Professional Documents
Culture Documents
TRAUMA THORAX
DI RUANG 13 (AKUT) RSU dr. SAIFUL ANWAR MALANG
Di Susun Sebagai Salah Satu Syarat Tugas Profesi Departemen Surgical
Oleh:
ASMAWATI FITRIANA J
NIM: 115070201111005
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Kesehatan
Trauma Thorax
B. Definisi
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam maupun tumpul (Hudak, 1999)
Trauma thorax adalah trauma tajam atau tembus thorax yang dapat
menyebabkan tamponade jantung, perdarahan, pneumothorax, hematothorax
dan hematompneumothorax (FKUI, 1995).
Trauma thorax merupakan trauma yang mengenai dinding thorax dan
atau organ intra thorax, baik karena trauma tumpul maupun oleh karena trauma
tajam (Kukuh, 2002; David, 2005)
Dari semua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa trauma thorax adalah
trauma dinding thorax maupun organ intra thorax baik karena trauma tumpul
maupun tajam yang dapat menyebabkan temponade jantung, perdarahan,
pneumothorax, hematothorax, dan hematompneumothorax.
C. Etiologi
Penyebab utama cedera thorax pada dada adalah kecelakaan kendaraan
bermotor, pukulan benda-benda tumpul pada dada atau akibat terjatuh juga
dapat menyebabkan cidera dada non penetrasi. Luka penetrasi umumnya
diakibatkan oleh tusukan senjata tajam atau luka akibat tembakan. Trauma dada
dapat disebabkan oleh:
a) Tension pneumothorax-trauma pada selang dada dapat disebabkan oleh
therapy ventilasi mekanik yang berlebihan, penggunaan balutan tekan
pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
b) Pneumothorax tertutup-tususkan pada paru oleh patahan tulang iga,
rupture oleh vesikel flaksid yang terjadi sebagai sequel dari PPOM.
c) Tusukan paru oleh tindakan invasive
d) Kontusio paru-cedera tumpul akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa
e)
f)
g)
h)
benda berat.
Pneumothirax terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
Fraktur tulang iga
Tindakan medis (operasi)
Pukulan daerah thorax
D. Klasifikasi
Trauma thorax dapat idbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu trauma
tembus dan tumpul
F. Prognosis Penyakit
1. Open pneumothorax
Timbul karena trauma tajam dan ada hubungannya dengan rongga pleura
sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka yang pada
dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi (sucking chest wound).
Apabila lubang lebih besar daripada 2/3 diameter trachea, maka pada inspirasi
udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga
terjadi sesak napas yang hebat
2. Tension Pneumothorax
Adanya udara pada cavum pleura mengakibatkan tension penumothorax.
Apabila adanya mekanisme ventil karena lubang pada pleura maka udara akan
semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan:
G. Patofisiologi
Trauma tumpul
(kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh,
pukulan pada dada)
Trauma tajam
(luka tembak dan luka
tusuk)
Trauma thorax
WSD/Bullow drainage
-Terdapat luka pada
WSD yang dipasang
-Nyeri pada luka bila
untuk bergerak
Perawatan WSD harus
diperhatikan
dipasang WSD
-Hematothorax > 800 cc torakotomi
H. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda dan gejala pada trauma thorax
1. Ada jejaas pada thorax
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
3. Pembengkakan local dan krepitasi pada saat palpitasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernapas pendek
5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan empisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunjukkan oleh distensi vena
leher
8. Bunyi muffle pada jantung
9. Perfusi jaringan tidak adekuat
10. Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernapasan) dapat terjadi dini tamponade jantung
I.
Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi: x-foto thorax 2 arah (PA/AP dan lateral)
2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun
3. Torasentesis: menyatakan darah/cairan serosanguinosa
4. Hemoglobin: mungkin turun
5. Pa CO2 kadang-kadang menurun
6. Pa O2 normal/menurun
7. Saturasi O2 menurun (biasanya)
8. Toraksentesis: menyatakan darah/ cairan
9. Bila pneumothorax < 30% atau hematothorax ringan (300 cc) terapi
simtomatik, observasi
10. Bila pneumothorax > 30% atau hematothorax sedang (300 cc) makaharus
drainase cavum pleura dengan WSD, dianjurkan untuk melakukan
drainase dengan continues suction unit.
11. Pada pneumothorax yang massif (terdapat perdarahan melalui drainase >
800 cc) segera thorakotomi.
J. Penatalaksanaan Medis
1. Bullow Drinage /WSD
Pada trauma thorax, WSD dapat berarti:
a. Daignostik:
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga
dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sehingga penderita
jatuh dalam shock.
b. Terapi:
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga mechanis of breathing
dapat kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive:
bengkok atau alat rusak, atau lubang selang tertutup oleh perletakan
di dinding paru-paru.
g. Perawatan slang dan botol WSD/Bullow drainage
Cairan dalam botol WSD diganti setiap hati, diukur berapa cairan
wajah
Pernapasan
Gejala: kesulitan bernapas, batuk, riwayat bedah dada/trauma, penyakit
paru kronis, inflamasi/infeksi paru, penyakit interstitial menyebar,
keganasan, pneumothorax spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda: takipnea, peningkatan kerja napas, bunyi napas turun atau tidak
ada, fremitus menurun, perkusi dada hipersonan, gerakan dada tidak
sama, kulit pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan, mental
ansietas, bingung, gisah, pingsan, penggunaan ventilasi mekanik tekanan
positif
g. Keamanan
Gejala: adanya trauma dada, radiasai/kemoterapi untuk keganasan
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker, adanya bedah
intratorakal/biopsy paru.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakbersihan pola pernapasan berhubungan dengan ekspansi paru
yang tidak maskimal karena akumulasi udara/cairan.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
sekresi secret dan penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan
c. Perubahan kenyamanan: nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan
dan reflek spasme otot sekunder.
d. Keusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma mekanik terpasang
bullow drainage/WSD
e. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakcukupan kekuatan
f.
3. Intervensi Keperawatan
kondisi/terjadinya
menyebabkan frustasi.
Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
Lakukan pernapasan diafragma.
R/ pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan
ventilasi alveolar.
Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
dalam
paru
mempermudah
R/
Istirahat
akan
merelaksasi
meningkatkan kenyamanan.
c. Tingkatkan
pengetahuan
semua
tentang:
jaringan
sebab-sebab
sehingga
akan
nyeri,
dan
DAFTAR PUSTAKA
Boedihartono. (1994). Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: EGC
Brooker, C. (2001). Kamus Saku Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, M. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta
Dorland, W. A, Newman. (2002). Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC
FKUI. (1995). Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Hudak, C. M. (1999). Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.
Mowschenson, P. M. (1990). Segi Praktis Ilmu Bedah Untuk Pemula. Jakarta:
Binarupa Aksara
Nasrul Effendi. (1995). Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C. (2001). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth.
Jakarta: EGC
Wilkinson, J. M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC