You are on page 1of 27

BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
- Nama

: Ny. RR

- Umur

: 32tahun

- Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

- No. MR

: 00 84 74 xx

- Alamat: Jln. Bend Jago No. 39 RT 3/1 Kemayoran Jakarta Pusat


- Tgl. Masuk

: 10 November 2015

- Dokter yang Merawat: dr. Hermina, Sp.OG

ANAMNESIS
-

Keluhan Utama
Os mengaku hamil 39 minggu datang dengan dengan hasil USG Oligohidramnion

Riwayat Penyakit Sekarang


G2P0A1 Hamil 39 minggu datang dengan hasil USG Oligohidramnion, ICA 7,4. Tidak
ada keluhan keluar cairan dari jalan lahir. Pasien tidak merasakan adanya mules. Tidak
ada lendir dan darah. Os masih merasakan adanya gerakan bayi.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat asma disangkal
1

Riwayat operasi disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami riwayat keluhan sama.
Ibu Os Hipertensi (+), Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat Pengobatan dan Alergi:


Os mengaku hanya mengkonsumsi vitamin hamil saja dan tidak memiliki riwayat alergi.

Riwayat Psikososial:
Jarang olahraga. Pola makan teratur, sering mengkonsumsi buah dan sayur. Selama hamil
nafsu makan meningkat. Tidak meminum minuman beralkohol, tidak merokok, tidak
minum kopi, minum teh jarang.

RIWAYAT OBSTETRI
-

Riwayat Perkawinan:
Perkawinan pertama, masih menikah, lama pernikahan 14 bulan.

Riwayat Haid:
Menarche usia 11 tahun, haid teratur, saat haid tidak sakit, siklusnya 28 hari.lama haid 7
hari

HPHT:
9 -2-2015

Taksiran Persalinan:
2

16-10-2015
-

Riwayat ANC:
ANC rutin ke Klinik.

Riwayat Persalinan:

Gravida (2), Aterm (0), Prematur (0), Abortus (1), Anak Hidup (0), SC (0)

No

Tempat

Penolong

Tahun

Aterm

bersalin
1.

RS

2.

Ini

Jenis JK
persalinan

dokter

2014

8mingg

Abortus

BB

Keadaan

/
-

PB
-

PEMERIKSAAN FISIK
-

Keadaan Umum
Kesadaran
BB
TB
IMT

: Tampak sakit sedang


: Composmentis
: 78 kg
: 160 cm
:33.5 Obesitas

TANDA VITAL
-

Suhu : 36.6C

TD

: 120/90 mmHg

RR

: 20x/menit

Nadi

: 80x/menit reguler, isi cukup

STATUS GENERALIS

Kepala

: Normocephal

Mata

: Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, reflex pupil +/+

Mulut

: Kering (-), sianosis (-)

Leher

: Pembesaran KGB submandibula -/-, pembesaran kelenjar

tiroid

-/-

Thoraks

: Normochest, gerak simetris

Paru

: Vesikular +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-

Jantung

: Bunyi I/II murni, regular

Ekstremitas:
Atas

: Akral hangat +/+, edema -/-, CRT <2 detik

Bawah : Akral hangat +/+, edema -/-, CRT <2 detik

STATUS GINEKOLGI
INSPEKSI
-

Vulva : tanda inflamasi (-), vulva tenang

Pengeluaran pervaginam : lendir (-), darah merah segar (-), cairan jernih (-)

Perineum : bengkak (-), luka (-), Parut (-), massa (-)

Anus : bengkak (-), luka (-), hemoroid (-)

Kel. Bartolin : massa (-), bengkak (-), tanda inflamasi (-)

Introitus vagina : prolapsus uteri (-), massa (-), sistokel (-), rektokel (-)

Orifisium UretraEksterna : tanda inflamasi (-), uretra tenang

STATUS OBSTETRI
4

TFU

: 34 cm

TBJ

HIS

: (-)

DJJ

: 145x/menit

PALPASI ABDOMEN:
Inspeksi

: linea nigra (+), striae gravidarum (+)

Leopold I

: Teraba bagian besar, tidak keras, kesan bokong.

Leopold II

: bagian kanan teraba datar memanjang, kesan punggung, bagian

kiri teraba bagian-bagian kecil dari janin, kesan ekstremitas.

Leopold III

: teraba bagian bulat keras kesan kepala

Leopold IV

: Konvergen

PEMERIKSAAN DALAM
Portio tebal kaku, pembukaan 1 cm, ketuban mengalir, darah (-), lendir (+) presentasi
kepala, hodge 1

PEMERIKSAAN LABORATORIUM 10/11/2015


Pemeriksaan
Hemoglobin
Jumlah leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV/VER
MCH/HER
MCHC/KHER
Protombin Time
APTT

Hasil
11,3
7.06
33
3.64
255
90
31
34
9.0
30.4

Satuan
g/dl
103/ L
%
106/L
103/ L
fL
Pg
g/dL
Detik
Detik

Nilai rujukan
11,7-15,5
3,60-11,00
35-47
3,80-5,20
150-440
80-100
26-34
32-36
9.3-11.4
31-47

PEMERIKSAAN USG
10 November 2015

Janin tunggal hidup intrauterine. Letak Kepala. Biometri janin sesua dengan usia kehamilan 39
minggu. TBJ 3500 3700 gram. Plasenta insersi di fundus. ICA 7,4. kesan jernih. Saat ini tak
tampak kelainan kongenital mayor.

RESUME
G2P0A0 Hamil 39 minggu datang dengan keluhan hasil USG oligohidramnion. Tidak ada
keluar cairan dari jalan lahir. Pasien tidak merasakan adanya mules. Lendir dan darah
belum keluar.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah: 120/90mmHg, RR: 20x/menit, N:
80x/menit Suhu: 36.6C.
Pada pemeriksaan luar didapatkan TFU: 34 cm, TBJ: gram, letak anak memanjang,
presentasi kepala, punggung kiri, DJJ: 145x/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium semua dalam batas normal.

DIAGNOSA
Ibu

: G2P0A1, 32 tahun, hamil 39 minggu dgn Oligohidramnion

Anak

: Janin tunggal, hidup, intrauterin. Presentasi kepala.

RENCANA TINDAKAN:

Observasi TTV

Pemeriksaan CTG

Observasi DJJ

Pemeriksaan USG
6

Induksi Persalinan

PROGNOSIS
-

Ibu
Janin

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

11 September 2015, Jam 20:00


S

12 September 2015
S

Nyeri luka jalan lahir

Nyeri luka jahitan

TD 150/70mmHg

TD 130/70mmHg

HR 88x/menit
RR 19x/menit
S 36.7C
A

RR 20x/menit

Post Partum
P

HR 82x/menit

S 36.5C
A

- Cefixime 3x2
- Mefinal 3x2
- Lactamor 3x2

Post Partum
P

- Osfit 3x2
- Cefixime 3x2
7

- Mefinal 3x2
- Lactamor 3x2
- Osfit 3x2

13 September 2015
S

Tidak ada keluhan


O

TD 110/80mmHg
HR 84x/menit
RR 20x/menit
S 36.4C
A

Post Partum
P

- Os boleh pulang

10

PEMBAHASAN

Cairan Ketuban
Definisi
Cairan ketuban atau cairan amnion adalah cairan yang memenuhi rahim. Cairan ini
ditampung di dalam kantung amnion yang disebut kantung ketuban atau kantung janin. Cairan
ketuban diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-sel trofoblas, kemudian akan bertambah
dengan produksi cairan janin, yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai
minum air ketuban dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk air seni. Jadi ada pola berbentuk
lingkaran atau siklus yang berulang.6

Volume Cairan Ketuban


Cairan amnion pada keadaan normal berwarna putih agak keruh karena adanya campuran
partikel solid yang terkandung di dalamnya yang berasal dari lanugo, sel epitel, dan material
sebasea. Volume cairan amnion pada keadaan aterm adalah sekitar 800 ml, atau antara 400 ml
-1500 ml dalam keadaan normal. Pada kehamilan 10 minggu rata-rata volume adalah 30 ml, dan
kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan 30 minggu, cairan amnion
lebih mendominasi dibandingkan dengan janin sendiri.
Cairan amnion diproduksi oleh janin maupun ibu, dan keduanya memiliki peran tersendiri
pada setiap usia kehamilan. Pada kehamilan awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh
sekresi epitel selaput amnion. Dengan bertambahnya usia kehamilan, produksi cairan amnion
didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan 20 minggu, saat kulit

11

janin mulai kehilangan permeabilitas, ginjal janin mengambil alih peran tersebut dalam
memproduksi cairan amnion.
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion di sekresikan dari urin janin
dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada penelitian dengan menggunakan radioisotop, terjadi
pertukaran sekitar 500 ml per jam antara plasma ibu dan cairan amnion.
Pada kondisi dimana terdapat gangguan pada ginjal janin, seperti agenesis ginjal, akan
menyebabkan oligohidramnion dan jika terdapat gangguan menelan pada janin, seperti atresia
esophagus, atau anensefali, akan menyebabkan polihidramnion
Volume cairan amnion pada setiap minggu usia kehamilan bervariasi, secara umum
volume bertambah 10 ml per minggu pada minggu ke-8 usia kehamilan dan meningkat menjadi
60 ml per minggu pada usia kehamilan 21 minggu, yang kemudian akan menurun secara bertahap
sampai volume yang tetap setelah usia kehamilan 33 minggu. Normal volume cairan amnion
bertambah dari 50 ml pada saat usia kehamilan 12 minggu sampai 400 ml pada pertengahan
gestasi dan 1000 1500 ml pada saat aterm. Pada kehamilan postterm jumlah cairan amnion
hanya 100 sampai 200 ml atau kurang.
Brace dan Wolf menganalisa semua pengukuran yang dipublikasikan pada 12 penelitian
dengan 705 pengukuran cairan amnion secara individual. Variasi terbesar terdapat pada usia
kehamilan 32-33 minggu. Pada saat ini, batas normalnya adalah 400 2100 ml1,2,3,4.

12

Gambar 2. Grafik yang menunjukkan perubahan volume cairan amnion sesuai dengan
penambahan usia gestasi. dikutip dari Gilbert 5

Faktor utama yang mempengaruhi volume air ketuban :


1. Pengaturan fisiologis aliran oleh fetus
2. Pergerakan air dan larutan didalam dan yang melintasi membran
3. Pengaruh maternal pada pergerakan cairan transplasenta

Volume air ketuban merupakan prediktor kemampuan janin menghadapi persalinan,


karena kemungkinan tali pusat terjepit antara bagian bayi dan dinding rahim meningkat tatkala air
ketuban sedikit. Hal ini akan menimbulkan gawat janin serta persalinan diakhiri dengan bedah
cesar.
13

Normal Cairan Ketuban

Pada usia kehamilan cukup bulan volume 1000-1500 cc

Keadaan jernih agak keruh

Steril

Bau khas, agak manis dan manis

Terdiri dari 98-99% air, 1-2% garam-garam anorganik dan bahan organic (protein
terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, vernix caseosa dan sel-sel epitel

Cirkulasi sekitar 500 cc/jam10

Pengukuran Cairan Ketuban


Terdapat 3 cara yang sering dipakai untuk mengetahui jumlah cairan amnion, dengan
teknik single pocket ,dengan memakai Indeks Cairan Amnion (ICA), dan secara subjektif
pemeriksa.
Pemeriksaan dengan metode single pocket pertama kali diperkenalkan oleh Manning dan
Platt pada tahun 1981 sebagai bagian dari pemeriksaan biofisik, dimana 2ccm dianggap sebagai
batas minimal dan 8 cm dianggap sebagai polihidramnion.
Metode single pocket telah dibandingkan dengan AFI menggunakan amniosintesis sebagai
gold standar. Tiga penelitian telah menunjukkan bahwa metode pengukuran cairan ketuban
dengan teknik Indeks Cairan Amnion (ICA) memiliki korelasi yang lemah dengan volume
amnion sebenarnya (R2 dari 0.55, 0.30 dan 0.24) dan dua dari tiga penelitian ini menunjukkan
bahwa teknik single pocket memiliki kemampuan yang lebih baik.
14

Kelebihan cairan amnion seperti polihidramnion, tidak mempengaruhi fetus secara


langsung, namun dapat mengakibatkan kelahiran prematur. Secara garis besar, kekurangan cairan
amnion dapat berefek negatif terhadap perkembangan paru-paru dan tungkai janin, dimana
keduanya memerlukan cairan amnion untuk berkembang 6,7

Gambar 4. Pengukuran cairan amnion berdasarkan empat kuadran. dikutip dari Gilbert5

Bagaimana mengetahui kecukupan jumlah cairan ketuban? Jumlah cairan ketuban dapat
dipantau melalui USG, tepatnya menggunakan parameter AFI (Amniotic Fluid Index). Pada
dasarnya, cairan ketuban sudah bisa dideteksi begitu seorang ibu terlambat haid dan dengan USG
sudah terlihat kantung janinkarena itu berarti sudah terbentuk cairan ketuban. Pada kehamilan
normal, saat cukup bulan, jumlah cairan ketuban sekitar 1000 cc.
Cairan ketuban dikatakan kurang bila volumenya lebih sedikit dari 500 cc. Hal ini
diketahui dari hasil pemeriksaan USG. Istilah medisnya oligohidramnion. Ibu harus curiga jika
15

ada cairan yang keluar secara berlebih atau sedikit tetapi terus menerus melalui vagina. Biasanya
berbau agak anyir, warnanya jernih dan tidak kental. Sangat mungkin itu adalah cairan yang
keluar atau merembes karena ketuban mengalami perobekan. Tanda lainnya adalah gerak janin
menyebabkan perut ibu terasa nyeri12.

Kelainan Cairan Ketuban

Hidramnion (polihidramnion)

Oligohidramnion

Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc.
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm. Karena VAK
tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah AFI yang kurang dari
presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup bulan) 13.

Patofisiologi Oligohidramnion
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat dikaitkan dengan adanya
sindroma potter dan fenotip pottern, dimana, Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu
keadaan kompleks yang berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).

16

Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi baru lahir, dimana
cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada. Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak
memiliki bantalan terhadap dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran
wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit, maka anggota
gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-paru (paru-paru
hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada
sindroma Potter, kelainan yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan
pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal yang
menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air kemih) dan tidak
adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas dari sindroma Potter.

Gejala Sindroma Potter berupa :

Wajah Potter (kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang
lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang).

Tidak terbentuk air kemih

17

Gawat pernafasan14.

Epidemiologi Oligohidramnion
Sekitar 8% wanita hamil memiliki cairan ketuban terlalu sedikit. Olygohydramnion dapat
terjadi kapan saja selama masa kehamilan, walau pada umumnya sering terjadi di masa
kehamilan trimester terakhir. Sekitar 12% wanita yang masa kehamilannya melampaui batas
waktu perkiraan lahir (usia kehamilan 42 minggu) juga mengalami olygohydrasmnion, karena
jumlah cairan ketuban yang berkurang hamper setengah dari jumlah normal pada masa kehamilan
42 minggu1

Etiologi Oligohidramnion
Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita hamil
yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohydramnion yang telah
terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang
mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang mengalami oligohydramnion
mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang
diproduksi janin berkurang. Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan
oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah pada plasenta.
Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani tekanan darah tinggi, yang dikenal
dengan namaangiotensin-converting enxyme inhibitor (mis captopril), dapat merusak ginjal janin
dan menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin. Wanita yang memiliki penyakit

18

tekanan darah tinggi yang kronis seharusnya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli kesehatan
sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan bahwa tekanan darah mereka tetap
terawasi baik dan pengobatan yang mereka lalui adalah aman selama kehamilan mereka.
Fetal :

Kromosom

Kongenital

Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim

Kehamilan postterm

Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)

Maternal :

Dehidrasi

Insufisiensi uteroplasental

Preeklamsia

Diabetes

Hypoxia kronis
19

Induksi Obat :
Indomethacin and ACE inhibitors
Idiopatik2

Faktor Resiko Oligohidramnion


Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion yang tinggi :

Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).

Retardasi pertumbuhan intra uterin.

Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).

Sindrom pasca maturitas15

Manifestasi Klini Oligohidramnion


Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.

20

Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.


Sering berakhir dengan partus prematurus.
Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar lebih jelas.
Persalinan lebih lama dari biasanya.
Sewaktu his akan sakit sekali.
Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang keluar16.

Diagnosis dan Pemeriksaan Oligohidramnion


Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan ketuban terlalu sedikit atau
terlalu banyak. Umumnya para doketer akan mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di
dalam rahim dan menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index
(AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang dari 5 cm, calon ibu
tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion. Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia
di diagnosa mengalami poluhydramnion17

Penatalaksanaan Oligohidramnion
Sebenarnya air ketuban tidak akan habis selama kehamilan masih normal dan janin masih
hidup. Bahkan air ketuban akan tetap diproduksi, meskipun sudah pecah berhari-hari. Walau

21

sebagian berasal dari kencing janin, air ketuban berbeda dari air seni biasa, baunya sangat khas.
Ini yang menjadi petunjuk bagi ibu hamil untuk membedakan apakah yang keluar itu air ketuban
atau air seni.
Supaya volume cairan ketuban kembali normal, dokter umumnya menganjurkan ibu hamil
untuk menjalani pola hidup sehat, terutama makan dengan asupan gizi berimbang. Pendapat
bahwa satu-satunya cara untuk memperbanyak cairan ketuban adalah dengan memperbanyak
porsi dan frekuensi minum adalah salah kaprah. Tidak benar bahwa kurangnya air ketuban
membuat janin tidak bisa lahir normal sehingga mesti dioperasi sesar. Bagaimanapun, melahirkan
dengan cara operasi sesar merupakan pilihan terakhir pada kasus kekurangan air ketuban.
Meskipun ketuban pecah sebelum waktunya, tetap harus diusahakan persalinan pervaginam
dengan cara induksi yang baik dan benar.
Studi baru-baru ini menyarankan bahwa para wanita dengan kehamilan normal tetapi
mengalami oligohydramnion dimasa-masa terakhir kehamilannya kemungkinan tidak perlu
menjalani treatment khusus, dan bayi mereka cenderung lahir denga sehat. Akan tetapi wanita
tersebut harus mengalami pemantauan terus-menerus. Dokter mungkin akan merekomendasikan
untuk menjalani pemeriksaan USG setiap minggu bahkan lebih sering untuk mengamati apakah
jumlah cairan ketuban terus berkurang. Jika indikasi berkurangnya cairan ketuban tersebut terus
berlangsung, dokter mungkin akan merekomendasikan persalinan lebih awal dengan bantuan
induksi untuk mencegah komplikasi selama persalinan dan kelahiran. Sekitar 40-50% kasus
oligohydramnion berlangsung hingga persalinan tanpa treatment sama sekali. Selain pemeriksaan
USG, dokter mungkin akan merekomendasikan tes terhadap kondisi janin, seperti tes rekam
kontraksi untuk mengganti kondisi stress tidaknya janin, dengan cara merekam denyut jantung
janin. Tes ini dapat memberi informasi penting untuk dokter jika janin dalam rahim mengalami
22

kesulitan. Dalam kasus demikian, dokter cenderung untuk merekomendasikan persalinan lebih
awal untuk mencegah timbulnya masalah lebih serius. Janin yang tidak berkembang sempurna
dalam rahim ibu yang mengalami oligohydramnion beresiko tinggi untuk mengalami komplikasi
selama persalinan, seperti asphyxia (kekurangan oksigen), baik sebelum atau sesudah kelahiran.
Ibu dengan kondisi janin seperti ini akan dimonitor ketat bahkan kadang-kadang harus tinggal di
rumah sakit.
Jika wanita mengalami oligohydramnion di saat-saat hampir bersalin, dokter mungkin
akan melakukan tindakan untuk memasukan laruran salin melalui leher rahim kedalam rahim.
Cara ini mungkin mengurangi komplikasi selama persalinan dan kelahiran juga menghindari
persalinan lewat operasi caesar. Studi menunjukan bahwa pendekatan ini sangat berarti pada saat
dilakukan monitor terhadap denyut jantung janin yang menunjukan adanya kesulitan. Beberapa
studi juga menganjurkan para wanita dengan oligohydramnion dapat membantu meningkatkan
jumlah cairan ketubannya dengan minum banyak air. Juga banyak dokter menganjurkan untuk
mengurangi aktivitas fisik bahkan melakukan bedrest18

Prognosis Oligohidramnion
Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk prognosisnya
Jika terjadi pada trimester II, 80-90% mortalitas3

Komplikasi Oligohidramnion

23

Kurangnya cairan ketuban tentu aja akan mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat
mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin tumbuh dalam kamar sempit yang
membuatnya tidak bisa bergerak bebas. Malah pada kasus extrem dimana suah terbentuk
amniotic band (benang atau serat amnion) bukan tidak mustahil terjadi kecacatan karena anggota
tubuh janin terjepit atau terpotong oleh amniotic band tersebut.
Efek lainnya janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran kemih,
pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan. Sesaat setelah dilahirkan pun,
sangat mungkin bayi beresiko tak segera bernafas secara spontan dan teratur.
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya merembes sebelum tiba
waktu bersalin. Kondisi ini amat beresiko menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang
berasal daribawah. Pada kehamilan lewat bulan, kekurangan air ketuban juga sering terjadi
karena ukuran tubuh janin semakin besar.
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban berbedabeda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat terjadi di masa kehamilan trimester
pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di
masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan
dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru,
tungkai dan lengan.
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatka resiko
keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika ologohydramnion
terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan
janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan

24

resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran
oksigen

kepada

janin

dan

menyebabkan

kematian

janin.

Wanita

yang

mengalami

oligohydramnion lebih cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya19.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Rustam, mochtar.1998. Sinopsis Obstetri; obstetri fisiologi, obstetri patologi


edisi ke 2. Jakarta: EGC.
2. Wikojosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan Edisi Ke2 Cetakan Ke4. Jakarta:
YBB- SP.
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstorm KD.
Williams obstetric. 22nd ed. New York. McGraw-Hill Companies, Inc; 2005.
4. Fox H. The placenta , membranes and umbilical cord. In: Chamberlain G, Steer
P, editors. Turnbulls obstetrics. 3rd ed. London: Churchill Livingstone; 2002.
5. Laughlin D, Knuppel RA. Maternal-placental-fetal unit;fetal & early neonatal
physiology. In: DeCherney AH, Nathan L. Current obstetric & gynecologic
diagnosis & treatment. 9th ed. New York: The McGraw-Hill Companies;2003.
6. Chamberlain G, editor. Obstetrics by ten teacher. 16 th ed. New York: Oxford
University Press;1995.Gilbert WM. Amniotic fluid dynamics. NeoReviews
2006;7;e292-e299.
7. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygaard I, editors. Danforths obstetrics and
gynecology. 10th ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins; 2008.
8. Neilson JP. Fetal medicine in clinical practice. In: Ketih D, Edmons,
editors. Dewhursts textbook of obstetrics and gynaecology for postgraduates.
6th ed. London: Blackwell Publishing; 1999.Barbati A, Renzo GCD. Main clinical

26

analyses on amniotic fluid. Acta Bio Medica Ateneo Parmenese. 2004; 75


Suppl 1: 14-17.

27

You might also like