijumpai pada kurang dari 10 % pasien dengan stadium awal dan sekitar 70 %
pasien dengan stadium lanjut. Kadar biasanya turun seiring keberhasilan terapi.
Kadar normal biasanya kurang dari 25 U/mL, tapi kadar sampai 100 U/mL kadang
dijumpai pada wanita sehat.
i. Imunohistokimia

Dilakukan untuk membantu terapi target, yaitu pemeriksaan ER (esterogen


reseptor), PR (progesterone reseptor), HER-2.Kanker payudara yang memiliki ER
+ dan PR + memiliki prognosis lebih baik karena masih peka terhadap terapi
hormonal.HER 2 merupakan sejenis protein pemicu pertumbuhan. Pada
pemeriksaan 1 dari 5 pasien penderita kanker payudara memiliki gen HER 2.
j. MRI
MRI menggunakan magnetic, MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu
kumpulan massa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihat pada saat
USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan
payudara yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan padat yang
terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak bisa menunjukkan
suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk
memastikan lagi harus dilakukan biopsy.
k. TESDARAH
Tes darah diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tesyang
dilakukan antara lain :
- Level Hemoglobin ( HB ) : untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di
-

dalam sel darah merah.


Level Hematocrit : untuk mengetahui prosentase dari darah merah didalam

seluruh badan
- Jumlah dari sel darah putih : untuk membantu melawan infeksi
- Jumlah trombosit ( untuk membantu pembekuan darah )
- Differential ( prosentase dari beberapa sel darah putih )
l. Jumlah Alkaline Phosphatase
Jumlah enzyme yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke liver, hati
dan saluran empedu dan tulang.
m. SGOT & SGPT
Test ini untuk mengevaluasi fungsi lever. Angka yang tinggi dari salah satu test ini
mengindikasikan adanya kerusakan pada liver, bisa jadi suatu sinyal adanya
penyebaran ke liver
8. PENATALAKSANAAN MEDIS CA MAMMAE
a. Terapi Kanker Payudara
Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu
meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan)
untuk mengangkat sebanyak mungkin tumor.
Terdapat sejumlah pilihan pembedahan, pilihan utama adalah mastektomi
(pengangkatan seluruh payudara) atau pembedahan Breast Conserving
Therapy (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di sekitarnya).

Pembedahan Breast Conserving Therapy


a) Lumpektomi
Pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal di sekitarnya.

b) Eksisi luas atau wide local excision


Pengangkatan tumor dan jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak.
c) Tylektomi
d) Segmental mastektomi
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya
memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker.
Keuntungan utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi
penyinaran adalah kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak
menimbulkan nyeri dan berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau
melepuh.
e) Mastektomi
- Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot
dibawah payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk
menutup luka bekas operasi. Rekonstruksi payudara lebih mudah
dilakukan jika otot dada dan jaringan lain dibawah payudara dibiarkan
utuh.
- Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker invasif yang
telah menyebar luar ke dalam saluran air susu, karena jika dilakukan
pembedahan breast-conserving, kanker sering kambuh.
- Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau
modified radical mastectomy: seluruh jaringan payudara diangkat
dengan menyisakan otot dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah
bening ketiak.
- Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya
diangkat.
f)

Rekonstrusi payudara
Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin
maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa
dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di
kemudian hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon
kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras,

menimbulkan nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang


masuk ke dalam laliran darah.
Terapi Radiasi
Indikasi Terapi Radiasi Pada Kanker Payudara
Terapi radiasi pada kanker payudara diberikan apabila ditemukan keadaan
sebagai berikut:
a) Setelah tindakan operasi terbatas (BCS)
b) Tepi sayatan dekat (T T2)/ tidak bebas tumor
c) Tumor sentral/medial
d) KGB (+) dengan ekstensi ekstra kapsuler
Acuan pemberian radiasi adalah sebagai berikut:
Pada dasarnya diberikan radiasi lokoregional (payudara dan aksila
besertasupraklavikula, kecuali:
-

Pada keadaan T T2 bila cn = 0 dan pn, maka tidak dilakukan radiasi


pada KGB aksila supraklavikula

Pada keadaan tumor di medial/sentral diberikan tambahan radiasi


pada mamaria interna

Dosis lokoregional profilaksis adalah 50Gy, booster dilakukan sbb:


- Pada potensial terjadi residif ditambahkan 10Gy (misalnya tepi sayatan
dekat tumor atau post BCS)
- Pada terdapat massa tumor atau residu post op (mikroskopik atau
makroskopik) maka diberikan boster dengan dosis 20Gy kecuali pada
aksila 15Gy.

Cara Terapi Radiasi


External beam radiation atau radiasi dari luar adalah tipe radiasi paling
umum bagi penderita dengan kanker payudara.Radiasi tersebut diarahkan dari
mesin ke tubuh bagian luar di area yang terkena kanker.
Pada beberapa wanita, payudara menjadi lebih kecil dan keras setelah
terapi radiasi.Menjalani radiasi, juga mempengaruhi kesempatan penderita
untuk melakukan rekonstruksi payudara.Terapi radiasi pada kelenjar getah
bening di daerah ketiak juga dapat, menyebabkan timbulnya lympedema
(pembengkakan kelenjar getah bening).
Pada beberapa kasus yang jarang, terapi radiasi dapat melemahkan
tulang rusuk, sehingga dapat menyebabkan patah tulang.Di masa lalu, bagian
dari paru dan jantung juga mendapatkan sinar radiasi, yang pada jangka waktu

yang lama dapat menyebabkan kerusakan organ-organ tersebut pada


penderita. Peralatan terapi radiasi modern memungkinkan dokter untuk
menfokuskan sinar radiasi, sehingga maslah seperti di atas menjadi jarang
Pengobatan Sistemik.
a.

Kemoterapi
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka
terbuka di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang
sifatnya sementara.
Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat
ondansetron.
Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama 1-3
hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung
kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa
bulan, penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan.
Tetapi pada akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.

b.

Terapi hormonal
-

Tamoxifen
Awalnya diindikasikan untuk mengobati pasien pasca menopause
dengan reseptor estrogen dan nodus aksilaris positif. Efek samping:
mual, muntah, panas, retensi cairan.

Diethylstillbestrol
Menghambat pelepasan FSH dan LH dengan demikian menurunkan
pembentukan

estrogen

dan

ikatan

estrogen.

Efek

samping:

penambahan berat badan,mual, retensi cairan


-

Megestrol
Menurunkan jumlah reseptor estrogen. Efek samping: penambahan
BB

Fluksimesteron
Menekan estrogen dengan menekan LH dan FSH. Efek samping:
peningkatan libido, peningkatan pertumbuhan rambut di wajah

Aminoglutetimid
Menghambat aromatase, enzim yang bertanggung jawab terhadap
perubahn androgen dan estrogen. Efek samping:
kortikal adrenal.

c.

Transplantasi sumsum tulang

gatal, hipofungsi

Pengangkatan sumsum tulang dari pasien dan memberikan kemoterapi


dosis tinggi, sumsum tulang pasien yang dipisah kan dari efek kemoterapi
kemudian diinfuskan kembali secara intravena
Protokol Pengobatan Kanker Payudara
a) Stadium I
-

MRM sebagai terapi utama.

Bila KGB axilla tidak metastase, maka tidak perlu radiology post operasi

Bila yang dilakukan hanya mastektomi simpel/ BCT harus diikuti radiasi
tumor bed dandaerah KGB regional (radiasi local dan regional)

b) Stadium II
-

MRM sebagai terapi utama.

Radiasi eksterna dan kemoterapi maupun hormonal bila ada metastase ke


KGB axilla dapat diberikan sebagai terapi adjuvans.

c) Stadium IIIA
-

MRM sebagai terapi utama

Terapi adjuvans meliputi radiasi eksterna, kemoterapi dan terapi hormonal.

d) Stadium IIIb
Operable
simple mastektomi dan axillary toilet. Terapi adjuvans meliputi radiasi
eksterna, hormonal dan kemoterapi.
Kemoterapi 3x kemudian MRM. Terapi adjuvans post op 3x dan bila perlu
dilakukan radiasi eksterna.
Inoperable
Radiasi eksterna pre operative, bila operable maka dilakukan mastektomi
simpel. Bila tetap inoperable, lanjutkan radiasi 5000-6000cGy. Terapi
adjuvans dengan melanjutkan radiasi eksterna 2000-3000 cGy dan bila
perlu terapi hormonal dan atau kemoterapi
Kemoterapi neoajuvans 3x. Bila operablemastektomi simple. Bila
inoperableteruskan sampai 6 kali. Terapi adjuvans meliputi radiasi
eksterna dan hormonal terapi.
e) Stadium IV
-

Prinsip paliatif

Premenopause

Oophorektomi

dilanjutkan

kemoterapi.

dilakukan mastektomi simple atau radioterapi paliatif.

Bila

perlu

PostmenopauseTerapi

hormonal

dengan

atau

tanpa

kombinasi

kemoterapi. Bila perlu dilakukan mastektomi simple atau radioterapi


paliatif.
(Abdul. 2011: Dwi, Asti, dkk. 2010: Mardiana, Lina. 2010: Doenges M.,
2000: Dixon M., dkk, 2005: Sjamsuhidajat R., 1997: Tapan, 2005:
Supandiman, Iman. 1997: Suzanne. 2002)
b. Pencegahan
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan
ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu
(misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu.
Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang
kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka
akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker.
Perhatikan perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara
bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah
cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran
dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk
lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu
bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan,
rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama
terhadap payudara kanan dengan cara mengangkat lengan kanan dan
memeriksanya dengan tangan kiri.

Perhatikan juga daerah antara kedua

payudara dan ketiak.


5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari
puting susu.Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan
lengan kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari
tangan kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan
memudahkan pemeriksaan. Lakukan hal yang sama terhadap payudara
kanan dengan meletakkan bantal di bawah bahu kanan dan mengangkat

lengan kanan, dan penelusuran payudara dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena
dalam keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.

9. ASUHAN KEPERAWATAN CA MAMMAE


A. Pengkajian
Identitas klien
Nama, Umur, Suku/ Bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat Rumah,
Telp. Rumah, No HP, Alamat tmp Kerja, Golongan Darah.
Keluhan utama
Data ini perlu dikaji untuk mengetahui keluhan utama ibu, sejak kapan
dirasakan, dimana dirasakan dan apa saja yang sudah dilakukan untuk
mengatasinya. Pada pasien Ca mammaae keluhan umum yang dikeluhkan
pasien adalah adanya benjolan pada payudara, kadang disertai kadang tidak
nyeri, kadang disertai bengkak, dan pada stadium lanjut disertai pengeluaran
abnormal dan perubahan dalam bentuk, dan penampakan payudara (tidak
simetris, kulit payudara seperti kulit jeruk peau dorange putting tertarik
kedalam)
Riwayat Menstruasi
Data ini perlu dikaji untuk mengetahui usia menarche, siklus haid, lama haid,
ganguan dalam haid, umur menopause. Pada pasien Ca mammae umumnya
menarche pada usia< 12 tahun dan menopause > 50 tahun dan periode haid
lebih lama
Riwayat Perkawinan
Data ini diperlukan untuk mengetahui usia saat menikah, berapa kali menikah,
lama pernikahan dan status pernikahan.
Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas laktasi dan Pemakaian Metode
Kontrasepsi.
Data ini dikaji untuk mengetahui riwayat kehamilan, persalinan, nifas, laktasi
dan pemakaian kontrasepsi.Pada pasien Ca mammae biasanya memiliki
riwayat hamil pertama >35 tahun, hamil pertama < 20 tahun, tidak memiliki
anak tidak pernah menyusui, penggunaan kontrasepsi pil jangka panjang lebih
dari 12 tahun.
Riwayat Kesehatan
Data ini dikaji untuk mengetahui status kesehatan ibu dan keluarga. Pada
pasien Ca mammae pada umumnya memiliki riwayat kesehatan : pernah
menderita Ca mammae pada satu payudara, ada keluarga (ibu/saudara wanita)
menderita penyakit ini dan dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena Ca.

mamma, kelainan payudara lain (benigna), pernah/ sedang menjalani terapi


hormonal, infertil.
Keadaan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
- Pola Makan dan Minum
Data ini dikaji untuk mengetahui pola makan dan minum pasien. Ca
mammae cenderung terjadi pada orang yang sering mengkonsumsi
makanan yang kurang sehat (fast food, dengan bahan pengawet,
penyedap rasa, asupan makanan berlemak berlebih dan pewarna
-

makanan)
Pola Eliminasi
Data ini dikaji untuk mengetahui pola eliminasi pasien.
Istirahat dan Tidur
Data ini dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan gangguannya.
Personal Hygiene
Data ini dikaji untuk mengetahui personal hygiene pasien.
Prilaku Seksual
Data ini dikaji untuk mengetahui kapan umur pertama kontak seksual, dan

pola hubungan seksual (gonta ganti pasangan)


Respon Keluarga Terhadap Kesehatan pasien
Data ini untuk mengetahui bagaimana respon keluarga terhadap

kesehatan pasien terkait dengan keluhan yang dirasakan.


Dukungan Keluarga
Data ini perlu dikaji bagaimana dukungan keluarga dalam memotivasi dan
memberikan dorongan psikis pada pasien untuk menghadapi dan

menjalani pemeriksaan/ pengobatan lebih lanjut.


Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga
Hali ini diperlukan untuk mengetahui pola pemecahan dalam keluarga dan

siapa yang bertanggung jawab terhadap masalah dalam keluarga.


Prilaku/ Kebiasaan yang Merugikan kesehatan
Data ini dikaji untuk mengetahui pola hidup pasien yang menjadi faktor
predisposisi terjadinya Ca mammae seperti merokok (pasif/ aktif) dan

konsumsi minuman beralkohol dan kurang olahraga.


Prilaku Spiritual
Data ini dikaji untuk mengetahui bagaimana penerimaan ibu terhadap

suatu keadaan berhubungan dengan spiritual (berdoa)


Pengetahuan
Data ini dikaji untuk mengetahui seberapa pengetahuan ibu tentang kesehatan
terutama yang terkait dengan keluhan yang dialami.
Data Obyektif
a) Keadaan Umum
Pasien Ca mammae stadium dini pada umumnya terlihat sehat, akan tetapi
keadaannya akan bertambah buruk seiring dengan makin parahnya
penyakit.
b) Keadaan Emosi
Tergantung dari tingkat penerimaan pasien dan tingkat dukungan dari
keluarga

c) Postur
Postur tubuh pasien pada umumnya terlihat baik
d) Tanda Tanda Vital
- Tekanan Darah
- Nadi
- Suhu
- Respirasi
e) Antropometri
- Berat Badan
Ca mammae pada umumnya terjadi pasien obesitas (hal ini berhubungan
dengan kadar estrogen)
- Tinggi Badan
- LILA
- Untuk mengetahui status gizi pasien
f) Pemeriksaan fisik
Payudara dan Aksila
a) Bentuk
Pada Ca mammae pada umumnya bentuknya tidak simetris
b) Putting Susu
Pada Ca mammae dapat disertai dengan penarikan putting susu, adanya
sel-sel pagets, merah dan menebal)
c) Pengeluaran
Pada Ca mammae dapat disertai pengeluaran abnormal (cairan seperti
nanah)
d) Kelainan
Pada Ca mammae pada umumnya terdapat benjolan abnormal, yang keras,
padat, mobile/ tidak, kulit seperti kulit jeruk (peau dorange), kulit terlihat
lebih gelap)
e) Aksila
Ada kemungkinan terjadi pembesaran, pembengkakan dan benjolan pada
aksila sehingga nyeri saat perabaan.
B. ANALISA DATA
Data
DO:
DS:

Etiologi
Faktor predisposisi/faktor risiko
Terpapar
zat
terusmenerus

karsinogenik

proliferasi abnormal pada sel normal


neoplasia sel payudara
Kanker payudara
Merusak sel/jaringan
Peningkatan konsistensi mammae
Kurang pengetahuan

Masalah Keperawatan
Ansietas

Ansietas
DO:
DS:

Faktor predisposisi/faktor risiko


Terpapar
menerus

zat

karsinogenik

Defisiensi pengetahuan
terus

Proliferasi abnormal pada sel normal


Neoplasia selpayudara
Kanker payudara
Merusak sel/jaringan
Peningkatan konsistensi mammae
Tidak memahami perjalanan penyakit
Defisiensi pengetahuan
DO:
DS:

Faktor predisposisi/faktor risiko


Terpapar
menerus

zat

karsinogenik

Nyeri akut/ kronis


terus

Proliferasi abnormal pada sel normal


Neoplasia sel payudara
Kanker payudara
Merusak sel/jaringan
Mendesak sel saraf
Interupsi sel saraf
Nyeri

DO:
DS:

Faktor predisposisi/faktor risiko


Terpapar
menerus

zat

karsinogenik

Gangguan citra tubuh


terus

Proliferasi abnormal pada sel normal


Neoplasia sel payudara
Kanker payudara
Merusak sel/jaringan
Peningkatan konsistensi mammae
Mammmae asimetrik
Gangguan citra tubuh
DO:
DS:

Faktor predisposisi/faktor risiko


Terpapar
menerus

zat

karsinogenik

Gangguan nutrisi (kurang


dari kebutuhan tubuh)
terus

Proliferasi abnormal pada sel normal


Neoplasia sel payudara
Kanker payudara
Suplai nutrisi ke jar.Ca meningkat
Hipermetabolisme jaringan
Suplai nutrisi jar.lain
BB turun
Gangguan
nutrisi
kebutuhan tubuh)
DO:
DS:

(kurang

dari

Faktor predisposisi/faktor risiko


Terpapar
menerus

zat

karsinogenik

Resiko infeksi
terus

Proliferasi abnormal pada sel normal


Neoplasia sel payudara
Kanker payudara
Infiltrasi pemb.darah
Aliran darah terhambat

Hipoksia
Nekrosa jaringan
Bakteri patogen

DO:
DS:

Resiko infeksi
Faktor predisposisi/faktor risiko
Terpapar
menerus

zat

karsinogenik

Resiko
kerusakan
integritas kulit
terus

Proliferasi abnormal pada sel normal


Neoplasia sel payudara
Kanker payudara
Infiltrasi pemb.limfe
Bendungan limfe lokal
Edema sekitar kanker
Peau dorange
Resiko kerusakan integritas kulit

PATOFISIOLOGI CA MAMMAE

Faktor yang tidak dapat


dikontrol:
- Usia, Jenis kelamin
- Riwayat keluarga, Riwayat
penyakit
- Riwayat menstruasi
- Ras, genetic

Faktor yang dapat dikontrol:


- Riwayat melahirkan
- Alkohol
- Obesitas
- Radiasi
- Kontrasepsi

Terpapar zat
karsinogenik terus
menerus menerus
Karsinoma bereaksi
dengan DNA
Sel normal menjadi
promaligna (fase
Zat mutagen menaikkan
reaksi karsinogen (fase
promosi)
Aktivasi, mutasi,
danhilangnya gen
Promaligna
Maligna (fase progresi)
Neoplasma ganas
pada payudara
Kanker

Suplai
nutrisi ke
jaringan ca
Hipermetabolis
kejaringan

Mendesak

jaringan
sekitar
Menekan
jaringan pada
mammae

Suplai nutrisiPeningkatan
jaringan lainkonsistensi
mammae

infiltrasi

Pemb.limfe

Bendungan
limfe lokal
Edema
sekitar

Mendesak
Sel syaraf

Interupsi
sel saraf
MK: Nyeri
kronik

Mendesak

Pembuluh
darah
Aliran darah
terhambat
Hipoksi

Berat badan
turun
MK: Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Peau de
orange
Ukuran
mammae
abnormal
Mammae
asimetrik

Mammae
membengkak
Massa tumor
mendesak ke
jaringan luar

Infiltrasi pleura
parietale
Expansi paru
menurun

MK: Gg pola
nafas

Perfusi
jaringan
Ulkus
MK: Gg integritas
kulit/ jaringan

Nekrosis
jaringan
MK: Kurang
pengetahuan
MK:
ansietas

MK: Gg
body
image

Bakteri
Patogen
MK: Resiko
Infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2011. Kaitan Gizi dengan Kanker Payudara pada Wanita. Jakarta : Universitas
Muhammadiyah
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Dixon M., dkk, 2005, Kelainan Payudara, Cetakan I, Dian Rakyat, Jakarta.
Doenges M., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta
Dwi, Asti, dkk. 2010.

Penyakit Genetika Kanker Payudara. Purwokerto: Universitas

Jendral Sudirman
Mansjoer, dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: EGC
Mardiana, Lina. 2010. Kanker pada Wanita. Jakarta: Niaga Swadaya
Pramudya. 2011. Carsinoma Mammae. Bandung: Sartika
Purwastuti, Endang. 2012. Kanker Payudara. Yogyakarta. Kanisius
Sjamsuhidajat R., 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta
Supandiman, Iman. 1997. Pedoman Terapi Hematolog Onkologi. Bandung: PT.Alumni
Suzanne. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC
Tapan, 2005, Kanker, Anti Oksidan dan Terapi Komplementer.Jakarta :Elex Media
Komputindo,.
Wijayakusuma, H. 2008.Atasi Kanker dengan Tanaman Obat. Jakarta: Puspaswara

You might also like