Professional Documents
Culture Documents
30 HST
60 HST
.cm
j1 (30 cm x 30 cm)
67,41
101,42a
j2 (40 cm x 40 cm)
65,09
95,31b
j3 (50 cm x 50 cm)
66,19
93,52b
*) angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT
5% (BNT j 60 HST = 4,45)
Adanya perbedaan yang tidak nyata pada rata-rata tinggi tanaman 30 HST
diduga karena tanaman masih kecil dan akar yang terbentuk belum banyak
sehingga antar tanaman belum terjadi kompetisi dalam menyerap cahaya
matahari, air dan unsur hara. Tidak adanya kompetisi tersebut sehingga proses
fotosintesis tanaman berlangsung optimal serta pembelahan dan pemanjangan sel
tanaman berlangsung cepat. Daun tanaman yang belum saling menutupi satu sama
34
35
(j3) diduga bahwa pada jarak tanam yang lebar tersebut terjadi ketidakefesiansian
dalam penyerapan cahaya matahari, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman untuk fotosintesis. Pada kondisi ini, pertumbuhan tinggi tanaman kurang
maksimal karena pembelahan dan pemanjangan sel terhambat. Tinggi tanaman
optimum dihasilkan oleh jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2). Hal tersebut diduga
karena pada jarak tanam tersebut daun tidak saling menutupi sehingga cahaya
matahari yang diserap dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal.
5.1.2. Jumlah Anakan dan Jumlah Anakan Produktif per Rumpun
Hasil analisis ragam perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
rata-rata jumlah anakan dan jumlah anakan produktif per rumpun (Lampiran 4 dan
5, Tabel 8). Berdasarkan Uji BNT 5% pengaruh jarak tanam pada rata-rata jumlah
anakan dan jumlah anakan produktif per rumpun menunjukkan bahwa jarak tanam
30 cm x 30 cm (j1) berbeda nyata terhadap jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) dan
jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh jarak tanam (j) terhadap rata-rata jumlah anakan dan jumlah
anakan produktif per rumpun
Jarak tanam
36
terbentuk sebagai akibat dari rendahnya kompetisi yang terjadi dalam penyerapan
unsur hara yang digunakan dalam pembentukan anakan. Menurut Harsono (1989)
mengungkapkan bahwa tanaman akan memberikan hasil maksimum apabila
ditanam dengan populasi optimum, karena terdapat kesesuaian antara jumlah
tanaman per satuan luas dengan cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman untuk
menghasilkan fotosintat maksimum yang akan ditranslokasikan ke hasil tanaman.
Menurut Soenarso Wirjoprajitno (1981) mengungkapkan bahwa meskipun jumlah
anakan tanaman meningkat dengan bertambahnya jarak tanam tetapi jumlah
anakan per meter persegi mungkin berkurang apabila jarak tanam terlalu lebar.
Hal tersebut diduga karena adanya perbedaan jumlah populasi tanaman pada jarak
tanam yang berbeda tersebut.
Rata-rata jumlah anakan per rumpun pada jarak tanam 30 cm x 30 cm (j1)
adalah 31,90 anakan, jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) adalah 45,12 anakan dan
jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) adalah 56,25 anakan (tabel 8). Banyaknya jumlah
anakan per rumpun yang terbentuk berkolerasi positif dengan jumlah anakan
produktif. Semakin banyak jumlah anakan yang terbentuk maka semakin banyak
pula jumlah anakan produktifnya.
5.1.3. Jumlah Gabah Total dan Jumlah Gabah Isi per Malai
Hasil analisis ragam perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata
terhadap rata-rata jumlah gabah total dan rata-rata jumlah gabah isi per malai
(Lampiran 6 dan 7, Tabel 9). Rata-rata jumlah gabah total per malai paling sedikit
dihasilkan pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) yaitu 658,42 biji sedangkan yang
terbanyak dihasilkan pada jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) yaitu 741,33 biji.
37
Sedangkan jumlah gabah isi per malai paling sedikit dihasilkan oleh jarak tanam
30 cm x 30 cm (j1) yaitu 549,15 biji sedangkan yang terbanyak dihasilkan oleh
jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) yaitu 638,42 biji (Tabel 9).
Tabel 9. Pengaruh jarak tanam (j) terhadap rata-rata jumlah gabah total dan
jumlah gabah isi per malai
Jarak tanam
j1 (30 cm x 30 cm)
j2 (40 cm x 40 cm)
j3 (50 cm x 50 cm)
Adanya perbedaan yang tidak nyata pada jumlah gabah total dan jumlah
gabah isi per malai diduga karena hal ini terkait langsung dengan jumlah anakan
produktif yang terbentuk pada jarak tanam yang berbeda sehingga mempengaruhi
jumlah gabah yang dihasilkan. Selain itu, adanya perbedaan yang tidak nyata
tersebut di duga terkait dengan adanya perbedaan jumlah populasi tanaman per
satuan luas tanam. Meskipun berbeda tidak nyata, namun pada tabel 9, terlihat
bahwa penggunaan jarak tanam yang lebar menghasilkan jumlah gabah total dan
jumlah gabah isi per malai yang lebih banyak dibandingkan pada jarak tanam
yang rapat. Selain jumlah populasi tanaman, tidak adanya perbedaan yang nyata
tersebut diduga karena adanya serangan hama dan penyakit yang menyerang
tanaman pada saat tanaman telah memasuki fase generatif. Menurut Soehartini
Riyanto,dkk, (2006) bahwa jarak tanam juga berpengaruh terhadap timbulnya
serangan penyakit. Jarak tanam yang terlalu rapat menciptakan lingkungan
menjadi lembab yang cocok atau sesuai untuk perkembangan patogen tertentu.
38
39
terutama bentuk dan ukuran gabah. Menurut Soemartono (1983) bahwa berat
1000 butir sangat dipengaruhi oleh ukuran gabah. Selain itu jarak tanam juga
dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran gabah yang terbentuk. Semakin rapat
jarak tanam di mana populasi tanaman semakin padat maka akan berpengaruh
pada terbentuknya malai dan ukuran malai.
Adanya serangan hama penyakit juga berpengaruh pada terbentuknya
malai dan pengisian malai sehingga berpengaruh pada berat gabah isi per rumpun.
Dijelaskan oleh Soehartini Riyanto,dkk, (2006) bahwa jarak tanam berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit. Jarak tanam yang terlalu rapat menciptakan
lingkungan menjadi lembab yang cocok atau sesuai untuk perkembangan patogen
tertentu.
40
produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi yang tinggi, karena
tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum diawal pertumbuhan.
Pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) dan 50 cm x 50 cm (j3) meskipun
menghasilkan berat gabah per petak produksi lebih berat dibandingkan pada jarak
tanam 30 cm x 30 cm (j1) namun karena jumlah populasinya lebih sedikit
sehingga jumlah gabah yang di hasilkan akan lebih sedikit. Hal ini secara
langsung akan berpengaruh pada potensi hasil.