You are on page 1of 8

33

5.3. Pengaruh Jarak Tanam


5.3.1. Tinggi Tanaman
Hasil analisis ragam perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata terhadap ratarata tinggi tanaman umur 30 HST namun berpengaruh nyata terhadap rata-rata
tinggi tanaman umur 60 HST (Lampiran 1 dan 2, Tabel 7). Hasil Uji BNT 5%
pengaruh jarak tanam pada tinggi 60 HST menunjukkan bahwa jarak tanam 40 cm
x 40 cm (j2) berbeda nyata terhadap jarak tanam 30 cm x 30 cm (j1) tetapi
berbeda tidak nyata terhadap jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) (Tabel 7). Rata-rata
tinggi tanaman umur 60 HST terendah dihasilkan oleh jarak tanam 50 cm x 50 cm
(j3) yaitu 93,52 cm sedangkan tertinggi dihasilkan oleh jarak tanam 30 cm x 30
cm (j1) yaitu 101,42 cm (Tabel 7).
Tabel 7. Pengaruh jarak tanam (j) terhadap rata-rata tinggi tanaman 30 HST dan
60 HST
Tinggi Tanaman
Jarak tanam

30 HST
60 HST
.cm
j1 (30 cm x 30 cm)
67,41
101,42a
j2 (40 cm x 40 cm)
65,09
95,31b
j3 (50 cm x 50 cm)
66,19
93,52b
*) angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT
5% (BNT j 60 HST = 4,45)
Adanya perbedaan yang tidak nyata pada rata-rata tinggi tanaman 30 HST
diduga karena tanaman masih kecil dan akar yang terbentuk belum banyak
sehingga antar tanaman belum terjadi kompetisi dalam menyerap cahaya
matahari, air dan unsur hara. Tidak adanya kompetisi tersebut sehingga proses
fotosintesis tanaman berlangsung optimal serta pembelahan dan pemanjangan sel
tanaman berlangsung cepat. Daun tanaman yang belum saling menutupi satu sama

34

lain memungkinkan cahaya matahari dapat diserap oleh tanaman dan


dimanfaatkan secara maksimal untuk proses fotosintesis. Selain itu akar tanaman
yang belum banyak menyebabkan akar tanaman dapat berkembang bebas dalam
tanah dan menyerap air dan unsur hara dengan maksimal.
Sedangkan adanya perbedaan yang nyata pada tinggi tanaman 60 HST
diduga bahwa telah terjadi kompetisi antar tanaman. Pada jarak tanam yang
sempit dimana daun tanaman saling menutupi akan menyebabkan terjadinya
kompetisi dalam menyerap cahaya matahari dan pengambilan CO 2. Selain itu akar
tanaman yang semakin banyak dan panjang juga menyebabkan terjadinya
kompetisi dalam penyerapan hara. Menurut Moenandir (1988), bahwa jarak tanam
berhubungan dengan kemampuan tanaman untuk menyerap cahaya matahari, air,
CO2 dan unsur hara. Pada jarak tanam 30 cm x 30 cm (j1) diduga tanaman
mengalami kompetisi yang besar antar tanaman dalam menyerap cahaya matahari,
air dan unsur hara akibat akar yang telah berkembang dan banyaknya anakan yang
terbentuk sehingga daun yang tumbuh saling menutupi satu sama lain. Pada jarak
tanam yang terlalu rapat tersebut menyebabkan aktifitas auksin dalam sel
berlangsung cepat. Aktifitas auksin tersebut berperan dalam proses pemanjangan
dan pembelahan sel sehingga terjadi etiolasi. Etiolasi menyebabkan sel-sel pada
bagian tanaman yang ternaungi tumbuh memanjang lebih cepat karena kandungan
auksin lebih tinggi daripada bagian yang terkena cahaya matahari. Menurut Fitter
dan Hay (1991) bahwa pada jarak tanam yang rapat terjadi penaungan pada
tanaman dan menyebabkan etiolasi sehingga terjadi pertumbuhan yang
memanjang pada bagian tanaman. Sedangkan pada jarak tanam 50 cm x 50 cm

35

(j3) diduga bahwa pada jarak tanam yang lebar tersebut terjadi ketidakefesiansian
dalam penyerapan cahaya matahari, sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh
tanaman untuk fotosintesis. Pada kondisi ini, pertumbuhan tinggi tanaman kurang
maksimal karena pembelahan dan pemanjangan sel terhambat. Tinggi tanaman
optimum dihasilkan oleh jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2). Hal tersebut diduga
karena pada jarak tanam tersebut daun tidak saling menutupi sehingga cahaya
matahari yang diserap dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal.
5.1.2. Jumlah Anakan dan Jumlah Anakan Produktif per Rumpun
Hasil analisis ragam perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap
rata-rata jumlah anakan dan jumlah anakan produktif per rumpun (Lampiran 4 dan
5, Tabel 8). Berdasarkan Uji BNT 5% pengaruh jarak tanam pada rata-rata jumlah
anakan dan jumlah anakan produktif per rumpun menunjukkan bahwa jarak tanam
30 cm x 30 cm (j1) berbeda nyata terhadap jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) dan
jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) (Tabel 8).
Tabel 8. Pengaruh jarak tanam (j) terhadap rata-rata jumlah anakan dan jumlah
anakan produktif per rumpun
Jarak tanam

Jumlah Anakan per


Jumlah Anakan
Rumpun
Produktif per Rumpun
..anakan..
j1 (30 cm x 30 cm)
31,90c
25,65c
j2 (40 cm x 40 cm)
45,12b
37,83b
j3 (50 cm x 50 cm)
56,25a
47,30a
*) angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT
5% (BNT j jumlah anakan per rumpun = 6,73 dan BNT j jumlah anakan produktif
per rumpun = 7,46)
Perbedaan yang nyata pada jumlah anakan dan jumlah anakan produktif
per rumpun diduga karena jarak tanam yang lebar berpotensi besar dalam
meningkatkan jumlah anakan per rumpun dan jumlah anakan produktif yang

36

terbentuk sebagai akibat dari rendahnya kompetisi yang terjadi dalam penyerapan
unsur hara yang digunakan dalam pembentukan anakan. Menurut Harsono (1989)
mengungkapkan bahwa tanaman akan memberikan hasil maksimum apabila
ditanam dengan populasi optimum, karena terdapat kesesuaian antara jumlah
tanaman per satuan luas dengan cahaya matahari yang dibutuhkan tanaman untuk
menghasilkan fotosintat maksimum yang akan ditranslokasikan ke hasil tanaman.
Menurut Soenarso Wirjoprajitno (1981) mengungkapkan bahwa meskipun jumlah
anakan tanaman meningkat dengan bertambahnya jarak tanam tetapi jumlah
anakan per meter persegi mungkin berkurang apabila jarak tanam terlalu lebar.
Hal tersebut diduga karena adanya perbedaan jumlah populasi tanaman pada jarak
tanam yang berbeda tersebut.
Rata-rata jumlah anakan per rumpun pada jarak tanam 30 cm x 30 cm (j1)
adalah 31,90 anakan, jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) adalah 45,12 anakan dan
jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) adalah 56,25 anakan (tabel 8). Banyaknya jumlah
anakan per rumpun yang terbentuk berkolerasi positif dengan jumlah anakan
produktif. Semakin banyak jumlah anakan yang terbentuk maka semakin banyak
pula jumlah anakan produktifnya.
5.1.3. Jumlah Gabah Total dan Jumlah Gabah Isi per Malai
Hasil analisis ragam perlakuan jarak tanam berpengaruh tidak nyata
terhadap rata-rata jumlah gabah total dan rata-rata jumlah gabah isi per malai
(Lampiran 6 dan 7, Tabel 9). Rata-rata jumlah gabah total per malai paling sedikit
dihasilkan pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) yaitu 658,42 biji sedangkan yang
terbanyak dihasilkan pada jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) yaitu 741,33 biji.

37

Sedangkan jumlah gabah isi per malai paling sedikit dihasilkan oleh jarak tanam
30 cm x 30 cm (j1) yaitu 549,15 biji sedangkan yang terbanyak dihasilkan oleh
jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) yaitu 638,42 biji (Tabel 9).
Tabel 9. Pengaruh jarak tanam (j) terhadap rata-rata jumlah gabah total dan
jumlah gabah isi per malai
Jarak tanam
j1 (30 cm x 30 cm)
j2 (40 cm x 40 cm)
j3 (50 cm x 50 cm)

Jumlah Gabah Total per Jumlah Gabah Isi per


Malai
Malai
...biji..
659,98
549,15
658,42
567,06
741,33
638,42

Adanya perbedaan yang tidak nyata pada jumlah gabah total dan jumlah
gabah isi per malai diduga karena hal ini terkait langsung dengan jumlah anakan
produktif yang terbentuk pada jarak tanam yang berbeda sehingga mempengaruhi
jumlah gabah yang dihasilkan. Selain itu, adanya perbedaan yang tidak nyata
tersebut di duga terkait dengan adanya perbedaan jumlah populasi tanaman per
satuan luas tanam. Meskipun berbeda tidak nyata, namun pada tabel 9, terlihat
bahwa penggunaan jarak tanam yang lebar menghasilkan jumlah gabah total dan
jumlah gabah isi per malai yang lebih banyak dibandingkan pada jarak tanam
yang rapat. Selain jumlah populasi tanaman, tidak adanya perbedaan yang nyata
tersebut diduga karena adanya serangan hama dan penyakit yang menyerang
tanaman pada saat tanaman telah memasuki fase generatif. Menurut Soehartini
Riyanto,dkk, (2006) bahwa jarak tanam juga berpengaruh terhadap timbulnya
serangan penyakit. Jarak tanam yang terlalu rapat menciptakan lingkungan
menjadi lembab yang cocok atau sesuai untuk perkembangan patogen tertentu.

38

Adanya serangan penyakit tersebut berdampak pada terhambatnya pembentukan


dan perkembangaan malai sehingga banyak gabah hampa yang dihasilkan.
5.1.4. Berat 1000 Butir Gabah, Berat Gabah Isi per Rumpun, Berat Gabah
Total per Petak Produksi, dan Potensi Hasil
Hasil analisis ragam berpengaruh tidak nyata terhadap rata-rata berat 1000
butir gabah, berat gabah per petak dan potensi hasil namun berpengaruh nyata
terhadap rata-rata berat gabah isi per rumpun (Lampiran 8, 9, 10 dan 11, Tabel
10). Hasil uji BNT 5% menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam yang berbeda
berpengaruh tidak nyata terhadap parameter berat gabah per petak produksi dan
potensi hasil. Rata-rata berat gabah per petak produksi pada jarak tanam 30 cm x
30 cm (j1) adalah 1,59 kg, pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) adalah 1,74 kg
dan pada jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3) adalah 1,71. Sedangkan rata-rata potensi
hasil pada jarak tanam 30 cm x 30 cm (j1) adalah 3,98 Mg.ha -1, pada jarak tanam
40 cm x 40 cm (j2) adalah 4,35 Mg.ha -1, dan pada jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3)
adalah 4,27 Mg.ha-1 (Tabel 10).
Tabel 10. Pengaruh jarak tanam (j) terhadap rata-rata berat 1000 butir gabah, berat
gabah isi per rumpun, berat gabah per petak dan potensi hasil
Berat 1000
Butir Gabah

Berat Gabah Berat Gabah


Potensi
Jarak Tanam
Isi per
per Petak
Hasil
Rumpun
..g
..kg..
Mg.ha-1
j1 (30 cm x 30 cm)
36,57
39,53c
1,59
3,98
j2 (40 cm x 40 cm)
36,13
74,06b
1,74
4,35
j3 (50 cm x 50 cm)
34,20
104,50a
1,71
4,27
*) angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama berbeda tidak nyata pada BNT
5% (BNT j berat gabah isi per rumpun = 19,91)
Adanya perbedaan yang tidak nyata pada rata-rata berat 1000 butir
menunjukkan bahwa sifat berat gabah lebih dipengaruhi oleh faktor genetik

39

terutama bentuk dan ukuran gabah. Menurut Soemartono (1983) bahwa berat
1000 butir sangat dipengaruhi oleh ukuran gabah. Selain itu jarak tanam juga
dapat mempengaruhi jumlah dan ukuran gabah yang terbentuk. Semakin rapat
jarak tanam di mana populasi tanaman semakin padat maka akan berpengaruh
pada terbentuknya malai dan ukuran malai.
Adanya serangan hama penyakit juga berpengaruh pada terbentuknya
malai dan pengisian malai sehingga berpengaruh pada berat gabah isi per rumpun.
Dijelaskan oleh Soehartini Riyanto,dkk, (2006) bahwa jarak tanam berpengaruh
terhadap timbulnya penyakit. Jarak tanam yang terlalu rapat menciptakan
lingkungan menjadi lembab yang cocok atau sesuai untuk perkembangan patogen
tertentu.

Adanya serangan penyakit tersebut berdampak pada terhambatnya

pembentukan dan perkembangaan malai sehingga banyak gabah hampa yang


dihasilkan.
Sedangkan tidak adanya perbedaan yang nyata pada berat gabah per petak
produksi dan potensi hasil mengindikasikan bahwa hal tersebut terkait dengan
jumlah populasi tanaman per satuan luas tanam. Pada jarak tanam 30 cm x 30 cm
(j1) populasi tanaman yaitu 36 tanaman, pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2)
populasi tanaman yaitu 25 tanaman sedangkan jarak tanam 50 cm x 50 cm (j3)
populai tanaman hanya 16 tanaman. Perbedaan populasi tanaman tersebut
mempengaruhi berat gabah per petak dan potensi hasilnya. Dijelaskan oleh
Harjadi (2002) bahwa jarak tanam merupakan salah satu faktor yang penting
dalam mendapatkan hasil tanaman dengan produksi tinggi, pada umumnya

40

produksi tiap satuan luas yang tinggi tercapai dengan populasi yang tinggi, karena
tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum diawal pertumbuhan.
Pada jarak tanam 40 cm x 40 cm (j2) dan 50 cm x 50 cm (j3) meskipun
menghasilkan berat gabah per petak produksi lebih berat dibandingkan pada jarak
tanam 30 cm x 30 cm (j1) namun karena jumlah populasinya lebih sedikit
sehingga jumlah gabah yang di hasilkan akan lebih sedikit. Hal ini secara
langsung akan berpengaruh pada potensi hasil.

You might also like