Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
tinggi merupakan hal yang penting. Di lain pihak, meskipun mutu genetis ternak yang
dipelihara tinggi, tetapi jika lingkungannya tidak mendukung maka tidak akan
diperoleh tingkat produksi yang optimal. Faktor ini meliputi iklim, penyakit dan
manjemen (penanganan) terhadap ternak itu sendiri. Keduanya (faktor genetis dan
lingkungan) harus diperhatikan dengan sungguh agar diperoleh keuntungan yang
optimal dalam peternakan sapi potong (Rianto dan Purbowati, 2010).
Usaha
peternakan
sapi potong
pada saat
ini masih
masih
tetap
melakuan impor, baik dalam bentuk sapi maupun dalam bentuk daging dan jeroan
sapi.
Menurut data Badan Ketahanan Pangan, dilihat dari ketersediaan daging sapi
secara nasional, produksi bulan Agustus 2013 mencapai 36,77 ribu ton sedangkan
kebutuhan daging sapi nasional 45,3 ribu ton, sehingga diperkirakan defisit 8,5 ribu
ton, berdasarkan hal tersebut dan untuk menambah pasokan daging sapi dalam negeri
pada periode lebaran telah dilakukan impor daging sapi (Anonim, 2013) .
Produktivitas tenak terutama pada
produksinya dipengaruhi oleh faktor genetik (30%) dan lingkungan (70%). Pengaruh
faktor lingkungan antara lain terdiri atas pakan, tekhnik pemeliharaan, kesehatan dan
iklim. Diantara faktor lingkungan tersebut, pakan mempunyai pengaruh yang paling
besar (60%). Besarnya pengaruh pakan ini membuktikan bahwa produksinya ternak
yang tinggi tidak bisa tercapai tanpa adanya pemberian pakan yang memenuhi
persyaratan kualitas dan kuantitas. Pengetahuan tentang jenis dan nilai nutrisi pakan
diperlukan dalam rangka memberikan pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak.
Pakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha peternakan, bahwa
dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu usaha peternakan tergantung pada
manajemen pakan. Kebutuhan pakan dari tiap-tiap ternak berbeda-beda sesuai dengan
jenis, umur, bobot badan dan keadaan lingkungan dan kondisi fisiologis ternak. Pakan
harus mengandung nutrient yang dibutuhkan oleh tubuh ternak, namun tetap dalam
jumlah seimbang. Nutrient yang dibutuhkan ternak antara lain karbohidrat, lemak,
protein, vitamin, air dan unsur anorganik serta mineral (Susanto, 2013).
Loka penelitian sapi potong adalah salah satu unit pelaksana tekhnis (UPT)
Pusat
penelitian
dan
Pengembangan
peternakan
Badan
penelitian
dan
mempelajari manajemen pakan sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong di Grati,
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin di peroleh dari penulisan ini adalah:
1. Bagi mahasiswa selaku PKL.
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa terkait manajemen pakan yang
selama ini hanya di lakukan oleh mahasiswa dalam bentuk kajian secara
teoritis.
2. Bagi Loka Penelitian Sapi Potong.
Sebagai bentuk pengabdian terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat
khususnya mahasiswa atau pelajar.
3. Bagi Fakultas Peternakan UNISLA.
Sebagai kontrol terhadap mahasiswa terkait pengembangan ilmu untuk
mahasiswa tersebut.
4. Bagi Pemerintah.
Sebagai pendukung program pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral
Peternakan dalam Program Percepatan Swasembada Daging Sapi 2014
(P2SDS).
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Sapi
2.1.1
Definisi Sapi
Sapi adalah hewan ternak anggota familia Bovidae dan subfamilia Bovinae.
Ternak sapi, khususnya Sapi potong merupakan salah sumber daya penghasil daging
yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan penting artinya di dalam
kehidupan
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Mammalia
Subkelas
: Eutharia
Ordo
: Artiodactyla
Famili
: Bovidae
Sub famili
: Bovinae
Genus
: Bos
Spesies
: B. Primigenius
Subspesies
: B. p. taurus
B. p. indicus
B. p. Javanicus
2.1.2
dijadikan bakalan untk digunakan pada usaha penggemukan : sapi lokal, sapi murni
impor dan sapi sapi hasil silangan (Siregar, 2011).
1. Sapi Lokal
Sapi Bali, Sapi Madura, Sapi Ongole, Sapi Peranakan Ongole, Sapi Aceh, Sapi
Jantan FH.
2. Sapi Murni Impor
Sapi hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Arberdeen Angus, Sapi Charolais, Sapi
Brahman.
3. Sapi Hasil Persilangan
Sapi Santa Gertrudis, Sapi Beefmaster, Sapi Brangus, Sapi Charbray.
2.1.3
Performance Sapi
1. Sapi lokal
a. Sapi Bali
Sapi
Bali mempunyai ciri khas bulu berwarna merah pada jantan dan akan
menjadi hitam ketika dewasa, dari lutut ke tangkai bawah berwarna putih seperti
memakai kaus kaki, bagian pantat berwarna putih membentuk setengah lingkaran,
ujung ekor berwarna hitam, serta terdapa garis belut warna hitam di punggung
betina. Sapi bali memiliki kepala pendek dan dahi datar. Sapi bali jantan memiliki
tanduk panjang dan besar yang tumbuh kesamping belakang. Sebaliknya sapi
betina memiliki tanduk yang lebih pendek dan kecil.
b. Sapi Madura
Sapi Madura mempunyai karakteristik sangat seragam yaitu bentuk tubuhnya kecil
dengan kaki pendek dan kuat. Tubuhnya berwarna merah bata agak kekuningan.
Bagian perut dan paha bagian dalam berwarna putih dengan peralihan warna yang
kurang jelas. Sapi ini memiliki bentuk tanduk yang khas dan jantannya bergumba.
c. Sapi Ongole
Sapi Ongole mempunyai ciri khas diantaranya kulit berwarna putih dan sedikit
keabuan, di bagian rahang hingga dada tedapat gelambir tetapi tidak terlipat seperti
gelambir sapi brahman, badan besar dan panjang, memiliki punuk dan sorotan
mata teduh, serta bulu disekitar mata, moncong dan ujung ekor berwarna hitam.
Sapi ini memiliki telinga yang lebar dan tubuh tegak.
d. Sapi peranakan ongole
Sapi Peranakan Ongole merupakan hasil persilangan dari sapi ongole dengan bulu
berwarna putih atau abu-abu, tetapi ukuran tubuh dan punuknya lebih kecil
dibandingkan sapi ongole. Gelambirnya juga kelihatan lebih kecil atau sangat
sedikit. Jika dipelihara dengan baik, sapi PO memiliki bobot badan 200-350
kg/ekor dengan pertambahan bobot badan 0,6 0,8 kg/hari.
10
e. Sapi aceh
Sapi aceh juga merupakan turunan dari grading up sapi ongole dengan sapi tempat.
Pada umumnya, sapi aceh mempunyai pola dasar warna bulu cokelat merah dan
warna menjangan. Umumnya sapi aceh berpunuk dan bertanduk. Bobot badan sapi
jantan berumur 3-4 tahun sekitar 300-400 kg, sedangkan pada sapi betina pada
umur yang sama bobotnya sekitar 200-300 kg.
f. Sapi jantan FH
Sapi jantan FH memiliki ciri khas warna belang hitam putih dengan bercak
segitiga putih dibagian dahinya. Sapi FH tidak berpunuk. Sapi ini memiliki
pertambahan bobot badan yang tinggi mencapai 1,1 kg/hari.
g. Sapi limousin
Sapi mempunyai tubuh besar, panjang, kompak dan padat. Tubuh berwarna coklat
muda, kuning hingga kelabu. Pertumbuhan badannya sangat cepat dengan bobot
badan jantan dewasa bisa lebih dari 1.000 kg. Sapi ini sangat terkenal dan disukai
masyarakat.
2. Sapi impor
a. Sapi hereford
Sapi hereford mudah dikenali karena fisiknya yang cukup mencolok. Warna
tubuhnya merah dan mukanya berwarna putih. Warna putih juga berada pada dada,
sisi badan, perut bawahserta keempat kaki dari batas lutut, bahu dan ekor. Postur
tubuhnya rendah tapi tegap. Urat dagingnya padat. Bobot jantan dewasa bisa
mencapai 850 kg, sedangkan betina sekitar 650 kg.
11
b. Sapi shorthorn
Sapi shorthorn memiliki bentuk tubuh besar persegi dan kompak. Warna bulu
bervariasi dari merah ke putih dan kombinasi warna merah dan putih atau kelabu.
c. Sapi arbedeen angus
Sapi angus berasal dari daerah Skotlandia Utara. Sapi ini memiliki pertumbuhan
badan yang cepat dengan bobot dewasa lebih dari 900 kg/ekor. Sapi ini mudah
beradaptasi dengan kondisi pakan dan lingkungan tropis.
d. Sapi charolais
Sapi charolais berasal dari prancis dan merupakan salah satu jenis sapi pedaging
yang terkenal dinegara mode tersebut. Warna tubuhnya krem muda atau keputihputihan. Postur tubuhnya besar dan padat, tetapi kasar.
e. Sapi brahman
Sapi brahman memiliki ciri-ciri punuk yang besar pada jantan tetapi kecil pada
betina. Ukuran tubunnya besar, panjang dengan kedalaman tubuh yang sedang.
3. Jenis-jenis sapi hasil persilangan
a. Sapi santa getrudis
Sapi ini memiliki ciri-ciri bergelambir dan jantan berpunuk kecil. Bulunya
berwarna coklat kemerahan, pendek dan halus.
b. Sapi beefmaster
Sapi beefmaster pada postur tubuhnya dengan variasi warna coklat, coklat
kemerahan atau merah bercak putih.
12
c. Sapi brangus
Sapi brangus merupakan hasil persilangan dari sapi arbeeeden anggus dengan sapi
dengan sapi brahman.
d. Sapi charbray
Sapi charbray merupakan hasil persilangan dari sapi brahman dengan sapi
charolais. Warna bulunya krem agak putih dengan tanduk dan punuk kecil.
2.2
Manajemen
13
14
2.3 Pakan
2.3.1
Definisi pakan
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa pakan adalah zat
yang ada di alam dan dikonsumsi oleh hewan untuk kepentingan tubuhnya yang
berupa bahan pakan. Umumnya bahan pakan ternak terdiri dari dua macam yaitu
pakan berserat (roughages) dan pakan penguat (konsentrat). Yang termasuk dalam
bahan kelompok bahan pakan berserat adalah hijauan (rumput alam, rumput
budidaya, leguminosa dan tanaman lain) serta limbah pertanian (jerami padi, daun/
jerami jagung, pucuk tebu, jerami kacang tanah, dan lain-lain. Bahan pakan
konsentrat terdiri dari biji-bijian, umbi-umbian, bahan pakan asal hewan, dan limbah
industri pertanian. Untuk melengkapi kebutuhan ternak, biasanya diberi bahan pakan
tambahan (feed additive), berupa vitamin, mineral, antibiotika, hormon, enzim dan
lain-lain.
2.3.2 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa kebutuhan zat
pakan sapi tergantung pada berat, fase pertumbuhan/reproduksi, dan laju
pertumbuhan. Semua zat pakan dibutuhkan dalam proporsi yang seimbang satu sama
lain. Oleh karenanya tidak ekonomis bila memberikan sesuatu zat pakan dalam
jumlah yang berlebihan dibanding dengan zat pakan lainnya.
Energi dan protein merupakan zat pakan yang dibutuhkan paling banyak
sehingga paling banyak memerlukan biaya. Kebutuhan kedua zat pakan itu harus
15
terpenuhi. Namun demikian, sejumlah mineral dan vitamin juga harus ditambahkan
agar energi dan protein tersebut dapat digunakan secara maksimal oleh sapi.
Untuk mendapatkan penampilan sapi yang optimum, dalam pemberian pakan
harus dimengerti terlebih dahulu kegunaan akan zat-zat pakan dan program
pemberian makanan yang paling murah.
1. Kebutuhan Air
Kebutuhan air dari sapi dipengaruhi oleh sejumlah kondisi fisiologis dan
lingkungan, meliputi laju pertumbuhan, kebuntingan, laktasi, aktivitas fisik, tipe
pakan, konsumsi bahan kering, konsumsi garam, dan temperatur lingkungan.
Kebutuhan minim sapi terhadap air adalah merupakan pencerminan akan
kebutuhan untuk pertumbuhan badan, pertumbuhan janin, laktasi, dan sejumlah
air yang hilang lewat eksresi lewat urine, faeces, dan keringat atau evaporasi dari
paru-paru atau kulit. Semuanya itu berpengaruh terhadap kehilangan air yang
pada gilirannya berpengaruh terhadap kebutuhan air pada sapi. Kualitas air
minum untuk ternak sapi dipengaruhi oleh bebrapa hal, diantaranya salinitas,
kandungan nitrat, alkalinitas, kontaminasi zat-zat racun, bahan radioaktif, dan
kontaminasi pestisida.
2. Kebutuhan Energi
Kebutuhan akan energi merupakan yang pertama-tama harus dipenuhi dalam
ransum. Kebutuhan akan energi juga melebihi kebutuhan zat-zat pakan lain.
Apabila energi ransum tidak memenuhi kebutuhan maka kebutuhan itu akan
dipenuhi dengan membongkar timbunan lemak tubuh. Bila timbunan lemak sudah
habis maka kebutuhan tersbut akan dipenuhi dengan membongkar protein.
16
3. Sumber Energi
Energi pada sapi didapat dari beberapa sumber, yaitu karbohidrat, protein, dan
lemak.
a. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari molekul karbon, hydrogen,
dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah
penghasil energi didalam tubuh. Proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini
kemudian akan digunakan oleh sapi untuk menjalankan berbagai fungsi
penting bernafas, kontraksi jantung, dan aktifitas lainya. Bahan pakan yang
banyak mengandung karbohidrat untuk pakan sapi adalah biji-bijian seperti
jagung, gandum, dan jewawut.
Karbohidrat dibagi menjadi :
1) BETN (Bahan Energi Tanpa Energi).
2) Serat kasar (SK)
b. Lemak
Pada pakan sapi potong, biasanya lemak hanya sedikit saja ditemukan, kecuali
bila sengaja ditambahkan. Itupun tidak lebih dari 3-5% dari ransum total.
4. Kebutuhan Protein
Kebutuhan protein biasanya dinyatakan dalam presentase protein total dan protein
dapat dicerna dalam ransum. Pada ransum berserat kasar tinggi, kandungan
protein dapat dicerna sekitar 60% dari protein total dan sekitar 70% dari ransum
berkonsentrat tinggi.
17
Dalam menyusun ransum sapi, hal yang dipentingkan adalah kuantitas protein,
bukan kualitasnya. Hal ini karena ruminansia dapat mengubah protein berkualitas
rendah menjadi protein berkualitas tinggi dengan adanya mikroorganisme yang
tedapat pada rumen. Meskipun demikian, pada sapi yang memiliki produktivitas
tinggi harus mendapat suplai protein berkualitas tinggi dan tidak terdegradasi
dalam rumen. Hal tersebut karena protein mikroba yang terbentuk dalam rumen
tidak dapat memenuhi kebutuhan protein sapi yang bersangkutan. Kebutuhan
nutrisi protein ruminansia dapat pula dipenuhi dengan nitrogen bukan protein
(NBP), misalnya urea.
5. Kebutuhan Vitamin
Secara umum, vitamin merupakan zat yang diperlukan ternak agar dapat hidup
dan tumbuh secara normal, bukan sebagai penghasil energi maupun zat
pembangun. Vitamin juga berperan dalam transformasi energi dan pengaturan
metabolisme tubuh. Pada asalnya, kebutuhan vitamin relatif kecil dibandingkan
dengan kebutuhan karbohidrat, lemak, dan protein. Namun, kekurangan vitamin
dapat menimbulkan akibat yang parah.
Beberapa jenis vitamin yang dibutuhkan sapi untuk menunjang pertumbuhanya
antara lain :
a. Vitamin A
-
Fungsi Vitamin A untuk kesehatan kulit, mulut, mata, perut, dan saluran
genital. Vitamin A banyak terdapat dalam hijauan segar.
18
Kelebihan vitamin A akan disimpan dalam hati dan lemak tubuh sebagai
persediaan kalau mengalami kekurangan vitamin ini, jika kelebihannya tinggi
akan menyebabkan keracunan dengan gejala keluar lender berlebihan, nafsu
makan berkurang, bulu rontok, dan bengkak pada anus.
b. Vitamin D
-
c. Vitamin E
-
Fungsi Vitamin E sebagai anti oksidan fisiologis pada sapi. Dalam keadaan
normal, ransum keseharian sapi sudah mengandung Vitamin E yang cukup.
d. Vitamin K
-
6. Kebutuhan Mineral
Sapi membutuhkan mineral untuk menunjang pertumbuhan karena perannya
dalam berbagai enzim dan reaksi kimia dalam jaringan tubuh. Mineral juga sangat
berperan dalam pertumbuhan tulang dan gigi. Mineral ada yang dibutuhkan dalam
jumlah relatif besar, atau disebut major mineral, seperti Ca, P, Na, CI. Mg dan K.
19
ada juga mineral yang dibutuhkan dalam jumlah relative kecil atau trace mineral
contohnya I, Co, Mn, S, Cu, Fe, Se, dan F.
Tabel 2.1 Kebutuhan Nutrisi Sapi Potong Jantan
Bobot
Kebutuhan Nutrisi
PBBH
Badan
kg/hari
Vitamin
TDN
Protein
Kalsium
Fosfor
100
0,50
0,75
1,00
0,50
(1.0000IU)
6
6
8
9
(kg)
1,6
1,9
2,2
2,6
Kasar
379
448
541
474
(g)
15
20
25
16
(g)
9
11
15
13
150
0,75
2,6
589
21
16
1,00
3,0
607
27
12
0,50
12
2,8
554
16
12
0,75
13
3,2
622
21
15
1,00
13
3,7
690
27
16
1,10
13
3,9
714
30
18
0,50
13
3,2
623
16
14
0,75
14
3,8
693
21
16
1,00
14
4,3
760
28
17
1,10
14
4,6
782
30
19
0,50
13
3,7
679
19
14
0,75
15
4,3
753
23
18
1,00
16
5,0
819
28
21
1,10
16
5,3
847
30
22
0,50
18
4,1
731
20
16
0,75
18
4,8
806
25
18
1,00
18
5,6
874
30
21
1,10
18
5.9
899
32
23
(kg)
200
250
300
350
20
400
450
1,20
18
6.2
923
32
24
0,50
17
4,6
772
21
18
0,75
18
5,4
875
26
21
1,00
19
6,2
913
31
24
1,10
19
6.6
942
32
25
1,20
19
7.0
967
33
25
1,30
19
7,2
988
33
26
0,50
17
805
22
20
0,75
19
5,9
911
26
23
1,00
20
6,8
952
29
26
1,10
20
7.2
975
30
27
1,20
20
7.6
998
31
28
20
7,9
1018
32
29
1,30
Sumber: Siregar (2011).
21
Kebutuhan Nutrisi
PBBH
Badan
kg/hari
Vitamin
TDN
Protein
Kalsium
Fosfor
100
0,50
0,75
1,00
0,50
(1.0000IU)
6
6
7
9
(kg)
1,7
2
2,3
2,3
Kasar
391
460
527
513
(g)
14
20
26
14
(g)
11
14
18
12
150
0,75
2,7
552
19
15
1,00
3,1
623
25
18
0,50
13
2,8
577
14
13
0,75
13
3,3
639
19
16
1,00
15
3,8
707
23
0,50
14
3,3
564
13
13
0,75
14
3,9
644
18
15
1,00
14
4,5
724
23
18
1,10
14
4,8
757
25
20
0,50
16
3,8
604
14
14
0,75
16
4,5
717
17
15
1,00
16
5,2
764
21
18
1,10
16
6,1
797
24
20
0,50
18
4,3
637
15
15
0,75
18
5,0
717
15
15
1,00
18
5,8
797
18
18
1,10
18
6.1
829
20
19
1,20
18
6.4
860
21
20
0,50
19
4,7
657
15
15
0,75
19
5,6
379
16
16
1,00
19
6,5
819
18
18
(kg)
200
250
300
350
400
22
1,10
1,20
Sumber: Siregar, (2011).
2.3.3
19
6.8
850
19
19
19
7.0
883
20
19
Nutrisi Pakan
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa dalam memilih
bahan pakan ternak, perlu diperhatikan nilai gizi (nilai nutrisi) bahan pakan tersebut.
Nilai gizi adalah zat-zat kimia yang terdapat dalam pakan yang berguna untuk
kelangsungan hidup ternak, meliputi air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin,
mineral. Secara kimiawi nilai gizi bahan pakan dapat diketahui melalui analisis
proksimat.
1. Air
Kadar air dalam dalam bahan pakan ternak sangat bervariasi. Pakan hijauan
mengandung air 75-90%, sedangkan bahan pakan kering mengandung kadar air
sekitar 10%. Kadar air sangat menentukan nilai nutrisi bahan pakan.
2. Bahan kering
Bahan kering adalah komponen bahan pakan ternak yang sudah tidak
mengandung air.
3. Abu
Abu merupakan zat pakan anorganik. Abu mengandung unsur mineral yang
dibutuhkan oleh ternak, misalnya Ca, K, Na, Mg, Fe, P dan Cl.
4. Protein
23
Protein dari bahan pakan asal tanaman terdapat pada bagian utama dari jaringanjaringan yang aktif. Daun lebih banyak protein daripada tangkainya. Tanaman
leguminosa lebih banyak mengandung protein daripada rumput. Pada waktu
tanaman menjadi tua, kadar protein dalam biji lebih banyak daripada bagian
lainnya. Pada bahan pakan asal hewan, protein merupakan zat pakan terbesar (7580% dari bahan kering),
5. Lemak
Lemak merupakan zat pakan sumber energi (2,25 kali karbohidrat) dan sebagai
pelarut vitamin A, D, E, dan K. Kadar lemak dapat diketahui jika bahan ektrak
dilarutkan dengan ether, tetapi zat-zat selain juga ada yang ikut larut dalam ether
sehingga lebih tepat disebut lemak kasar (LK).
6. Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat gizi sumber energi dan sumber vitamin yang larut dalam
air. Karbohidrat merupakan komponen terbesar dari bahan pakan asal tanaman.
Dalam analisis proksimat, yang termasuk kabohidrat adalah bahan ekstrak tanpa
nitrogen (BETN) dan serat kasar (SK).
2.3.4
24
Pakan kasar
Konsentart
b. Pakan basah
Pakan basah mengandung bahan kering kurang dari 80%. Adapun jenisnya
sebagai berikut.
Butir-butiran
Molases
Hay lages
Silase
25
Hijauan segar
By product
Umbi-umbian
Susu segar
2.3.5
Formulasi Ransum
Menurut (Rianto dan Purbowati, 2009) menjelaskan bahwa tinggi rendahnya
produktivitas ternak antara lain ditentukan oleh kuantitas dan kualitas pakan yang
dikonsumsinya.
a. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.
Dalam penyusunan ransum, faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah
konsumsi bahan kering dan kebutuhan nutrisi yang meliputi energi, protein,
vitamin, dan mineral. Konsumsi bahan kering oleh ternak tergantung pada faktor
ternak, pakan, dan lingkungan. Faktor ternak yang mempengaruhi konsumsi
pakan meliputi jenis ternak, ukuran tubuh, dan status fisiologis ternak. Faktor
pakan meliputi palatabilitas, tekstur, kepadatan energi, bulkines, dan kecernaan.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan kering adalah
suhu dan kelembapan.
b. Langkah-langkah menyusun ransum.
Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam penyusunan ransum sebagai
berikut :
26
27
28
sebaiknya disusun berdasarkan status fisiologis sapi, kebutuhannya, dan terdiri dari
berbagai bahan pakan agar saling melengkapi satu sama lain. Ransum sapi yang baik
adalah ransum yang seimbang, yaitu ransum yang mengandung semua zat nutrien
(jumlah dan macam nutriennya) dan perbandingan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sampai selam 24 jam sesuai dengan tujuan pemeliharaan ternak.
Pakan yang dikonsumsi oleh sapi digunakan untuk pokok hidup dan produksi.
Penggunaan pokok hidup antara lain untuk menggantikan sel rusak, basal
29
metabolisme, dan regulasi suhu tubuh. Sementara produksi pada sapi potong
digunakan untuk pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Berikut disajikan
formulasi ransum dari beberapa status sapi potong.
1.
Pedet sapihan
Pedet akan disapih setelah umurnya mencapai bulan ke-7 (205 hari). Pada saat
ini, pedet diharapkan mampu mengonsumsi dan memanfaatkan pakan kasar
dengan baik sampai dengan umur 12 bulan. Formulasi ransum yang disajikan
disusun berdasarkan target PBBH >0,6 kg/ekor/hari. Bobot badan pedet berkisar
150-175 kg. Berdasarkan kondisi tersebut, formulasi ransum yang bisa diberikan
pada pedet tersebut berupa campuran 2-3 kg konsentrat komersial/dedak padi
kualitas baik, 3 kg kulit singkong, 3-4 kg rumput segar, dan 1-2 kg jerami padi
kering.
2.
Sapi dara
Sapi dara adalah sapi yang akan dijadikan induk/bakalan untuk digemukkan. Sapi
ini memiliki bobot badan 300 kg dengan kenaikan berat badan 50 g/hari.
Formulasi ransum yang bisa diberikan bisa terdiri dari campuran 6,67 kg jerami
padi, 2,44 kg dedak halus, dan 1,22 kg bungkil kelapa.
3.
30
Sapi menyusui
Sapi menyusui akan menghasilkan susu yang dikonsumsi oleh pedet. Pedet akan
menyusui hingga umurnya mencapai 7 bulan. Selama itu, induk harus diberi
pakan dengan kandungan nutrisi yang bagus. Sapi menyusui dengan bobot badan
300 kg dapat diberi ransum yang terdiri dari campuran 4-7 kg konsentrat
komersial/dedak padi kualitas baik, 6 kg tumpi jagung, 4 kg rumput segar, dan 5
kg jerami padi kering yang diberikan secara ad-libitum. Sementara induk
menyusui dengan berat badan 350 kg bisa diberikan ransum yang terdiri dari
campuran 33,33 kg rumput gajah, 1,28 kg bungkil kelapa, 283 kg tetes dan
0,0036 g urea.
5.
Sapi jantan
Sapi jantan bisa digunakan sebagai bakalan untuk digemukkan atau untuk calon
pejantan. Dengan bobot badan 300 kg dan kenaikan berat badan 1 kg/hari, sapi
jantan bisa diberi ransum yang terdiri dari campuran 3,12 kg jerami padi, 3,64
dedak halus, 1,67 kg bungkil kelapa, 1,42 kg gaplek, dan 712, 9 g tetes.
2.3.8
hendaknya tidak diberikan sekaligus dalam jumlah banyak setiap harinya melainkan
dibagi menjadi beberapa bagian. Pada pagi hari (misalnya pukul 07.00), sebaiknya
sapi diberi sedikit hijauan untuk merangsang keluarnya saliva (air ludah). Saliva
31
32
BAB III
METODOLOGI
32
33
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sejarah
Sejarah Loka Penelitian Sapi Potong telah dimulai sejak tahun 1949. Selama
lebih dari enam puluh tahun, instansi ini mengalami beberapa kali perubahan
organisasi maupun tugas pokok dan fungsinya. Tahun 1949 sampai 1950, pertama
kali didirikan di Mojokerto dengan nama Balai Peternakan. Tahun 1950 sampai 1952,
pada tahun 1950 dipindahkan ke Grati dengan nama baru Balai Peternakan Oemoem
(BPO), dengan kegitan utama pembibitan ayam ras dan menyelenggarakan
penyuluhan sampai tahun 1952. Pada tahun 1952 sampai 1961, berganti nama
kembali menjadi Balai Penyelidikan Peternakan (BPP), dengan tugas utama
mempelajari pengolahan dan pengawetan susu (keju, mentega, yoghurt dan lain-lain).
Lalu tahun 1961 sampai 1966 kembali memiliki nama baru Lembaga Penelitian
Peternakan (LPP) cabang Grati, tugas utama LPP waktu itu adalah melakukan
penelitian untuk memecahkan masalah-masalah peternakan di Jawa Timur dan di
Indonesia bagian timur.
Tahun 1966 sampai 1968, terkait dengan kondisi politik waktu itu, terjadi
kesulitan dana, fasilitas dan keterbatasan peneliti. Kemudian namanya diubah
menjadi Lembaga Peternakan Cabang Grati, tugas pokoknya bukan lagi penelitian
melainkan sebagai Institusi penyediaan dan pengadaan sumber bibit ternak dan
rumput Indonesia bagian timur. Kemudian tahun 1968 sampai 1980 pada saat menjadi
33
34
lagi
dengan
Surat
Keputusan
Menteri
Pertanian
no.
di
Klepu
(Jawa Tengah),
Sei
putih
(Sumatera
Utara),
Goa
Selama tahun 1995 sampai 2002, pada tahun 1995 terjadi perubahan induk
organisasi yang menaungi, dari Balai Penelitian Ternak menjadi Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jawa Timur. Perubahan tersebut mengakibatkan nama Sub
Balitnak berubah menjadi Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian
(IPPTP) Grati dengan mandat penelitian dan pengkajian bidang peternakan. Setelah
itu pada awal tahun 2002 terjadi perubahan induk organisasi kembali. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pertanian no. 72/Kpts/OT.210/1/2002 Instalasi Penelitian
dan Pengkajian Teknologi Pertanian berubah menjadi Loka Penelitian Sapi Potong.
Loka Penelitian Sapi Potong merupakan unit pelaksana teknis Badan Penelitian dan
35
Lokasi
Kantor Pusat Penelitian Sapi Potong (Gambar 1) beralamat di Jl.Pahlawan no.
2 Desa Ranuklindungan Kec. Grati, Kab. Pasuruan, Jawa Timur 67184 dengan nomer
telepon 0343-481131 dan nomor faks 0343-481132. Loka Penelitian ini berada sekitar
16 km sebelah timur kota Pasuruan, tepatnya sekitar 1700 m dari jalan raya antara
Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo.
Gambar 4.1 Kantor Loka Penelitian Sapi Potong Grati, Pasuruan, Jawa Timur
Loka Penelitian Sapi Potong memiliki beberapa sarana dan prasarana yang
berguna untuk mendukung dan memperlancar kegiatan pemeliharaan dan penelitian.
Luas lahan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan ternak dan administrasi
perkantoran adalah seluas 135.555 m2 yang digunakan untuk bangunan perkantoran,
kandang percobaan, laboratorium (nutrisi makanan ternak dan reproduksi),
36
perpustakaan, mess, tempat penimbangan truk, mushola, rumah dinas, pos penjaga,
parkir, gudang pakan, gazebo, digester dan lahan hijauan pakan (rumput dan legum).
4.1.3
mandat nasional bertaraf internasional yang berperan aktif dalam pengembangan dan
merekayasa teknologi peternakan strategis melalui pelestarian dan pemanfaatan
sumberdaya plasma nutfah sapi potong dengan teknologi pemuliaan, reproduksi,
pakan, dan manajemen pemeliharaan guna mendapatkan bibit dan teknologi sapi
potong.
Misi yang disusun untuk melaksanakan visi Loka Penelitian Sapi Potong
antara lain yaitu menciptakan produk biologi berupa bibit sapi potong (pejantan
sebagai sumber semen), rekomendasi model, metode dan formulasi teknologi pakan,
informasi usaha peternakan sapi potong komersial serta mengembangkan kerja sama
penelitian sapi potong.
4.1.4
Struktur Organisasi
Loka Penelitian Sapi Potong merupakan unit pelaksana teknis Badan Litbang
Pertanian yang dibentuk pada tahun 2002, berada dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Puslitbang Peternakan, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Pertanian no. 72/Kpts/OT.210/1/2002 tanggal 29 Januari 2002. Memperhatikan
keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor:
OT.130.95.2003, tentang pembentukan kelembagaan internal pada unit kerja dan unit
37
Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Loka Penelitian Sapi Potong Grati.
4.1.5
Populasi Ternak
Bangsa sapi potong yang dipelihara di Loka Penelitian Sapi Potong antara lain
yaitu sapi Peranakan Ongole (PO), sapi Bali dan sapi Madura. Sebagian besar sapi
PO berasal dari hasil pejantan di Loka Penelitian Sapi Potong, sebagian yang lain
adalah hasil penjaringan dari luar. Data populasi ternak di Loka Penelitian Sapi
Potong disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Data populasi ternak di Loka Penelitian Sapi Potong (ekor)
Bangsa
Materi
Status fisiologis
Total
38
Dewasa
PO
Bali
Madura
Jumlah
>18 bln
20 64
Muda
12-18
bln
3 109
Pedet
7-12
bln
<7 bln
12 4 27 21
247
538
JML
785
Jumlah
28
10
143
38
143
181
Jumlah
10
146
10
146
156
295
827
1122
TOTAL
Sumber : Loka Penelitian Sapi Potong, (2014)
4.2 Analisis dan Pemecahan Masalah.
4.2.1
Aspek Perencanaan
39
40
4.2.1.2
48,380 m2
Kebun Ranuklindungan
3.500 m2
Kebun Parasan
: 100,475 m2
Luas Keseluruhan
: 152,355 m2
Pemotongan hijauan berupa rumput dilakukan setiap hari dengan sistem rotasi
pada setiap kebun percobaan dengan umur potong sekitar 35 hari, sehingga
diharapkan tidak terjadi kekosongan dalam penyediaan hijauan pakan untuk ternak di
Loka penelitian sapi potong.
b. Konsentrat
Bahan pakan yang digunakan di Loka Penelitian Sapi Potong merupakan
bahan pakan lokal yang murah. Dalam hal ini bahan pakan yang digunakan
merupakan bahan pakan yang mudah diperoleh disekitar area pemeliharaan ternak
serta fluktuasi dari bahan pakan yang digunakan tidak terlalu besar dan ketersediaan
bahan pakan dapat dipertahankan. Penggunaan bahan pakan yang murah merupakan
41
keunggulan utama dari Lolitsapo yaitu mampu memanfaatkan pakan lokal yang
murah sehingga ternak sapi potong yang dihasilkan mampu bersaing dengan sapi
persilangan dengan pemberian pakan yang tergolong mahal. Keberhasilan ataupun
kegagalan usaha peternakan sapi potong banyak ditentukan dari faktor pakan.
Menurut Mariyono (2006), pada usaha peternakan rakyat, pemberian pakan dilakukan
secara tradisional, bersifat turun temurun dan belum berwawasan agribisnis. Pakan
hijauan sangat bervariasi baik dari jenis maupun jumlahnya, sedangkan pakan
penguat diberikan dalam jumlah yang terbatas dan tidak menentu.
Menurut Mariyono (2006), tidak ada susunan ransum dan strategi pakan sapi
potong terhebat yang dapat diterapkan pada semua sistem usaha peternakan sapi
potong yang tersebar di berbagai lokasi usaha, yang terhebat adalah strategi
mengungkap dan mengubah bahan pakan potensial setempat menjadi produk aman,
sehat, utuh dan halal. Pemanfaatan hasil samping pertanian, perkebunan serta
disersifikasi produk samping (by product) agroindustri yang dianggap sebagai
pencemar lingkungan secara optimal dapat digunakan sebagai bahan pakan melalui
pengembangan integrasi CLS (crop livestock system) yang ramah lingkungan atau
dikenal dengan zero waste production system.
Dari hasil wawancara dengan pengelola pakan di Loka Penelitian Sapi Potong
diperoleh kandungan nutrisi penyusun ransum sebagaimana pada tabel 4.5.
Tabel 4.5 Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum (%BK) .
Energy
Bahan
Pakan
BK
PK
LK
SK
ABU
BETN
Dedak PK 2
89,97
7,56
6,99
18,92
16,87
44,04
TDN
49,34
(kg)
3525,6
42
Tumpi
Bungkil
90,72
7,04
1,99
18,08
3,18
68,82
57,37
3939,4
7,36
55,14
74,42
3501,0
8,75
100
8,67
46,02
-
53,29
71,75
3418,5
Adapun kandungan nutrisi konsentrat yang diberikan ditampilkan pada tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kandungan Ransum Konsentrat.
Kandungan
Pakan
Ransum Konsentrat
PK
LK
SK
TDN
11,59%
4,82%
14,73%
63,62%
dilakukan di bank pakan kandang , penyimpanan bahan pakan ini terletak dikandang
43
sapi kelompok sekaligus ternak akan mengonsumsi bahan pakan jerami yang tersedia
di bank pakan ini.
44
PBBH
(kg)
BK
(kg)
ME
(kg)
TDN
(kg)
Protein
(gr)
Kalsium
(gr)
Fosfor
(gr)
5,1
1,4
231
45
200
250
300
350
0,25
0,5
0,75
3,8
4,2
4,4
6,56
8,02
9,55
1,8
2,2
2,6
400
474
589
12
16
21
9
10
13
1
0
0,25
0,5
0,75
1
0
0,25
0,5
0,75
1
0
0,25
0,5
0,75
1
0
0,25
0,5
0,75
1
1,1
4,5
3,7
4,5
5,2
5,4
5,6
4,4
5,3
6,2
6,4
6,6
5
6
7
7,4
7,5
5,7
6,8
7,9
8,3
8,5
8,5
10,93
6,3
8,1
9,9
11,7
13,51
7,4
9,52
11,64
13,78
15,84
8,5
10,9
13,4
14,8
18,23
9,5
12,22
14,94
17,66
20,38
21,47
3
1,8
2,2
2,8
8,2
3,7
2
2,6
3,2
3,8
4,3
2,4
3
3,7
4,3
5
2,6
3,3
4,1
4,8
5,6
5,9
607
285
470
554
622
690
337
534
623
693
760
385
588
679
753
819
432
635
731
806
874
899
27
6
11
16
21
27
9
12
16
21
28
10
15
19
23
28
12
16
20
25
30
21
16
6
9
12
15
17
9
10
14
17
19
10
11
14
18
21
12
14
16
18
21
23
0,25
0,5
0,75
1
2,9
3,1
3,2
3,3
1,3
1,7
2
2,3
4,9
6
7,1
8,2
206
262
319
375
13
14
20
26
10
11
14
18
0
0,25
0,5
0,75
1
0
3,3
4
4,2
4,4
4,5
4
1,6
1,9
2,3
2,7
3,1
1,8
5,3
6,8
8,3
9,8
11,3
6,5
127
258
315
368
428
157
Sapi Dara
Hidup pokok
dan
Pertumbuhan
150
200
5
13
14
19
25
6
5
11
12
15
18
6
46
250
Berat badan
(kg)
300
B. Sapi induk
-3 bulan
kebuntingan
300
350
400
- 3 bulan
terakhir
kebuntingan
300
350
400
- sapi menyusui
300
350
400
0,25
0,5
0,75
1
0
0,25
0,5
0,75
PBBH
(kg)
1
0
0,25
0,5
0,75
1
4,9
5,6
5,5
5,6
4,8
5,8
6,2
6,5
BK
(kg)
6,6
5,5
6,7
7,1
7,4
7,6
2,3
2,8
3,3
3,8
2,1
2,7
3,3
3,9
ME
(Mcal)
4,5
2,4
3,1
3,8
4,5
5,2
8,3
10,2
12,1
13,9
7,6
9,8
12
14,2
TDN
(kg)
16,3
8,8
11,2
13,8
16,3
18,8
302
358
415
472
185
340
395
451
Protein
(g)
507
212
368
423
502
535
10
14
19
23
7
12
13
18
Kalsium
(g)
23
9
13
14
17
21
10
13
16
18
7
12
13
15
Fosfor
(g)
18
9
13
14
15
18
0.6
0.6
0.6
7.40
8.30
9.20
14.20
16.10
17.80
3.9
4.4
4.9
614
650
671
18
19
19
18
19
19
0.4
0.4
0.4
6.90
7.70
8.50
12.40
13.90
15.40
3.4
3.8
4.2
409
444
480
11
12
14
11
12
14
15.20
16.40
17.50
4.2
4.5
4.8
686
721
757
23
24
25
23
24
25
47
dahulu kegunaan akan zat-zat pakan dan program pemberian makanan yang paling
murah.
4.2.3 Aspek Pelaksanaan.
4.2.3.1 Aspek Pelaksanaan Formulasi Ransum.
a.
pembesaran ternak sapi potong di Loka Penelitian Sapi Potong, tidak banyak
perbedaan dalam penyusunan formulasi pakan pada setiap periode pertumbuhan
ternak, perbedaan pakan yang diberikan diutamakan pada sapi bunting tua dan masa
laktasi, pada masa pertumbuhan perbedaan pakan terletak pada jumlah pakan yang
dikonsumsi pada setiap periode pemeliharaan.
48
ternak tergantung pada faktor ternak, pakan, dan lingkungan. Faktor ternak yang
mempengaruhi konsumsi pakan meliputi jenis ternak, ukuran tubuh, dan status
fisiologis ternak. Faktor pakan meliputi palatabilitas, tekstur, kepadatan energi,
bulkines, dan kecernaan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap konsumsi
bahan kering adalah suhu dan kelembapan.
Mixer dinyalakan.
Mencampur bahan yang jumlahnya paling sedikit.
Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya banyak kedalam mesin.
Memasukan sebagian bahan yang jumlahnya sedang kedalam mesin.
Memasukan bahan pakan yang jumlahnya sedikit kedalam mesin.
Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya banyak kedalam mesin.
Memasukan sebagian bahan pakan yang jumlahnya sedang kedalam mesin.
Kemudian semua bahan pakan yang sudah masuk di mixing.
Bahan pakan siap dimasukkan pada karung sak yang nantinya siap
didistribusikan di setiap kandang.
49
dengan model kandang (kandang individu dan kandang kelompok). Kandang individu
diberikan pakan dua kali sehari, pada pagi hari (06.00-07.00) diberikan pakan
konsentrat, pada siang hari (09.00-10.00) diberikan pakan hijauan. Kandang
kelompok diberikan pakan tiga kali sehari, pada pagi hari (06.00-07.00) diberikan
pakan konsentrat , pada jam (08.00-09.00) diberikan pakan hijauan berupa rumput
gajah atau rumput lersia atau leguminosa pada jam (12.30-01.00) diberikan pakan
hijauan berupa tebon jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Santosa (2006) yang
menyatakan bahwa pemberian pakan minimal 2 kali sehari.
50
pakan konsentrat.
Panitia pengadaan barang dan jasa menerima sampel dan menentukan harga
barang tersebut.
Jika disetujui maka bahan pakan tersebut dikirim sesuai dengan permintaan.
Sebelum diperiksa bahan pakan yang datang harus melewati timbangan.
Sebelum pakan diturunkan, pakan diperiksa dulu oleh petugas pengawas
pakan dengan cara mengambil sampel per karung, dan dicocokkan dengan
sampel yang dibawa sebelumnya serta dilakukan tes laboratorium bahan
pakan dengan tujuan agar bahan pakan tersebut sudah sesuai dengan
51
- Menyimpan sampel.
- Penolakan bahan baku.
4.2.4.2 Prosedur Pengawasan Formulasi Ransum Pakan.
Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai prosedur pengawasan dalam
formulasi ransum antara lain :
-
bahan pakan.
Penimbangan bahan pakan oleh petugas mixing.
Bahan pakan dicampur dalam mesin setiap 1 ton.
Kemudian
bahan
pakan
dikemas
didalam
karung
untuk
52
pengawasan produk akhir ditujukan untuk menjamin bahan bahwa ransum sesuai
dengan yang diformulasikan. Pengujian meliputi sifat fisik, warna , aroma,
durabilitas dan segi kimia yang meliputi kandungan zat makanan yang dibutuhkan.
4.2.4.4 Pengawasan Hasil Produksi Pakan.
Loka Penelitian Sapi Potong mempunyai cara dalam pengawasan hasil
produksi pakan antara lain :
-
ternak.
Dan jika tidak sesuai standar produksi maka akan pakan akan segera ditindak
lanjuti penyebabnya.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suparjo (2010) yang menyatakan bahwa
pengawasan produk akhir ditujukan untuk menjamin bahan bahwa ransum sesuai
dengan yang diformulasikan. Pengujian meliputi sifat fisik, warna , aroma,
durabilitas dan segi kimia yang meliputi kandungan zat makanan yang dibutuhkan.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan bahwa manajemen pakan di Loka
Penelitian Sapi Potong sudah cukup baik. Hal ini bisa dilihat dari acuan standar
kebutuhan nutrisi bagi sapi potong, aspek pelaksanaan pada formulasi ransum,
pelaksanaan prosedur meramu pakan, pelaksanaan pemberian pakan, aspek prosedur
pengawasan bahan baku pakan, prosedur pengawasan formulasi ransum pakan,
sebagian besar sudah sesuai dengan kriteria dalam standar manajemen pakan yang
baik.
5.2 Saran
1.
Agar dilakukan pembangunan sarana gudang yang lebih luas serta sesuai standar
gudang penyimpanan bahan pakan.
2.
Perluasan untuk areal pakan hijauan agar kebutuhan akan hijauan bisa terpenuhi.
3.
55
56
54
DAFTAR PUSTAKA
55
1. Identitas Responden :
1. Nama
2. Tempat, tanggal lahir
3. Jabatan
4. Jenis kelamin
5. Pendidikan Terakhir
2. Perencanaan
1. Bagaimana perencanaan bahan baku pakan konsentrat dan hijauan untuk
ternak sapi di Instansi yang Bapak pimpin....?
2. Berapa kebutuhan nutrisi sapi potong pada periode pembibitan dan
pembesaran di Instansi yang Bapak pimpin.....?
3.
Pengorganisasian
1. Bagaimana struktur organisasi di Instansi yang Bapak pimpin......?
2. Apa saja fungsi-fungsi organisasi di Instansi yang Bapak pimpin......?
4.
Pengawasan
1. Bagaimana prosedur pengawasan bahan baku pakan konsentrat dan hijauan di
Instansi yang Bapak pimpin.....?
2. Bagaimana prosedur pengawasan formulasi ransum pakan di Instansi yang
Bapak pimpin.....?
Lampiran A. (Lanjutan)
3. Bagaimana prosedur pengawasan kualitas ransum pakan di Instansi yang
Bapak pimpin.....?
4. Bagaimana prosedur pengawasan hasil produksi pakan di Instansi yang Bapak
pimpin.....?
56
1)
1.
2.
3.
4.
5.
2)
Identitas Responden :
Nama
Tempat, tanggal lahir
Jabatan
Jenis kelamin
Pendidikan Terakhir
: Woro Sabana
: Pacitan, 11 Agustus 1961
: Tekhnik Litkayasa Pelaksana Lanjutan
: Pria
: STM Mesin
57
1.
Membersihkan kandang
2.
Membersihkan kotoran
3.
Memandikan ternak
4.
5.
6.
7.
Membersihkan kandang
8.
9.
Istirahat
10.
58
59
Lampiran D. (Lanjutan)
60
Lampiran D. (Lanjutan)
61
Lampiran D. (Lanjutan).
Kandang Pembibitan
62
Lampiran D. (Lanjutan)
63