Professional Documents
Culture Documents
0 | Page
CHAPTER 2
(03)
(06)
(17)
(22)
T E O R I A KU N TA N S I
[TEORI AKUNTANSI]
Chapter 2 Accounting Theory
Construction
1 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
CHAPTER 2
ACCOUNTING THEORY CONSTRUCTION
Cara yang baik dalam mempelajari teori akuntansi ialah dengan mengklasifikasi teoriteori tersebut berdasarkan asumsi, bagaimana teori tersebut terbentuk, dan pendekatan teoriteori dalam menjelaskan dan memprediksi kejadian actual. Beberapa klasifikasi yang telah
terbukti berguna ialah pendekatan pragmatic, sintatik, semantic, normative, positif dan
naturalistic.
I. TEORI PRAGMATIK
Pendekatan pragmatik didasarkan pada pengamatan atas perilaku akuntan atau pihakpihak yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh akuntan. Teori pragmatik membahas
berbagai hal yang berkaitan dengan pengujian kebermanfaatan informasi baik dalam konteks
pelaporan keuangan eksternal maupun manajerial.
akuntan.
metode tersebut tidak menyediakan sarana untuk dilakukan perubahan.
Pendekatan pragmatik cenderung fokus pada perilaku-perilaku akuntan, bukan pada
pengukuran atribut-atribut perusahaan seperti aktiva, hutang, pendapatan dll.
Sterling menyimpulan bahwa pendekatan pragmatic tidak tepat untuk pengembangan
teori akuntansi.
T E O R I A KU N TA N S I
suatu teori akuntansi yang didasarkan pada pengamatan atas reaksi para pengguna output
yang dihasilkan oleh akuntan. Kelemahan pendekatan ini yaitu beberapa pengguna output
akuntan mungkin bereaksi secara tidak logis, sedang yang lain mungkin memilik respon khusus
yang sudah mereka lakukan sebelum laporan tersebut diterbitkan. Yang lainnya lagi mungkin
tidak bereaksi walau mereka seharusnya bereaksi. Kekurangan ini dapat dicarikan solusi
dengan cara berkonsentrasi pada teori keputusan dan menguji teori tersebut pada sekelompok
orang daripada berkonsentrasi pada respon individual.
II.
Intepretasi tersebut ialah: input dari semantik sistem ialah transaksi dan pertukaran pencatatan
bisnis dalam vouchers, jurnal, dan buku besar. Intepretasi ini kemudian dibuat (dibagi dan
dirangkum) berdasarkan premis dan asumsi atas akuntansi biaya historikal.
Sebagai contoh, kita berasumsi bahwa inflasi tidak dicatat dan nilai pasar atas aset dan
utang diabaikan. Kita kemudian menggunakan akuntansi double entrydan prinsip akuntansi
biaya historis untuk menghitung untung rugi (LR) dan neraca. Usulan individual diverifikasi
setiap kali laporan diaudit dengan cara memeriksa perhitungan dan manipulasi. Meskipun
begitu, akun akun jarang diaudit secara spesifik dalam hal apa dan bagaimana akun-akun
digunakan (tes pragmatik) atau dalam hal pemaknaan (tes semantik). Dengan begitu, teori
biaya historis telah ditegaskan selama beberapa tahun.
Beberapa pembuat teori kritis terhadap pendekatan ini. Mereka berargumentasi bahwa
teori mempunya isi semantik jika hanya pada basis dari input. Tidak ada praktik empiris
independen yang memverifikasi perhitungan output seperti untung dan total aset. Jumlah
tersebut bukan hasil pengamatan, tetapi hasil penjumlahan dari saldo akun dan proses auditpun
berintisarikan hanya sebagai penghitungan ulang. Proses audit memverifikasi input dengan
memeriksa dokumen dan perhitungan matematika. Akan tetapi hal tersbut tidak memverfikasi
output final. Ini berarti bahwa walaupun laporan keuangan disediakan menggunakan sintak
secara sempurna, tetapi mungkin hanya memiliki sedikit nilai-nilai dalam praktik.
Akuntansi biaya historis juga telah dikritik pada basis element sintaktiknya, sebagai
contoh:
Jumlah dari dua bobot tidak berarti apa-apa kecuali mereka dihitung dengan aturan
yang sama... kemudian, bagaimana dengan prosedur penambahan jumlah kas yang dilakukan
oleh perusahaan hari ini kepada jumlah uang yang telah dibayar 20 tahun lalu untuk
pembayaran tanah yang sampai saat ini masih dimiliki.
Kritik :
3 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
Pengaruh pertama dari inkonsistensi internal dari banyak argumen dimana pembenaran
dari akuntansi konvensional ialah pengenangan terhadap filosofi George Orwells Nineteen
Eighty-Four. Fitur khusus dari filosofi ini ialah doublethink yang artinya kekuatan untuk memiliki
dua kepercayaan yang kontradiktif dalam satu pikiran secara simultan dan menerima keduanya.
Contohnya, penilaian adalah penggabungan saldo akun...tetapi saldo akun bukan laporan
penilaian; aset tetap sebaiknya disajikan pada harga perolehan...dalam akun historis dimana
biaya perolehan tidak lagi berarti.
Pertanyaan muncul terkait ketidaksamaan atas definis akuntansi. Pada pendekatan
Popperian, banyak usul atas akuntansi konvensional tidak dapat dipalsukan. Contohnya,
definisi yang tidak dapat diterima yang mengandung bahwa depresiasi suatu tahun ialah
perhitungan disajikan dalam satuan moneter dari kemunduran fisik selama tahun
bersangkutan, atau penurunan dalam satuan nilai moneter selama tahun berjalan, atau apapun
yang terjadi selama tahun berjalan.
Sterling membawa poin ini lebih jauh dengan menyatakan bahwa masalah terletak pada
cara bagaimana akuntan menentukan biaya dan keuntungan sebagai pilihan diantara konfeksi
yang mana menetapkan bahwa besarnya nilai kini bergantung pada besarnya nilai dimasa
mendatang. Sebagai contoh, depresiasi bergantung pada alokasi, yang bergantung pada
penjualan di masa mendatang dan harapan hidup aset. Begitu juga dengan keuntungan.
Dengan logika ini, keuntungan sebenarnya tidak dapat ditetapkan sampai perusahaan
dilikuidasi.
Teori-teori berdasarkan biaya historis mengarah kepada hipotesis yang perlu kehatihatian lebih jauh. Hipotesis ini kemudian tidak dapat diuji dan sebagai pendekatan
falsufucationist, hipotesis tersebut tidak berguna untuk pengambilan keputusan keuangan
kecuali untuk sekedar memverifikasi jurnal entri. Dengan begitu, hipotesis tersebut tidak
informatif dan tidak memberi pengetahuan dalam proses akuntansi. Kritik atas biaya historis
intinya mengkritik pengukuran nilai kini dan merupakan pelopor nilai wajar yang diusung IFRS.
Sebagai bentuk pertahanan atas sistem biaya historis, akuntan berpendapat bahwa
tidak ada kebutuhan akan output akuntansi harus memiliki konten semantik atau menjadi subjek
peraturan falsification. Akuntan tersebut berpendapat bahwa peran akuntasi adalah untuk
mengalokasikan sumber dari biaya historis untuk ditandingkan dengan pendapatan (matching
concept). Dalam hal ini, aset, utang, dan ekuitas ialah residual dari proses ini dan bukan
dimaksudkan untuk diukur atau dihitung nilainya untuk kepentingan keuangan. Jika pendekatan
alokasi ini diadopsi, definisi depresiasi akan sesuai dengan matching concept.
TEORI SINTAKTIK
4 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
TEORI SEMANTIK
Teori semantik berkaitan dengan penjelasan mengenai fenomena (obyek atau peristiwa)
dan istilah atau simbol yang mewakilinya. Teori akuntansi semantik menekankan pembahasan
pada masalah penyimbolan dunia nyata atau realitas (kegiatan perusahaan) ke dalam tandatanda bahasa akuntansi (elemen statement akuntansi) sehingga orang dapat membayangkan
kegiatan fisik perusahaan tanpa harus secara langsung menyaksikan kegiatan tersebut. Teori
ini berusaha untuk menemukan dan merumuskan makna-makna penting pelaporan keuangan
sehingga teori ini banyak membahas pendefinisian makna elemen (objek), pengidentifikasian
atribut, dan penentuan jumlah rupiah (pengukuran) elemen sebagai sebuah atribut.
Dari aspek bahasa, kerangka teori akuntansi yang lengkap seharusnya memiliki 3
komponen di atas, pragmatik, sintatik, dan semantik (Hendriksen, 1989). Kerangka teoris yang
diperlukan untuk mengembangkan praktik akuntansi yang sehat harus mempertimbangkan
faktor berikut ini:
perusahaan.
pengembangan prinsip atau proposisi umum yang dapat digunakan sebagai pedoman
5 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
TEORI NORMATIF
Tahun 1950 sampai dengan 1960-an adalah apa yang sering dideskripsikan sebagai
masa keemasannya riset akuntansi normatif. Selama periode ini, peneliti akuntansi menjadi
lebih tertarik dengan rekomendasi kebijakan dan apa yang seharusnya dilakukan, ketimbang
menganalisis dan menjelaskan praktik yang diterima saat ini. Teori normatif periode ini
terkonsentrasi baik di dalam menurunkan true income (profit) dalam sebuah periode akuntansi
atau mendiskusikan jenis informasi akuntansi yang akan berguna dalam membuat keputusan
ekonomi.
True Income: Ahli teori true income berkonsentasi untuk mendapatkan pengukuran
tunggal untuk asset dan sebuah angka profit yang unik (dan tepat). Namun, tidak tercapai
sebuah kesepakatan tentang apayang ditetapkan sebagai pengukuran yang benar atau tepat
mengenai nilai dan profit. Sebagian besar literature selama periode ini terdiri atas perdebatan
akademis tentang keuntungan dan kerugian atas sistem pengukuran alternatif.
Decision-usefulness: Pendekatan decision-usefulness mengasumsikan bahwa tujuan
dasar dari akuntansi adalah untuk membantu proses pengambilan keputusan dari users
tertentu atas laporan akuntansi dengan cara menyediakan data akuntansi (sebagai contoh)
yang berguna dan relevan untuk membantu investor (investor yang sudah ada dan investor
potensial) dalam memutuskan apakah akan membeli, menahan, atau menjual saham. Sebuah
tes kegunaan telah didiskusikan adalah reaksi pragmatis-psikologis atas data. Pihak lain tidak
dapat mengidentifikasi grup tertentu tetapi berpendapat bahwa semua pengguna memiliki
kebutuhan yang sama atas data akuntansi.
Dalam kebanyakan kasus, decision-usefulness theories akuntansi didasarkan pada
konsep ekonomi klasik atas keuntungan dan kekayaan atau pengambilan keputusan rasional.
Decision-usefulness theories ini biasanya melakukan penyesuaian pada pengukuran biaya
historis terhadap penghitungan atas inflasi atau nilai pasar atas asset. Decision-usefulness
theories pada dasarnya adalah teori pengukuran akuntansi. Teori ini biasanya normatif karena
teori ini membuat beberapa asumsi berikut:
6 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
7 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
Sebuah pertanyaan penting dalam penelitian akuntansi ini terkait kegunaan data
akuntansi. Apakah data kuantitatif yang kita peroleh dari suatu kumpulan operasi yang berbasis
kepada teori akuntansi secara keseluruhan berguna untuk pengguna laporan keuangan? Untuk
menemukan jawabannya, apa yang biasanya dilakukan adalah mengambil data output dari
sistem akuntansi spesifik dan menentukan apakah data ini membantu pengambil keputusan
dalam membuat kebijakan finansial. Ini adalah pengujian teori akuntansi secara langsung.
Dalam ilmu pengetahuan, pendekatan decision-usefulness ini diartikan sebagai financial
instrumentalism atau financial realism. Sugesti bahwa sistem akuntansi alternatif harus dinilai
sesuai dengan kemampuan prediksinya adalah perpanjangan dari logical positivismdan disebut
instrumentalism. Yaitu teori yang tidak memiliki kegunaan kecuali sebagai instrumen prediksi.
Menurut Friedman, teori tidak dapat diuji oleh konsep atas asumsinya. Mereka hanya bisa
dinilai hanya dengan kemampuan prediksinya. Bagaimanapun, beberapa masalah terlibat pula
dalam mengaplikasikan pengujian ini. Pertama, ketika prediksi terverifikasi, hal ini memverifikasi
model prediksi dari pengguna, bukan dari sistem akuntansi. Ada, tentu saja, variable lainnya
selain data akuntansi yang memprediksi laporan keuangan. Kita tidak mengetahui secara tepat
bagaimana data akuntansi digunakan. Kedua, jika keputusan ternyata adalah yang benar, hal
ini memverifikasi model keputusan, bukan sistem akuntansi. Dengan demikian, silit untuk
menafsirkan validitas dari model akuntansi yang berdasarkan pada pengambilan keputusan
semata.
Di sisi lain, realism menekankan peran penjelas dari ilmu, pada dasarnya, prediksi
secara terbalik. Sudut pandang metodologi ini menekankan peran umpan balik dati akuntansi.
Pendekatan realisme pada akuntansi berarti bahwa untuk teori akuntansi valid itu harus lebih
dari sekadar alat untuk meramalkan, akuntansi juga harus dipegang sebagai deskripsi realitas
yang mendasari fenomena akuntansi. Akuntansi, di bawah pendekatan ini, mendapatkan
kemampuan prediktif hanya karena memberikan umpan balik yang relevan atau penjelasan
deskriptif atas apa yang telah terjadi. Kita juga dapat mempertanyakan tentang validitas logika
dalam penggunaan prediksi (peramalan) sebagai suatu pengujian ilmiahuntuk sebuah teori
akuntansi dalam lingkungan dinamis di mana variable lain yang terlibat tidak dapat dikontrol.
Prediksi secara ilmiah lebih valid ketika kita dapat mengontrol variabel tersebut seperti tekanan
udara, panas, berat dan lain sebagainya. Ketika kita tidak dapat mengontrol variabel dalam
lingkungan ekonomi, seperti inflasi dan persentase bunga atau kepuasan pelanggan, kita harus
8 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
mengukur prediksi dengan statistic, sesuai dengan seberapa mungkin kejadian tersebut
mempengaruhi prediksi.
TEORI POSITIF
Pada tahun 1970-an, teori akuntansi menatap kembali ke metodologi empiris, yang
biasa disebut sebagai metodologi positif. Positivisme dan empirisme berarti mengetes atau
menghubungkan hipotesis atau teori akuntansi kepada fakta atau pengalaman di dunia nyata.
Penelitian akuntansi positif pertama kali difokuskan pada pengujian bebarapa asumsi yang
dibuat oleh ahli teori normatif secara empiris. Umumnya pendekatan dilakukan dengan
mengsurvey pendapat dari analisis keuangan, pegawai bank, dan akuntan tentang kegunaan
dari metode inflasi akuntansi yang berbeda dalam hal pembuatan keputusan mereka (seperti
memprediksi kebangkrutan atau memutuskan apakah mereka harus membeli atau menjual
saham). Pendekatan lainnya adalah dengan menguji kepentingan yang diasumsukan dari
output akuntansi pada pasar. Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah :
keuntungannya, atau
Penggunaan teknik akuntansi yang berbeda berpengaruh pada nilai
Sekarang ini, sejumlah besar teori positif umumnya mempedulikan penjelasan dari
alasan pada praktik di masa kini dan memprediksi peran dari akuntansi dan informasi terkait
dalam keputusan ekonomis individu, perusahaan, dan pihak lain yang berkontribusi pada
operasi pasar dan ekonomi. Penelitian ini menguji teori-teori yang menganggap bahwa
informasi akuntansi merupakan komoditas ekonomi dan politik, dan bahwa orang bertindak
dalam kepentingan mereka sendiri.
Perbedaan utama antara teori normatif dan positif adalah bahwa teori-teori normatif
preskriptif, sedangkan teori positif deskriptif, penjelasan atau prediksi. Teori normatif
menjelaskan bagaimana orang seperti akuntan harus bersikap untuk mencapai suatu hasil yang
dinilai tidak benar, moral, adil, atau hasil 'baik'. Teori positif tidak mengatur bagaimana orang
(misalnya akuntan) harus bersikap untuk mencapai suatu hasil yang dinilai menjadi 'baik'.
Sebaliknya, mereka menghindari membuat penjelasan yang sarat akannilai. Mereka
9 | Page
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
menggambarkan bagaimana orang berperilaku (terlepas dari apakah itu adalah 'benar'); mereka
menjelaskan mengapa orang berperilaku dengan cara tertentu, atau mereka memprediksi apa
yang telah orang lakukan atau akan lakukan
Banyak peneliti teori positif yang meremehkan sudut pandang normatif. Demikian pula,
banyak ahli teori normatif yang tidak menerima nilai penelitian akuntansi positif. Kenyataannya,
teori teori tersebut dapat berdampingan, dan dapat saling melengkapi. Teori akuntansi positif
dapat membantu memberikan pemahaman tentang peran akuntansi yang, pada gilirannya,
dapat membentuk dasar untuk mengembangkan teori-teori normatif untuk meningkatkan
praktek akuntansi.
T E O R I A KU N TA N S I
Beberapa peneliti menyarankan agar fokus penelitian secara naturalis lebih tepat untuk
memperoleh pengetahuan tentang perilaku akuntansi dalam pengaturan secara natural. Salah
satu idenya adalah bahwa kita dapat melakukan penelitian sealami mungkin. Pendekatan ini
memiliki dua implikasi. Pertama, kita tidak memiliki asumsi yang terbentuk sebelumnya atau
teori. Kedua, kita fokus pada masalah spesifik perusahaan. Hal ini dilakukan dengan mengambil
pendekatan
penelitian
secara fleksibel
menggunakan
pengamatan
dan
tidak terlalu
Asumsi
T E O R I A KU N TA N S I
4
5
Dapat dijelaskan bahwa Kategori 1 adalah menurut sudut pandang objektif yang baku, di
mana praktik akan selalu sesuai dengan struktur konkritnya, dan outcome berupa keputusan
dan tindakan yang diambil dapat dengan cara yang mudah diprediksi. Semakin ke bawah,
unsur konkrit dari objek penelitian semakin hilang. Seperti kategori 1 yang berasumsi bahwa
dunia ini konkret dan stabil, sementara kategori 6 berasumsi bahwa dunia tidak stabil,
tergantung pada asumsi masing-masing manusia (individualis). Oleh karena itu, untuk
memahami sebuah proses pengambilan keputusan dari asumsi yang individualis ini, peneliti
perlu untuk memahami persepsi dan kecenderungan dari setiap individu.
Untuk kategori 1 3, pendekatan ilmiah lebih cocok digunakan, sementara untuk
kategori 4 6, Tomkins dan Grove menganjurkan dilakukannya pendekatan naturalistik.
Kategori 4 6 (symbolic interactionist) melihat dunia sebagai hasil dari pembentukan anggapan
setiap manusia melalui proses interaksi dan negosiasi.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perbedaan asumsi ontologi yang ada
berimplikasi pada perbedaan pendekatan epistemologi dan metode penelitian. Hal ini kemudian
mempengaruhi jenis masalah penelitian yang diajukan serta hipotesis yang diuji. Untuk
12 | P a g e
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
membantu pemahaman, berikut disajikan perbandingan antara penelitian ilmiah dan penelitian
naturalistik.
Asumsi
Ontologi
Pendekatan
Epistemolog
i
Penelitian Ilmiah
Penelitian Naturalistik
Pengembangan
pengetahuan
secara
sedikit demi sedikit
13 | P a g e
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
Metodologi
Metode
Reduksionisme
(realita
terdiri
dari
jumlah
minimum dari beberapa
jenis
entitas
atau
substansi)
Pengujian
hipotesis
individu
Hukum
yang
dapat
tergeneralisasi
Terstruktur
Menggunakan
dasar
teoritis sebelumnya
Tidak terstruktur
Tidak ada dasar teoritis sebelumnya
Model
formulasi
sintaksis
(prinsip
pembuatan kalimat)
Hipotesis
dibuat
berdasarkan
induksi
empiris
Penggunaan
metode
statistik yang sesuai
Studi kasus
Eksplorasi yang fleksibel
Mengalami peristiwa
T E O R I A KU N TA N S I
terpenting adalah para praktisi harus mengambil sikap ilmiah dalam menghadapi setiap
masalah yang muncul, yaitu adanya bukti yang kuat dalam mendukung diagnosis dan
perawatan yang dilakukan. Begitu pula dengan akuntan, adanya bukti empiris dan penjelasan
yang logis dalam mendukung praktek akuntansi harus digunakan sebagai dasar pemberian
rekomendasi metode akuntansi yang akan digunakan berdasarkan situasi dan bukti yang ada.
Dengan begitu orang akan lebih percaya dibandingkan rekomendasi yang hanya didasari
rasionalisasi yang masih dapat diperdebatkan.
Kesalahpahaman kedua adalah adanya anggapan bahwa kebenaran absolut akan
didapatkan dengan penerapan pendekatan ilmiah pada praktek akuntansi. Kesalahpahaman
tersebut didasari pemikiran bahwa ilmu pengetahuan dapat menunjukkan kebenaran absolut,
yang argumen tersebut tidak benar adanya. Ilmu pengetahuan digunakan untuk membantu
manusia dalam menentukan logis atau tidaknya suatu pernyataan. Ilmu pengetahuan tidaklah
sempurna, dan tidak mungkin menemukan kebenaran absolut di dalamnya. Sejarah
menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan akan selalu berevolusi seiring ditemukannya bukti-bukti
baru yang lebih relevan.
penggunaaan teori. Mereka memberikan delapan postulat sebagai dasar bagi teori audit dan
mengembangkan konsep dasar dari teori tersebut yaitu bukti, kecermatan audit, presentasi
wajar, independensi dan sikap etis.
15 | P a g e
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
Era normatif dalam teori akuntansi dan penelitian juga terjadi bersamaan dengan era
pendekatan normatif pada teori audit pada permulaan 1970-an, yang pada tahun tersebut
American Accounting Association mendirikan Comitee on Basic Auditing Concepts untuk
menyelidiki peranan dan fungsi audit untuk memberikan rekomendasi bagi proyek penelitian,
memeriksa permasalahan dari bukti dan menerbitkan position paper dalam ruang lingkup audit
oleh akuntan. Pertumbuhan teori akuntansi positif di tahun 1970-an diiringi dengan perubahan
arah dalam penelitian audit yang meskipun terpecah menjadi dua namun keduanya sama-sama
memegang teguh data empiris dan didesain dalam kerangka positif atau ilmiah. Eksperimentalis
berfokus pada pemahaman tingkat-kecil dari proses penilaian audit, yang berusaha mencari
tahu bagaimana auditor membuat penilaian dan keputusan sehingga mereka dapat
memperkirakan bagaimana auditor mungkin bertindak ketika ditempatkan pada situasi
tertentu.Metode berikutnya yaitu riset audit empiris yang berkembang pada era ini menelaah
pemilihan auditor oleh perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat upah yang
dibayarkan perusahaan kepada auditor. De Angelo berpendapat bahwa kualitas audit secara
garis lurus berhubungan dengan ukuran perusahaan auditor karena auditor yang lebih besar
memiliki resiko yang lebih besar jika gagal melaporkan pelanggaran yang ditemukan dalam
laporan milik klien.
KESIMPULAN
Tinjauan terhadap pembentukan teori akuntansi mengungkapkan bahwa terdapat berbagai
pendekatan dalam pengembangan suatu teori akuntansi. Bab ini mengklasifikasikan dan
menjelaskan beberapa pendekatan tersebut. Jika bab sebelumnya fokus pada teori secara
umum, maka bab ini mengembangkan pembahasan tersebut kepada pengembangan teori
berkaitan dengan akuntansi. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat ditemukan pada
pembahasan bab ini antara lain (1) Bagaimana pendekatan pragmatis diterapkan pada
pengembangan teori akuntansi, (2) Kritik terhadap historical cost accounting sebagai sebuah
model teoritis, (3) Teori pendapatan nyata normatif dan pendekatan decision-usefulness
(keguanaan dalam pengambilan keputusan) dalam teori akuntansi, (4) Bagaimana teori positif
dibangun, (5) Pedekatan natural alternatif dan pentingnya ontologi, (6) Kesalahpahaman terkait
dengan pendekatan ilmiah untuk penelitianakuntansi, dan penjelasan mengapa hal tersebut
merupakan suatu kesalahpahaman, dan (7) Masalah dalam pembentukan teori auditing.
16 | P a g e
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I
DAFTAR PUSTAKA
Jayne Godfrey, et.al. 2010. Accounting Theory 7th Edition. Australia : John Wiley &Sons
17 | P a g e
CHAPTER 2
T E O R I A KU N TA N S I