You are on page 1of 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia adalah kelompok usia 60 tahun ke atas yang rentan terhadap kesehatan
fisik dan mental. Penuaan atau dikenal dengan aging berarti merupakan tahap lanjut dari
proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh (Achadi, 2007)..
Pada lansia juga terjadi perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan
molekuler dan seluler dalam organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara
adekuat dan melawan penyakit. Perhatian epidemiologis memang dilakukan terhadap
kelompok umur tertentu karena mempunyai masalah penting tersendiri. Seperti halnya
pada lansia dengan proses ketuaan yang akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh
dengan segala penyakit yang terkait, mulai dari gangguan mobilitas alat gerak sampai
gangguan jantung (Bustan, 1997). Lansia ini akan memberikan masalah kesehatan yang
khusus yang memerlukan bentuk pelayanan kesehatan tersendiri. Dengan usia lanjut dan
sisi kehidupan yang ada, kehidupan lansia terisi 40% masalah kesehatan dan kurangnya
asupan gizi yang sesuai (Bustan, 1997). Pada lansia aktivitas sekresi saluran cerna
menurun pada penuaan, perubahan nyata didapatkan pad penurunan

sekresi getah

lambung, disamping itu juga berkurang enzim pepsin dan sekresi mukus lambung.
Fisiologis kapasitas penyerapan usus halus agak menurun, toleransi terhadap asupan
lemak sedikit menurun sehingga bila asupan lemak tinggi maka akan menganggu sistem
pencernaan. Penyerapan kalsium sering menurun, juga disertai menurunan kesangupan
adaptasi asupan kalsium yang rendah, yang mungkin juga disebabkan perubahan status
vitamin D. Salah satu unsur yang berperan dalam menjaga supaya kemampuan tubuh
dari lansia ini tidak terganggu adalah menjaga asupan gizi supaya tetap seimbang.
Ketidak seimbangan antara asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan
masalah gizi baik itu berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Dimana banyak
lansia yang tidak terpenuhinya kebutuhan gizi karena salah dalam pengkonsumsian jenis
makanan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia ?
2. Faktor-faktor apa saja yang terkait dengan kebutuhan gizi pada lansia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan gizi pada lansia.
2. Untuk mengetahui faktor yang terkait dengan kebutuhan gizi pada lansia?

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I.

Kebutuhan Gizi Lansia


A. Karakteristik Perilaku makan usia Lansia
Masa Lansia adalah masa dimana orang akan mengalami pada
akhirnya nanti. Pada masa lansia kecepatan metabolisme tubuh sudah sangat
turun dratis, oleh karena itu kebutuhan gizi para lanjut usia perlu dipenuhi
dengan hati-hati. Hal ini juga yang menyebabkan pola makan dari lansia juga
harus diperhatiakan.
B. Kebutuhan Zat Gizi Untuk Lansia
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya tiap-tiap zat gizi
esensial yang harus dipenuhi dari makanan sehari-hari untuk mencegah
defisiensi zat gizi (Sudiarti & Utari 2007). AKG dipengaruhi oleh usia, jenis
kelami, beratbadan, aktivitas fisik dan keadaan fisiologis. Angka kecukupan
gizi berbeda adalah banyaknya zat gizi minimal yang dibutuhkan seseorang
untuk mempertahankan status gizi yang adekuat (Fatmah, 2010).
Terpenuhinyya kebutuhan Zat gizi adalah hal yang mutlak diperlukan untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Beberapa alasan yang mendasari
masa lansia membutuhan penanganan hati-hati tentang pemenuhan gizi :
1. Proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi fisiologis
tubuh secara perlahan dan menghilangkan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki diri sehingga perbaikan kerusakan yang terjadi
ditubuh menjadi menurun.
2. Penurunan imunologi akan menyebabkan terjadinya keefektifan
sisitem imun dalam menhancurkan bibit penyakit yang masuk
kedalam tubuh, juga sistem imun mengalami penurunan maka
tubuh akan kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya
sendiri dengan protein asing system imun menyerang dan
menghancurkan

jaringannya

sendiri

pada

kecepatan

yang

meningkat secara bertahap.


3. Lansia umumnya tidak melakukan aktivitas fisik yang tinggi
dibanding dengan usia lainnya sehingga tidak diperlukan zat gizi
yang banyak seperti pada usia lainnya.

Penentuan kebutuhan zat gizi Lansia secara umum didasarkan pada


angka kecukupan gizi yang dianjurkan di Indonesia. Berikut ini
beberapa kebutuhan zat gizi pada Usia Lansia.
a. Energi
Factor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan
energi adalah aktivitas fisik seperti olah raga. Lansia yang
sudah tidak melakukan aktivitas fisik yang tinggi ini akan
mempengaruhi

kebutuhan

energi

yang

dibutuhakan.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi menganjurkan angka


kecukupan gizi (AKG) energi untuk lansia perempuan sebesar
1850 kkal sedangkan untuk lansia laki-laki sebesar 2200 kkal
setiap hari. AKG energi dianjurkan sekitar 60% berasal dari
sumber karbohidrat. Makanan sumber karbohidrat adalah :
beras, terigu, jagung , gula dan lain-lainya namun karena sistem
pencernaan dan metabolisme lansia sudah menurun sumber
karbohidrat diatas lebih baik bila diolah menjadi lebih halus
supaya mudah dicerna oleh tubuh lansia.
b. Protein
Sumber protein sangat diperlukan untuk

pertumbuhan,

perkembangan badan, pembentukan jaringan-jaringan baru dan


pemeliharaan tubuh. Protein juga berguna untuk membantu
daya ingat dan konsentrasi kecerdasan. Sumber protein dapat
diperoleh dari hewani (daging, ayam dan telur) dan nabati
( tumbuh-tumbuhan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, tahu
dan tempe). Kebutuhan protein dari lansia pria lebih besar
dibandingkan dengan lansia wanita. AKG protein lansia pria
adalah sebesar 62 gr/ hari sedangkan untuk perempuan AKG
protein sebesar 54 gr/hari. Kebutuhan AKG protein lansia lebih
rendah dibandingan dengan kebutuhan protein remaja atau
dewasa karena pada masa lansia sistem metabolisme tubuh
yang menurun sehingga seperti untuk pertumbuhan dan
pembentukan jaringan-jaringan tubuh berkurang.
c. Lemak
Lemak berguna sebagai cadangan energi, pelarut vitamin A, D,
E, dan K, pelumas persendian, pertumbuhan dan pencegahan
peradangan pada kulit juga pemberi cita rasa pada makanan.

Lemak dapat diperoleh dari minyak goreng, mentega, susu,


daging berlemak, kulit ayam, susu berlemak, keju dan mentega.
Kebutuhan lemah yang dibutuhkan oleh tubuh adalah 30% per
hari (33 gr/1000), lemak jenuh < 10% dan kolesterol < 300 mg
hal ini berguna untuk mencegah penyakit jantung pada masa
dewasa hingga lansia.
d. Vitamin
Kebutuhan vitamin pada lansia juga mengalami penurunan
karena pada usia lansia sudah tidak mengalami pertumbuhan
dan juga perkembangan dibandingan dengan masa remaja atau
dewasa. Namun pada usia lansia masih membutuhkan asupan
vitamin namun pada jumlah tertentu contoh unutk vitamin c
yang dibutuhkan lansia pria adalah sebesar 60mg sedangkan
pada lansia wanita sebesar 60 mg /hari. Vitamin dapat diperoleh
dari sayuran dan buah-buahan. Kandungan vitamin dan mineral
pada buah dan sayuran bermanfaat keseimbangan cairan
tersebut. Biasanya banyak lansia yang kurang suka makan
sayuran dan buah-buahan. Padahal makanan sangat bermanfaat
bagi tubuh. Vitamin yang dibutuhkan antara lain vitamin B6,
asam folat, B12, A, C, dan E. Vitamin-vitamin ini dibutuhkan
untuk membantu meningkatkan metabolisme karbohidrat
menjadi energi. Untuk sintesis DNA dan RNA diperlukan
vitamin B16, asam folat dan vitamin B12, sedangkan untuk
pertumbuhan tulang diperlukan vitamin D yang cukup. Vitamin
A, C, dan E diperlukan untuk pembentukan dan penggantian
sel.
e. Mineral
Mineral sangat dibutuhkan untuk menjaga metabolisme tubuh
tetap terjaga , berikut beberapa ineral yang dibutuhkan oleh
lansia :
- Kalsium
Kebutuhan mineral kalsium pada usia lansia relaif rendah
karena pada usia lansia sudah tidak mengalami
pertumbuhan pada tulangnya , namun mineral kalsium ini

digunakan sebagai menjaga supaya tulang tetap padat untuk


menghindari pengeroposan. Kebutuhan AKG kalsium lansia
-

pria dan wanita relatif sama yaitu sekitar 500 mg/ hari.
Besi (Fe)
Kebutuhan zat besi pada masa lansia juga mengalami
penurunan. Kebutuhan besi pada lansia pria untuk ekspansi
volume darah dan peningkatan konsentrasi haemoglobin.
Pada masa ini pria memerlukan 1,0-2,5 mg/hari. Pada
wanita zat besi maksimum adalah 1,5 mg/hari. Status besi
dalam tubuh juga mempengaruhi efisiensi penyerapan besi,
pada Lansia dengan defisiensi besi maka penyerapan besi
akan lebih efisien dibandingkan yang tidak defisiensi besi.
Yang dapat meningkatkan penyerapan besi dari sumber
nabati adalah vitamin C serta sumber hewani tertentu
(daging dan ikan). Sedangkan zat yang menghambat
penyerapan besi antara lain cafein, tannin, fitat, zinc, dan
lain-lain. Makanan yang banyak mengandung zat besi
adalah hati, daging merah (sapi, kambing, domba), daging
putih (ayam dan ikan), kacang-kacangan dan sayuran hijau
nabati . Untuk jenis mineral yang lain adalah seng (Zn) dan
selenium (Se) (Sulistyoningsih, 2011).

C. Masalah Gizi lansia Terdiri dari :


1. Gizi Berlebih
Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kotakota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat
badan berlebih, apalai pada lansia penggunaan kalori berkurang karena
berkurangnya aktivitas fisik. Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah
walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah
satu pencetus berbagai penyakit, misalnya : penyakit jantung, kencing
manis, dan darah tinggi.
2. Gizi Kurang
Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan
juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari

yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila


hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakankerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya
tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena
infeksi.
II.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia


a. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau
ompong.
b. Berkurangnya indra pengecap mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa
c.
d.
e.
f.

manis,asin,pahit dan asam.


Esophagus atau kerongkongan mengalami pelebaran.
Rasa lapar menurun dan juga asam lambung menurun.
Gerakan usus atau peristaltik lemah dan biasanya menimbulkan konstipasi
Penyerapan makanan di usus menurun.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpula
Lansia adalah kelompok usia 60 tahun ke atas yang rentan terhadap
kesehatan fisik dan mental. Penuaan atau dikenal dengan aging berarti
merupakan tahap lanjut dari proses kehidupan yang ditandai dengan
penurunan kemampuan tubuh (Achadi, 2007). Seperti halnya pada lansia
dengan proses ketuaan yang akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh
dengan segala penyakit yang terkait, mulai dari gangguan mobilitas alat gerak
sampai gangguan jantung (Bustan, 1997). Lansia ini akan memberikan
masalah kesehatan yang khusus yang memerlukan bentuk pelayanan kesehatan
tersendiri.
Beberapa alasan yang mendasari masa lansia membutuhan penanganan
hati-hati tentang pemenuhan gizi yaitu dapat berupa:
a. Proses penuaan yang menyebabkan penurunan fungsi fisiologis tubuh
secara perlahan dan menghilangkan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri sehingga perbaikan kerusakan yang terjadi ditubuh
menjadi menurun.
b. Penurunan imunologi akan menyebabkan terjadinya keefektifan
sisitem imun dalam menhancurkan bibit penyakit yang masuk
kedalam tubuh, juga sistem imun mengalami penurunan maka tubuh
akan kehilangan kemampuan untuk membedakan proteinnya sendiri
dengan protein asing system imun menyerang dan menghancurkan
jaringannya sendiri pada kecepatan yang meningkat secara bertahap.

Daftar Pustaka
Achadi; E.L. 2007. Gizi dan Kesehatan. Dalam : Dep. Gizi dan Kesehatan Masyarakat, FKM
UIGizi dan Kesehatan Masyarakat Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Bustan, M.N, 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga. Jakarta
Sudiarti, T & Utari, DM.2007. Kecukupan Energi dan Zat Gizi. Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI.
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha
Ilmu

You might also like