You are on page 1of 17

Kandungan Unsur Hara Kotoran Sapi, Kambing,

Domba dan Ayam


Advertisement

Organikilo.co - Pupuk Kandang mempunyai manfaat yang sangat penting untuk meraih kesuksesan besar
didalam hal budidaya pertanian dan peternakan menggunakan pola organik. Tujuan utama pemanfaatan kotoran
hewan tidak saja tertuju untuk menyuburkan tanaman , tetapi di luar itu pupuk alami yang di produksi binatang
ternak juga mempunyai keunggulan tertentu untuk di olah sebagai pakan alternative ternak yang lainnya. Sebagai
contoh kotoran kambing , domba dan ayam dapat di fermentasi untuk pakan ternak lele , atau pun kotoran kambing
di proses menjadi pakan / makanan alternative untuk segala unggas.
Pentingnya mengetahui jumlah dalam persen (%) kandungan kimiawi ( unsur hara Makro & Mikro kotoran
hewan ) kotoran Sapi, Kambing, Domba dan Ayam adalah faktor atau pun kunci sukses - memproduksi pupuk
organik bentuk padat (Bokashi , Baca Juga : http://www.organikilo.co/2014/11/cara-membuat-bokashi-pupukhayati.html ) juga meramu pakan alternative untuk budidaya unggas dan sektor perikanan. Berbekal pengetahuan
serta belajar mengetahui kandungan unsur hara kotoran Sapi, Kambing, Domba dan Ayam "Pupuk
Kandang" dapat dijadikan perbandingan sebelum memproses pupuk kandang baik sebagai Bokashi dan makanan
ternak alternative.
Karena didasari rasa cinta dengan dunia pertanian serta peternakan yang berbasis organik , maka blog cara
budidaya organik akan menguraikan kandungan kimiawi unsur hara Makro & Mikro yang terdapat dalam kotoran
Hewan ( KOHE ) Sapi, Kambing, Domba dan Ayam. Jika tertarik dengan artikel ini silahkan menyimak lebih
rinci , hingga akhir artikel yang diolah dari berbagai sumber di internet.

Tabel Unsur Hara Kotoran Sapi, Kambing, Domba dan Ayam

Kotoran Sapi
Kotoran sapi ( Bahasa Jawa: Cletong ) merupakan pupuk kandang limbah dari peternakan sapi yang mempunyai
kandungan serat tinggi , karena terdapat Serat atau selulosa dalam kadar tinggi pada kotoran ternak ini baik dalam
bentuk padat dan air kencing sapi, ia merupakan senyawa rantai karbon yang dapat mengalami proses pelapukan
lebih kompleks. proses pelapukan secara alamiah oleh berbagai jenis mikroba tersebut membutuhkan unsur
Nitogen (N) yang terkandung pada kotoran sapi tersebut dalam jumlah besar. Karena alasan ini pupuk kandang
dalam kondisi segar atau masih baru tidak disarankan untuk memupuk tanaman apapun.
Karena menggunakan pupuk kandang dari teranak apa saja tanpa proses fermentasi terlebih dahulu , akan
menimbulkan dampak buruk bagi tanaman. Aplikasi kotoran sapi yang paling baik dan rekomendasi adalah
membutuhkan proses pengomposan atau fermentasi terlebih dahulu. Selain memiliki kadar serat tinggi , kotoran

sapi juga mempunyai kadar air yang cukup tinggi. Karena tingginya kadar air itulah , rata-rata petani di Indonesia
kadang menjuluki "CLETONG" dengan sebutan pupuk kandang dingin.

Kotoran Kambing
Kualitas bokashi dari kotoran sapi akan semakin bagus jika pencampuran kotoran kambing sebelum proses
fermentasi di mulai. Peningkatan kandungan unsur hara baik makro atau mikro akan mengalami peningkatan dan
lebih komplek berkat mancampur pupuk kandang dari sapi dan kotoran kambing.
Seperti tabel komposisi kandungan kimiawi makro & mikro antara kotoran hewan sapi dan kambing
memiliki keunggulan pada unsur makro Nitrogen (N) , Kalium (K) serta kalsium (Ca). Namun semui itu tergantung
juga, dari jenis tanaman apa yang akan di pupuk menggunakan bokashi yang terbuat dari campuran kotoran sapi
dan kambing.
Selain kotoran Kambing padat , air kencing kambing juga sangat baik untuk dijadikan pupuk organik cair. Memang
jumlah urine kambing tidaklah sebanyak air kencing sapi , namun kandungan berbagai jenis unsur hara makro dan
mikro pada urin kambing lebih bagus.

Kotoran Domba
Berdasarkan hasil penelitian oleh Gatenby 1986 tentang kandungan unsur hara makro dan mikro yang terdapat
pada kotoran domba, ia berpendapat bahwa kotoran ternak domba diketahui mengandung hara makro N, P, K serta
mineral-mineral esensial yang memegang peran penting untuk pertumbuhan berbagai jenis tanaman. Masih
berdasarkan Gatenby 1986 , Kotoran domba juga kaya kandungan bahan organik yang disinyalir mampu
memperbaiki sifat biologis,fisik dan kimia pada tanah pertanian secara alami, mengurangi erosi dan juga
meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan atau menyimpan cadangan air.
Selain kotoran domba diketahui mengandung hara makro N, P, K serta berbagai mineral esensial , kotoran ternak
ini mempunyai beragam juga jenis bakteri , baik itu bakteri yang menguntungkan juga bakteri yang merugikan.
Nah , dengan mengetahui ragam bakteri pada kotoran domba , tentu belajar tentang fermentasi bokashi ( pupuk
organik padat ) serta fermentasi pupuk organik cair (baca juga: http://www.organikilo.co/2014/11/caramembuat-pupuk-organik-cair-mol-poc.html ) sangat penting untuk menghilangkan bakteri yang merugikan dan
meningkatkan mikroba yang menguntungkan.
Adapun dari hasil berbagai riset tentang kotoran domba , telah di ketahui beberapa jenis bakteri yang
menguntungkan antara lain :
Nitrosococcus sp, bakteri ini memiliki kemapuan mengubah amonia menjadi Nitogen (N) yang dapat
diserap oleh tanaman (NH4+ & NO3).
Pseudomonas striata, bakteri ahli pelarut phospat, dapat menghasilkan vitamin dan fitohormon zat
pengatur tumbuh (ZPT) sangat dibutuhkan oleh semua tanaman.
Nitrosomonas sp, bakteri ini mempunyai kepakaran merubah dari amonia jadi Nitrogen (N) yang
dapat diserap oleh tanaman (NH4+ & NO3).
Mikoriza, bakteri sangat baik untuk pertumbuhan berbagai tanaman.
Pseudomonas fluorescens, bakteri jenis ini mempunyai kemampuan mencegah penyakit tumbuhan
dalam tanah (Phytium sp).
Streptomyces sp, Bacillus mojavensis bakteri ini adalah mempunyai spesialisasi untuk meningkatkan
kemampuan tanah untuk menahan berbagai macam unsur hara dan air.
Tricoderma sp, kemampuan bakteri jenis ini mencegah Fusarium sp yang menyebar pada sekitar
tanaman juga menghambat fungi , patogen seperti Plasmodiophora brassicae.
Aplikasi kotoran domba yang telah dijadikan Bokashi sangat rekomendasi untuk menyuburkan berbagai jenis
tanaman , seperti padi (baca juga: http://www.organikilo.co/2014/11/budidaya-beras-hitam-organik.html ) ,
palawija , ketela pohon , ubi kayu , sayur-sayuran , Cabai , Terong , Tomat dan tanaman budidaya yang lainnya.
Kotoran Domba sangat cocok untuk di fermentasi sebagai makanan / pakan alternative untuk budidaya berbagai

unggas & ikan seperti , Lele , Patin dll.

Kotoran (Tai) Ayam


Berdasarkan penelitian Widodo (2008:05) , pupuk kandang / kotoran ternak ayam adalah sangat kaya kandungan
nitrogen organik untuk menyuburkan tanah, selain itu tahi ayam mempunyai peranan yang cukup penting untuk
memperbaiki sifat biologis,fisik dan kimia pada tanah pertanian secara alami. Berkat kerja keras mikroba
pengurai di dalam tanah, kotoran ayam yang telah di proses menjadi BOKASHI akan mengalami penguraian
secara alamiah baik unsur hara Makro & Mikro oleh organisme menjadi bahan organik tanah - Sumber makanan
tanaman untuk tumbuh kembang.
Menurut berbagai hasil penelitian tentang kandungan unsur hara pada kotoran ayam , telah diketahui bahwa pupuk
kandang / Organik jenis ini tergolong rendah, namun tai ayam memiliki peran penting juga. Adapun manfaat yang
diperoleh dari penggunaan kotoran ayam sebagai pupuk , ia dapat menyediakan beberapa unsur hara makro serta
mikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, dan Si.
Selain mensupplai berbagai unsur hara makro & mikro seperti di atas kotoran ayam memiliki kemampuan untuk
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) tanah. Dan kelebihan lain dari menggunakan pupuk bokashi yang
terbuat dari tahi ayam dapat membentuk senyawa kompleks yang bereaksi dengan ion logam. Karena kemampuan
membentuk senyawa kompleks bokashi kotoran ternak ayam , ia mampu menyingkirkan dan mengurangi ion-ion
logam yang berpotensi menghambat penyediaan unsur hara seperti Al, Fe dan Mn atau ion logam yang meracuni
tanaman.
Aplikasi pupuk kandang kotoran ayam sangat rekomendasi untuk menyuburkan tanaman yang berdaun lemah ,
seperti sayur-sayuran , Cabai , Terong , Tomat dan tanaman budidaya yang berdaun lemah lainnya. Tai ayam juga
sangat cocok untuk diolah atau di fermentasi sebagai pakan alternative untuk budidaya ikan seperti , Lele , Patin
dll.
Demikian ulasan dari blog organikilo.co , jika ada yang kurang silahkan berbagi via kotak komentar , jika
bermanfaat silahkan berbagi menggunakan tombol jejaring sosial anda. Salam Tani dan Ternak Organik
Nusantara . Salam SUKSES
http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoran-sapi.html
Disusun oleh Cecep Risnandar

Pupuk kandang merupakan pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang digunakan untuk menyediakan unsur hara
bagi tanaman. Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Komposisi unsur
hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung pada jenis hewan, umur, alas kandang dan pakan yang
diberikan pada hewan tersebut.
Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki kandungan hara unik. Namun secara umum
kotoran hewan mengandung unsur hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca),
magnesium (Mg) dan belerang (S). Bila dibandingkan dengan pupuk kimia sintetis, kadar kandungan unsur hara
dalam pupuk kandang jauh lebih kecil. Oleh karena itu, perlu pupuk yang banyak untuk menyamai pemberian
pupuk kimia.
Seperti jenis pupuk organik lainnya, pupuk kandang memiliki sejumlah kelebihan seperti kemampuannya untuk
merangsang aktivitas biologi tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah bentuknya
yang kamba (bulky) dan tidak steril, bisa mengandung biji-bijian gulma dan berbagai bibit penyakit atau parasit
tanaman.

Jenis-jenis pupuk kandang


Dilihat dari bentuknya, terdapat pupuk kandang padat dan cair. Pupuk padat biasanya didapatkan dari tahi (feses)
sedangkan pupuk cair diambil dari air kencing (urine). Ada juga yang diambil dari campuran feses dan urine,
biasanya berbentuk campuran kental seperti lumpur. Selain bentuk fasa-nya, ada juga pupuk kandang yang berupa
campuran antara kotoran dengan material lain. Seperti, kotoran ayam yang bercampur dengan sekam padi yang
dijadikan alas kandang atau kotoran sapi yang bercampur jerami. Berikut ini, beberapa jenis pupuk kandang yang
banyak dipergunakan.

a. Kotoran sapi
Pupuk kandang dari kotoran sapi memiliki kandungan serat yang tinggi. Serat atau selulosa merupakan senyawa
rantai karbon yang akan mengalami proses dekomposisi lebih lanjut. Proses dekomposisi senyawa tersebut
memerlukan unsur N yang terdapat dalam kotoran. Sehingga kotoran sapi tidak dianjurkan untuk diaplikasikan
dalam bentuk segar, perlu pematangan atau pengomposan terlebih dahulu. Apabila pupuk diaplikasikan tanpa
pengomposan, akan terjadi perebutan unsur N antara tanaman dengan proses dekomposisi kotoran.
Selain serat, kotoran sapi memiliki kadar air yang tinggi. Atas dasar itu, para petani sering menyebut kotoran sapi
sebagai pupuk dingin. Tingginya kadar air juga membuat ongkos pemupukan menjadi mahal karena bobot pupuk
cukup berat. Kotoran sapi telah dikomposkan dengan sempurna atau telah matang apabila berwarna hitam gelap,
teksturnya gembur, tidak lengket, suhunya dingin dan tidak berbau.

b. Kotoran ayam
Kotoran ayam sangat diminati petani sayuran daun karena reaksinya yang cepat, cocok dengan karakter sayuran
daun yang rata-rata mempunyai siklus tanam pendek. Pupuk ini mempunyai kandungan unsur hara N yang relatif
tinggi dibanding pupuk kandang jenis lain. Terlebih lagi, unsur N dalam kotoran ayam bisa diserap tumbuhan
secara langsung, sehingga relatif tidak perlu proses dekomposisi terlebih dahulu.
Pupuk kandang ayam biasanya diambil dalam bentuk campuran dengan sekam padi, terutama untuk kotoran ayam
pedaging (broiler). Sekam padi digunakan para peternak ayam sebagai alas kandang. Ketika kandang dibersihkan
kotoran akan bercampur dengan sekam tersebut. Sekam padi ikut memperkaya zat hara terutama untuk unsur K.
Kotoran ayam broiler juga mengandung unsur P yang lebih tinggi.
Selain beberapa kelebihannya, kotoran ayam rentan membawa bibit penyakit terutama bakteri jenis Salmonella.
Oleh karena itu pemanfaatannya harus hati-hati dan digunakan sesuai kebutuhan. Kekhawatiran lain adalah
penggunaan obat-obatan dan hormon pada peternakan ayam akan terbawa kedalam kotoran ayam. Kontaminan ini
tentunya tidak diharapkan bagi para petani sayur organik.

c. Kotoran kambing
Kotoran kambing teksturnya berbentuk butiran bulat yang sukar dipecah secara fisik. Kotoran kambing dianjurkan
dikomposkan dahulu sebelum digunakan hingga pupuk menjadi matang. Ciri-ciri kotoran kambing yang telah
matang suhunya dingin, kering dan relatif sudah tidak bau.
Kotoran kambing memiliki kandungan K yang lebih tinggi dibanding jenis pupuk kandang lain. Pupuk ini sangat
cocok diterapkan pada paruh pemupukan kedua untuk merangsang tumbuhnya bunga dan buah.

d. Air kencing (urine)


Selain kotoran yang berbentuk padat, urine juga bisa dijadikan pupuk untuk tanaman. Urine merupakan buangan
dari sisa-sisa metabolisme dalam tubuh. Urine mengandung kadar nitrogen yang tinggi, hasil dari perombakan
metabolisme protein. Selain nitrogen, urine juga mengandung sulfur dan pospat.
Urine yang paling populer digunakan sebagai pupuk cair adalah urine kelinci, karena memilki kandungan unsur
hara N yang cukup tinggi mencapai 2,72%. Cara penggunaannya pun cukup mudah yaitu dengan mengencerkan 1
liter urine kedalam 20 liter air bersih. Kemudian campuran tersebut disemprotkan pada tanaman sebagai pupuk
daun. Pupuk kandang dari urine juga bisa dicampur dengan pupuk kandang padat dan diaplikasikan sebagai pupuk
pada tanah. Selain untuk pupuk, urine hewan ternak sering dimanfaatkan untuk membuat pestisida organik atau
pupuk hayati.

Pengomposan pupuk kandang


Pengomposan pupuk kandang bermanfaat untuk menguraikan bahan-bahan organik yang terdapat dalam kotoran,
sehingga menjadi sumber-sumber hara yang stabil dan bisa diserap tanaman. Proses pengomposan mengeluarkan
panas, energi panas ini sekaligus juga akan membunuh bibit penyakit dan mematikan biji-bijian gulma. Sehingga
pupuk kandang yang telah dikomposkan relatif lebih aman dari penyakit dan hama tanaman.

Menurut penelitian Balittanah (2006), pengomposan pupuk kandang akan meningkatkan kadar hara makro. Zat-zat
hara yang terkandung dalam kotoran, akan diubah menjadi bentuk yang mudah diserap tanaman. Seperti unsur N
yang mudah menguap akan dikonversi menjadi bentuk lain seperti protein.
Pada prakteknya, pengomposan pupuk kandang akan lebih efektif apabila ditambahkan dengan inokulan seperti
EM3 dan dibolak-balik setiap hari. Namun kebanyakan peternak membiarkan kotoran ternak menumpuk hingga
menjadi pupuk yang matang digunakan. Bahkan jenis kotoran unggas biasanya jarang dikomposkan terlebih
dahulu, setelah diambil dari kandang, kotoran tersebut langsung diaplikasikan ke lahan pertanian.

Aplikasi pupuk kandang


Pupuk kandang sudah digunakan para petani sejak berabad-abad lampau, baik itu dalam keadaan segar maupun
yang telah dikomposkan. Pupuk kandang menyediakan semua unsur hara makro bagi tanaman, terutama nitrogen.
Nitrogen yang terdapat dalam pupuk kandang berbentuk nitrat, suatu zat yang mudah larut dan diserap akar
tanaman. Bentuk seperti ini sama dengan yang disediakan oleh pupuk kimia sintetis.
Penggunaan pupuk kandang di lahan kering diberikan dengan berbagai cara, seperti ditebarkan di atas tanah,
dicampur saat pengolahan tanah, diberikan dalam larikan, atau diberikan pada lubang tanam. Para petani tanaman
sayuran biasa memberikan pupuk kandang dalam jumlah besar dengan dosis 20-75 ton per ha. Sedangkan untuk
tanaman pangan, seperti jagung dan kacang-kacangan lebih sedikit.
Pemberian pupuk kandang tidak langsung efektif pada musim tanam pertama, tapi akan memberikan hasil yang
signifikan setelah diberikan pada musim tanam kedua dan selanjutnya. Hasil penelitian Balittanah terhadap
tanaman jagung menujukkan pada pemberian musim pertama hanya menambah hasil panen sebesar 6% tetapi pada
musim kedua naik hingga 40%.
Jenis pupuk kandang dari kotoran unggas secara umum memberikan hasil yang lebih cepat dibanding kotoran sapi
atau kambing. Karena unsur hara dalam pupuk kandang ayam tersedia dalam bentuk yang dapat langsung diserap
tanaman. Sementara pada kotoran sapi dan kambing memerlukan proses penguraian terlebih dahulu.
Penggunaan pupuk kandang di lahan sawah lebih sedikit dibanding lahan kering (pangan dan sayuran). Biasanya
petani menggunakannya sebagai tambahan pupuk kimia dengan dosis kurang dari 2 ton per ha.

PENGELOLAAN LIMBAH Just another


WordPress.com site
Kompos dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Salah satu proses daur ulang yang akan kita bahas adalah proses pengomposan. Kompos merupakan bentuk akhir
dari bahan Organik setelah mengalami proses pembusukan oleh Mikroorganisme dan yang didukung oleh suhu dan
udara yang memenuhi syarat proses pembusukan.Dialam terbuka pembentukan kompos seperti pembentukan
humus, yaitu melalui proses pelapukan dengan pertolongan bakteri dan cuaca. Akan tetapi proses pelapukan alami
membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu orang berupaya untuk mempercepat proses pelapukan. Upaya
mendaur ulang sampah Organik sehingga bermanfaat untuk menyuburkan tanah sangat diperlukan khususnya
dikota-kota besar. Tetapi komposisi unsur hara yang dikandung kompos tidak tetap, karena sangat bergantung pada
bahan yang dikomposkan. Meskipun demikian, ciri khas dari kompos adalah mengandung zat organik dengan
kadar yang cukup tinggi.
Proses pengomposan menurut Yulipriyanto 2010 adalah proses bahan organic mengalami penguraian secara
biologis khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energy.

Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat.Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi
dan penambahan activator pengomposan.
Pengomposan pada dasarnya merupakan upaya mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses
dekomposisi bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disini bakteri, fungi dan jasad renik lainnya. Bahan organik
disini merupakan bahan untuk baku kompos ialah jerami, sampah kota, limbah pertanian, kotoran hewan/ ternak
dan sebagainya. Cara pembuatan kompos bermacam-macam tergantung: keadaan tempat pembuatan, buaday
orang, mutu yang diinginkan, jumlah kompos yang dibutuhkan, macam bahan yang tersedia dan selera si pembuat.
Pupuk kompos ibarat multi-vitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan
merangsang perakaran yang sehat Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan
organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas
mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang
pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang
dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
3. Aspek bagi tanah/tanaman:
4. Meningkatkan kesuburan tanah
5. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
6. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah
7. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
8. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
9. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
10.Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
11.Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah.

Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya

a. Keunggulan dan Kekurangan Kompos


Pupuk organik mempunyai sangat banyak kelebihan namun juga memiliki kekurangan bila dibandingkan dengan
pupuk buatan atau kimi (anorganik).
Kekurangan
1. Kandungan unsur hara jumlahnya kecil, sehingga jumlah pupuk yang diberikan harus relatif
banyak bila dibandingkan dengan pupuk anorganik.
2. Karena jumlahnya banyak, menyebabkan memerlukan tambahan biaya operasional untuk
pengangkutan dan implementasinya.
3. Dalam jangka pendek, apalagi untuk tanah-tanah yang sudah miskin unsur hara, pemberian
pupuk organik yang membutuhkan jumlah besar sehingga menjadi beban biaya bagi petani.
Sementara itu reaksi atau respon tanaman terhadap pemberian pupuk organik tidak sespektakuler pemberian pupuk buatan.

Keunggulan
1. Pupuk organik mengandung unsur hara yang lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur
hara mikro. Kondisi ini tidak dimiliki oleh pupuk buatan (anorganik).
2. Pupuk organik mengandung asam asam organik, antara lain asam humic, asam fulfic,
hormon dan enzym yang tidak terdapat dalam pupuk buatan yang sangat berguna baik bagi
tanaman maupun lingkungan dan mikroorganisme.
3. Pupuk organik mengandung makro dan mikro organisme tanah yang mempunyai pengaruh
yang sangat baik terhadap perbaikan sifat fisik tanah dan terutama sifat biologis tanah.
4. Memperbaiki dan menjaga struktur tanah.
5. Menjadi penyangga pH tanah.

6.
7.
8.
9.

b.

Menjadi penyangga unsur hara anorganik yang diberikan


Membantu menjaga kelembaban tanah
Aman dipakai dalam jumlah besar dan berlebih sekalipun
Tidak merusak lingkungan.

Humus Sebagai Bahan Organik

Humus adalah media yang baik bagi pertumbuhan tanaman


Humus dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah,
berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman.Batasan pengertian mengenai humus ini bisa saja berbeda
sesuai dengan tingkat penelitian dan kecermatan pengamatan dari pembuat batasan pengertian itu sendiri. Hal
terpenting dari proses pembentukan humus ini adalah bahwa dalam proses pembentukannya, ada kaitan yang
sangat erat antara unsure Carbon (C) dan Nitrogen (N). Pokok permasalahannya justru terletak pada kenyataan
bahwa dalam proses dekomposisi bahan organik oleh jasad-jasad mikro, disamping karbohidrat yang dijadikan
sebagai sumber energi dan pertumbuhan mikroba, ternyata juga dibutuhkan N dan P. Bahan-bahan yang terakhir
ini diasimilir menjadi bahan tubuhnya. Dengan jalan ini protein tumbuhan dialihkan menjadi protein mikroba.
Perbandingan dari C/N humus dapat diperhitungkan dari berbagai senyawa yang menyusun humus. Humus tanah
rata-rata mengandung bahan-bahan sebagai berikut :
Bahan
Komposisi
Lignin
45%
Protein
35%
Karbohidrat
11%
Lemak, Damar dan Lilin 3%
Tidak diketahui
6%
TOTAL
100%

Kandungan C
28.80%
17.50%
4.84%
2.10%
3.00%
56.24%

Total kandungan karbon dalam humus adalah 56.24 persen. Sementara itu Kadar N dalam protein adalah 16 persen,
sedangkan humus mengandung 35 persen protein, jadi kadar N dalam humus adalah 35 x 0.16 = 5.6 persen. Oleh
karena itu hasil bagi C/N rata-rata adalah 56.24 / 5.6 = 10.04 persen. Hubungan C dan N ini di dalam humus
berada dalam keadaan hampir konstan, berada pada nilai antara 10 sampai 12. Oleh karena itulah nilai C/N ratio 10
12 ini dapat dianggap sebagai acuan dalam pembuatan kompos. Dari hasil penelitian dan uji coba pembuatan
kompos, telah diketahui bahwa untuk mendapatkan C/N ratio 10 12, maka diperlukan campuran bahan baku
dengan C/N ratio 30. Jadi kompos yang baik memiliki kandungan nutrisi tanah seperti humus, akan tetapi
permasalahannya adalah bagaimana membuat formula agar dengan mencampurkan berbagai jenis bahan-bahan
baku kompos sedemikian rupa sehingga diperoleh nilai C/N ratio bahan baku dengan 30. Faktor-faktor apa saja
yang harus diperhitungkan untuk memperoleh C/N ratio bahan baku sebesar 30 tersebut.
c. Teknologi Kompos
Pembuatan kompos adalah sebagai usaha manusia untuk memberikan nutrisi bagi tanaman secara
stabil dengan memanfaatkan limbah. Limbah tersebut dapat berupa limbah ternak, limbah
pertanian ataupun limbah-limbah lainnya agar dapat dimanfaatkan untuk nutrisi tanaman.
Untuk memanfaatkan limbah bukan berarti tidak memiliki masalah. Sebagai contoh limbah kotoran

sapi. Kotoran sapi memiliki kandungan air yang sangat besar, dapat mencapai 60 85 persen.
Kandungan air yang tinggi ini dapat memperberat kerja pengolahannya.Disamping itu limbah sapi
memiliki C/N ratio yang relatif rendah untuk dapat menghasilkan kompos yang baik. Dahulu
dengan segala keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, pemecahan masalah ini masih sulit
dilakukan, tetapi sekarang dengan semakin diketahuinya pengetahuan tentang perbandingan
bahan baku dan pengaturan kelembaban untuk pemrosesan kompos, ternyata, pemecahan dari
permasalahan ini dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu dengan memanfaatkan bahanbahan seperti serbuk gergaji, serutan kayu atau jerami, untuk menyerap kelebihan air maupun
mengatur keseimbangan C/N.Jadi pemanfaatan dan penggabungan bahan-bahan tadi yang
memiliki C/N rasio tinggi sekaligus juga dapat menaikkan C/N ratio bahan baku kompos.Kompos
apabila dilihat dari proses pembuatannya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :
Kompos yang diproses secara alami, dan
Kompos yang diproses dengan campur tangan manusia.

Daun yang berguguran, seiring berjalannya waktu akan terdegradasi, sehingga dapat menjadi nutrisi bagi tanah,
inilah contoh dari pupuk alam
1. Kompos yang diproses secara alami
Yang dimaksud dengan pembuatan kompos secara alami adalah pembuatan kompos yang dalam proses
pembuatannya berjalan dengan sendirinya, dengan sedikit atau tanpa campur tangan manusia. Manusia hanya
membantu mengumpulkan bahan, menyusun bahan, untuk selanjutnya proses composting / pengomposan berjalan
dengan sendirinya. Kompos yang dibuat secara alami memerlukan waktu pembuatan yang lama, yaitu mencapai
waktu 3 4 bulan bahkan ada yang mencapai 6 bulan dan lebih.
2. Kompos yang diproses dengan campur tangan manusia
Yang dimaksud dengan pembuatan kompos dengan campur tangan manusia adalah pembuatan kompos yang sejak
dari penyiapan bahan (pengadaan bahan dan pemilihan bahan), perlakuan terhadap bahan, pencampuran bahan,
pengaturan temperatur, pengaturan kelembaban dan pengaturan konsentrasi oksigen, semua dilakukan dibawah
pengawasan manusia.
Proses pembuatan kompos yang dibuat dengan campur tangan manusia biasanya dibantu dengan penambahan
aktivator pengurai bahan baku kompos. Aktivator pembuatan kompos terdapat bermacam-macam merk dan
produk, tetapi yang paling penting dalam menentukan aktivator ini adalah bukan merk aktivatornya, akan tetapi
apa yang terkandung didalam aktivator tersebut, berapa lama aktivator tersebut telah diuji cobakan, apakah ada
pengaruh dari unsur aktivator tersebut terhadap manusia, terhadap ternak, terhadap tumbuh-tumbuhan maupun
pengaruh terhadap organisme yang ada di dalam tanah atau dengan kata lain pegaruh terhadap lingkungan hidup
disamping itu juga harus dilihat hasil kompos seperti apa yang diperoleh.
Tujuan dari pembuatan kompos yang diatur secara cermat seperti sudah disinggung diatas adalah untuk
mendapatkan hasil akhir kompos jadi yang memiliki standar kualitas tertentu. Diantaranya adalah memiliki nilai
C/N ratio antara 10 12.

Kelebihan dari cara pembuatan kompos dengan campur tangan manusia dan menggunakan bahan aktivator adalah
proses pembuatan kompos dapat dipercepat menjadi 2 4 minggu.
d. Metoda Pembuatan Kompos
Terdapat beberapa metoda pembuatan kompos yang umum dilakukan, yaitu :

Wind Row sistem


Aerated Static Pile
In Vessel

Ketiga sistim ini telah banyak dioperasionalkan secara luas. Dari ke tiga sistim ini mana yang dapat menghasilkan
kompos yang terbaik tidaklah penting, karena masing-masing sistim mempunyai kelebihan dan kekurangannya
masing-masing.
Sistim Windrow
Windrow sistim adalah proses pembuatan kompos yang paling sederhana dan paling murah. Bahan baku kompos
ditumpuk memanjang , tinggi tumpukan 0.6 sampai 1 meter, lebar 2-5 meter. Sementara itu panjangnya dapat
mencapai 40 50 meter.
Sistim ini memanfaatkan sirkulasi udara secara alami. Optimalisasi lebar, tinggi dan panjang nya tumpukan sangat
dipengaruhi oleh keadaan bahan baku, kelembaban, ruang pori, dan sirkulasi udara untuk mencapai bagian tengah
tumpukan bahan baku.
Idealnya adalah pada tumpukan bahan baku ini harus dapat melepaskan panas, untuk mengimbangi pengeluaran
panas yang ditimbulkan sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba.
Windrow sistim ini merupakan sistim proses komposting yang baik yang telah berhasil dilakukan di banyak tempat
untuk memproses pupuk kandang, sampah kebun, lumpur selokan, sampah kota dll. Untuk mengatur temperatur,
kelembaban dan oksigen, pada windrow sistim ini, maka dilakukan proses pembalikan secara periodik Inilah
secara prinsip yang membedakannya dari sistim pembuatan kompos yang lain.
Kelemahan dari sistim Windrow ini adalah memerlukan areal lahan yang cukup luas.
Sistim Aerated Static Pile
Sistim pembuatan kompos lainnya yang lebih maju adalah Aerated Static Pile. Secara prinsip proses komposting
ini hampir sama, dengan windrow sistim, tetapi dalam sistim ini dipasang pipa yang dilubangi untuk mengalirkan
udara. Udara ditekan memakai blower. Karena ada sirkulasi udara, maka tumpukan bahan baku yang sedang
diproses dapat lebih tinggi dari 1 meter. Proses itu sendiri diatur dengan pengaliran oksigen. Apabila temperatur
terlalu tinggi, aliran oksigen dihentikan, sementara apabila temperatur turun aliran oksigen ditambah.
Karena tidak ada proses pembalikan, maka bahan baku kompos harus dibuat sedemikian rupa homogen sejak
awal. Dalam pencampuran harus terdapat rongga udara yang cukup. Bahan-bahan baku yang terlalu besar dan
panjang harus dipotong-potong mencapai ukuran 4 10 cm.
Sistim In Vessel
Sistim yang ke tiga adalah sistim In Vessel Composting. Dalam sistim ini dapat mempergunakan kontainer berupa
apa saja, dapat silo atau parit memanjang. Karena sistim ini dibatasi oleh struktur kontainer, sistim ini baik
digunakan untuk mengurangi pengaruh bau yang tidak sedap seperti bau sampah kota.
Sistim in vessel juga mempergunakan pengaturan udara sama seperti sistim Aerated Static Pile. Sistim ini memiliki
pintu pemasukan bahan kompos dan pintu pengeluaran kompos jadi yang berbeda.
e. Kunci Proses Pembuatan Kompos
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam proses pembuatan kompos, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
Memperoleh Campuran Bahan Baku Yang Benar
Salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan proses pembuatan kompos adalah bagaimana memperoleh
kombinasi campuran bahan baku sedemikian rupa sehingga memperoleh hasil akhir berupa kompos yang memiliki
perbandingan C dan N = 10 s/d 12. Dari hasil penelitian, telah diketahui bahwa terdapat 2 (dua) parameter penting
dalam menentukan pemilihan bahan baku, yaitu:

Faktor kelembaban Bahan Baku


Faktor C / N ratio bahan baku

Faktor Kelembaban Bahan Baku

Kelembaban atau kandungan air sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme. Sebagian besar
mikroorganisme tidak dapat hidup apabila kekurangan air. Apabila kelembaban dibawah 40%, proses dekomposisi
bahan organik akan melambat. Apabila kelembaban dibawah 30 persen, proses dekomposisi praktis akan
terhenti. Akan tetapi, apabila kelembaban > 60 persen, maka yang terjadi adalah keadaan anaerob (tanpa oksigen),
yang akan menyebabkan timbulnya aroma tidak sedap (masam). Umumnya proses komposting menghendaki
kelembaban ideal antara 50 60 persen. Keadaan ini merupakan keadaan ideal untuk memulai proses
pengomposan.
Faktor C/N ratio Bahan Baku
Dari sekian banyak unsur yang diperlukan oleh mikroorganisme yang medekomposisi bahan organik, Carbon dan
Nitrogen adalah unsur yang paling penting dan menjadi faktor pembatas (disamping phospat). Carbon adalah
sumber energi dan merupakan 50 persen dari bagian massa sel microba. Nitrogen merupakan komponen paling
penting sebagai penyusun protein dan bakteri disusun oleh tidak kurang dari 50% dari biomasanya adalah protein.
Jadi bacteri sangat memerlukan Nitrogen untuk mempercepat pertumbuhannya. Seandainya jumlah Nitrogen
terlalu sedikit, maka populasi bakteri tidak akan optimal dan proses dekomposisi kompos akan melambat.
Kebalikannya, seandainya jumlah N terlalu banyak, akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba sangat cepat dan
ini akan menyebabkan masalah pada aroma kompos, sebagai akibat dari keadaan anaerobik. Dalam keadaan seperti
ini sebagian dari Nitrogen akan berubah menjadi gas amoniak yang menyebabkan bau dan keadaan ini merugikan,
karena menyebabkan Nitrogen yang kita perlukan akan hilang.
Jadi harus hati-hati dalam menangani bahan baku kompos, terutama bahan baku yang banyak mengandung
Nitrogen (biasa disebut bahan hijauan, seperti potongan rumput), terutama dalam mengatur proses suplai
oksigennya. Sebaiknya bahan bahan seperti ini diatur pencampurannya dengan bahan-bahan yang mengandung C
(biasa disebut bahan coklatan tinggi, seperti limbah serutan kayu).
Pencampuran bahan baku yang mengandung C dan N sebesar 30 : 1 (berdasarkan berat), membuat keadaan
kandungan unsur-unsur penyusun proses pembuatan kompos seimbang. Oleh kerena itu untuk mendapatkan hasil
akhir kompos yang mencapai perbandingan C/N ratio 10 s/d 12, dan mempunyai kandungan unsur hara yang
tinggi, maka aturlah kelembaban bahan baku 50 60 persen dan buatlah campuran bahan baku sedemikian rupa
sehingga bahan baku kompos mempunyai nilai C berbanding N adalah 30 berbanding 1.
f. Mikrooragisme di dalam kompos
Mikroorganisme yang menguntungkan yang mendegradasi bahan organik bahan pengomposan terdapat sekitar 80
genus microorganisme fermentor. Microorganisme ini dapat bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan
organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Bakteri fotosintetik
Lactobacillus sp
Streptomycetes sp
Ragi (yeast)
Actinomycetes

Bakteri fotosintetik
Bakteri ini merupakan bakteri bebas yang dapat mensintesis senyawa nitrogen, gula, dan substansi bioaktif
lainnya. Hasil metabolir yang diproduksi dapat diserap secara langsung oleh tanaman dan tersedia sebagai substrat
untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang menguntungkan.
Lactobacillus sp.
Bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai hasil penguaraian gula dan karbohidrat lain yang bekerjasama
dengan bakteri fotosintesis dan ragi. Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang kuat yang dapat menekan
mikroorganisme berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik dengan cepat.
Streptomycetes sp.
Video Sterptomycetes sp
Streptomycetes sp. mengeluarkan enzim streptomisin yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit yang
merugikan.
Ragi (yeast)
Yeast Kompos
Ragi memproduksi substansi yang berguna bagi tanaman dengan cara fermentasi. Substansi bioaktif yang
dihasilkan oleh ragi berguna untuk pertumbuhan sel dan pembelahan akar. Ragi ini juga berperan dalam

perkembangan atau pembelahan mikroorganisme menguntungkan lain seperti Actinomycetes dan bacteri asam
laktat.
Actinomycetes
Actinomycetes merupakan organisme peralihan antara bakteri dan jamur yang mengambil asam amino dan zat
serupa yang diproduksi bakteri fotosintesis dan merubahnya menjadi antibiotik untuk mengendalikan patogen,
menekan jamur dan bakteri berbahaya dengan cara menghancurkan khitin yaitu zat esential untuk pertumbuhannya.
Actinomycetes juga dapat menciptakan kondisi yang baik bagi perkembangan mikroorganisme lain.
g. Pembuatan Bioaktifator
Bahan

Kulit buah nanas sebanyak 1 kg

air gula 1 liter


Aktifator dari ektrak kulit nanas, actifator gula jawa, dan aktifator limbah bakpia
Cara pembuatan:
Aktifator ekstrak kulit nanas ,yaitu kulit nanas yang telah diblender disaring diambil airnya. Sari buah tersebut
kemudian dicampurkan air gula dengan perbandingan 1:1 sebagai tambahan glukosa,selanjutnya di diamkan dalam
wadah diletakkan ditempat yang teduh dan sejuk, diamkan selama 15 hari atau 2 minggu sehingga terjadi
fermentasi agar tumbuh banyak bakteri didalamnya . Setelah 15 hari disimpan mempunyai khasiat yang sama
dengan EM dan M-bio. Selain mempercepat pengomposan keuntungan lainnya adalah bebas dari bahan kimia dan
dapat digunakan sebagai pupuk cair, dalam pembutan aktivator yang lain seperti seperti actifator gula jawa dan
aktifator limbah bakpia sama seperti pembuatan aktivator kulit nanas,
Pemakaian:
Untuk mempercepat proses pembuatan kompos dengan cara mencampurkan larutan aktifator pada bahan yang akan
dikomposkan. bisa juga pupuk cair setiap 1 liter dicampur dengan 10 liter air. Gunakan untuk menyiram tanaman.
Larutan tersebut sudah berfungsi sebagai pestisida alami dan pupuk cair bagi tanaman.
h. Pembuatan Kompos Daun di SMA N 6 Yogyakarta
Di SMAN 6 Yogyakarta terdapat pengomposan daun yang memanfaatkan limbah daun kering yang terdapat di
lingkungan sekolah. Untuk mempercepat proses pengomposan dibuat bioaktivator ekstrak nanas. Proses
pembuatan kompos tersebut sebagai berikut :
1. Mengumpulakan sampah daun kering yang terdaapat di lingkungan sekolah

Daun yang telah kering


2. Mencacah daun yang sudah kering dengan pencacah daun

3. Memasukkan daun yang telah dicacah kedalam komposter s200

4. Memasukan air kedalam komposter, bersamaan dengan bioaktifator (aktifor gula jawa, aktifator
kulit nanas, atau aktifor limbah bakpia)
5. Mengaduk campuran bioaktifator, air dan daun kering yang terdapat pada komposter untuk
meratakan campuran.
6. Membuat proses pengomposan didalam komposter dengan terus mengaduk kompos setiap hari
agar aerasi kompos didalam komposter berjalan dengan baik. Pengomposan berjalan kurang lebih 3
minggu.
i. Pengamatan Proses Pengomposan

Dengan mengetahui bahwa kualitas kompos sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan, sedangkan proses
pengolahan kompos sendiri sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan perbandingan C dan N bahan baku.
Kelembaban ideal kompos 50 60 persen dan mempunyai perbandingan C / N bahan baku 30 : 1, masih terdapat
hal lain yang harus sangat diperhatikan selama proses pembuatan kompos itu berlangsung, yaitu harus dilakukan
pengawasan terhadap:
1.
2.
3.
4.

Temperatur
Kelembaban
Odor atau Aroma, dan
pH

1. Pengamatan Temperatur
Temperatur adalah salah satu indikator kunci di dalam pembuatan kompos. Apakah panasnya naik ? Sampai
temperatur berapa panas yang dapat dicapai ? Dalam berapa lama panas tersebut dapat dicapai ? Berapa lama
panas tersebut dapat berlangsung ? Apa arti dari keadaan-keadaan tersebut ? Campuran bahan-bahan seperti apa
yang dapat mempengaruhi profil temperatur ?
Panas ditimbulkan sebagai suatu hasil sampingan proses yang dilakukan oleh mikroba untuk mengurai bahan
organik. Temperatur ini dapat digunakan untuk mengukur seberapa baik sistim pengomposan ini bekerja,
disamping itu juga dapat diketahui sejauh mana dekomposisi telah berjalan. Sebagai ilustrasi, jika kompos naik
sampai temperatur 40C 50C, maka dapat disimpulkan bahwa campuran bahan baku kompos cukup
mengandung bahan Nitrogen dan Carbon dan cukup mengandung air (kelembabannya cukup) untuk menunjang
pertumbuhan microorganisme. Pengamatan temperatur harus dilakukan dengan menggunakan alat uji temperatur
yang dapat mencapai jauh ke dalam tumpukan kompos. Tunggu sampai beberapa saat sampai temperatur stabil.

Kemudian lakukan lagi di tempat yang berbeda. Lakukanlah pengamatan tersebut di beberapa lokasi, termasuk
pada berbagai kedalaman dari tumpukkan kompos. Kompos dapat memiliki kantong-kantong yang lebih panas
dan ada kantong-kantong yang dingin. Semuanya sangat bergantung kepada kandungan uap air (kelembaban) dan
komposisi kimia bahan baku kompos. Maka akan diperoleh peta gradient temperatur. Dengan menggambarkan
grafik temperatur dan lokasi-lokasinya sejalan dengan bertambahnya waktu, maka dapat dijelaskan:
1.
2.
3.
4.

Sudah berapa jauh proses dekomposisi berjalan


Seberapa baik komposisi campuran bahan baku tersebut
Seberapa rata campuran tersebut dan dibagian mana campuran tidak rata
Dibagian mana sirkulasi udara berjalan normal dan dibagian mana kurang normal.

Grafik suhu proses pengomposan


Dari informasi diatas, maka dapat diambil keputusan langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai
hasil akhir dan memperoleh kompos dengan kualitas yang diinginkan.
Pada proses komposting yang baik, maka temperatur 40C 50 0C dapat dicapai dalam 2 3 hari. Kemudian
dalam beberapa hari berikutnya temperatur akan meningkat sampai bahan baku yang didekomposisi oleh
mikroorganisme habis. Dari situ barulah temperatur akan turun.
Dari beberapa kali proses pembuatan kompos dengan bahan baku daun, perubahan temperatur mencapai 40C
50 C dapat dicapai dalam waktu 3 (tiga) hari. Oleh karena itu pembalikan kompos dilakukan pada hari ke 4
(empat).
Setelah pembalikan pertama temperatur akan turun, lalu naik lagi sampai mencapai 55C 60C pada hari ke 6.
Oleh karena itu dilakukan lagi pembalikan ke dua pada hari ke 6 (enam) atau 3 hari setelah pembalikan pertama,
setelah pembalikkan temperatur akan turun dan naik lagi sampai 55C 60C pada hari ke 9 (sembilan). Pada hari
ke 9 (sembilan) ini atau 3 hari setalah pembalikkan ke dua dilakukan lagi pembalikan ke 3 (tiga).
Apabila komposisi campuran bahan baku tepat, temperatur akan stabil sampai hari ke 12 (dua belas) dan
seterusnya, untuk kemudian turun dan stabil pada temperatur tertentu.
2. Pengamatan Kelembaban

higrometer adalah alat untuk mengukur kelembaban

Pembuatan kompos akan berlangsung dengan baik pada satu keadaan campuran bahan baku kompos yang memiliki
kadar uap air antara 40 60 persen dari beratnya. Pada keadaan level uap air yang lebih rendah, aktivitas
mikroorganisme akan terhambat atau berhenti sama sekali. Pada keadaan level kelembaban yang lebih tinggi,
maka prosesnya kemungkinan akan anerobik, yang akan menyebabkan timbulnya bau.
Ketika bahan baku kompos dipilih untuk kemudian dicampur, kadar uap air dapat diukur atau diperkirakan. Setelah
proses pembuatan kompos berlangsung, pengukuran kelembaban tidak perlu diulangi, tetapi dapat langsung
diamati tingkat kecukupan kandungan uap air tersebut. Apabila proses pembuatan kompos sedang berjalan, lalu
kemudian muncul bau busuk, sudah dapat dipastikan kompos mengandung kadar air berlebihan. Kelebihan uap air
ini telah mengisi ruang pori, sehingga menghalangi diffusi oksigen melalui bahan-bahan kompos tersebut. Inilah
yang membuat keadaan menjadi anaerobik. Pencampuran bahan baku dengan potongan 4 10 cm, seperti bahan
jerami, potongan kayu, kertas karton, serbuk gergaji dll dapat mengurangi permasalahan ini.
Apabila melakukan pembuatan kompos dengan memakai sistim aerated static pile ataupun sistim in Vessel,
berhati-hatilah dalam menambahkan udara (oksigen), jangan sampai menyebabkan kompos menjadi kering .
Indikasinya adalah perhatikan temperatur, jika temperatur menurun lebih cepat dari biasanya, maka ada
kemungkinan kompos terlalu kering.
3. Pengamatan Odor / Aroma
Jika proses pembuatan kompos berjalan dengan normal, maka tidak boleh menghasilkan bau yang menyengat (bau
busuk). Walaupun demikian dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas sama sekali dari adanya bau. Dengan
memanfaatkan indra penciuman, dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi selama
proses pembuatan kompos. Sebagai gambaran, jika tercium bau amonia, patut diduga campuran bahan kompos
kelebihan bahan yang mengandung unsur Nitrogen (ratio C/N terlalu rendah). Untuk mengatasinya tambahkanlah
bahan-bahan yang mengandung C/N tinggi, misalnya berupa:

Potongan jerami,
Potongan kayu,
Serbuk gergaji,
Potongan kertas koran dan atau karton dll

Jika tercium bau busuk, mungkin campuran kompos terlalu banyak mengandung air. Apabila ini terjadi,
lakukanlah pembalikan (pada sistim windrow), tambahkan oksigen pada sistim Aerated Static Pile atau In Vessel.
4. Pengamatan pH
Pengamatan pH kompos berfungsi sebagai indikator proses dekomposisi kompos. Mikroba kompos akan bekerja
pada keadaan pH netral sampai sedikit masam, dengan kisaran pH antara 5.5 sampai 8. Selama tahap awal proses
dekomposisi, akan terbentuk asam-asam organik. Kondisi asam ini akan mendorong pertumbuhan jamur dan akan
mendekomposisi lignin dan selulosa pada bahan kompos. Selama proses pembuatan kompos berlangsung, asamasam organik tersebut akan menjadi netral dan kompos menjadi matang biasanya mencapai pH antara 6 8. Jika
kondisi anaerobik berkembang selama proses pembuatan kompos, asam-asam organik akan menumpuk.
Pemberian udara atau pembalikan kompos akan mengurangi kemasaman ini. Penambahan kapur dalam proses
pembuatan kompos tidak dianjurkan. Pemberian kapur (Kalsium Karbonat, CaCo3) akan menyebabkan terjadinya
kehilangan nitrogen yang berubah menjadi gas Amoniak. Kehilangan ini tidak saja menyebabkan terjadinya bau,
tetapi juga menimbulkan kerugian karena menyebabkan terjadinya kehilangan unsur hara yang penting, yaitu
nitrogen. Nitrogen sudah barang tentu lebih baik disimpan dalam kompos untuk kemudian nanti digunakan oleh
tanaman untuk pertumbuhannya.
j. Ciri-Ciri Kompos Jadi
Setelah semua proses pembuatan kompos dilakukan, mulai dari pemilihan bahan, pengadaan bahan, perlakuan
bahan, penyusunan bahan, pencampuran bahan, pengamatan proses, pembalikan kompos sampai dengan jadi
kompos. Selanjutnya adalah pengetesan sederhana terhadap kompos. Apakah kompos yang dibuat tersebut sudah
jadi dengan baik ?. Apa saja ciri-cirinya ?

Kompos yang telah matang


Ciri-ciri kompos sudah jadi dan baik adalah:
1. Warna; warna kompos biasanya coklat kehitaman
2. Aroma; kompos yang baik tidak mengeluarkan aroma yang menyengat, tetapi mengeluarkan
aroma lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan
3. Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan dengan lunak,
gumpalan kompos akan hancur dengan mudah.

k. Penyimpanan Kompos
Kompos apabila sudah jadi, sebaiknya disimpan sampai 1 atau 2 bulan untuk mengurangi unsur beracun, walaupun
penyimpanan ini akan menyebabkan terjadinya sedikit kehilangan unsur yang diperlukan seperti Nitrogen. Tetapi
secara umum kompos yang disimpan dahulu lebih baik. Penyimpanan kompos harus dilakukan dengan hati-hati,
terutama yang harus dijaga adalah:
1.
2.
3.
4.

Jaga kelembabannya jangan sampai < 20 persen dari bobotnya


Jaga jangan sampai kena sinar matahari lansung (ditutup)
Jaga jangan sampai kena air / hujan secara langsung (ditutup)
Apabila akan dikemas, pilih bahan kemasan yang kedap udara dan tidak mudah rusak. Bahan
kemasan tidak tembus cahaya matahari lebih baik.

Kompos yang sudah dikemas di tempat penyimpanan


Kompos merupakan bahan yang apabila berubah, tidak dapat kembali ke keadaan semula (Ireversible). Apabila
kompos mengering, unsur hara yang terkandung didalamnya akan ikut hilang bersama dengan air dan apabila
kompos ditambahkan air kembali maka unsur hara yang hilang tadi tidak dapat kembali lagi. Demikian juga
dengan pengaruh air hujan. Apabila kompos kehujanan, unsur hara akan larut dan terbawa air hujan. Kemasan
kompos sebaiknya bahan yang kedap adalah untuk menghindarkan kehilangan kandungan air. Kemasan yang baik
membuat Kompos mampu bertahan sampai lebih dari 3 tahun.
l. Cara Pemakaian dan Menghitung Kebutuhan Kompos
Cara pemakaian kompos, sebaiknya disesuaikan dengan keadaan jenis tanah dan kandungan C organik dalam tanah
tersebut, disamping juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing jenis tanaman.

Tiap-tiap tanaman memerlukan kandungan bahan organik yang berbeda-beda. Tanaman sayuran apabila tidak
dipupuk dengan pupuk organik sama sekali pertumbuhannya tidak akan sebaik tanaman yang mendapat pupuk
organik.
Tanaman bunga seperti antara lain Azalea atau Anthurium, pertumbuhannya akan sangat baik pada media yang 100
persen terdiri dari bahan organik. Apabila medianya tercampur dengan tanah, pertumbuhannya kurang optimal.
Beberapa tanaman lainnya akan tumbuh dengan baik apabila kompos ditambah dengan tanah dengan perbandingan
1:1. Disamping itu ada juga tanaman yang menghendaki kompos dicampur dengan tanah dan pasir dengan
perbandingan 1 : 1 : 1.
Sementara itu tiap-tiap jenis tanah memiliki keadaan kesetimbangan kandungan bahan organik sendiri-sendiri.
Pada tanah-tanah abu vulkanik (Andisol) seperti tanah di Lembang, kandungan C organik tanah (ideal), tidak akan
sama dengan kandungan C organik tanah (ideal) pada jenis tanah Inseptisol di Banjaran, misalnya.
Sehingga jumlah pemberian pupuk organik pada tiap tanaman dan pada berbagai jenis tanah tidak akan sama.
Untuk menentukan tingkat kandungan C organik dalam tanah, harus dilakukan dengan analisa laboratorium.
Untuk mengetahui berapa kebutuhan pupuk C organik, dapat dilakukan dengan cara mempergunakan rumus sbb:
Kebutuhan Kompos (C organik) = C organik Tanah x 1.724 x 20 cm x 10.000 m2 C organik tanah = ditentukan
berdasarkan hasil analisa tanah di laboratorium 1.724: konstanta 20 cm: kedalaman lapisan olah tanah 10.000 m2:
Luas areal Sebagai ilustrasi, apabila hasil analisa laboratorium tanah diketahui kandungan C organik tanah di suatu
tempat adalah 2.56 %, Maka menghitung kandungan C organik tanah dalam lapisan olah (20 cm) seluas 1 ha
adalah: Kandungan C organik lapisan olah tanah adalah = 2.56 x 1,724 x 20 x 10.000 = 8.800 kg /ha = 8.8 ton /
ha
Sementara itu ada juga yang mengelompokan tingkat kandungan bahan organik tanah secara umum, seperti dapat
dilihat pada tabel berikut:
Kandungan Organik(% Berat
Tanah) Metoda Welkley
Tingkat
Black
> 20
Sangat Tinggi
10 20
Tinggi
4 10
Sedang
2 4
Rendah
<2
Sangat Rendah

Setara Dengan Ton / ha


> 68.9
34.48 68.9
13.79 34.48
4.34 13.79
< 4.34

Sumber: Metson (1961) dalam Brooker Tropical Soil Manual 1984


Dengan demikian rekomendasi pemberian pupuk organik dilakukan berdasarkan kekurangan kandungan C organik
dalam tanah. Sebagai ilustrasi dapat dikemukakan bahwa bila berdasarkan analisa laboratorium tanah, kandungan
C organik tanah adalah 2.56 % setara dengan 8.8 ton / ha, maka berdasarkan keadaan tingkat kesuburan C organik
tanah, kandungan organik tanah berada pada tingkat rendah.
Berapa persisnya kebutuhan pupuk Organik, adalah sangat tergantung kepada jenis tanah dan jenis tanaman.
Keadaan ini baru akan diketahui dengan lebih akurat apabila dilakukan pengujian lapangan. Tetapi dengan bantuan
panduan tingkat kesuburan tanah pada tabel 5 di atas, dapat diketahui secara umum bahwa untuk mencapai tingkat
kesuburan C organik tanah sedang, yaitu 13.79 s/d 34.48 ton / ha, maka diperlukan penambahan pupuk organik
sebesar = (13.79 s/d 34.48 ) 8.8 ton = 4.99 s/d 25.4 ton /ha.

You might also like