Professional Documents
Culture Documents
CARCINOMA TIROID
OLEH:
dr. Azis Aimaduddin.AI
Pembimbing:
Dr. Hengky Agung, Sp.B (K) Onk
REFERAT ONCOLOGY II
Carcinoma Thyroid
Oleh :
Dr. Azis Aimaduddin.AI
Surakarta,.
Pembimbing :
BAB I
2
PENDAHULUAN
Karsinoma tiroid diperkirakan sebesar 1,5% dari keganasan seluruh tubuh di negaranegara berkembang. Karsinoma tiroid menempati urutan ke-9 dari sepuluh keganasan
tersering di Indonesia. Angka insidensi bervariasi di seluruh dunia, yaitu dari 0,5-10 jiwa per
100.000 populasi. American Cancer Society memperkirakan sekitar 17.000 kasus baru
muncul setiap tahunnya di Amerika Serikat dan sekitar 1700 diantaranya mengakibatkan
kematian. Di Amerika Serikat, karsinoma ini relative jarang ditemukan, mencakup 1% dari
seluruh jenis kanker dan 0,4% kematian akibat kanker. Lebih banyak ditemukan pada wanita
dengan distribusi berkisar 2:1 sampai 3:1. Secara primer dijumpai pada dewasa muda dan
usia pertengahan serta jarang ditemukan pada anak-anak.12
Keganasan pada tiroid merupakan keganasan endokrin yang tersering dijumpai dan
diperkirakan 1,1% dari seluruh keganasan manusia. Keganasan pada tiroid termasuk urutan
kesembilan dari insiden kanker di Indonesia, tetapi diantara kelenjar endokrin, keganasan
tiroid termasuk jenis keganasan yang paling sering ditemukan. Biasanya terjadi 0,85% dan
2,5% dari seluruh keganasan pada laki-laki dan perempuan. Insidennya meliputi 90% dari
keseluruhan kanker endokrin.12
Pada tahun 2004 American Cancer Society memperkirakan terdapat kurang lebih
22.500 kasus baru keganasan pada tiroid di Amerika Serikat. Dimana perbandingan
perempuan dan laki-laki adalah 3:1, dengan estimasi 16.875 kasus pada perempuan dan 5.625
kasus pada laki-laki. Sebagian besar keganasan pada tiroid berasal dari sel epitel folikel,
sedangkan lainnya berasal dari sel parafolikel, jaringan limfoid maupun unsur jaringan
lainnya. Menurut WHO (World Health Organization), tumor epitel maligna tiroid dibagi
menjadi empat, yaitu : karsinoma folikuler tiroid, karsinoma papilar tiroid, karsinoma
medular tiroid, karsinoma berdiferensiasi buruk (anaplastik). Dimana karsinoma papiler
merupakan kasus tersering (75%-85% kasus), karsinoma folikular (10%-29% kasus),
karsinoma meduler (5% kasus), dan karsinoma anaplastik (<5% kasus).12
Sifat keganasan pada tiroid umumnya berupa nodul tunggal, keras, tidak rata,
sedangkan fungsinya kurang baik jika dibandingkan dengan fungsi jaringan tiroid sekitarnya.
Nodul tiroid amat sering ditemukan pada pasien, yang umumnya benigna, kurang dari 5%
bersifat maligna. Tetapi yang bersifat ganas (maligna) dapat menyebar ke seluruh tubuh
secara sporadik dan mengancam nyawa. Nodul lebih jarang terdapat pada usia muda, tetapi
nodul ganas lebih sering pada usia muda dan pria. Keganasan pada tiroid secara umum
termasuk kelompok keganasan dengan prognosis relatif baik 12
Dalam referat ini, akan dibahas mengenai keganasan tiroid dari seluruh aspeknya
mulai dari epidemiologi, etiologi, relevansi anatomi, patofisiologi, diagnosis, sampai
penatalaksanaannya secara umum.
BAB II
kearah itsmus/lobus piramidalis tiroid sehingga bisa terisi sekret dan membentuk suatu kista
yang tidak nyeri. Kista dan duktus penyertanya mempunyai hubungan yang bervariasi dengan
os hyoideum; biasanya terletak dibelakang atau didepan atau kadang kadang bisa melewati
corpus ossis hyoidea dan dapat timbul di tempat manapun dari foramen cecum sampai
incisura jugularis.
Kista ductus thyroglosus timbul pada semua usia tetapi umumnya pada masa anakanak pada saat umur 5 tahun. Biasanya timbul di garis tengah pada daerah os hyoideum,
berbentuk massa kistik yang tidak nyeri dan bergerak saat menelan atau pada saat
menjulurkan lidah sebagai bukti bahwa melekat ke foramen cecum. Kista ini bisa tampil
dengan infeksi didalamnya. Terapi bedah melibatkan eksisi kista dan saluran penyertanya
yang dapat meluas melalui os hyoideum ke basis lingual. Terapi yang tidak adekuat dapat
menyebabkan kekambuhan kista, infeksi berulang atau dalam perkembangannya dapat
menyebabkan sinus atau fistel eksterna. Kista yang tidak diangkat dilaporkan dapat
berpotensi malignansi seperti pada tabel dibawah ini:
Papillary carcinoma
99
Adenocarcinoma
Malignant struma
66:42 (1 unknown)
Age
6 to 81 years
109
Adapted from LiVolsi VA. Surgical Pathology of the Thyroid. Philadelphia: WB Saunders,
1990.Source: Skandalakis JE, Gray SW (eds). Embryology for Surgeons, 2nd Ed. Baltimore:
Williams & Wilkins, 1994; with permission.
Thyroid Ektopik
2. Basis(4)
Terletak setentang dengan cincin trachea 5 atau 6.
Berhubungan dengan A. Thyroidea inferior dan N. Laryngeus recurrent yang berjalan
di depan atau belakang atau di antara cabang-cabang arteri tersebut. Ahli bedah
sebaiknya meligasi arteri thyroidea inferior jauh dari kelenjar.
3.a. Facies Superficial/ Anterolateral(4)
Berbentuk konvex ditutupi oleh beberapa otot dari dalam ke luar :
1. M. Sternothyroideus
2. M. Sternohyoideus
3. M. Omohyoideus venter superior
4. Bagian bawah M. Sternocleidomastoideus
3.b. Facies Posteromedial(4)
Bagian ini berhubungan dengan :
10
1. 2 saluran : larynx yang berlanjut menjadi trachea, dan pharynx berlanjut menjadi
oesophagus.
2. 2 otot : M. Constrictor inferior dan M. Cricothyroideus.
3. 2 nervus : N. Laryngeus externa dan N. Larungeus recurrent.
3.c. Facies Posterolateral(4)
Berhubungan dengan carotid sheath (selubung carotid) dan isinya yaitu A. Carotis interna,
N. Vagus, dan V. Jugularis interna (dari medial ke lateral).
4. Margo Anterior(4)
Margo ini memisahkan facies superficial dari posteromedial, berhubungan dengan
anastomose A. Thyroidea superior.
5. Margo Posterior(4)
Bagian ini memisahkan facies posterolateral dari posteromedial, berhubungan dengan
anastomose A. Thyroidea superior dan inferior. Ductus thoracicus terdapat pada sisi
kirinya.
Terdapat kelenjar parathyroidea superior pada pertengahan margo posterior lobus lateralis
kelenjar thyroidea tepatnya di antara true dan false capsule. Setentang cartilage cricoidea
dan sebelah dorsal dari N. Laryngeus recurrent.
11
12
1. Sistem Arteri(4)
A. Thyroidea superior, adalah cabang A. Carotis externa yang masuk ke jaringan
superficial kelenjar, mendarahi jaringan connective dan capsule.
A. Thyroidea inferior adalah cabang trunchus thyreocervicalis dan masuk ke lapisan
dalam kelenjar, mendarahi jaringan parenkim dan propia kelenjar.
A. Thyroidea ima, Arteri ini kadang-kadang dijumpai merupakan cabang arcus aorta
atau A. Brachiocephalica dan mendarahi istmus.
A. Thyroidea acessorius, adalah cabang-cabang A. Oesophageal dan Tracheal yang
masuk ke facies posteromedial.
2. Sistem Vena(4)
V. Thyroidea superior; muncul dari polus superior dan berakhir pada vena jugularis
interna (kadang-kadang V. Facialis)
V. Thyroidea inf.; muncul dari margo bawah istmus dan berakhir pada V.
Brachiocephalica sin.
V. Thyroidea media; muncul dari pertengahan lobus lateralis dan berakhir di V.
Jugularis int.
14
3. Aliran Lymphatic(4)
Ascending Lymphatic
a. Bagian media, mengalir ke prelaryngeal lymph node yang terletak pada membrane
cricothyroidea
b. Bagian lateral, mengalir ke Jugulo-digastric grup dari deep cervical lymph node.
Descending Lymphatic
a. Medial, mengalir ke pretracheal grup di trachea
b. Lateral, mengalir ke Gl. Recurrent chain pada N. Laryngeus recurrent.
4. Selama operasi thyroidectomy partial sebaiknya bagian posterior kelenjar tidak diangkat
untuk menghindari terangkatnya kel. Parathyroid(4).
5. Selama pembesaran thyroid bisa terjadi gangguan pada jantung. Secara anatomi lamina
pretracheal yang membentuk outer false capsule bersambung dengan pericardium fibrosa.
Sehingga jika terjadi pembesaran kelenjar lamina pretracheal akan teregang/ tertarik yang
berakibat tertariknya pericardium fibrosa. (4)
C. FISIOLOGI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid utama, yaitu tiroksin (T4). Bentuk aktif
hormon ini adalah triyodotironin (T3), yang sebagian besar berasal dari konversi hormon
T4 di perifer,dan sebagian kecil langsung di bentuk oleh kelenjar tiroid. Hormon produk
kelenjar tiroid ini merupakan iodinated asam amino yang berupa tyroksin (T4) dan
3,5,3-triiodotyronin (T3) yang dalam kelenjar tiroid terikat oleh tyroglobulin (Tg) dalam
koloid asini, dan diperifer hormon ini terikat oleh protein lainnya. Yodida anorganik yang
diserap dari saluran cerna merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan
kadarnya menjadi 30-40 kali yang afinitasnya sangat tinggi di jaringan tiroid. Yodida
anorganik mengalami oksidasi menjadi bentuk organik dan selanjutnyamenjadi bagian
dari tirosin yang terdapat dalam tiroglobulin
diyodotirosin (DIT). Senyawa atau konjungasi DIT dengan MIT atau dengan DIT yang
lain akan menghasilkan T3 dan T4, yang disimpan di dalam koloid kelenjar tiroid.
Sebagian besar T4 dilepaskan ke sirkulasi, sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar
yang kemudian mengalami deyodinasi untuk selanjutnya menjalani daur ulang.
Secara ringkas, konsumsi yodium melalui gastrointestinal (makanan) kemudian
melalui transport aktif (pompa yodium) yang didukung oleh Na+K+ATP-ase sehingga
terjadi penyerapan yodium dari gastrointestinal ke dalam sirkulasi darah. Setelah itu
pembentukan hormon tiroksin melalui beberapa langkah :
1. Trapping : mengambil yodium dari sirkulasi ke dalam kelenjar tiroid
2. Oksidasi : yodium menjadi yodida
3. Pengikatan yodium oleh asam amino precursor menjadi 3-monoiodotirosin (MIT) dan
3-5-diiodotirosin (DIT).
17
Dalam sirkulasi, hormon tiroid terikat pada protein, yaitu globulin pengikat tiroid
(thyroid-binding globulin, TBG) atau prealbumin pengikat tiroksin (thyraxine-binding
prealbumin, TBPA). Hormon tiroksin yang aktif adalah yang bebas sehingga mampu
menembus dinding sel untuk menginduksi konsumsi oksigen dan meningkatkan
metabolisme terutama karbohidrat.
Sekresi hormon tiroid dikendalikan oleh suatu hormon stimulator tiroid (thyroid
stimulating hormone, TSH) yang dihasilkan oleh lobus anterior kelenjar hipofisis.
Kelenjar yang hipofisis secara langsung dipengaruhi dan diatur aktivitasnya olah kadar
hormon tiroid dalam sirkulasi yang bertindak sebagai negative feedback terhadap lobus
anterior hipofisis, dan terhadap sekresi thyrotropine releasing hormone (TRH) dari
hipotalamus. Hormon tiroid mempunyai pengaruh yang sangat bervariasi terhadap
jaringan/organ tubuh yang pada umumnya berhubungan dengan metabolisme sel.
18
Pada kelenjar tiroid juga didapatkan sel parafolikuler yang menghasilkan kalsitonin.
Kalsitonin adalah suatu suatu polipeptida yang turut mengatur metabolismekalsium, yaitu
yang menurunkan kadar kalsium serum, melalui pengaruhnya terhadap tulang.
19
1. Hiperplasi dan hipertropi kelenjar; terjadi apabila ada pacuan terhadap kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid. Hal ini terjadi pada masa pertumbuhan, pubertas,
gravid, atau pada saat sembuh dari sakit berat.
2. Inflamasi kelenjar tiroid ; tiroiditis akut, tiroiditis subakut (de Quervain) dan tiroiditis
kronis ( Hashimoto disease dan Riedels struma)
3. Neoplasma, ada 2 macam:
Neoplasia
Adenoma
AdenoCarcinoma ( Papiler, Folikuler, Anaplastik, Medular)
Jenis
Patofisiologi
Gambaran Klinis
20
Radang atau
Gangguan Imun
Graves Disease
Hipermetabolik
De Quervains
Disease
Riedels Struma
Nodul Progresive
Nodul
Struma besar
Benjolan
Tunggal
Hashimotos Disease
Hyperplasia dan
gangguan metabolic
Struma Koloid
Struma Endemik
Neoplasia
Adenoma
Struma
Hypotiroid
Hypotiroid
Eutiroid
Eutiroid
Adenocarcinoma
1
Folikuler
Pertumbuhan lambat
Papiler
Pertumbuhan lambat
Medulare
Anaplastik
Pemeriksaan Klinis
Pasien dengan pembesaran tiroid lebih banyak asimptomatis, kebanyakan kasus ini
diketahui saat pemeriksaan leher karena alasan lain. Saat pertama kali ditemukan maka yang
pertama kali ditentukan oleh seorang klinisi adalah faktor penyebab dari pembesaran tersebut,
apakah dari lokoregional atau dari sistemik, multilokuler atau uninoduler. Dalam menegakkan
diagnosis nodul tiroid diperlukan pemeriksaan yang teliti meliputi :
a. Anamnesis
Penderita perlu ditanyakan mengenai hal hal yang diduga mempunyai hubungan
dengan keganasan kelenjar tiroid, antara lain :
21
1)
2)
3)
4)
5)
Disertai disfagia
6)
7)
9)
akral basah dan hangat, takikardi, susah konsentrasi, makan banyak tetapi berat badan tidak
naik/kurus,sering diare, dan juga tanda tanda hipotiroidea seperti apatis, sikap lamban,
wajah sembab, konstipasi, kulit kering sering mengantuk, berat badan bertambah dan non
pitting oedema pada tungkai.
b. Pemeriksaan Fisik
Seperti halnya pemeriksaan fisik pada kasus kasus tumor yang lain, maka kepala,
leher dan dada bagian atas harus terlihat. Pemeriksaan dilakukan dari belakang kepala
penderita sedikit fleksi sehingga musculus sternocleidomastoideus relaksasi sehingga tumor
tiroid lebih mudah untuk dievaluasi dengan palpasi. Digunakan kedua tangan bersamaan
dengan ibu jari posisi di tengkuk penderita dan keempat jari yang lain dari arah lateral
mengevaluasi tiroid serta mencari pole bawah kelenjar tiroid sewaktu penderita disuruh
menelan. Secara rutin juga harus dievaluasi keadaan kelenjar getah bening leher.(2)
Pada pemeriksaan nodul tiroid, untuk pembesaran kelenjar tiroid yang jinak dapat
ditemukan di medial musculus sternocleidomastoideus, tetapi apabila didapatkan adanya
pembesaran kelenjar getah bening berada di lateral musculus sternocleidomastoideus harus
dipertimbangkan adanya suatu proses keganasan.(2).
Pada pemeriksaan fisik, apabila dijumpai adanya nodul pada struma harus didiskripsikan :
1. Lokasi : lobus kanan, kiri, ismus.
2. Ukuran.
3. Jumlah nodul : uninodusa, multinodusa.
4. Konsistensinya : kistik, lunak, kenyal, keras.
22
5. Nyeri/tidak.
6. Mobilitas : ada tidak perlengketan dengan musculus sternocleidomastoideus
ataupun trachea.
7. Pembesaran kelenjar getah bening sekitar tiroid.
Dalam melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid yang perlu diwaspadai adanya suatu keganasan
adalah :
1. Tumor yang cepat membesar tanpa diikuti rasa nyeri.
2. Pengerasan pada beberapa bagian atau menyeluruh dari suatu struma.
3. Struma yang sudah lama tiba tiba membesar secara progresif.
4. Hilangnya mobilitas dari struma, yang terjadi karena proses infiltrasi tumor ke
jaringan sekitarnya.
5. Pulsasi
arteri
karotis
teraba
dari
arah
tepi
belakang
musculus
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini terbagi menjadi dua:
a) Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid.
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan T3, T4, TSH, FT4
b) Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan fungsi tiroid
Pemeriksaan anti body tiroid dimana antibody ini terdiri atas :
Antibody thyroglobulin.
Antibody mikrosomal.
Antibody CA2
23
Pemeriksaan Radiologis.
Untuk mempertajam diagnosis suatu keganasan tiroid perlu dilakukan
pemeriksaan radiologis seperti :
a) Foto polos leher (soft tissue tehnik) anteroposterior dan lateral, untuk melihat
kalsifikasi dan untuk melihat ada tidaknya deviasi trachea.
b) Rontgen thorak, untuk mengetahui adanya metastase ke thorax,
c) Oesophagogram, dilakukan apabila secara klinis terdapat tanda tanda adanya
infiltrasi ke eosophagus.(2).
d) CT-Scan, dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran lokal di coli ataupun
untuk mengetahui adanya penyebaran jauh di mediatinum, liver, paru, tulang,
ataupun otak.
e) MRI, memiliki fungsi yang hampir sama dengan CT-SCAN tetapi lebih
sensitif
f) Bone Scaning, untuk mengetahui bone metastasis.(4)
Bone Scanning
24
Pemeriksaan Ultrasonografi
Manfaat pemeriksaan ini untuk mendiagnosis kasus pembesaran kelenjar tiroid
adalah :
a) Dapat menentukan jumlah nodul.
b) Dapat membedakan lesi tiroid tersebut padat atau kistik.
c) Dapat mengukur volume dari kelenjar tiroid
d) Dapat mendeteksi adanya jaringan kanker tiroid residif yang tidak menangkap
yodium yang tidak terlihat dengan sidik tiroid.
e) Pada kehamilan dimana pemeriksaan sidik tiroid adalah kontraindikasi, hal ini
sangat membantu untukmengetahui adanya pembesaran tiroid.
f) Untuk mengetahui lokasi dengan tepat benjolan tiroid yang akan dilakukan
biopsi
g) Dapat dipakai untuk pengamatan lebih lanjut hasil pengobatan.(1)
25
Jinak
Ganas
Hipoecho
Mikrokalsifikasi
Batas tegas
Tidak ada
regional
pembesaran
(management of SNG;current)
Nodul Panas
Nodul Dingin
Tiroiditis Akut
Sering disebut sebagai akut diffus tiroiditis; akut non supuratif tiroiditis atau
pseudotuberkuler tiroiditis. Gejala yang karakteristik adalah demam, kelemahan pada
ekstremitas atau malaise, nyeri pada tiroid dan pembesaran kelenjar tiroid yang biasanya
tidak simetris.
Penyebab pasti tiroiditis akut adalah infeksi virus pada beberapa kasus disebabkan
oleh infeksi bakteri yang berlanjut menjadi infeksi yang supuratif. Bakteri patogen
biasanya adalah staphylococcus dan pneumococcus dan jarang salmonella atau
bacterioides.
Kelanjutan dari suatu proses primer di tiroid menyebabkan terlepasnya tiroglobulin
atau jaringan tiroid yang mengalami denaturasi kedalam sirkulasi dan menimbulkan
proses sensitisasi imunologis yang meproduksi auto-immune antibodies yang pada
gilirannya akan menyebabkan reaksi alergi dan peradangan lebih lanjut.
Pada pemeriksaan biopsi menunjukkan suatu inflammatory reaction yang karakteristik
dengan adanya gambaran infiltrasi pada stroma tiroid oleh sel mononuklear, proliferasi
jaringan ikat dan giant cell fermation.Pada pemeriksaan yodium radioaktif akan terlihat
penurunan aptake-nya akibat blokade olek proses inflamasi. Pada pemeriksaan Protein
Bound Iodine akan terlihat sedikit peningkatan akibat terlepasnya tiroglobulin dalan
sirkulasi.
27
Tiroiditis Kronis
Dibedakan menjadi 2 yaitu
28
1. Hashimotos disease
2. Riedels Struma
Hashimotos disease
Dilaporkan pertama kali oleh Hawkin Hashimoto pad tahun 1912. Sering
menyebabkan hipotiroidisme pada anak dan dewasa. Laki-laki : Wanita = 1: 15 dan
sering terjadi pada usia 30-50 tahun. Antitiroid antibodi pada pasien dapat mendeteksi
adanya kelainan tersebut dan berlangsung selama sakit serta berhubungan erat dengan
peran T-Cell mediated factor.
Klinis didapati struma multinodusa dengan batas nodul tidak jelas, bejolan benjolan
yang terjadi biasanya pada pole bawah, tidak nyeri, tidak febris dan terdapat penurunan
berat badan. Pad struma yang besar sering terjadi penekanan pada vena kava suprior.
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya hipotiroidisme, pada pemeriksaan
didapatkan TSH yang normal dan sedikit penurunan pada T3 dan T4. Pada pemerikssan
sidik tiroid didapatkan gambaran yang normal, tetapi pada fase lanjut didapatkan
penurunnan up-take I131. Tes rutin tiroglobulin dan mikrosomal antibodi dapat
memastikan diagnosa Hashimotos disease, sesuai dengan titer antibodi dan beratnya
prosesautoimmune.
Tidak ada pengobatan yang spesifik dari penyakit ini, biasanya berupa simtomatik dan
pemberian hormon tiroksin sebagai replesmen. Biopsi atau FNAB diperlukan untuk
membedakan dengan proses keganasan.
Riedels Struma
Merupakan penyakit peradangan tiroid yang sangat jarang ditemukan, biasanya
menyerang usia 30-60 tahun, wanita lebih sering daripada pria. Etiologi terjadinya
fibrosis tidak jelas, sering dihubungkan dengan kelanjutan tiroiditis sub-akut.
Penderita sering mengeluh adanya pembesaran yang cepat dari kelenjar tiroid disertai
gangguan pada trakea atau esofagus. Konsistensi keras, bentuk irreguler, tidak terasa
nyeri sehingga sering rancu dengan karsinoma tiroid. Pada pemeriksaan sering tidak ada
kelainan, tetapi pada fase akir sering dijumpai adanya hipotiroidisme. Diagnosa pasti
adalah dengan biosi. Pada pemeriksaan patologi didapati adanya fibrosis yang
29
menyeluruh pada kelenjar tiroid, padat dan melibatkan jaringan sekitar sehingga kapsul
tiroid sering tidak tampak.
Karsinoma Tiroid
Karsinoma tiroid merupakan keganasan yang terjadi pada kelenjar tiroid.
Keganasan tiroid dikelompokkan menjadi karsinoma tiroid berdiferensiasi baik yaitu
bentuk papiler, folikuler atau campuran keduanya yaitu meduler yang berasal dari sel
parafolikuler yang mengeluarkan kalsitonin, dan karsinoma yang berdiferensiasi buruk
atau anaplastik.
Karsinoma tiroid terjadi dari 2 jenis sel yang terdapat dalam kelenjar tiroid. Sel
folikel berasal endodermal menimbulkan karsinoma papiler, karsinoma folikuler, dan
mungkin karsinoma anaplastik, sedangkan sel C dari neuroendokrin calsitonin dapat
menimbulkan karsinoma medular.
(misalnya, yodium-131 ablasi tiroid) atau eksternal terapi radiasi dosis tinggi
tampaknya tidak meningkatkan risiko karsinoma tiroid papiler karena diduga proses
pembunuhan sel meningkat dengan dosis ini.
b. Iodine excess
Pada studi epidemiologi yodium tidak semuanya menunjukkan korelasi nyata
dengan insiden kanker tiroid, tetapi beberapa kesimpulan menyatakan bahwa daerah
gondok endemik menunjukkan adanya peningkatan terjadinya well differentiated
tiroid karsinoma terutama type folicular.
Pada daerah dengan gondok endemik, penambahan kandungan yodium pada
dietnya dapat meningkatkan proporsi karsinoma papiler dibanding dengan karsinoma
follikular, tetapi bagaimanapun, tumor ini jarang agresif dan mempunyai prognosis
yang lebih bagus dan mempunyai angka harapan hidup yang lebih tinggi.(8)
Asupan makanan rendah yodium tidak meningkatkan kejadian kanker tiroid
secara keseluruhan. Namun, populasi dengan asupan yodium diet rendah memiliki
proporsi yang tinggi dari karsinoma folikuler.
c. Aktivasi dari reseptor tyrosine kinase (TRK), apakah karena rearrangement atau gen
amplifikasi menghasilkan transformasi yang spesifik dimana sel sel folikular tiroid
karsinoma menjadi sel sel papillar karsinoma.
Kira kira 40 % orang dewasa dengan sporadic papillary karsinoma memiliki RET
gen rearrangement dan sekitar 15 % memiliki TRK1 rearrangement. Rearrangement
tersebut paling tinggi pada anak anak ( 60 %).
Korelasi antra karsinoma tiroid papillar dengan Human Lekosit Antigen (HLA)-DR7
masih diselidiki dan juga terjadinya karsinoma tiroid pada kembar monozygotik juga
masih diselidiki.(6)
Karsinoma Folikulare
Karsinoma Papilare
31
Campuran Karsinomafolikulare-papilare
Fibrosarcoma
Lain - lain
Sarcoma
Limfoma maligna
Teratoma maligna
32
Tumor dapat tumbuh secara langsung melalui kapsul tiroid untuk menyerang
struktur sekitarnya. Infiltrasi ke trakea dapat terjadi dan keterlibatan yang ekstensif
dapat menyebabkan obstruksi jalan napas. Nervus laringeus rekuren dapat terkena
karena dekat dengan alur trakeoesofagus. Pasien datang dengan keluhan suara serak
dan kadang-kadang disfagia.
b. Karsinoma Folikuler
Karsinoma folikuler meliputi sekitar 25% dari keganasan tiroid dan didapat
pada wanita setengah baya. Adenokarsinoma folikuler yang kecil dan tidak bergejala
dapat bermetastase jauh sampai ke tulang tengkorak ataupun tulang humerus dalam
bentuk tumor soliter besar .
Karsinoma folikuler dibedakan dari adenoma folikuler jinak dengan invasi
kapsul dan atau invasi vascular, karena membedakan karsinoma folikuler dari
adenoma folikuler jinak sangat sulit dengan sitologi FNAB dan analisis frozen
section. Tumor dibagi menjadi minimal invasif dan invasif luas lesi tergantung pada
bukti histologis invasi kapsul dan vaskular. Imunohistokimia untuk thyroglobulin dan
cytokeratins hampir selalu positif.
c. Karsinoma Medular
Karsinoma medular meliputi 10-15% keganasan tiroid yang berasal dari sel
parafolikuler, atau sel C yang memproduksi tirokalsitonin, kadang dihasilkan pula
carcinoembryonic antigen (CEA). Karsinoma medular berbatas tegas dan keras pada
perabaan. Karsinoma ini didapat pada usia lebih dari 40 tahun, namun pada usia lebih
muda dan bahkan anak anak juga dapat ditemukan, serta biasanya disertai dengan
gangguan endokrin yang lain.
Sel karsinoma medular memproduksi kalsitonin, maka jumlah kalsitonin
serum tinggi dapat digunakan sebagai sarana diagnostik. Meskipun pengukuran rutin
kalsitonin serum memiliki potensi hasil rendah dalam pengelolaan nodul tiroid
soliter.
d. Karsinoma Anaplastik
Karsinoma anaplastik merupakan karsinoma yang paling ganas dari karsinoma
lainnya, terdapat pada usia tua dan lebih banyak pada wanita. Karsinoma anaplastik
sebagian terjadi pada struma nodusa lama yang kemudian membesar dengan cepat.
33
Rasa nyeri dan nyeri alih ke daerah telinga dan suara serak akibat infiltrasi ke nervus
rekurens sering menyertai karsinoma ini. Prognosis penyakit menjadi lebih buruk
apabila telah terjadi metastase ke jaringan sekitar seperti laring, faring dan esophagus.
Karsinoma anaplastik merupakan massa tiroid berkembang pesat berbeda
dengan karsinoma berdiferensiasi baik, yang tumbuh relatif lambat. Pasien biasanya
datang dengan gejala karena invasi lokal. Suara serak dan dispnea akibat terkenanya
nervus laringeus rekuren dan jalan nafas terjadi sebanyak 50% dari pasien.
Pemeriksaan fisik menunjukkan perubahan massa tiroid yang paling sering
lebih besar dari 5 cm. Sekitar 30% dari pasien mengalami kelumpuhan pita suara.
Setidaknya satu setengah dari pasien telah memiliki metastasis jauh pada saat
diagnosis. Organ yang paling sering terkena adalah paru-paru, tulang, dan otak.
e. Keganasan lain
Limfoma maligna yang merupakan keganasan system limfatik jarang dijumpai
pada tiroid. Diagnosis tumor non Hodgkin dilakukan dengan biopsy dengan cara
terbuka maupun FNAB. Terapi limfoma maligna berupa kemoterapi intensif dengan
kombinasi sitostatika selama beberapa bulan.
Karsinoma epidermodi dan sarcoma jarang ditemukan pada kelenjar tiroid.
Tumor sekunder jarang dijumpai pada kelenjar pada kelenjar tiroid. Karsinoma ginjal,
ovarium dan payudara dapat bermetastase ke kelenjar tiroid.
T4b
karotis
34
T4a*
tiroid*
T4b*
Nx
N0
N1
N1a
N1b
: Metastasis
Stadium klinis :
Karsinoma Tiroid Papilare atau Folikulare umur < 45 tahun
Stadium I
Tiap T
Tiap N
M0
Stadium II
Tiap T
Tiap N
M1
T1
N0
M0
Stadium II
T2
N0
M0
Stadium III
T3
N0
M0
T1,T2,T3
N1a
M0
T1,T2,T3
N1b
M0
T4a
N0,N1
M0
T4b
Tiap N
M1
Stadium IVa
Stadium IVb
35
T4a
Tiap N
M0
Stadium Ivb
T4b
Tiap N
M0
Stadium Ivc
Tiap T
Tiap N
M1
Distant Metastasis
Papillary
61%
10%
Follicular
30%
22%
Hurthle cell
21%
33%
Source: Data from Shaha AR, Shah JP, Loree TR. Patterns of nodal and distant
metastasis based on histologic varieties in differentiated carcinoma of the thyroid. Am J
Surg 172:692-694, 1996.
2. Penatalaksanaan
Secara klinis harus ditentukan, apakah nodul tiroid tersebut kemungkinan
jinak atau ganas. Bila nodul tiroid suspek ganas, juga harus dibedakan apakah nodul
tersebut operabel ataukan inoperabel. Jika inoperabel, maka bisa dilakukan biopsi
incisi yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi secara blok parafin. Setelah
hasil ada dan ternyata ganas dilakukan tindakan debulking dan radiasi eksterna dan
kemoterapi. Tetapi apabila nodul tersebut operabel, maka dilakukan itsmolobektomi
dan dilanjutkan dengan pemeriksaan Frozen section durante operasi.
Ada beberapa kemungkinan hasil yang didapat dari pemeriksaan Frozen
Section :
1.
Lesi Jinak.
36
Karsinoma papilare
Dibedakan atas 2 hal :
a) Resiko Rendah : Maka tindakan operasi selesai dan dilanjutkan dengan
observasi.
b) Resiko Tinggi
3.
Karsinoma Folikulare
Dilakukan Total tiroidektomi
4.
Karsinoma medulare
Dilakukan Total tiroidektomi
5.
Karsinoma Anaplastik.
Bila memungkinkan dilakukan tindakan total tiroidektomi
Bila tidak memungkinkan, cukup dilakukan debulking dilanjutkan dengan radiasi
eksterna atau kemoterapi.
Bila nodul tiroid tersebut kemungkinan benigna maka dilakukan tindakan FNAB. Ada
beberapa kemungkinan hasil yang didapat dari FNAB :
1. Hasil suspek maligna, folliculare pattern, Hurthle cell
Dilakukan tindakan itsmolobektomi dengan pemeriksaan Frozen section seperti
diatas
2.
37
Apabila pusat pelayanan kesehatan tidak terdapat fasilitas Frozen section maupun
FNAB maka penatalaksanaan nodul tiroid mengikuti bagan di bawah ini ;
38
Gangguan menelan
Gangguan pernafasan
Suara parau
Ada 3 modifikasi :
Modifikasi 1 : mempertahankan n. Ascessorius
Modifikasi 2 : mempertahankan n.Acessorius dan v.Jugularis interna
Fungsional : mempertahankan n. acessorius, vena jugularis interna,
m.sterrnocleidomastoideus
40
41
16. Bila kedua lobus lateralis kel. Thyroid akan dipotong maka prosedur ini diulangi pada
sisi kiri.
17. M. sternothyroid kanan dan kiri dijahit kembali juga m. sternohyoid dijahit kembali. Bila
perlu dipasang drain.
18. Jahit fascia colli, m. platysma dan kulit
19. Operasi selesai
Komplikasi Operasi :
a. Perdarahan
Perdarahan paska operasi merupakan komplikasi operasi tiroid paling serius.
Insidensinya sekitar 0,3-1% dan dapat terjadi segera (immidiete) maupun belakangan
(deleyed). Perdarahn / hematoma yang membesar atau mengancam jalan nafas diterapi
dengan membuka luka operasi, evakuasi hematoma dan kontrol perdarahan.
b. Obstruksi Jalan nafas
43
Obstruksi jalan nafas terjadi karena perdarahan, edema larynx dan paralisis vokal cords.
Edema larynx, vocal cords dan uvula mengakibatkan jalan napas inadekuat umumnya
disebabkan oleh hipotiroidisme berat yang tidak terapi, namun bisa juga disebabkan
intubasi anastesiologis yang tidak tepat.Terapinya adalah trakeostomi sampai edema
reda.
c. Cedera nervus laringeus
Cedera nervus laringeus superior mempengaruhi keterangan vocal cord yang
mengakibatkan fatigued voice, perubahan timbre sehingga penderita kesulitan bernyanyi
atau bicara lama. Paralisis nervus laringeus superior bilateral (jarang) mengakibatkan
suara lemah, berat dan low-pitched voice.Bila cabang sensoris dari nervus laringeus
superior cedera akan terjadi inspirasi oleh karena anastesia mukosa larynk.
Cedera nervus laringeus recurrent merupakan komplikasi yang lebih serius karena
mengakibatkan paralisis vocal cord. Paralisis ipsileteral mengakibatkan suara lemah dan
berat (serak). Paralisis bilateral mengakibatkan obstruksi jalan napas. Paralisis ini dapat
sementara (sembuh dalam 6 minggu) atau permanen.
Paralisis vocal cords bilateral memerlukan trakeostomi. Paralisis permanen dikoreksi
setelah 6 bulan. Koreksi untuk unilateral paralisis adalah medialisasi atau reinnervasi.
Medialisasi dapat dilakukan dengan injeksi teflon atau gelatin sponge.
d. Hipoparatiroid
Hipoparatiroid terjadi karena terangkatnya atau devaskularisasi kelenjar paratiroid.
Hipoparatiroid ini mengakibatkan hipokalsemia dengan berbagai tanda dan gejala klinis.
Hipokalsemia umumnya terajadi sampai 48 sampai 72 jam setelah operasi tapi terkadang
terjadi lebih lambat. Gejala dini dari hipoparatiroid adalah parastesia di wajah bibir atau
ujung jari sedangkan gejala berat dapat berupa tetani (sindrom carpo-pedal : kejang fokal
pada tangan dan kaki). Terapi untuk pasien dengan tetani atau simptom yang berat
lainnya adalah injeksi kalsium glukosa1 ampul iv, 5- 10 menit. Untuk simptom moderate
atau calcium kurang dari 7 mg/dl berikan calcium glukonas 4 ampuldalam 250 ml
dextrose infus drips dalam 4 8 jam. Infus ini dapat di ulang jika diperlukan. Bila
simptom ringan calcium oral diberikan 2 gram perhari. Jika pasien masih hipokalsemik
44
berikan rocatrol dimulai 0,25 mg dua kali perhari, dosis dapat ditingkatkan jika
diperlukan.
e. Krisis tiroid; terjadi 8 24 jam pasca operasi. Tanda-tanda krisis tiroid adalah : gelisah,
gangguan saluran gastrointestinal, kulit hangat & basah, suhu > 38 C, nadi > 160
x/menit, atau tekanan darah yang meningkat.
f. Mortalitas pasca operasi
Kematian pasca operasi amat jarang terjadi setelah tiroidektomi. Insidennya di bawah 1
persen.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Suryanto dan Emir T.P, Bedah Onkologi, Sogung Seto, Jakarta, 2010, hal: 1-31
2. N.C.Chakrabarty, D. Chakrabarty, Fundamentals of Human Anatomy, New Central Book
Agency (P) LTD, Calcutta, 1997. Page 162-167.
3. Masjhur. J.S. Nodul Tiroid dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Ed. IV. Pusat
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK-UI, Jakarta, 2006. hal: 1953-1958.
4. Yoga. R. Wijayahadi et. al. Kelenjar Tiroid Kelainan, Diagnosis dan penatalaksanaan.
Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo,2000. hal 44-59.
5. Lukkito Pissi et al. Protokol penatalaksanaan Tumor / Kanker Tiroid. Protokol
PERABOI, 2003. hal 17-32.
6. Hanks. Jhon B. Thyroid. Sabiston textbook of Surgery, 16th ed, 2001. Pg 288.
7. Attie JN: Modified neck dissection in treatment of thyroid cancer: A safe procedure.
1988. Eur J Cancer Clin Oncol 24:315-324.
8. Lal G and Clark O.H. Thyroid, Parathyroid and Adrenal in Schwartz. Principles of
Surgery ninth edition.2010, pp: 1343-1408.
9. Sjamsuhidajat, Wim de jong. Buku ajar ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta 2004. Hal 683
94
10. Adedayo A. Onitilo et. al. Simplifying the TNM System for Clinical Use in Differentiated
Thyroid Cancer. 2008. Journal of Clinical Oncology.
11. David G. Pfister et. al. Refractory Thyroid Cancer : A Paradigm shift in treatment is not
so far. Journal of Clinical Oncology Vol 29, 2008. Pg 4701 04.
12. Djokomoeljanto, 2009. Buku Ajar Tiroidologi Klinik. Semarang: Badan Penerbit Undip
46