Professional Documents
Culture Documents
PENTANAHAN
1.
2.
3.
4.
Oleh:
Meidha Nur Arafah
Mery Fauziah Fitri H
Michael Gabriel .S.
Muchtar Prihatmoko
(13/LT-3D)
(14/LT-3D)
(15/LT-3D)
(16/LT-3D)
2014
LAPORAN PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN
1. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu memahami prosedur pengukuran tahanan pentanahan
2. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran tahanan pentanahan.
3. Mahasiswa mampu menganalisa hasil pengukuran tahanan pentanahan
2. DASAR TEORI
2.1 Sistem Pentanahan
Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem pengamanan
terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari
lonjakan listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center menjadi salah satu unsur
penting dalam data center karena memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center.
Standar pentanahan untuk data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain :
TIA-942, J-STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE
Recommended Practice for Powering and Grounding Electronic Equipment.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan)
gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus listrik, circuit switching dan
electrostatic discharge adalah penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient
voltage. Grounding sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek tersebut.
Keterangan
a) Kutub tanah merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah dengan tujuan
menghubungkan listrik dengan tanah.
b) Hantaran tanah merupakan penghantar yang menghubungkan kutub tanah dengan
terminal induk tanah. Hantaran tanah ini terbuat dari kawat tembaga terbuka (open wire)
berpilin berukuran minimal 50 mm persegi.
c) Terminal induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk lempengan, sebagai
penghubung hantaran tanah dan distribusi induk tanah. Terminal induk ini berbentuk
lempeng tembaga, panjang sekitar 40 cm, dipasang dalam handhole,
d) Distribusi induk tanah, merupakan penghantar listrik yang menghubungkan
terminalinduk tanah dengan terminal cabang tanah. Penghubung ini terbuat dari kawat
tembaga terbuka berpilin ukuran minimal 50 mm persegi.
e) Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk melingkar mengelilingi
dinding gedung sebelah dalam, (ditanam dibawah lantai) menghubung antara distribusi
induk tanah dan distribusi cabang tanah. Terminal ini terbuat dari kawat tembaga terbuka
berpilin dengan ukuran minimal 35 mm persegi.
f) Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar listrik yang menghubungkan terminal
cabang tanah dengan perangkat telekomunikasi. la terbuat dari kawat tembaga terbuka
berpilin dengan ukuran minimal 10 mm persegi.
g) Pengaman tambahan sebagai alat tambahan agar sistem pentanahan dapat berfungsi lebih
baik dan anda.
Jenis Tanah
1.
56
garam
2.
Rawa
30
3.
Tanah liat
100
4.
Pasir Basah
200
5.
500
6.
1000
7.
Batu
3000
(sumber : http://ak4037.wordpress.com/2008/10/04/tahanan-pentanahan )
terkandung pada lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh
pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih dalam
dimana larutan garam masih terdapat.
3. Kandungan Air Tanah
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan jenis tanah ( )
terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium untuk
tanah merah penurunan
kandungan air tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah
naik samapai 30 kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20%
pengaruhnya sedikit sekali.
4. Temperatur Tanah
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil terhadap perubahan
temperatur permukaan. Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama setahun
tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
Hal hal lain yang mempengaruhi tahanan jenis tanah
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan sebaran/resistansi
karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan
tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut.
2.3 Jenis Elektroda Pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem pentanahan yaitu :
1. Elektroda Batang
2. Elektroda Pelat
3. Elektroda Pita
Elektroda elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun multiple dan juga secara
gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
Elektroda Batang
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal di dalam
tanah.Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu
diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple yang dapat
menyebabkan korosi.
Ukuran Elektroda :
- diameter 5/8 - 3/4
- Panjang 4 feet 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk pemakaian
pentanahan yang lain.
Lektroda Pelat
Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegu atau empat persegi panjang yang tebuat dari
tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara
vertical, sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan
vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.
Elektroda pita
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau juga kawat BCC yang di
tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang
pada struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah
yang tidak mengalami kekeringan. Hal ini cocok untuk daerah daerah pegunungan dimana
harga tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.
Namun dalam laporan praktikum ini kita kemukakan dua macam cara pengukuran yang biasa
dilakukan, yaitu dengan menggunakan amperemeter dan voltmeter, yang disebut juga dengan
metode Fall of Potential dan cara kedua melalui pengukur tahanan tanah analog.
1. Metode Fall of Potential (melalui ampere-meter dan voltmeter), dilakukan dengan urutan
sebagai berikut.
(1) Tanamlah 2 buah kutub tanah batang penolong, yang terletak pada satu garis lurus
dengan jarak minimal antara keduanya 20 meter.Dan rangkai seperti gambar berikut.
Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan 5 Ohm. apabila belum mencapai
nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan dipasang diparalel. Pentanahan paling
ideal apabila electrode bias mencapai sumber air atau R-tanah = 0.
Contoh: Pemasangan electrode pertama (R1), setelah diukur = 12 Selanjutnya di
tanam lagi electrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 12 , Maka besar tahanan RI diparoleh
dengan R2 = 6 , Karena belum mencapai < 5 , maka ditanam lagi electrode ke 3 (R3)
hingga seterusnya sampai pengukuran menunjukkan nilai < 5 ohm.
Ada kendala ketika suatu saat kita membangun sistem Grounding, setelah diukur
dengan Earth Tester Nilai yang muncul 100 ohm (maks), sehingga kita diwajibkan
menurunkan < 5 ohm sesuai standar PUIL .
Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus mencari Nilai 2
tahanan yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai tahanan). Kalau 100/100=50 ohm
(2 rod), 50/50=25 ohm (menjadi 4 rod), 25/25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), 12,5/12,5=6,25
ohm (menjadi 8 rod), bila nilai tahanan masih>0 dan tahanan > 5. Maka perlu berikan
tahan kembali sehingga 6,25/6,25 = 3,125 ohm. Hasil 3,125 ohm sudah memenuhi standar
< 5 ohm. Maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk menurunkan dari 100 ohm ke 3,125
adalah 10 buah rods.
Setelah Grounding Ring sudah terhubung sempurna, mengecek kembali dengan Earth
Tester sehingga nilai tahanan akan turun drastis dan sesuai dengan standar PUIL (R <
5ohm). Elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin dalam tanah, sehingga
dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah yang basah. Phasa sequence tester
(drivel) : alat ukur untuk mencari urutan fasa (R, S dan T) pada suatu sumber listrik.
3. ALAT DAN BAHAN
1. Earth Tester : 1 Buah
2. Elektroda batang bantu : 2 Buah
3. kabel hijau +- 5 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
4. kabel Kuning +- 10 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
5. Kabel Merah +- 15 M beserta Test Lead dan Clip : 1 Buah
5. LANGKAH KERJA
1. Siapkan komponen percobaan dan pastikan alat dalam keadaan baik
2. Tentukan tempat yang akan diukur tahanan pentanahannya.
3. Menancapkan pemaku dimana jarak 6 7 meter dari tempat grounding yang akan
diukur. Dan pemaku kedua dimana jarak 6-7 meter dari tempat pemaku pertama.
4. Menghubungkan kabel hijau ke grounding yang diukur dengan penjepit dan
dihubungkan ke alat ukur earth tester pada port yang berwarna hijau seperti gambar
rangkaian diatas
5. Menghubungkan kabel warna kuning ke pemaku pertama dengan penjepit dan
dihubungkan langsung ke alat ukur earth tester pada pada port warna kuning.
6. Menghubungkan kabel warna merah ke pemaku kedua dengan penjepit dan hubungkan
langsung ke alat ukur earth tester pada port yang berwarna merah.
7. Setelah semua terhubung dengan benar, mengatur range switch pada earth tester di 20
. Kemudian menekan tombol Press to tess.
NO
1
2
3
4
5
Panjang Elektroda
6m
6m
3m
6m
Parallel 1 dan 2
Hasil Ukur
9,63 ohm
5,87 ohm
10,5 ohm
7,6 ohm
3,36 ohm
Skala
20 ohm
20 ohm
20 ohm
20 ohm
20 ohm
7. ANALISA DATA
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa hasil uku tahanan pentanahan semakin pendek
elektroda pentanahan semakin kecil tahanan pentanahannya dan apabila di paralel tahanan
pentanahannya semakin kecil. Pada panjang elektroda 6 meter menunjukkan tahanan
pentanahan 9,63, 5,87, dan 7,6 ohm dan pada panjang 3 meter 10,5 ohm. Jika diparalelkan
tahanan pentanahannya semakin kecil yaitu 3,36 ohm.
Setelah kita mengetahui hasil pengukuran pentanahan masing masing elektroda dan
memaralelkan elektroda kita dapat mengetahui p(rho) massa jenis nya. Dengan rumus
.
1.
2.
3.
4.
5.
Paralel
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa hasil ukur tahanan pentanahan semakin pendek
elektroda pentanahan semakin kecil tahanan pentanahannya dan apabila di paralel tahanan
pentanahannya semakin kecil. Pada panjang elektroda 6 meter menunjukkan tahanan
pentanahan 9,63, 5,87, dan 7,6 ohm dan pada panjang 3 meter 10,5 ohm. Jika diparalelkan
tahanan pentanahannya semakin kecil yaitu 3,36 ohm.
8. KESIMPULAN
Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa:
1. Setiap jenis tanah memiliki nilai resistansi tanah yang berbeda.
2. Komposisi tanah yang berbeda disekitar elektroda batang menyebabkan nilai resistansi
elektroda pentahanan yang berbeda.
3. Semakin dalam elektroda batang ditanam maka semakin kecil pula nilai resistansi
elektroda pentanahanya.
4. Elektroda yang ditanam secara paralel memiliki nilai resistansi elektrida pentanahan
yang lebih kecil daripada nilai resistansi elektroda pentanahan yang dipasang tunggal.
Ketelitian dalam pembacaan alat ukur serta ketepatan dalam pemasangan alat dan
bahan pada waktu pengujian pentanahan memberikan pengaruh pada waktu melakuakan
pengukuran.
9. DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/search?query=Laporan+Pengukuran+Tahanan+Tanah+isamahfudi
LAMPIRAN
Gambar elektroda 6 meter