You are on page 1of 19

AGEN PERUBAHAN (THE CHANGE AGENT)

PENDAHULUAN
Sering kita mendengar kata perubahan (change) terutama ketika kita
membahas hal-hal berkaitan dengan upaya organisasi memperbaharui diri dalam
situasi mengahadapi perubahan di lingkungan strategi organisasi, dan setiap
perubahan memerlukan orang/individu
yang menjadi pemandu proses berjalannya perubahan yang terjadi dalam suatu
organisasi maupun dalam masyarakat, guna mencapai tujuan sebagaimana
diharapkan.
Kehidupan merupakan sesuatu yang kompleks dan majemuk. Terdapat
banyak hal dalam kehidupan yang bisa berubah tiba-tiba atau bahkan berubah
dengan waktu yang lama. Perubahan akan selalu terjadi baik itu progesif atau
regresif. Dalam kehidupan sosial, perubahan yang diharapkan tentu perubahan
yang progesif, berkembang, dan berdaya guna. Berhubungan dengan inovasi,
setiap inovasi adalah perubahan sosial, tapi setiap perubahan sosial belum tentu
inovasi. Inovasi cangkupannya lebih sempit ketimbang dengan perubahan sosial.
Inovasi merupakan perubahan yang progres dan diharapkan bisa berdaya guna,
sedangkan perubahan sosial mencangkup perubahan yang baik maupun yang
buruk.
Pengertian agen perubahan (The Change Agent) adalah individu atau
seseorang yang bertugas mempengaruhi target/sasaran perubahan agar mereka
mengambil keputusan sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Agen perubahan
menghubungkan antara sumber perubahan (Inovasi, Kebijakan Publik dll) dengan
sistem masyarakat yang menjadi target perubahan. Dengan demikian komunikasi
adalah alat strategi bagi tercapainya suatu perubahan dalam organisasi maupun
sistem sosial dalam masyarakat.

Komunikasi adalah proses berbagi informasi dalam sistem sosial


masyarakat yang menciptakan temuan (innovator) dengan target perubahan
(kelompok masyarakat) dan atau proses berbagi informasi diantara sesama mereka
agar mampu membangun situasi saling pengertian melalui penjelasan/pencerahan
dalam menjalin hubungan antara agen perubahan dengan kelompok masyarakat
yang menjadi target perubahan. Ada berbagai profesi yang mungkin akan menjadi
agen perubahan yang efektif dalam organisasi atau masyarakat seperti pekerja
sosial, consultant, widyaiswara, penjual barang & jasa (sales), pekerja kesehatan
dan lain-lain. Dari berbagai profesi tersebut, dalam menjalankan perannya sebagai
agen perubahan dengan cara memfasilitasi proses menyampaikan Inovasi dari
sumber inovasi kepada para target dari inovasi itu.
Proses inovasi itu sendiri tak lepas kaitannya dengan pengusaha
perubahan, agen perubahan, dan masyarakat. Kemajemukan masyarakat akan
berdampak pada kesenjangan antara pengusaha perubahan dengan masyarakat.
Kesenjangan tersebut yang dapat menghambat proses difusi inovasi itu sendiri.
Peran agen perubahan seperti jembatan antara pengusaha perubahan dengan
masyarakat dan seperti pelumas agar inovasi bisa berjalan dengan lancar. Inovasi
bisa saja terhambat bahkan gagal tanpa adanya agen perubahan. Agen perubahan
mampu memperdayakan sesama agar turut serta menikmati manfaat inovasi.
Kedua kaki agen perubahan berpijak diantara pengusaha perubahan dengan
masyarakat. Agen perubahan sangat urgen peranannya dalam inovasi. Karena itu
perlu pembahasan lebih jauh mengenai agen perubahan itu sendiri.

PEMBAHASAN
1. Agen Perubahan sebagai Penghubung
Banyak perbedaan dalam memutuskan bersama definisi dari agen
perubahan. Guru-guru, para konsultan, dokter umum, agen perluasan agrikultural,
pekerja pengembangan, dan sales. Dari kesemua agen perubahan tersebut
memberikan suatu hubungan komunikasi antara sebuah sistem sumber dari
beberapa yang serupa dan sistem klien. Salah satu peran utama dari agen
perubahan adalah memfasilitasi aliran/arus inovasi dari agen perubahan sampai
kepada pendengar/audiens dari klien. Agar tipe komunikasi ini dapat efektif,
inovasi harus diseleksi/dipilih agar cocok/sesuai dengan kebutuhan klien. Agar
pertalian/hubungan dapat berjalan efektif, feedback/umpan balik dari sistem klien
harus mengalir/mengarah sampai agen perubahan kepada perwakilan perubahan
dengan begitu dapat diatur program yang cocok dengan kebutuhan klien.
Agen perubahan mungkin saja tidak dibutuhkan dalam difusi inovasi jika
didalamnya tidak terdapat kemasyarakatan dan perbedaan teknis antara agen
perubahan (change agency) dan sistem klien. Sistem agen (agency) perubahan
biasanya terdiri/tersusun dari individu-individu yang memiliki derajat/tingkat
yang tinggi dalam menghargai suatu difusi yang sedang didifusikan; agen
perubahan secara personal mungkin dapat berupa Ph.D dalam bidang agrikultur,
science, atau bidang-bidang teknik lainnya.
Pemimpin mereka (agen perubahan) mengetahui bahwa sulit bagi mereka
untuk mengkomunikasikan secara langsung suatu inovasi dengan klien. Mereka
berbeda (heterophily) dalam sub-kebudayaan bahasa, status sosio-ekonomi,
kepercayaan dan nilai-nilai. Jurang pemisah heterophily ini dari kedua sisi antara
agen perubahan membuat peran konflik dan masalah yang pasti dalam
komunikasi. Sebagai jembatan/penengah dua sistem berbeda, agen perubahan
adalah sebuah figur/bentuk yang marginal/terpinggirkan dalam masing-masing
dari dua dunia.
Sebagai tambahan untuk menghadapi masalah marginalitas sosial; agenagen sosial harus berhadapan dengan masalah-masalah dari kelebihan informasi

(information overload), kondisi dari individu atau sistem dimana input


komunikasi yang berlebihan tidak dapat diproses dan dimanfaatkan/digunakan
dapat menuju kerusakan. Banyaknya volume informasi mengenai inovasi
mengalir/berasal dari agen perubahan (change agency) mungkin dapat mengatasi
kapasitas agen perubahan untuk memilih pesan yang paling relevan untuk sistem
klien. Dengan pemahaman akan kebutuhan dari klien-klien, seorang agen
perubahan dapat secara selektif mengubah mereka hanya menjadi informasi yang
relevan.
Setiap inovasi adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum
tentu inovasi. Everett M Rogers, agen perubahan (the chage agent) adalah orang
yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan
tujuan yang diinginkan oleh pengusaha perubahan (change agency). Pekerjaan ini
mencakup berbagai macam pekerjaan seperti guru, konsultan, penyuluh
kesehatan, penyuluh pertanian dan sebagainya. Semua agen perubahan bertugas
membuat jalinan komunikasi antara pengusaha perubahan (sumber inovasi)
dengan sistem klien (sasaran inovasi). Dalam kenyataannya pengusaha perubahan
biasanya didirikan oleh orang-orang ahli atau berpendidikan tinggi dalam bidang
inovasi yang sedang didifusikan (digabungkan), misalnya Doktor dalam pertanian,
kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Oleh karena terdapat perbedaan
pengetahuan yang sangat jauh dari klien, maka terjadi hambatan komunikasi.
Bahkan mungkin antara pengusaha perubahan dengan klien bukan hanya
heterophily dalam bidang teknik tetapi juga dalam bidang sosial-ekonomi, adatistiadat, kepercayaan, dan sikap.
Agen perubahan justru menjalin hubungan dengan dua sistem inferensial
(yang dapat disimpulkan) dengan kemungkinan keduanya heterophily yaitu
hubungan dengan pengusaha perubahan dan juga dengan sistem klien. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia heterophily merupakan suatu keadaan gambaran
derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi yang
berbeda-beda dalam sifati-sifat tertentu. Agen perubahan harus dapat mengatasi
situasi tersebut dengan cara mengadakan seleksi informasi disesuaikan dengan
masalah dan kebutuhan klien. Dengan memahami kebutuhan klien, agen klien

dapat membatasi informasi yang disampaikan kepada klien, hanya yang relevan
dengan kebutuhan.
2. Urutan Peran Agen Perubahan
Dalam melaksanakan tugasnya agen perubahan mempunyai peran-peran.
Ada tujuh peran agen perubahan yang dapat diidentifikasi dalam proses
mengenalkan sebuah inovasi kepada suatu sistem klien.
1.

Membangkitkan kebutuhan untuk berubah


Seorang agen perubahan awalnya sering membantu klien menjadi sadar

akan kebutuhan untuk merubah sikap/tingkah laku mereka. Dalam tujuan untuk
memulai proses perubahan, agen perubahan mengusulkan alternatif baru dari
masalah yang terjadi, menguraikan dengan baik dan jelas pentingnya masalah
tersebut untuk diatasi, dan meyakinkan klien bahwa mereka mampu untuk
menghadapi masalah tersebut. Agen perubahan menilai kebutuhan klien sangat
penting pada tahap ini dan juga mencoba membantu klien untuk mendapat
kebutuhan yang lebih baik.
2.
Memantapkan hubungan pertukaran informasi
Ketika kebutuhan akan perubahan dibuat/diciptakan, seorang agen
perubahan harus mengembangkan hubungan dengan kliennya. Agen perubahan
dapat meningkatkan hubungan dengan klien dengan sikap dapat dipercaya
(credible), kompeten, dan terpercaya (trustworthy) dan juga empati terhadap
kebutuhan dan masalah klien. Klien harus menerima agen perubahan sebelum
mereka akan menerima inovasi yang dipromosikannya. Inovasi dinilai pada dasar
bagaimana agen perubahan itu dirasakan oleh klien.
3.
Mendiagnosa masalah yang dihadapi
Agen perubahan bertanggungjawab untuk menganalisis masalah para klien
untuk menentukan mengapa alternatif yang ada tidak cocok dengan kebutuhan
mereka. Dalam menuju kesimpulan analisis, agen perubahan harus melihat situasi
dengan empatik dari sudut pandang klien. Disini agen perubahan akan mencoba
untuk mengetahui masalah apa yang dihadapi klien dan mencoba menemukan
inovasi yang paling tepat. Agen perubahan melihat masalah dengan kacamata
klien, artinya kesimpulan diagnosa harus berdasarkan analisa situasi dan psikologi
klien, bukan berdasarkan pandangan pribadi agen perubahan.
4.
Membangkitkan kemauan klien untuk berubah

Setelah agen perubahan mengeksplorasi/menyelidiki bermacam-macam


kesempatan dari tindakan yang dapat mengantarkan klien mencapai tujuan
mereka, agen perubahan mencari cara agar mereka tertarik dengan inovasi.
Namun, cara yang digunakan harus tetap berorientasi pada klien, artinya berpusat
pada kebutuhan klien jangan terlalu menonjolkan inovasi (tersirat).
5.

Mewujudkan kemauan dalam perbuatan


Agen perubahan mencoba untuk mempengaruhi sikap klien dalam

menyesuaikan saran/rekomendasi berdasarkan kebutuhan para klien. Jaringan


interpersonal mempengaruhi dari pengamatan jarak dekat yang paling penting
pada tahap persuasi dan keputusan dalam proses pengambilan keputusan inovasi.
Agen perubahan dapat secara efektif menstabilkan perilaku baru di kalangan
sistem klien melalui penguatan pesan kepada klien yang sudah mengadopsi.
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif kalau dilakukan antar teman yang
dekat dan sangat bermanfaat kalau dimanfaatkan pada tahap persuasi dan tahap
keputusan inovasi. Oleh kerena itu dalam hal tindakan agen perubahan yang
paling tepat menggunakan pengaruh secara tidak langsung, yaitu dapat
menggunakan pemuka masyarakat agar mengaktifkan kegiatan kelompok lain.
6.

Menjaga

kestabilan

penerimaan

inovasi

dan

mencegah

tidak

berkelanjutannya inovasi
Agen perubahan mungkin secara efektif menstabilkan tingkah laku baru
sampai menguatkan pesan kepada klien yang telah mengadopsi, dengan demikian
seperti membekukan tingkah laku/sikap baru dari klien. Bantuan ini diberikan
ketika seorang klien sedang berada pada tahap implementasi atau konfirmasi
dalam proses keputusan inovasi.
7.
Mengakhiri hubungan ketergantungan
Tujuan akhir dari agen perubahan adalah untuk mengembangkan sikap
memperbaharui diri (self-renewing) dalam bagian dari klien. Ketika perubahan
telah terjadi pada klien dan dipandang telah stabil, maka seorang agen perubahan
harus dapat menarik dirinya untuk keluar dari urusan dengan mengembangkan
kemampuan klien untuk menjadi change agent bagi dirinya sendiri. Dengan kata
lain, change agent berusaha untuk merubah sistem klien dari posisi mempercayai
change agent menjadi mempercayai dirinya sendiri atau seseorang dari kalangan
mereka sendiri.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan Agen Perubahan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan agen perubahan,
berkenaan dengan hal-hal sebagai berikut:
1.

Usaha Agen Perubahan


Sebagai indikator untuk mengetahui kegigihan (besarnya) usaha agen

perubahan ialah: jumlah klien yang dihubungi untuk berkomunikasi, banyaknya


waktu yang digunakan untuk berpartisipasi di desa (tempat tinggal) klien
dibandingkan dengan waktu di kantor atau di rumah sendiri, banyaknya keaktifan
yang dilakukan dalam proses difusi inovasi, ketepatan memilih waktu untuk
berkomunikasi dengan klien dan sebagainya. Makin banyak jumlah klien yang
dihubungi, makin banyak waktu yang digunakan di tempat tinggal klien, makin
banyak keaktifan yang dilakukan dalam proses difusi dan makin tepat agen
perubahan memilih waktu untuk berkomunikasi dengan klien, dikatakan makin
gigih atau makin besar usaha klien untuk kontak dengan klien. Dari berbagai bukti
dirumuskan generalisasi bahwa Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif
dengan besarnya usaha mengadakan kontak dengan klien.
2.
Pengusaha Perubahan Versus Orientasi pada klien
Sebagaimana telah kita ketahui posisi agen perubahan berada ditengahtengah antara pengusaha perubahanan dan sistem klien. Agen perubahan harus
mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada pengusaha perubahanan, tetapi
dilain pihak ia juga harus bekerja bersama dan untuk memenuhi kepentingan
klien. Agen perubahan akan mengalami kesukaran jika apa yang diminta oleh
pengusaha perubahan tidak sesusai dengan kebutuhan klien. Namun demikian
agen perubahan akan berhasil melaksanakan tugasnya jika ia mampu untuk
mengambil kebijakan dengan lebih berorientasi pada klien. Agen perubahan harus
menunjukan keakraban dengan klien, memperhatikan kebutuhan klien, sehingga
memperoleh kepercayaan yang tinggi dari klien. Dengan dasar hubungan yang
baik itu agen perubahan dapat mengambil kebijakan menyesuaikan kebutuhan
klien dengan kemauan pengusaha Perubahanan. Tetapi jika agen perubahan tidak
berorientasi pada pengusaha perubahanan, maka akan dianggap lawan oleh klien
dan sama sekali tidak dapat mengadakan kontak atau komunikasi. Dari berbagai

bukti

hasil

pengamatan

dan

penelitian

dirumuskan

generalisasi

(9-2)

Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif dengan orientasi pada klien


dari pada orientasi pada pengusaha perubahanan.
3.
Sesuai dengan kebutuhan klien
Salah satu tugas agen perubahan yang sangat penting dan sukar
melaksanakannya ialah mendiagnosa kebutuhan klien. Banyak terbukti usaha
difusi inovasi gagal karena tidak mendasarkan kebutuhan klien, tetapi lebih
mengutamakan pada target inovasi sesuai kehendak pengusaha perubahanan.
Sebagai contoh, disebuah desa suku Indian, mendapat dana dari pemerintah untuk
membangun irigasi agar dapat meningkatkan hasil pertaniannya. Tetapi sangat
dibutuhkan orang di desa itu tendon air untuk minum, karena mereka harus
berjalan sejauh 3 km untuk mendapatkan air sungai. Maka akhirnya penduduk
membangun waduk air bukan di sawah tetapi didekat desa dan menggunakan air
itu untuk minum bukan untuk irigasi. (Rogers, 1983, hal 320).
Dari berbagai bukti itu, dirumuskan generalisasi (9-3) Keberhasilan agen
perubahan berhubungan positif dengan kesesuaian program difusi dengan
kebutuhan klien.
4.
Empati dari Agen Perubahan
Seperti telah kita ketahui bahwa empati akan mempengaruhi efektifitas
komunikasi. Komunikasi yang efektif akan mempercepat diterimanya inovasi.
Generalisasi (9-4) Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif dengan
empatik terhadapat klien.
Perlu diperhatikan bahwa makin banyak perbedaan antara agen perubahan
dengan klien makin sukar agen perubahan menunjukan empatik. Untuk mengatasi
hal ini biasanya diadakan pemilihan calon agen perubahan dipilihkan orang yang
mempunyai latar belakang kehidupan sesuai dengan klien dimana agen perubahan
akan bekerja.
5.

Homophily dengan klien


Sebagaimana telah kita ketahui yang dimaksud dengan homophily ialah

pasangan individu yang berinteraksi dengan mimiliki ciri-ciri atau karakteristik


yang sama (sama bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan sebagainya). Heterophily
ialah pasangan individu yang berinteraksi dengan memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yang berbeda. Biasanya agen perubahan yang berbeda dengan klien
lebih disegani, dan lebih suka mengadakan dengan klien yang memiliki

persamaan dengan dia. Dari pernyataan umum ini melahirkan serangkaian


generalisasi yang ditunjang dengan bukti-bukti berdasarkan pengalaman para ahli.
Generalisasi (9-5) Kontak yang dilakukan agen perubahan berhubungan positif
dengan status sosial antara klien.
Generalisasi (9-6) Kontak yang dilakulkan agen perubahan berhubungan positif
dengan besarnya partisipasi sosial antar klien.
Generalisasi (9-7) Kontak yang dilakukan agen perubahan berhubungan positif
dengan tingginya tingkat pendidikan antara klien.
Generalisasi (9-8) Kontak yang dilakukan agen perubahan, berhungan positif
dengan sifat cosmopolitan antara klien. Generalisasi tersebut berdasarkan
pemikiran bahwa kontak komunikasi antara agen perubahan dengan klien akan
lebih efektif jika homophily.
6.
Kontak agen perubahan dengan klien yang berstatus lebih rendah
Sebenarnya klien yang kurang mampu ekonominya, rendah pendidikannya,
harus mendapat lebih banyak bantuan dan bimbingan dari agen perubahan. Tetapi
sesuai dengan prinsip homophily maka justru agen perubahan lebih banyak kontak
dengan klien yang berstatus lebih tinggi baik pendidikan maupun ekonominya.
Sehingga dapat timbul pendapat yang kurang benar dari agen perubahan yang
menyatakan bahwa klien yang berstatus lebih rendah tidak termasuk
tanggungjawabnya dalam pelaksanaan difusi inovasi. Jika ini terjadi maka
akibatnya makin parah, karena makin terbuka kemungkinan klien yang berstatus
lebih rendah tidak terjamah sama sekali oleh bantuan agen perubahan. Salah satu
cara untuk mengatasi dengan jalan memilih perubahan yang sedapat mungkin
sama dengan klien atau paling tidak mendekati, misalnya sama daerahnya, sama
bahasanya, sama kepercayaannya dan sebagainya. Dengan dasar itu maka
dirumuskan generalisasi (9-9) Keberhasilan agen perubahan berhubungan positif
dengan klien yang homophily.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi sering diadakan latihan atau penataran
agen perubahan. Dalam penataran atau latihan itu diberi petunjuk tentang cara
pelaksanaan penyebaran inovasi dengan berbagai macam teknik yang dianggap
relevan dengan klien. Tetapi tidak selalu menunjukan bahwa hasil latihan akan
meningkatkan kemampuan dalam penampilan berkomunikasi dengan klien,
bahkan makin tinggi jarak pengetahuan agen perubahan dengan klien. Jadi terjadi
masalah hubungan agen perubahan dengan klien heterophily. Salah satu cara
mengatasi ini dengan mengadakan pembantu profesional.

7.

Pembantu para-profesional
Pembantu para-profesional ialah orang yang bertugas membantu agen

perubahan agar terjadi kontak dengan klien yang berstatus lebih rendah. Pembantu
para-profesional dari segi pengetahuan tentang inovasi dan teknik penyebaran
inovasi, kurang dari agen perubahan. Tetapi dengan mengangkat pembantu paraprofesional ada keuntungannya yaitu biaya lebih rendah dapat kontak dengan
klien yang berstatus lebih rendah dari agen perubahan, karena para pembantu
para-profesional lebih dekat dengan klien (homophily).
8.
Kepercayaan klien terhadap agen perubahan (credibility)
Pembantu agen perubahan (aide) kurang memperoleh kepercayaan dari
klien, jika ditinjau dari segi kompentensi profesional karena ia memang kurang
profesional. Tetapi pembantu agen perubahan, memiliki kepercayaan dari klien
karena adanya hubungan yang akrab sehingga tidak timbul kecurigaan. Klien
percaya pada pembantu agen perubahan karena keyakinannya akan membawa
kebaikan bagi dirinya, yang disebut: kepercayaan, keselamatan (savety,
credibility). Pada umumnya agen perubahan (profesional dan hetrophily) memiliki
kepercayaan kompetensi (competency credibility), sedangkan pembantu agen
perubahan (tidak profesional dan homophily) memiliki kepercayaan keselamatan
(savety, credibility). Seharusnya agen perubahan yang ideal harus memiliki kedua
kepercayaan tersebut secara seimbang. Tetapi hal ini susah diperoleh, karena jika
agen perubahan itu profesional berarti ia sarjana yang menguasai ilmu dan teknik,
maka timbul perbedaan dengan klain yang berpendidikan rendah (heterophily).
Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu dengan jalan mengangkat orang
yang telah menerima dan menerapkan inovasi, sebagai pembantu agen perubahan
mempengaruhi teman-temannya (anggota sistem klien yang lain) untuk menerima
inovasi. Cara ini telah terbukti berhasil di India dalam difusi inovasi keluarga
berencana dengan cara vasektomi. Pengusaha perubahan memberi upah kepada
orang yang sudah melaksanakan vasektomi yang mau dijadikan Canvasser
(membantu mencari pengikut KB). Ternyata canvasser di India ini memiliki
keseimbangan antara kepercayaan kompetensi dan kepercayaan keselamatan. Ia
dimata klien telah memiliki kopetensi karena telah berpengalaman manjalani
operasi vasektomi. Canvasser juga memperoleh kepercayaan keselamatan, karena
ia memiliki banyak persamaan dengan klien (homophily), sama dari status
ekonomi lemah, sama tingkat pendidikannya, sama asal daerahnya, sama

bahasanya dan sebagainya. Jadi Canvasser di India berhasil karena pembantu agen
perubahan memiliki keseimbangan kepercayaan baik kompetensi maupun
keselamatan, ditambah lagi biaya honor lebih murah dari pada agen perubahan
yang profesional. Dengan pengalaman itu dirumuskan generalisasi (9-10)
Keberhasilan agen perubahan berhubung positif dengan kepercayaan (credibility)
dari sudut pandang klien.
9.
Profesional semu
Sebagaimana kita ketahui bahwa pembantu agen perubahan dapat
memberikan beberapa keuntungan seperti biaya operasional rendah dan dapat
menjembatani kesenjangan heterophily, namum tidak berarti bahwa agen
perubahan lalu sama sekali tidak diperlukan. Agen perubahan tetap masih sangat
dibutuhkan untuk menatar atau mamilih pembantu agen perubahan, engadakan
super visi, dan juga membantu mencegah masalah yang tidak dapat diselesaikan
oleh pembantu agen perubahan. Satu masalah yang sering dijumpai pembantu
agen perubahan ialah timbulnya profesional semu yang terjadi karena pembantu
agen perubahan bergaya seperti agen perubahan profesional. Ia memakai pakaian,
cara bertindak, dan sebagainya yang menyamai tenaga agen perubahan
profesional. Secara psikologis hal ini wajar, karena ia mengagumi kehebatan
kopetensi profesional agen perubahan, sehingga berusaha meniru agar menambah
wibawa. Tetapi sebenarnya yang diperoleh justru terbalik, karena dengan bergaya
seperti tenaga profesional akan menghilangkan fungsinya untuk menjembatani
kesenjangan heterophily. Biasanya jika pembantu agen perubahan menyadari
adanya masalah profesional semu, mereka akan berusaha dan berhati-hati dalam
bertindak sehingga terhindar dari hambatan terjadinya profesional semu tersebut.
10. Pemimpin opini
Dimuka masyarakat atau sistem sosial sering terdapat orang yang pendapatpendapatnya mudah diikuti oleh teman-teman sekelompoknya. Orang memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi perubahan pengetahuan, sikap, dan tingkah
laku orang lain secara informal, dengan tujuan tertentu, disebut pemuka pendapat.
Dari berbagai pengalaman dan pengamatan para ahli menunjukan bahwa banyak
difusi inovasi berhasil dengan cara memanfaatkan pemuka pendapat yang ada
didalam sistem sosial. Maka dirumuskan generalisasi (9-11) Keberhasilan agen
perubahan berhubungan positif dengan besarnya usaha untuk bekerja sama dengan
pemuka pendapat. Waktu bagi agen perubahan merupakan sumber yang sangat

berharga. Dengan memusatkan komunikasi pada pemuka pendapat yang terdapat


dalam sistem sosial, agen perubahan dapat mempercepat penerimaan inovasi.
Usaha ini lebih ekonomis karena akan menghemat waktu.
Agen perubahan cukup berkomunikasi dengan beberapa orang pemuka
pendapat, tidak perlu berkomunikasi dengan semua anggota sistem sosial satu
persatu, juga banyak difusi inovasi yang menunjukkan jika pemuka pendapat telah
menerima dan menerapkan inovasi akan segera diikuti oleh anggota sistem sosial
yang lain, bahkan mungkin sukar untuk menghentikannya. Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman para ahli sering terjadi agen perubahan salah
menunjuk inovator sebagai pemuka pendapat. Mungkin ciri-cirinya hampir sama,
bahwa inovator mempunyai sifat-sifat lebih terbuka, lebih modern tapi belum
tentu orang itu sebagai pemuka pendapat. Bedanya cukup jelas bahwa pemuka
pendapat tingkah lakunya mudah diikuti oleh orang lain, sedangkan inovator
hanya lebih dulu menerima inovasi. Jika agen perubahan lebih memusatkan
kegiatan komunikasinya pada inovator dari pada pemuka pendapat, maka hasilnya
akan tampak dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang inovasi,
tetapi tidak banyak pengikutnya. Tingkah laku inovator tidak menjamin diikutinya
oleh anggota klien pada umumnya.
Kesukaran lain yang sering dijumpai agen perubahan jika agen perubahan
terlalu ketat dalam menentukan persyaratan untuk memilih pemuka pendapat dan
kemudian perhatian hanya dipusatkan pada sekelompok pemuka pendapat
tersebut, maka yang akan terjadi ialah pemuka pendapat itu menjadi lebih inovatif
dan juga menjadi kelompoknya agen perubahan dari sudut pandang klien. Jika ini
yang terjadi kasusnya sama dengan profesional semu, yang diperoleh justru
merusak hubungan antara pemuka pendapat dengan pengikutnya dan juga ada
kemungkinan agen perubahan tidak diperlukan lagi.
11. Kemampuan klien untuk menilai inovasi
Salah satu keunikan agen perubahan dalam proses difusi inovasi, ialah
memiliki kompetensi teknik, yang menyebabkan ia berwenang untuk bertindak
sesuai dengan keahliannya dalamengaruhi klien untuk menerima inovasi. Tetapi
jika agen perubahan melakukan pendekatan jangka panjang dalam mencapai
tujuan inovasi, maka ia harus berusaha membangkitkan klien agar memiliki
kemampuan teknik dan kemampuan menilai potensi inovasi yang dicapainya
sendiri. Dengan kata lain agen perubahan harus berusaha menjadikan klien

menjadi agen perubahan dirinya sendiri. Bahwa keberhasilan agen perubahan


berhubungan positif dengan meningkatnya kemampuan klien untuk menilai
inovasi. Tetapi pada umumnya agen perubahan hanya bekerja dalam jangka
pendek, terutama untuk melancarkan proses kecepatan diterimanya inovasi.
Kesadaran dan kemampuan memperbaharui diri dengan percaya kepada
kemampuan sendiri menjadi tujuan dari pengusaha perubahanan, sedangkan
seberapa kadar yang dapat dicapai tergantung pada usaha agen perubahan.
4. Sistem Difusi Sentralisasi dan Desentralisasi
Sistem difusi yang telah berpuluh-puluh tahun digunakan ialah sistem difusi
sentralisasi, yang sering disebut juga sistem difusi model klasik. Adapun ciri-ciri
pokok sistem difusi sentralisasi ialah dengan adanya ide inovasi muncul dari para
ahli yang kemudian disebarluaskan dalam bentuk paket yang seragam kepada
anggota sistem sosial yang mungkin akan menerima atau menolak inovasi.
Peranan klien dalam proses difusi sebagai penerima yang pasif. Sistem difusi
sentralisasi ini pada mulanya dianggap telah berhasil dengan baik untuk
menyebarluaskan inovasi di bidang pertanian. Para ahli pertanian yang
menemukan suatu ide baru, kemudian ditentukan bagaimana cara penyebarannya,
siapa yang menyebarkan, siapa sasaran utama untuk menerima ide baru tersebut,
dan perencanaan lainya, semuanya ditentukan oleh sekelompok ahli.
Kemudian mulai 1970 Rogers menyadari bahwa sistem difusi sentaralisasi
tidak dapat terlaksana persis seperti apa yang telah direncanakan oleh penemunya,
tapi kenyataannya banyak terjadi modifikasi atau re-invensi dalam penerapannya
di lapangan. Demikian pula Schon pada tahun 1971 mengatakan bahwa teori
difusi jauh lebih tertinggal dari kenyataan timbulnya tantangan, perlu sistem difusi
yang baru. Ia menyatakan bahwa sistem sentralisasi tidak dapat menampung
munculnya ide-ide baru dari berbagai bidang yang sangat komplek, dan terjadinya
difusi melalui jalur yang horizontal. Maka kemudian timbul sistem difusi
desentralisasi yang ditandai dengan munculnya ide baru tidak dari seorang atau
sekelompok ahli, tetapi dapat dari siapa saja dan juga proses penyebarannya diatur
oleh calon penerima inovasi sendiri. Jadi sasaran inovasi juga berperan sebagai
agen perubahan.

Perbandingan antara sistem difusi sentralisasi dan difusi desentralisasi,


diuraikan secara singkat sebagai berikut. Analisa dari Buku Diffusion Of
Inovation
No
1

Karakteristik

sistem Sistem

Difusi

difusi
Sentralisasi
Pemegang kekuasaan dan Dipegang
pengambil keputusan

oleh Pengambilan

pemerintah dan orang berdasarkan


yang ahli

Sistem difusi Desentralisasi


keputusan
dari

anggota.

Banyak difusi yang bersifat

spontan dan tidak terencana


Bersifat top-down dari Dilakukan dengan unit lokal

Arah difusi

orang

yang

ahli dan lewat jaringan horizontal

kepada
3

masyarakat/klien lokal
Inovasi berasal dari Inovasi

Sumber inovasi

berasal

dari

orang-orang yang ahli pengalaman dan uji coba


(penelitian
4

dan yang dilakukan oleh inovator

pengembangan)
lokal
Siapa yang memutuskan Keputusan mengenai Unit
untuk

mendifusikan bagaimana

inovasi

pendifusian
dilakukan

lokal

yang

memutuskan

akan

berdasarkan

inovasi evaluasi yang mereka lakukan


oleh terhadap inovasi

pemerintah dan orang


5

Seberapa

yang ahli
penting Inovasi berdasar pada Inovasi

kebutuhan klien dalam perkembangan


mendorong proses difusi

teknologi
menekankan
kebutuhan

Jumlah

dan terjadi,
kebutuhan

Sistem difusi sentralisasi

sedikit

masalah

yang

berdasarkan
yang

ingin

pada dipenuhi

tersedianya inovasi
penemuan Penemuan
lebih Penemuan

kembali
1)

berdasarkan

dikembangkan

terjadi

lebih

banyak

(a)

Wewenang pengambil keputusan dan kebijakan, berada pada


administrator pemerintah pusat dan para ahli bidang ilmu (technical

(b)

subject-matter expert).
Arah difusi dari pusat ke bawah (top-down), artinya dari para ahli

(c)

(penemu inovasi) disebarkan ke para sasaran penerima inovasi di daerah.


Sumber inovasi, dari organisasi formal Penelitian dan

Pengembangan yang ditangani oleh para ahli.


(d) Penetapan difusi inovasi dilakukan oleh tenaga administrator di pusat
(e)

dan para ahli di bidang ilmu.


Pendekatan yang digunakan berorientasi pada inovasi, penentuan
kebutuhan klien berdasarkan adanya inovasi, dengan teknik pelaksanaan

(f)

didorong dari atas.


Tidak banyak terjadi re-inversi serta modifikasi untuk disesuaikan
dengan kondisi setempat selama dalam proses difusi inovasi.

2)
(a)

Sistem difusi desentralisasi


Keputusan dan kebijakan diambil secara bersama oleh anggota-anggota

(b)

sistem difusi. Klien dikontrol oleh pimpinan masyarakat setempat.


Arah difusi secara horizontal dari kelompok ke kelompok (peer

diffusion).
(c)
Sumber inovasi dating dari percobaan bukan mesti orang ahli dari
(d)

wilayah setempat, yang juga sering jadi pemakainya.


Penetapan difusi inovasi oleh kelompok masyarakat setempat (lokal)

(e)

berdasarkan penilaian inovasi secara informal.


Menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada pemecahan
masalah, yang timbul dari apa yang diamati dan dirasakan oleh

masyarakat setempat, teknik pelaksanaan ditarik dari bawah.


(f)
Banyak terjadi reinversi dan penyesuaian dengan kondisi setempat
selama dalam proses difusi antar anggota sistem sosial.
Dalam pelaksanaan difusi inovasi tidak dapat dibedakan secara tegas mana
yang Sentralisasi dan yang desentralisasi, biasanya mana yan lebih dominant dari
ciri-ciri tersebut, sehingga difusi cenderung yang sentralisasi atau desentralisasi.
Rogers menggambarkan rentangan difusi inovasi yang merupakan continuum dari
desentralisasi ke sentralisasi.
Kelebihan dan kelemahan sistem difusi desentralisasi. Sistem difusi
desentralisasi disamping memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan jika
dibandingkan dengan sistem sentralisasi. Adapun kelebihan sistem desentralisasi

ialah bahwa difusi inovasi yang dilakukannya sesuai dengan kebutuhan klien. Hal
ini terjadi karena klien sebagai pemakai juga turut ikut berpartisipasi dalam
membuat berbagai keputusan, seperti masalah yang paling mendesak, bagaimana
inovasi akan diterima, perlukah modifikasi atau re-invensi dilakukan untuk
menyesuaikan dengan kondisi setempat, dan juga klien ikut mengontrol
pelaksanaan difusi. Masalah kesenjangan klien agen perubahan heterophily tidak
terjadi, atau kalau ada sangat kecil kemungkinannya. Motivasi untuk menerima
inovasi datang dari klien sendiri, dan kemungkinan besar biaya operasional lebih
murah, yang jelas tidak perlu biaya untuk memberi upah tenaga ahli. Dan juga
pengembangan sikap percaya pada kemampuan sendiri terpupuk dalam difusi
desentralisasi.
Kelemahan sistem difusi desentralisasi jika dibandingkan dengan sistem difusi
sentralisasi antara lain:
(1)

Jika inovasi yang akan disebarluaskan memerlukan tenaga ahli (sarjana


bidang ilmu tertentu), maka sistem ilmu desentralisasi kurang tepat digunakan

karena akan terjadi kesukaran mencari tenaga ahli.


(2)
Sistem difusi desentralisasi yang dilaksanakan secara ekstrim memiliki
kelemahan kurang adanya koordinasi, untuk menentukan mana masalah yang
dihadapi, inovasi mana yang tepat digunakan, siapa yang mengontrol
pelaksanaan difusi, dan sebagainya.
(3) Pada suatu saat kadang-kadang memang diperlukan menyebarkan inovasi
yang klien tidak merasa\memerlukanya. Maka jika menggunakan sistem
desentralisasi tidak akan terjadi difusi. Misalnya program KB di negaranegara berkembang seperti: Afrika, Amerika Latin, dan Asia, semuanya
dengan sentralisasi. Kalau menggunakan desentralisasi maka tidak akan
terjadi difusi, karena klien belum merasa perlu KB.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa


(a)

Sistem difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk menyebarkan


inovasi yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran
perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relatif lebih
tepat dengan sistem sentralisasi.

(b)

Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa unsure sistem


desentralisasi dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi kegiatan
menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi yang
akan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.

SIMPULAN
Setiap inovasi adalah perubahan sosial, tetapi setiap perubahan sosial belum
tentu inovasi. Everett M Rogers, Agen perubahan (the chage agent) adalah orang
yang bertugas mempengaruhi klien agar mau menerima inovasi sesuai dengan
tujuan yang diinginkan oleh pengusaha perubahanan (change agency). Peran agen
perubahan seperti jembatan antara pengusaha perubahan dengan masyarakat dan
seperti pelumas agar inovasi bisa berjalan dengan lancar. Inovasi bisa saja
terhambat bahkan gagal tanpa adanya agen perubahan. Proaktif dan outstanding
result, itulah seharusnya agen perubahan. Orang yang proaktif adalah orang yang
memiliki kepekaan dan inisiatif yang tinggi terhadap sesuatu masalah. Asal hal
tersebut mengacu kepada kebenaran dan kemajuan. Pribadi yang bisa bekerja
melebihi target yang ditetapkan. Itulah pribadi yang outstanding result. Kedua
kaki agen perubahan berpijak diantara pengusaha perubahan dengan masyarakat.

Seorang agen perubahan adalah seorang individu yang mempengaruhi


keputusan inovasi klien yang arah dianggap diinginkan oleh agen perubahan.
Perubahan agen menghadapi dua masalah utama: (1) keterpinggiran sosial
mereka, karena posisi mereka berada di tengah-tengah antara agen perubahan dan
sistem klien, dan (2) informasi yang berlebihan, keadaan seseorang atau suatu
sistern di mana input komunikasi berlebihan tidak dapat diproses dan digunakan,
menyebabkan kerusakan. Tujuh peran agen perubahan adalah:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Membangkitkan kebutuhan untuk berubah


Memantapkan hubungan pertukaran informasi
Mendiagnosa masalah yang dihadapi
Membangkitkan kemauan klien untuk berubah
Mewujudkan kemauan dalam perbuatan
Menjaga kestabilan penerimaan inovasi

dan

mencegah

tidak

berkelanjutannya inovasi
(7) Mengakhiri hubungan ketergantungan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi agen perubahan, yaitu sebagai
berikut:
1.
Usaha Agen Perubahan
2.
Pengusaha Perubahan Versus Orientasi pada klien
3.
Sesuai dengan kebutuhan klien
4.
Empati dari Agen Perubahan
5.
Homophily dengan klien
6.
Kontak agen perubahan dengan klien yang berstatus lebih rendah
7.
Pembantu para-profesional
8.
Kepercayaan klien terhadap agen perubahan (credibility)
9.
Profesional semu
10. Pemimpin opini
11. Kemampuan klien untuk menilai inovasi
Sistem difusi sentralisasi memiliki ciri ide inovasi muncul dari para ahli
yang kemudian disebarkan dengan bentuk paket yang seragam, klien tinggal
menerima atau menolak inovasi sedangkan sistem difusi disentralisasi dengan ciri
ide munculnya inovasi dari siapa saja dan proses penyebarannya diatur oleh calon
penerima inovasi.
Sistem difusi sentralisasi difusi desentralisasi lebih tepat digunakan untuk
menyebarkan inovasi yang tidak melibatkan tenaga ahli tingkat tinggi dan sasaran
perubahan heterogen. Jika sasaran perubahannya homogen secara relatif lebih
tepat dengan sistem sentralisasi. Dapat juga dillakukan kombinasi antar beberapa
unsur sistem desentralisasi dan sistem sentralisasi. Misalnya untuk koordinasi

kegiatan menggunakan sistem sentralisasi, tetapi untuk menentukan mana inovasi


yang kan didifusikan berdasarkan kebutuhan dengan sistem desentralisasi.

DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim. (1988). Inovasi pendidikan. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek

Pengembangan

Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.
Rogers, E. M. (1983). Diffusion of innovation. New York: The Free Press.
Sadida, D. (2011). Agen perubahan. Diakses pada tanggal 25 Maret 2014 pukul
10.40 melalui

You might also like