You are on page 1of 10

INVENTARISASI BITUMEN PADAT

DAERAH BANJARNEGARA, KABUPATEN BANJARNEGARA


PROPINSI JAWA TENGAH
Oleh:
Ir. J. A. Eko Tjahjono DESS.
Subdit Batubara

SARI
.

Berdasarkam kebijakan pemerintah mengenai diversifikasi energi, maka Direktorat


Inventarisasi Sumber Daya Mineral telah melakukan inventarisasi endapan bitumen padat di daerah
Banjarnegara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah penyelidikan
terletak di antara 70101 sampai 70251 LS dan 1090351 sampai 1090501 BT, dengan luas daerah
penyelidikan sekitar 750 Km2.
Secara fisiografi, daerah penyelidikan terletak pada Jalur Pegunungan Serayu Utara, dalam
Zona Intramontain. Formasi Rambatan di daerah ini diperkirakan mengandung endapan bitumen padat
dalam satuan batuan serpih, napal dan batupasir gampingan yang berumur Miosen Awal sampai
Tengah.
Hasil pengamatan dari 21 lokasi singkapan, diketahui bahwa endapan serpih lempung yang
berselingan dengan batupasir gampingan, tersebar memanjang sampai 26 Km dari Tenggara sampai
Baratlaut, yang mempunyai arah jurus lapisan berkisar dari N2500E sampai N3500E, dengan
kemiringan lapisan berkisar dari 250 sampai 700.
Dari pengamatan dan pengukuran stratigrafi, diketahui bahwa tebal Formasi Rambatan
sekitar 370 meter yang diendapkan dalam sistem regresi, dan dapat dibagi menjadi tiga bagian sekuen
sedimentasi, yang mana sekuen sedimentasi bagian tengah mempunyai ketebalan 120 meter, yang
diperkirakan mengandung endapan bitumen padat, terdiri dari perselingan antara endapan serpih
lempung dan batupasir gampingan.
Hasil analisis petrografi dari 9 contoh batuan, ditemukan sangat sedikit sekali kandungan zat
organik pembentuk bitumen padat ( < 0,1 % ), dan berindikasi diendapkan dalam lingkungan laut
dalam. Sedangkan hasil analisis bakar dari 12 contoh batuan, terdapat kandungan minyak maximal
sebanyak 5 Liter per Ton batuan.
Sumberdaya endapan bitumen padat dalam Formasi Rambatan di daerah Banjarnegara yaitu
sangat sedikit sekali dan tidak prospek, sehingga sumberdaya yang ada hanyalah berupa endapan
batulempung menyerpih yang sangat banyak dan luas.

1. PENDAHULUAN dan penyeldikan pendahuluan mengenai endapan


bitumen padat yang diperkirakan terdapat di
1.1. Latar Belakang daerah Banjarnegara.
Kebutuhan energi dewasa ini
kegunaannya sangat meningkat, terutama 1.2. Maksud Dan Tujuan
ketergantungan akan pemakaian minyak bumi Maksud dan tujuan penyelidikan
untuk menunjang laju perekonomian dunia, pendahuluan adanya endapan bitumen padat di
untuk itu perlu adanya diversifikasi penggunaan wilayah Kabupaten Banjarnegara yaitu selain
energi alternatip lainnya selain minyak bumi, untuk menambah informasi mengenai
yaitu penggunaan bahan bakar dari endapan keanekaragaman bahan galian yang terdapat di
serpih bitumen padat yang sangat banyak daerah tersebut, juga bertujuan untuk melengkapi
terdapat menyebar di seluruh wilayah indonesia. penyusunan data base bahan galian pada
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral di
dari Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Bandung.
Mineral, serta ditunjang dengan adanya dana dari Tujuan utama yaitu untuk menyelidiki
DIK-S Batubara, Tahun Anggaran 2002, maka sebaran endapan batuan serpih yang diperkirakan
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral mengandung bitumen padat di daerah Kabupaten
berkesempatan untuk melakukan inventarisasi Banjarnegara.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM) TA. 2002 30 - 1


jumlah kandungan minyak dan air yang terdapat
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan dalam contoh batuan serpih. Kandungan minyak
Secara administratip, lokasi daerah dalan batuan dinyatakan ekonomis jika dalam
penyelidikan termasuk dalam wilayah Kabupater batuan tersebut mengandung 50 Liter minyak per
Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah ( gambar 1 Ton batuan.
), dengan daerah sasaran utama yaitu meliputi
Kecamatan Pagentan, Wanayasa, Karangkobar
dan Kecamatan Kalibening. 2. KEADAAN GEOLOGI
Secara geografis, daerah penyelidikan
dibatasi oleh Koordinat 7010’ sampai 7025’ 2.1. Geologi Daerah Penyelidikan
Lintang Selatan dan 109035’ sampai 109050’ Geologi daerah penyelidikan tepatnya
Bujur Timur, dengan luas daerah penyelidikan terletak pada jalur Pegunungan Serayu Utara,
sekitar 756 Km2 ( 27,5 Km x 27,5 Km ). yaitu pada lereng bagian selatan dari Gunung
Pencapaian daerah penyelidikan dapat Api Rogojembangan, Dieng dan Gunung
ditempuh dengan menggunakan kendaraan Sundoro, serta terletak pada bagian utara dari
bermotor dari Kota Bandung ke arah Timur aliran Sungai Serayu yang mengalir dari Timur
menuju Kota Banjarnegara dengan jarak tempuh ke arah Barat. Tidak semua formasi batuan
sekitar 300 Km, selanjutnya untuk menuju lokasi Tersier yang tersingkap di daerah penyelidikan,
daerah sasaran utama yang meliputi kecamatan- sehingga akan mempunyai kenampakan dan ciri
kecamatan tersebut diatas yaitu berjarak tempuh khusus mengenai morfologi, stratigrafi dan
sekitar 20 Km sampai 50 Km ke arah Utara Kota keadaan struktur di daeah tersebut.
Banjarnegara.

1.4. Metoda Penyelidikan Lapangan 2.1.1. Morfologi Daerah Penyelidikan


Metoda penyelidikan lapangan yaitu Morfologi daerah penyelidikan
melakukan pemetaan batuan seperti pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi tiga
umumnya, diawali dengan mengkalibrasi satuan morfologi yaitu :
peralatan dan peta dasar, kemudian dilanjutkan 1. Satuan morfologi dataran.
dengan pencarian singkapan batuan yang 2. Satuan morfologi perbukitan bergelombang
umumnya terdapat pada tebing sungai dan jalan sedang.
yang memotong arah jurus lapisan batuan. 3. Satuan morfologi perbukitan terjal.
Setelah menemukan singkapan batuan Satuan morfologi dataran, umumnya
dilanjutkan dengan tahapan pengamatan, terdapat pada bagian selatan, yang menempati
pengukuran, pengambilan contoh, plotting di sekitar 15% daerah penyelidikan, menyebar
peta dan diskripsi atau pencatatan lengkap. memanjang hampir berarah Timur-Barat, yaitu
Setibanya di base camp data lapangan tersebut disekitar bantaran aliran Sungai Serayu, yang
dikaji dan dianalisis kelanjutannya. Adapun tediri dari endapan aluvial dan undak sungai,
peralatan lapangan yang digunakan antara lain umumnya merupakan lahan persawahan dan
yaitu : tempat pemukiman penduduk. Mempunyai rata-
1. Peta geologi lembar Banjarnegara dan rata ketinggian sekitar 100 sampai 500 meter dari
Pekalongan, sekala 1 : 100.000. permukaan laut.
2. Peta topografi lembar Banjarnegara, Satuan morfologi perbukitan
Wonosobo, Karangkobar dan lembar Batur, bergelombang sedang, umumnya terdapat pada
sekala 1 : 50.000. bagian tengah yang menyebar memanjang
3. Palu geologi, Kompas, GPS 12XL, tali ukur, hampir berarah Timur-Barat, menempati sekitar
loupe, cairan HCl, kantong plastik, alat photo, 40% daerah penyelidikan, terletak di sekitar
alat tulis dan alat-alat penunjang lainnya. tekuk lereng kaki gunung, terdiri dari endapan
batuan sedimen dan sebagian endapan batuan
1.5. Metoda analisis laboratorium gunung api, umumnya berupa lahan perkebunan
Contoh batuan serpih dan batupasir dan sedikit persawahan serta pemukiman
akan dianalisis di laboratorium fisika mineral penduduk. Mempunyai rata-rata ketinggian
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral sekitar 500 sampai 1000 meter dari permukaan
Bandung. Analisis tersebut yaitu meliputi jenis laut.
analisis petrografi batuan dan analisis bakar Satuan morfologi perbukitan terjal,
(retort analysis). Analisis petrografi batuan yaitu umumnya terdapat pada bagian utara dan tengah
untuk melihat adanya zat organik (organic yang menyebar tidak merata, menempati sekitar
matter) dan tingkat kematangan dari kandungan 45% daerah penyelidikan, terletak di sekitar
minyak, yaitu dari hasil reflektan organik lereng gunung, terdiri dari batuan gunung api,
tersebut. Analisis bakar, yaitu untuk melihat batuan terobosan dan endapan batugamping serta

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 30 - 2


batupasir, umumnya berupa hutan, baik hutan molusca. Pada formasi ini terdapat Anggota
industri, hutan lindung dan hutan konservasi, Batugamping dari batugamping terumbu yang
tidak ditempati penduduk, mempunai rata-rata mengandung koral dan foraminifera besar, napal
ketinggian diatas 1000 meter dari permukaan dan batupasir yang mengandung molusca. Selain
laut. itu terdapat juga Anggota Breksi yang terdiri dari
breksi gunung api yang bersusunan andesit dan
2.1.2. Stratigrafi Daerah Penyelidikan batupasir tufaan yang sebagian mengandung sisa
Formasi batuan tertua yang tersingkap tumbuhan. Ketebalan formasi ini sekitar 500
di daerah penyelidikan adalah Formasi Totogan, meter, yang diendapkan dalam lingkungan
berumur Oligosen, yang diendapkan selaras di peralihan sampai laut.
atas endapan batugamping terumbu. Batuan dari Formasi Kalibiuk, berumur Pliosen,
Formasi Totogan terdiri dari : Breksi, diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi
batulempung, napal, batupasir, konglomerat dan Kumbang dan menjemari dengan Anggota
tufa. Bagian bawah satuan ini terdiri dari Breksi Formasi Tapak, terdiri dari satuan batuan
perselingan tak teratur dari breksi aneka bahan, napal dan batulempung, bersisipan tipis tufa
batulempung dan konglomerat berkomponen pasiran. Napal dan batulempung berwarna abu-
basal yang terpilah buruk. Tebal satuan ini abu kebiruan, kaya fosil molusca. Tebal Formasi
diperkirakan sekitar 150 meter dan menipis ke Kalibiuk diperkirakan sampai 3000 meter yang
arah Selatan, yang diendapkan dalam lingkungan diendapkan dalam lingkungan pasang surut. Di
batial atas dan merupakan endapan olistostrom. atas formasi ini diendapkan satuan batuan dari
Formasi Rambatan, berumur Miosen Formasi Ligung.
Awal sampai Tengah, diendapkan secara tidak Anggota Breksi Formasi Ligung,
selaras di atas Formasi Totogan, terdiri dari berumur Plistosen, diendapkan secara tidak
satuan batuan serpih, napal dan batupasir selaras diatas Formasi Kalibiuk, terdiri dari
gampingan mengandung foraminifera kecil, tebal satuan batuan breksi gunung api (aglomerat)
formasi ini diperkirakan lebih dari 370 meter dan yang bersusunan andesit, lava andesit hornblenda
diendapkan dalam lingkungan laut terbuka. Pada dan tufa. Di atas Formasi Ligung diendapkan
Formasi Rambatan terdapat Anggota Sigugur endapan undak sungai berupa pasir, lanau, tufa,
yang berupa endapan batugamping terumbu, konglomerat dan breksi tufaan yang tersebar di
mengandung foraminifera besar dan mempunyai sepanjang lembah Sungai Serayu.
ketebalan beberapa ratus meter. Di atas formasi Batuan Gunung api Jembangan,
ini diendapkan secara selaras satuan batuan dari berumur Plistosen, diendapkan bersamaan
Formasi Halang dan Formasi Kumbang. dengan endapan undak sungai, terdiri dari satuan
Formasi Halang, berumur Miosen batuan lava andesit hiperstein-augit, klastika
Tengah sampai Pliosen Awal, terdiri dari satuan gunung api, lahar dan aluvium.
batupasir tufaan, konglomerat, napal dan Batuan Gunung api Dieng, berumur
batulempung yang mengandung fosil Plistosen, diendapkan di atas Batuan Gunung api
Globigerina dan foraminifera kecil, bagian Jembangan, terdiri dari satuan batuan lava
bawah berupa batuan breksi andesit. Tebal andesit dan andesit-kuarsa serta batuan klastika
formasi ini bervariasi dari 200 meter sampai 500 gunung api, yang kemudian diatasnya
meter dan menipis ke arah Timur. Formasi ini diendapkan endapan aluvial.
diendapkan sebagai endapan turbidit dalam Endapan aluvial, berumur Holosen,
lingkungan batial atas dan diendapkan berupa endapan pasir, kerikil, lanau, lempung
menjemari dengan satuan batuan Formsi serta endapan sungai dan rawa, yang diendapkan
Kumbang. tidak selaras di atas satuan batuan yang berada di
Formasi Kumbang, berumur Miosen bawahnya.
Tengah sampai Pliosen Awal, terdiri dari dari Di daerah penyelidikan, selain endapan
satuan batuan lava andesit yang mengaca, basal, batuan sedimen, terdapat juga batuan terobosan
breksi, tufa dan sisipan napal yang mengandung yang berkomposisi diorit, yang terjadi pada Kala
fosil Globigerina, diendapkan dalam lingkungan Miosen dan Pliosen serta menembus sebaran
laut dan diendapkan menjemari dengan satuan endapan dari Formasi Rambatan dan Formasi
batuan Formasi Halang. Ketebalan formasi ini Tapak ( Tabel 1 ).
sekitar 2000 meter yang menipis ke arah Timur.
Di atas formasi ini diendapkan Formasi Tapak. 2.1.3. Struktur Geologi Daerah Penyelidikan
Formasi Tapak, berumur Pliosen, Secara tektonik geologi, bahwasanya
diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi daerah penyelidikan terletak diantara jalur
Kumbang dan menjemari dengan Formasi pegunungan Serayu Utara dan Serayu Selatan,
Kalibiuk, terdiri dari satuan batupasir gampingan yaitu pada Zona Intramontain, yang mana
dan napal berwarna hijau mengandung pecahan terdapat sekitar empat buah patahan naik dan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM) TA. 2002 30 - 3


beberapa patahan normal yang membuat adanya seperti lempung, silt atau lempung pasiran dalam
block faulting di daerah tersebut, diperkirakan lingkungan pengendapan pantai, lagoon maupun
terjadi adanya kegiatan tektonik sekitar Mio- danau, yang telah tersedimentasikan. Pada
Pliosen yang dibarengi dengan munculnya lingkungan pengendapan lagoon adalah tempat
batuan intrusi, sehingga banyak dijumpai yang paling ideal sebagai wadah terbentuknya
kemiringan lapisan batuan hingga 700. Patahan endapan bitumen padat, yang biasanya
naik dan patahan normal tersebut memotong di berasosiasi dengan endapan batugamping
tengah daerah penyelidikan yang berarah terumbu atau endapan gosong pasir (sand bar).
Tenggara-Baratlaut, yaitu berkisar dari N 2850 E Di daerah penyelidikan, endapan
Sampai N 3150 E. Selain itu terdapat juga bitumen padat diperkirakan terdapat pada batuan
patahan geser atau mendatar yang berarah serpih dan batupasir gampingan pada Formasi
hampir arah Utara-Selatan, umumnya banyak Rambatan yang diendapkan dalam lingkungan
terdapat pada bagian Tenggara dan bagian laut terbuka, dan di beberapat tempat terdapat
Baratlaut daerah penyelidikan, yang endapan batugamping terumbu tersebar secara
mengakibatkan adanya pergeseran dari sebaran sporadis pada bagian timur daerah penyelidikan.
Formasi Rambatan, Tapak dan Formasi Ligung. Formasi Rambatan ini menyebar dari Tenggara
Selain itu juga mengakibatkan adanya pergeseran dan menyempit ke arah Baratlaut di daerah
dan overlaping dari patahan-patahan naik dan penyelidikan, dengan panjang sebaran sekitar 26
patahan normal, yang diperkirakan terjadi akibat Km dan lebar sebaran rata-rata 4 Km, maka luas
kegiatan tektonik disekitar Plio-Pleistosen. sebaran Formasi Rambatan sekitar 100 Km2, atau
Struktur lipatan tidak dijumpai di daerah sekitar 15% dari luas daerah penyelidikan. Arah
tersebut, umumnya banyak dijumpai lapisan jurus lapisan batuan berkisar dari N 2500E
batuan yang homoklin, miring ke arah Timurlaut. sampai N 3500E, dengan kemiringan lapisan
batuan berkisar dari 250 sampai 700.
Dari hasil pengukuran stratigrafi dan
pengamatan terhadap lapisan batuan Formasi
2.2. Indikasi Endapan Bitumen Padat Rambatan yang tersingkap lebih dari 500 Meter,
Pada umumnya lapisan bitumen padat di sepanjang Kali Tulis, Desa Sokaraja,
terdapat dalam endapan batuan serpih, dan Kecamatan Pagentan, dapat diketahui bahwa
berasosiasi dengan endapan batugamping secara sekuensial sedimentasi dari endapan
terumbu dalam lingkungan laut dangkal atau batuan serpih dan batupasir gampingan dapat
lagoon. Mengingat bahwasanya pada Formasi dibagi menjadi tiga sekuen sedimentasi, yaitu
Rambatan yang tersebar cukup luas di daerah sekuen bagian bawah, tengah dan sekuen bagian
penyelidikan, yang terdiri dari endapan batuan atas.
serpih dan batupasir gampingan, serta di Sekuen bagian bawah, umumnya terdiri
beberapa tempat terdapat endapan batugamping dari endapan serpih dengan sisipan batupasir
yang diendapkan dalam lingkungan laut terbuka, gampingan, mempunyai perbandingan sand/shale
maka di harapkan dapat ditemukan adanya ratio sekitar 20 : 80, dengan ketebalan terukur
endapan bitumen padat yang terkandung di sekitar 150 Meter. Sekuen bagian tengah
dalam batuan serpih tersebut. umumnya berupa perselingan antara lapisan
Pada bagian Baratdaya daerah batupasir gampingan dan batuan serpih, dengan
penyelidikan, tepatnya di daerah Wangon, sisipan kalsit, mempunyai perbandingan
Kabupaten Banyumas, terdapat rembasan sand/shale ratio sekitar 40 : 60, ketebalan terukur
minyak pada lapisan batupasir Formasi Halang, sekitar 120 Meter. Pada sekuen bagian atas,
yang diperkirakan batuan sumber (source rock) umumnya berupa endapan lapisan batupasir tebal
yang mengandung minyak tersebut berasal dari dengan sisipan tipis lapisan serpih, yang
formasi batuan yang berada di bagian bawahnya, mempunyai perbandingan sand/shale ratio sekitar
sedangkan posisi Formasi Rambatan persis 80 : 20, ketebalan terukur sekitar 100 Meter.
berada dibawah Formasi Halang, maka Pemerian secara megaskopis, batuan
diharapkan Formasi Rambatan tersebut serpih pada bagian bawah berwarna abu-abu
mengandung endapan bitumen padat. gelap sampai kehitaman, makin ke atas berwarna
abu-abu terang, di beberapa tempat pada bagian
tengah dan atas napalan dan bersisipan kalsit,
3. HASIL PENYELIDIKAN bila dibakar sedikit berbau aspal terbakar.
Lapisan batupasir pada sekuen bagian bawah
3.1. Geologi Endapan Bitumen Padat berwarna abu-abu terang, berbutir halus, terpilah
Endapan bitumen padat terjadi karena baik, padat, gampingan, tebal lapisan berkisar
terakumulasinya tumbuhan sejenis ganggang dari 0,01 Meter sampai 1 Meter yang merupakan
atau algae pada endapan batuan bebutir halus sisipan jarang pada endapan serpih. Lapisan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 30 - 4


batupasir pada sekuen bagian tengah berwarna endapan bitumen padat, umumnya terdapat pada
abu-abu terang sampai kecokelatan, berbutir sekuen sedimentasi bagian atas.
halus sampai sangat halus, terpilah baik, padat,
berlapis, gampingan, berselang seling agak rapat 3.2.2. Hasil Analisis Laboratorium
dengan batuan serpih, dibeberapa tempat Tidak semua contoh batuan dari
terdapat struktur gelembur gelombang (ripple lapangan dianalisis di laboratorium, tapi hanya
mark) dan pecahan fosil, bila dibakar sedikit sebagian saja, yang mana hanya dilakukan pada
berbau aspal terbakar, tebal lapisan berkisar dari contoh batuan yang diperkirakan dapat mewakili
0,03 Meter sampai 0,5 Meter. Lapisan batupasir kondisi singkapan batuan secara keseluruhan.
pada sekuen bagian atas berwarna abu-abu gelap Dalam hal ini dilakukan analisis petrografi
sampai kecokelatan, berbutir halus sampai sangat sebanyak 9 contoh batuan. Selain itu dilakukan
kasar, kadang berfragmen batulempung dan juga analisis bakar (retort analysis) sebanyak 12
aneka bahan berukuran sampai 10 Cm yang contoh batuan yang hasilnya dapat dilihat pada
menyudut tanggung, padat, keras dan berlapis Tabel 3 dan Tabel 4.
tebal dari 0,3 Meter sampai 5 Meter, berseling
sangat rapat. Melihat susunan sekuensial dari
bawah sampai atas, diketahui bahwa endapan
batuan Pada F. Rambatan tersebut mengasar ke 3.2.3. Kajian Kualitas Bitumen Padat
atas (regresi) Secara megaskopis, kiranya agak sulit
untuk menentukan kualitas dari bitumen padat
3.2. Endapan Bitumen Padat yang terdapat dalam batuan serpih, oleh karena
Secara megaskopis endapan bitumen itu kajian mengenai kualitas bitumen padat
padat diperkirakan terdapat di lapisan batuan semata-mata tergantung dari hasil analisis
serpih dan lapisan batupasir halus gampingan laboratorium, baik analisis organic petrografi
pada sekuen bagian tengah dari Formasi maupun dari analisis bakar yang mana kedua
Rambatan yang mempunyai panjang sebaran data analisis tersebut akan saling menunjang
hingga 26 Km dengan ketebalan sekitar 120 kebenaran kejadiannya di alam, dan sebagai data
Meter. Perkiraan tersebut ditunjang pula dengan “cross check” Hasil analisis organic petrografi
adanya pengamatan dari 21 lokasi singkapan dari contoh batupasir halus pada Formasi
batuan (tabel 2) yang menyebar dari arah Rambatan di daerah penyelidikan, menunjukkan
Tenggara sampai Baratlaut pada Formasi bahwa pada lapisan batupasir, hampir tidak
Rambatan. Ketebalan singkapan batuan yang dijumpai adanya kandungan bahan organik
terukur berkisar dari 40 Meter sampai 370 Meter. pembentuk bitumen padat, tapi kaya akan
Arah jurus sebaran batuan barkisar dari N 2500E fragmen fosil yang halus hasil robakan di
sampai N3500E, dengan kemiringan lapisan beberapa tempat, selain itu sering terdapat juga
batuan berkisar dari 250 sampai 700. mineral pirit, dan kalau dilihat dari hasil
rombakannya serta butir pasir yang seragam dan
3.2.1. Kenampakan Megaskopis halus, maka dapat dipastikan bahwa Formasi
Kenampakan secara megaskopis, Rambatan di daerah tersebut diendapkan dalam
endapan batuan serpih yang diperkirakan lingkungan laut dalam. Pada lapisan
mengandung bitumen padat umumnya berwarna batulempung yang menyerpih masih dijumpai
abu-abu terang, napalan, bila dibakar sedikit adanya kandungan bahan organic pembentuk
berbau aspal terbakar, terdapat pada sekuen bitumen padat seperti Sporinit, Liptinit dan
bagian tengah dari suatu system sedimentasi maceral-maseral lainnya, tapi sangat sedikit
Formasi Rambatan di daerah tersebut. sekali. Dari hasil Reflektan maceral Vitrinit
Sedangkan endapan batupasir yang mengandung menunjukkan angka rata-rata berkisar dari 0,38-
bitumen padat berwarna abu-abu 0,45 %, Rvt mature tidak apa-apa malah bagus
terang, berbutir halus, gampingan, berlapis tipis, karena minyak tersebut masih belum bermigrasi
bila dibakar berbau aspal terbakar, umumnya atau berubah fraksi / bentuk.
terdapat pada sekuen sedimentasi pada bagian Hasil analisis bakar ( Retort analysis )
tengah. dari contoh serpih batulempung dan batupasir
Batuan serpih yang berwarna abu-abu pada Formasi Rambatan menunjukkan bahwa
gelap sampai kehitaman, tidak bereaksi terhadap kuantitas kandungan minyaknya adalah sangat
cairan Hcl, diperkirakan tidak mengandung sedikit sekali, yaitu berkisar dari 0 - 5 Liter
endapan bitumen padat, umumnya terdapat pada minyak per Ton batuan, maka secara ekonomis
sekuen sedimentasi bagian bawah. Sedangkan kandungan minyak yang terdapat pada Formasi
untuk batuan pasir abu-abu gelap, berbutir kasar, Rambatan di daerah penyelidikan adalah tidak
keras, massive, diperkirakan tidak mengandung prospek.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM) TA. 2002 30 - 5


3.3. Sumberdaya Endapan Bitumen Padat jarang ( < 0,1 % ), dan hampir tidak dijumpai
Sumberdaya endapan bitumen padat adanya fosil atau rombakan fosil.
sangat tergantung dari hasil analisis contoh 5. Hasil analisis bakar ( retort analysis )
batuan di laboratorium, dan mengingat hampir dari contoh batuan pada Formasi Rambatan,
pada semua contoh yang di analisis terdapat kandungan minyak sekitar 0 - 5 Liter
menunjukkan adanya kandungan bahan organik minyak per Ton batuan, maka kandungan
pembentuk endapan bitumen padat yang sangat minyak yang terdapat dalam endapan
sedikit sekali serta adanya kandungan minyak batulempung meyerpih, pada Formasi Rambatan
yang sangat sedikit sekali maka dipastikan di daerah Banjarnegara, berarti kurang ekonomis
bahwa kandungan minyak yang terkandung dan tidak prospek, sehingga sumberdaya yang
dalam endapan bitumen padat yang terdapat pada ada hanyalah berupa endapan batulempung
batuan serpih adalah tidak ekonomis dan tidak menyerpih yang tersingkap sepanjang 26 Km,
prospek, Untuk itu perlu diketahui bahwa potensi dengan lebar sekitar 2 Km.
yang ada di daerah tersebut hanyalah berupa
endapan batulempung menyerpih yang menyebar DAFTAR PUSTAKA
luas sepanjang 26 Km dengan lebar rata-rata
sekitar 2 Km. 1. Condon W.H.; L. Pardyanto dkk, 1996, Peta
Geologi Lembar Banjarnegara dan
Pekalongan, Jawa, Pusat Penelitian dan
4. KESIMPULAN Pengembangan Geologi, Bandung.
2. Hutton A.C.; A.J. Kantsler; A.C. Cook; 1980,
1. Di daerah Banjarnegara terdapat Organic Matter in Oil Shale, APEA, Jurnal
sebaran Formasi Rambatan sekitar 15% dari luas Vol 20.
wilayah daerah penyelidikan, yang berumur 3. Mark P.; Stratigraphic Lexicon of Indonesia,
Miosen Awal, terdiri dari satuan batulempung Publikasi Keilmuan Seri Geologi, Pusat
menyerpih, napal dan batupasir gampingan yang Jawatan Geologi, Bandung.
saling berinterbedded, dan diperkirakan 4. Teh Fu Yen and George V.
mengandung endapan bitumen padat, dengan Chilingarian.;1976, Introduction to Oil Shale,
arah jurus lapisan batuan berkisar dari N2500E Developments in Petroleum Science Vol 5,
sampai N3500E, dan kemiringan lapisan batuan Amsterdam.
berkisar dari 250 sampai 700.
2. Hasil pengukuran singkapan batuan
di Kali Tulis, diketahui bahwa tebal Formasi
Rambatan yang terukur di daerah tersebut adalah
lebih dari 370 meter, serta dapat dibagi menjadi
tiga sekuensial sedimentasi, yaitu sekuen
sedimentasi bagian bawah yang didominasi
dengan endapan lempung menyerpih, tebal lebih
dari 150 meter
Sekuen sedimentasi bagian tengah merupakan
perselingan antara lapisan batupasir gampingan
dengan lapisan batulempung menyerpih yang
diperkirakan mengandung endapan bitumen
padat, tebal sekitar 120 meter. Sekuen
sedimentasi bagian atas didominasi dengan
endapan batupasir sangat kasar, tebal lebih dari
100 meter.
3. Hasil analisis organik petrografi dari
contoh batupasir halus, tidak menunjukan adanya
kandungan bahan organik pembentuk endapan
bitumen padat, akan tetapi banyak terdapat hasil
rombakan fosil dan mineral pirit, yang
terindikasi diendapkan dalam lingkungan laut
dalam.
4. Hasil analisis organik petrografi dari
cotoh batulempung menyerpih, menunjukkan
adanya kandungan bahan organik pembentuk
endapan bitumen padat, yang sangat sedikit dan

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 30 - 6


109° BT 110° BT 111° BT

LAUT JAWA
JEPARA

KUDUS PATI
Brebes TEGAL PEMALANG PEKALONGAN Demak
Losari
Comal Batang Kendal
Slawi
Bantarbolang Waleri
Grobogan
BLORA
7° LS SEMARANG
Prupuk Lebaksiu
Sukorejo PURWODADI Cepu
Ungaran

Ambarawa
Bumiayu
Cimanggu Bobotsari Temanggung
Majenang Purbalingga WONOSOBO
Karangpucung
Sragen
Ajibarang PURWOKERTO BANJARNEGARA
Kelampok MAGELANG
Sidareja
Wangon Banyumas Boyolali
Kawunganten Gombong SURAKARTA

UR
Maos
Kroya Karanganyar
Jeruklegi

A TI M
Ayah Rowokele KEBUMEN Kutoarjo Klaten
Puring Purworejo Sleman Sukoharjo
CILACAP Karangbolong
Tel. Penyu Kilirong
Ambal
Tg. Karangbolong Wonogiri
YOGYAKARTA

JAW
Wates
Bantul
SA Wonosari
8° LS MU Giritontro

DE
RA
HI
ND
IA
Lokasi Daerah Penyelidikan

Gambar 1. Lokasi daerah penyelidikan

Tabel 1. Stratigrafi Daerah Penyelidikan

UMUR Batuan Sedimen, Endapan Gunungapi, Endapan Alluvial Batuan Terobosan


HOLOSEN Qa / Qla Endapan Alluvial Qa / Qla : kerikil, pasir, lempung, endapan sungai dan rawa
KUARTER

Qd Batuan Gn. Api Dieng (Qd) : Lava Andesit kuarsa dan klastik gunung api
Qj Batuan Gn. Api Jembangan(Qj) : Lava andesit hiperstein-augit, klastik Gn. Api
PLISTOSEN
Endapan Undak (Qt) : Pasir, lanau, tuf, konglomerat, dan breksi tufaan
Qt

Qtlb Anggota breksi Formasi Ligung (Qtlb): Breksi Gn.Api andesit, lava dan tuf

Fm. Kalibiuk (Tpb) : Napal dan batulempung, kaya molusca,diendapkan dalam


lingkungan pasang surut,menjemari dg Fm.Tapak
Tptl Tpd
Tpt Fm.Tapak (Tpt) : Bt.pasir gampingan, napal hijau, pecahan moluska
PLIOSEN
Tpb Diorit
Anggota Batugamping Fm. Tapak (Tptl) : Batugamping terumbu dan koral
Tptb
Anggota Breksi Fm.Tapak (Tptb) : Breksi Gn Api dan Bt.Pasir tufaan
T E R S I E R

Fm. Kumbang (Tmpk) : Lava andesit dan basal,umumnya mengaca,breksi dan


AKHIR Tmpk tufa menjemari dengan Fm. Halang
Tmd
Tmph Fm. Halang (Tmph) : Sedimen turbidit,terdiri dari batupasir tufaan, konglomerat,
napal, bt.lempung,foraminifera kecil, diendapkan pada zona batial Diorit
MIOSEN

TENGAH

Fm.Rambatan (Tmr) : serpih, napal, bt.pasir gampingan, mengandung


Tmr foraminifera kecil,diendapkan dalam lingkungan laut terbuka.
AWAL Tmrs
Anggota Sigugur Formasi Rambatan (Tmrs) : Batugamping terumbu, Foram
besar.

Formasi Totogan (Tomt) : Berupa endapan Olistostrom, terdiri dari Breksi,


OLIGOSEN Tomt batulempung, napal, batupasir, konglomerat aneka bahan, dan tufa,
diendapkan dalam lingkungan batial atas.

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM) TA. 2002 30 - 7


Tabel 2. Lokasi pengamatan dan hasil pengukuran singkapan batuan.
Lokasi Singkapan Kode Jurus dan Tebal Kode Keterangan
No
Batuan Lokasi Miringan (m) Conto Analisis
Anak S. Kaliurang
N 3200E BNKR 1A Lp, B, P.
1 Desa Paweden
BNKR 1 300 >65 m BNKR 1B Ps, B, P.
Kec. Karangkobar
Hilir S. Jarampang
N 2830E
2 Desa Paweden
BNKR 2 300 >70 m BNKR 2 Kp.
Kec. Karangkobar
Hulu S. Jarampang
N 2650E
3 Desa Paweden
BNKR 3 400 >50 m BNKR 3 Kp.
Kec. Karangkobar
Hulu S. Kaliurang
N 2500E
4 Desa Slatri
BNKR 4 550 >50 m BNKR 4 Lp, B, P.
Kec. Karangkobar
Kali Padajaya, Telaga
N 3000E
5 Desa Pagerpelah
BNKR 5 300 >55 m BNKR 5 Kp.
Kec. Karangkobar
Hilir K. Padajaya
N 2900E
6 Desa Pagerpelah
BNKR 6 400 >60 m BNKR 6 Kp.
Kec. Karangkobar
Hulu S. Kaliurang
N 2600E
7 Desa Karanggondang
BNKR 7 400 >40 m BNKR 7 Kp.
Kec. Karangkobar
Anak S. Kali Tulis
N 3500E BNPG 1A Lp, B.
8 Desa Karangnangka BNPG 1
700 >100m BNPG 1B Ps, B, P.
Kec. Pagentan
Kali Tulis
N 2700E BNPG 2A Lp, B, P
9 Desa Sokaraja
BNPG 2 500 >150m BNPG 2B Kp.
Kec. Pagentan
Kali Tulis
N 2750E
10 Desa Sokaraja
BNPG 3 550 120 m BNPG 3 Kp, B.
Kec. Pagentan
Kali Tulis
N 2750E
11 Desa Sokaraja
BNPG 4 550 >100m BNPG 4 Ps, B, P.
Kec. Pagentan
An.Merawu,krangean
N 2450E
12 Desa Karang Tengah
BNWY 1 250 >50 m BNWY 1 Kp.
Kec. Wanayasa
K.Merawu, Krangean
13 N 2900E
Desa Karang Tengah
BNWY 2 350 >40 m BNWY 2 Kp.
Kec. Wanayasa
Kali Merawu
N 2870E
14 Desa Karang Tengah
BNWY 3 500 >60 m BNWY 3 Kp.
Kec. Wanayasa
Hilir K. Merawu BNWY
N 2770E Lp, B.
15 Desa Karang Tengah 4A
BNWY 4 700 >55 m Ps, B, P.
Kec. Wanayasa BNWY 4B
S.Cerang, A.Panjatan
N 2900E BNKB 1A Lp, B, P.
16 Desa Beji
BNKB 1 450 >55 m BNKB 1B Kp.
Kec. Kalibening
Anak S. Panjatan
N3300E
17 Desa Karang Arum
BNKB 2 500 >40 m BNKB 2 Lp, B, P.
Kec. Kalibening

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 30 - 8


Hulu S. Panjatan N 2850E
18 Desa Pringombo 600
BNKB 3 >70m BNKB 3 Kp.
Kec. Kalibening
Hulu S. Brukah
N 2660E
19 Desa Asinan
BNKB 4 250 >40 m BNKB 4 Kp.
Kec. Kalibening
Hulu S. Bombong
N 3070E
20 Desa Kalibombong
BNKB 5 250 >40 m BNKB 5 Kp.
Kec. Kalibening
Hilir S. Bombong
N 3050E
21 Desa Sembawa
BNKB 6 350 >70 m BNKB 6 Lp.
Kec. Kalibening

Lp : Contoh Batulempung Menyerpih


Ps : Contoh Batupasir Gampingan
Kp : Contoh Batuan Komposit
B : Dianalisa Bakar
P : Dianalisa Petrografi

Tabel 3: Hasil analisis organic petrografi contoh batuan serpih dan batupasir
No Code Code Jenis Kisaran Reflektan Keterangan
Contoh Labo Batuan Reflektan Rata2
1. BNKR A Serpih 0,39-0,50 0,43 Vit,Lip,Iner, Jarang
1A 650 Lmpng FragFosil,Prt 0,1-0,49 %
2. BNKR A BtPasir - - Vit,Lip Kosong
1B 651 halus FragFosil,Prt 2,0-9,99 %
3. BNKR A Serpih 0,30-0,47 0,38 Vit Umum LipInr Jarang
4 652 Lmpng OksBesi,Prt 0,1-0,49 %
4. BNPG A BtPasir 0,31 0,31 Vit,FragFosil Jarang
1B 653 Halus OksBesi,Prt 0,1-0,49 %
5. BNPG A Serpih 0,30-0,49 0,39 Vit,Lip,Iner,Spor Jarang
2A 654 Lpng OksBesi,Prt 0,1-0,49 %
6. BNPG A BtPasir 0,31-0,53 0,40 Vit,Lip,Iner,Spor Jarang
4 655 halus OksBesi,Prt 0,5-1,99 %
7. BNWY A BtPasir - - Vit,Lip,Iner Kosong
4B 656 halus FragFosil,Prt 0,5-1,99 %
8. BNKB A Serpih 1,24-1,61 1,41 Vit,Lip,Iner Jarang
1A 657 Lpng OksBesi,Prt 0,5-1,99 %
9. BNKB A Serpih 0,34-0,54 0,45 Vit,Lip,Iner Jarang
2 658 Lpng OksBesi,Prt 0,1-0,49 %

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral DIM) TA. 2002 30 - 9


Tabel 4 : Hasil analisis bakar contoh batuan serpih dan batupasir halus.
No Code Berat Jenis Berat Jenis Kandungan Kandungan
Contoh Batuan (gr/ml) Minyak (gr/ml) Minyak lt/Ton Air (lt/Ton)
1. BNKR 1A 2,2367 1,0021 - 45
2. BNKR 1B 2,4536 1,0021 - 35
3. BNKR 4 2,1344 1,0021 5 75
4. BNPG 1A 2,1818 1,0021 - 65
5. BNPG 1B 2,4112 1,0021 - 50
6. BNPG 2A 2,3059 1,0021 - 65
7. BNPG 3 2,4485 1,0021 - 35
8. BNPG 4 2,4481 1,0021 - 35
9. BNWY4A 2,2979 1,0021 - 45
10 BNWY4B 2,3538 1,0021 - 45
11 BNKB 1A 2,1495 1,0021 - 60
12. BNKB 2 2,2144 1,0021 - 65

Kolokium Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) TA. 2002 30 - 10

You might also like