You are on page 1of 5

Bronkiolitis

Landia Setiawati, Makmuri M.S., Retno Asih S.

BATASAN
Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil
(bronkiolus) yang terjadi pada anak < 2 tahun dengan insidens tertinggi pada usia sekitar 2-6
bulan dengan penyebab tersering respiratory sincytial virus (RSV), diikuti dengan
parainfluenzae dan adenovirus. Penyakit ditandai oleh sindrom klinik yaitu, napas cepat,
retraksi dada dan wheezing.

PATOFISIOLOGI
Mikroorganisme masuk melalui droplet akan mengadakan kolonisasi dan replikasi di mukosa
bronkioli terutama pada terminal bronkiolus sehingga akan terjadi kerusakan/nekrosis sel-sel
bersilia pada bronkioli. Respon imun tubuh yang terjadi ditandai dengan proliferasi limfosit,
sel plasma dan makrofag. Akibat dari proses tersebut akan terjadi edema sub mukosa,
kongesti serta penumpukan debris dan mukus (plugging), sehingga akan terjadi penyempitan
lumen bronkioli. Penyempitan ini mempunyai distribusi tersebar dengan derajat yang
bervariasi (total/sebagian). Gambaran yang terjadi adalah atelektasis yang tersebar dan
distensi yang berlebihan (hyperaerated) sehingga dapat terjadi gangguan pertukaran gas
serius, gangguan ventilasi/perfusi dengan akibat akan terjadi hipoksemia (PaO2 turun) dan
hiperkapnea (Pa CO2 meningkat). Kondisi yang berat dapat terjadi gagal nafas.

DIAGNOSIS
Anamnesis
Anak usia di bawah 2 tahun dengan didahului infeksi saluran nafas akut bagian atas dengan
gejala batuk, pilek, biasanya tanpa demam atau hanya subfebris. Sesak nafas makin hebat
dengan nafas dangkal dan cepat.
Pemeriksaan fisis
Dapat dijumpai demam, dispne dengan expiratory effort dan retraksi. Nafas cepat dangkal
disertai dengan nafas cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah. Terdengar
ekspirium memanjang atau mengi (wheezing). Pada auskultasi paru dapat terdengar ronki
basah halus nyaring pada akhir atau awal inspirasi. Suara perkusi paru hipersonor. Jika
obstruksi hebat suara nafas nyaris tidak terdengar, napas cepat dangkal, wheezing berkurang
bahkan hilang.
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan darah tepi tidak khas. Pada pemeriksaan foto dada AP dan lateral dapat terlihat
gambaran hiperinflasi paru (emfisema) dengan diameter anteroposterior membesar pada foto
lateral serta dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar. Analisis gas darah dapat
menunjukan hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis respiratorik atau metabolik. Bila
tersedia, pemeriksaan deteksi cepat dengan antigen RSV dapat dikerjakan.

DIAGNOSIS BANDING

Asma bronkial

Aspirasi benda asing

Bronkopneumonia

Gagal jantung

Miokarditis

Fibrosis Kistik

TATALAKSANA
Tata laksana bronkiolitis yang dianjurkan adalah :
1.

Pemberian oksigenasi; dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan
pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas diberikan bantuan ventilasi mekanik.

2.

Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu dapat dengan cairan parenteral).
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.

3.

Koreksi terhadap kelainan asam basa dan elektrolit yang mungkin timbul.

4.

Antibiotik dapat diberikan pada keadan umum yang kurang baik, curiga infeksi
sekunder (pneumonia) atau pada penyakit yang berat.

5.

Kortikosteroid : deksametason 0,5 mg/kgBB dilanjutkan dengan 0,5 mg/kgBB/hari


dibagi 3-4 dosis.

6.

Dapat diberikan nebulasi agonis (salbutamol 0,1mg/kgBB/dosis, 4-6 x/hari)


diencerkan dengan salin normal untuk memperbaiki kebersihan mukosilier.

Untuk menilai kegawatan penderita dapat dipakai skor Respiratory Distress


Assessment Instrument (RDAI), yang menilai distres napas berdasarkan 2 variabel respirasi
yaitu wheezing dan retraksi. Bila skor lebih dari 15 dimasukkan kategori berat, bila skor
kurang 3 dimasukkan dalam kategori ringan (lampiran 1).

DAFTAR PUSTAKA
1.

Wohl MEB. Bronchiolitis. Dalam: Kendig EL, Chernick V, penyunting. Kendigs


Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders,
1990 : 360-70.

2.

Goodman D. Bronchiolitis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB,


penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders,
2003 : 1415-7.

3.

Klassen TP. Recent advances in the treatment of Bronchiolitis and Laryngitis. Pediatr
Clin of North Am 1997; 44 : 249-58.

4.

Wright RB, Pomerantz WJ, Luria JW. New approaches to respiratory infections in
children. Ped Emerg Med Clin of North Am 12002; 20 : 93-110.

Lampiran 1. : Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI)

SKOR

Skor
maksimal

-Ekspirasi

(-)

Akhir

-Inspirasi

(-)

Sebagian

Semua

-Lokasi

(-)

2 dr 4 lap paru

3 dr 4 lap
paru

(-)

Ringan

Sedang

(-)

Ringan

Sedang

(-)

Ringan

Sedang

Wheezing :

Semua

Retraksi :
Supraklavikular
-Interkostal

Bera
t

3
3

Bera
t

-Subkostal
Bera
t

TOTAL

17

Lampiran 3. : Beberapa perbedaan antara bronkiolitis dan asma


ASMA

BRONKIOLITIS

Penyebab

hiper reaktivitas
bronkus

virus

Umur

> 2 tahun

6 bulan-2 tahun

Sesak berulang

Ya

Tidak

Onset sesak

akut

insidious

ISPA atas

+/-

selalu +

Atopi keluarga

sering

jarang

Alergi lain

sering

Respon bronkodilator

cepat

lambat

Eosinofil

meningkat

normal

You might also like