You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan memakai tumbuhan berkhasiat obat
sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan (Muhlisah, 2000). Salah satu
jenis tumbuhan yang telah dipergunakan oleh masyarakat Indonesia yang berkhasiat
sebagai obat adalah alpukat ( persea americana ). Pada umumnya bagian tanaman yang
berkhasiat obat adalah bagian tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder.
Metabolit sekunder tersebut dapat diperoleh dari daun, bunga, buah, batang, akar ataupun
biji (Balandrin & Klockle, 1988 dalam Budhi, 2005). Contoh metabolit sekunder antara
lain tanin, flavonoid, alkaloid, terpenoid (Robinson 1995). Alkaloid merupakan senyawa
yang mengandung nitrogen dan berperan dalam penolak serangga dan antifungi
(Robinson, 1995). Skrining fitokimia merupakan suatu tahap seleksi awal untuk
mendeteksi golongan senyawa kimia yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan. Skrining
fitokimia meliputi uji alkaloid, uji triterpenoid dan steroid, uji tanin, uji flavonoid dan uji
saponin.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah biji alpukat memiliki kandungan alkaloid?
2. Bagaimana cara pembuatan simplisia biji alpukat sampai menjadi serbuk?
3. Bagaimana perhitungan susut pengeringan, randemen dan konversi dosis dari
simplisia tersebut?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

2.1 Uraian Tumbuhan


2.1.1Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi Alpukat - Persea americana
1. Kingdom: Plantae
2. Subkingdom: Tracheobionta
3. Divisi: Magnoliophyta
4. Super Divisi: Spermatophyta
5. Kelas: Magnoliopsida
6. Sub Kelas: Magnoliidae
7. Ordo: Laurales
8. Famili: Lauraceae
9. Genus: Persea
10. Spesies: Persea americana P. Mill
2.1.2Morfologi Tumbuhan
Deskripsi Persea americana
1. Akar : Tunggang atau dikotil
2. Batang : Berkayu, bulat
3. Keping biji putih kemerahan
4. Ranting berambut halus
5. Berbentuk : Pohon kecil yang tingginya 5-10 m
6. Daun : Tunggal simetris, bertangkai yang panjangnya 1-1,5 cm
7. Bunga : Majemuk berbentuk bintang
8. Pangkal daun dan ujung daun : Meruncing (acuminatus)
9. Permukaan daun : gundul (glaber)
10. Pertulangan : menyirip
11. Berat buahnya antara 0,3-0,4 kg
12. Panjang daun 10-20 cm, lebar 3-10 cm
13. Biji bulat seperti bola, diameter 2,5-5 cm
14. Daun muda warnanya kemerahan, daun tua warnanya hijau
15. Kulit buah tebalnya 1 mm berwarna hijau tua saat matang
16. Buahnya buah buni, bentuk bola atau bulat telur, panjang 10-20 cm, warnanya
hijau atau hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu atau ungu sama sekali
2.1.3Kandungan Kimia
Kandungan Fitokimia
Hasil Skrining fitokimia yang dilakukan oleh Zuhrotun (2007) terhadap
simplisia biji alpukat menunjukkan bahwa biji alpukat mengandung polifenol,
flavonoid,

triterpenoid,

kuinon,

saponin,

tanin

dan

monoterpenoid

dan

seskuiterpenoid.
2.1.4Khasiat Tumbuhan
Hampir setiap bagian dari pohon alpukat memiliki manfaat. Kayu pohon alpukat
bermanfaat sebagai bahan bakar. Biji dan daunnya dapat digunakan dalam industri
pakaian. Kulit pohonnya dapat digunakan untuk pewarna coklat pada produk yang
terbuat dari kulit. Dalam bidang kecantikan, buah alpukat juga sering digunakan
sebagai masker wajah. Buah ini dianggap mampu membuat kulit lebih kencang. Buah
Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

alpukat juga bermanfaat untuk perawatan rambut misalnya sewaktu melakukan


creambath.
Selain itu biji alpukat juga bermanfaat untuk beberapa penyakit, diantaranya
adalah manfaat biji alpukat untuk pengobatan dapat digunakan untuk mengobati sakit
gigi, manfaat Biji Alpukat untuk Maag dan untuk diabetes mellitus.

2.2 Tahapan Pembuatan Simplisia


1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Kadar
senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda antara lain tergantung pada :
Bagian tanaman yang digunakan
Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen
Waktu panen
Lingkungan tempat tumbuh
2. Sortasi basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing lainnya
dari bahan simplisia seperti tanah, kerikil, rumput, dan bagian tanaman yang telah
rusak serta pengotor lainnya harus dibuang. Tanah mengandung bermacammacam mikroba dalam jumlah yang tinggi oleh karena itu pembersihan simplisia
dari tanah dapat mengurangi jumlah mikroba awal.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat terutama bahan
yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan yang tercemar pestisida. Pencucian
dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang melekat pada
bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih yang mengalir. Bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir,
pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
4. Perajangan
Perajangan bahan dilakukan untuk mempermudah proses

pengeringan,

pengepakan dan penggilingan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, atau


dengan alat mesin perajang khusus.
5. Pengeringan
Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Tanaman dikatakan kering
apabila jika dirasakan tidak dingin lagi dan juga terasa kaku. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari atau menggunakan suatu alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan
Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran


udara, waktu pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada dasarnya dikenal dua
cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan pengeringan secara
buatan.
Pengeringan alamiah
Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman
yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan yaitu :
Dengan panas sinar matahari langsung
Cara ini dilakukan utuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif
keras seperti akar, kayu, kulit kayu, biji, buah dan sebagainya dan

mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.


Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar
matahari langsung
Digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti
bunga, daun dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif

mudah menguap.
Pengeringan buatan
Dengan menggunakan suatu alat atau mesin pengering yang suhu
kelembaban, tekanan dan aliran udaranya dapat diatur.
6. Sortasi kering
Tujuan sortasi untuk memisahkan benda-benda asing terhadap bahan yang rusak
(misalnya: gosong) dan pengotoran-pengotoran lain yang masih ada (tertinggal)
pada simplisia kering (misalnya: kotoran hewan).
7. Pengepakan dan penyimpanan
Simplisia dapat rusak, mundur atau berubah mutunya karena faktor luar dan
dalam, oleh karena itu simplisia harus disimpan pada wadah yang telah ditentukan
dan tersendiri agar tidak saling tercampur antara simplisia satu dan lainnya. Faktor
yang mempengaruhi pengepakkan dan penyimpanan simplisia adalah sebagai
berikut :
Cahaya
Oksigen atau sirkulasi udara
Reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif tanaman dengan wadah
Penyerapan air
Kemungkinan terjadi proses dehidrasi
Pengotoran atau pencemaran, baik yang diakibatkan serangga, kapang,bulu
bulu tikus atau binatang lain.
wadah yang akan digunakan memiliki persyratan sebagai berikut :
Harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain
Tidak beracun bagi bahan yang diwadahi nya maupun bagi manusia yang
menanganinya
Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

Mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba, kotoran dan

serangga
Mampu melindungi bahan simplisia dari penguapan kandungan aktif
Mampu melindungi bahan simplisia dari pengaruh cahaya, oksigen dan
uap air

8. Pemeriksaan mutu
Simplisia dianggap bermutu rendah jika tidak memenuhi persyaratan-persyaratan
yang telah ditetapkan, khususnya persyaratan kadarnya. Mutu rendah ini dapat
disebabkan oleh tanaman asal, cara panen dan pengeringan yang salah, disimpan
terlalu lama, terkena pengaruh kelembaban, panas atau penyulingan. Simplisia
dinyatakan bulukan jika kualitasnya turun karena dirusak oleh bakteri, cendawan
atau serangga.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan pemeriksaan mutu
simplisia adalah sebagi berikut :
Simplisia yang harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku
buku resmi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI.
Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisik secara tepat yang meliputi :
Kurang kering atau mengandung air
Termakan serangga atau hewan lain
Ada tidaknya pertumbuhan kapang
Perubahan warna atau perubahan bau
Dilakukan pemeriksaan lengkap yang terdiri dari :
Pemeriksaan organoleptik, meliputi pemeriksaan warna, bau, dan rasa

dari bahan
Pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, meliputi pemeriksaan ciri
ciri bentuk, luar yang spesifik dari bahan ( morfologi ) maupun ciri

ciri spesifik dari bentuk anatoni nya


Pemeriksaan fisika dan kimiawi, meliputi tetapan fisik ( indeks bias,
titik lebur, dan kelarutan ) serta reaksi reaksi indeks kimiawi seperti

warna, dan pengendapan


Uji biologi, penetapan angka kuman, pencemaran dan percobaan
terhadap binatang.

2.3 Identifikasi kandungan alkaloid


2.2.1 Alkaloid
Alkaloida merupakan senyawa organik yang bersifat basa, memiliki atom
nitrogen dan pada umumnya memiliki aktivitas fisiologi. Pada dunia tumbuh-

Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

tumbuhan, alkaloida terdapat pada berbagai famili dan bangsa. Alkaloida ditemukan
pada berbagai bagian dari tumbuhan seperti pada biji, buah, daun, batang dan akar.
Sifat fisik :
a. Bentuk
Kebanyakan berbentuk kristal, kadang-kadang amorf, yang berbentuk cair karena
molekulnya tidak mengandung oksigen. Umumnya tidak berwarna atau putih.
b. Kelarutan
Umumnya tidak larut dalam air atau sedikit larut. Garam alkaloid yang terbentuk
karena penambahan asam, biasanya mudah larut dalam air. Alkaloid dapat larut dalam
pelarut organik contoh : eter, kloroform. Sedangkan garam alkaloid sukar larut dalam
pelarut organik.
c. Rasa
Umumnya berasa pahit.
Sifat kimia :
Umumnya mengandung satu atom N, kadang-kadang lebih. N dapat berbentuk amina
primer (RNH2), Amina sekunder (R2NH), Amina tersier (R3N).
Bersifat alkalis dan sifat kimianya seperti ammonia. Kuat dan lemahnya sifat alkalis
tergantung pada struktur molekul, dan adanya ikatan lain.
Dalam larutan asam akan terbentuk garam dan jika garamnya ditambah dengan ion
Hidroksida terbentuk amina bebas.

Dengan penambahan ion Merkuri, emas, platina, atau logam berat lain terbentuk
endapan garam rangkap, biasanya berbentuk hablur yang khas.
Sifat-sifat Alkaloid :
1) Alkaloid merupakan senyawa N yang biasanya terdapat pada tumbuhan dan
kebanyakan bersifat basa.
2) Alkaloid mengandung satu atau lebih atom N yang dapat berupa amina primer
(RNH2) dan amina sekunder (R2NH) atau siklis atau kuarterner ammonium
hidroksida (R4NOH).
3) Alkaloid tidak larut atau sukar larut dalam air.
4) Garam-garamnya biasanya mudah larut dalam air.
5) Alkaloid bebas biasanya larut dalam eter, kloroform atau pelarut organik lain,
tapi garamnya tidak larut. Sifat ini digunakan sebagai dasar untuk isolasi dan
pemurniabn alkaloid.

Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

6) Kebanyakan alkaloid berbentuk kristal padat, beberapa berbentuk amorf dan


sedikit berbentuk cairan (conii, inkasin, sparkein).
7) Alkaloid yang berbentuk cair tidak mempunyai atom O dalam molekulnya.
8) Garam alkaloid tidak sama bentuk kristalnya, dan bentuk kristal ini berguna
untuk identitas secara mikrokopis.
Klasifikasi alkaloid :
Alkaloid dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis cincin heterosiklik Nitrogen yang
merupakan inti dari struktur molekul. Berdasarkan klasifikasi ini, alkaloid dibedakan
atas alkaloid piperidin, piridin, tropan, kuinolin, isokuinolin, pirolidin, imidazol,
indol, purin, steroid, lupinan, amin, purin dan alkaloid sisa.
2.2.2 Cara Identifikasi
Pereaksi yang umum digunakan untuk uji alkaloida adalah pereaksi
Bouchardat (Iodium dalam kalium iodida), pereaksi Mayer (Kalium Merkuri Iodida),
dan Dragendorff (Kalium Bismuth Iodida).
Cara identifikasi alkaloid menurut Douglas et al. (Sangi et al., 2008) yaitu
sampel biji buah alpukat halus sebanyak 4 g ditambahkan kloroform secukupnya,
selanjutnya ditambahkan 10 mL amoniak dan 10 mL kloroform. Kemudian larutan
disaring ke dalam tabung reaksi dan filtrat ditambahkan 10 tetes H2SO4 2N.
Campuran dikocok dengan teratur, dibiarkan beberapa menit sampai terbentuk 2
lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi masing-masing
sebanyak 1 mL. Kemudian masing-masing tabung tersebut ditambahkan beberapa
tetes pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorff. Apabila terbentuk endapan
menunjukan bahwa sampel tersebut mengandung alkaloid, dengan pereaksi Mayer
memberikan endapan putih, dengan pereaksi Wagner memberikan endapan berwarna
coklat dan pereaksi Dragendorff memberikan endapan berwarna jingga (Robinson,
1995)
2.2.3 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi yaitu dimisalkan sebagai berikut
sebanyak 20 g biji buah alpukat A dan B segar yang telah dihancurkan (digerus) dan
biji buah alpukat A dan B kering yang telah dihaluskan direndam dalam 100 mL
pelarut etanol 70% selama 24 jam, kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat.
Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

Perlakuan tersebut dilakukan selama 2 hari. Tahap selanjutnya dievaporasi untuk


penguapan pelarut, ekstrak dikeluarkan dari labu evaporasi dan dimasukan dalam
cawan petri, kemudian disimpan di dalam desikator. Selanjutnya masing-masing
ekstrak biji buah alpukat A dan B ditimbang.

2.4 Penggunaan Empiris


2.3.1 Khasiat biji alpukat untuk penyakit maag

Cuci bersih biji alpukat dengan menggunakan air matang


Parut biji alpukat
Campurkan 100 CC air matang dengan parutan biji alpukat tadi
Kemudian Saring
kemudian minum sari biji alpukat pagi dan sore sampai sembuh

2.3.2 Khasiat biji alpukat untuk penyakit diabetes mellitus

Biji buah alpukat secukupnya


2 gelas air
Ambil biji alpukat dan panggang di atas api
Setelah itu potong kecil-kecil
Kemudian rebus sampai airnya menjadi berwarna coklat
Setelah dingin, saring dan minum
Lakukan secara rutin sampai kesembuhan mulai dirasakan

atau juga bisa dengan cara berikut

Biji alpukat diiris tipis tipis


Irisan biji alpukat dijemur sampai kering
Irisan biji alpukat yang sudah kering disangrai
Irisan biji alpukat yang sudah disangrai diblender sampai lembut
Masukkan bubuk biji alpukat ke kulit kapsul yang dapat dibeli di apotek
Minum kapsul biji alpukat satu kali sehari

BAB III
METODE PERCOBAAN

Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

3.1 Tujuan Percobaan


1. Mempelajari cara pembuatan simplisia nabati dari beberapa macam tumbuhan obat
2. Melatih keterampilan dalam pembuatan simplisia nabati
3.2 Alat-alat

Baskom
Oven
Pengayak
Pisau
Talenan
Timbangan
Toples kaca

3.3 Bahan
Biji alpukat
3.4 Cara Pembuatan Simplisia
Dikumpulkan bahan baku yaitu buah alpukat dan bagian yang akan digunakan
adalah biji dari alpukat tersebut. Setelah biji apukat terkumpul kemudian ditimbang, biji
yang telah ditimbang lalu disortasi basah kemudian ditimbang kembali sebagai bobot
awal. Setelah itu dilakukan pencucian dengan air bersih yang mengalir, lalu ditiriskan.
Rajang biji alpukat tersebut dengan seragam. Dikeringkan dengan cara pengeringan
alamiah yaitu dibawah sinar matahari selama 3 hari . Angkat simplisia lalu disortasi kering
kemudian ditimbang kembali untuk bobot akhir kemudian dihitung susut pengeringan.
Simplisia tersebut dibuat serbuk dengan cara di blender lalu diayak dan timbang serbuk
tersebut untuk dihitung randemen serta konversi dosis

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

Susut Pengeringan
Randemen
Konversi Dosis

4.2 Perhitungan
4.2.1 Susut Pengeringan Simplisia
Susut pengeringan=

Bobot awal sortasibasahBobot akhir sortasi kering


B obot awal sortasi basah

x 100

%
=
4.2.2 Randemen
Randemen=

Bobot akhir setelah sortasi kering


B obot awal sortasibasah

x 100 %

=
4.2.3 Konversi Dosis

4.3 Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan simplisia nabati, tanaman yang
digunakan adalah Persea americana yaitu alpukat. Dalam pembuatan simplisia ini
bagian tanaman yang digunakan adalah biji.

BAB V
KESIMPULAN

Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

10

Berdasarkan hasil percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa:

DAFTAR PUSTAKA

Fitokimia 1 Kelompok 5 | Pembuatan simplisia nabati biji alpukat

11

You might also like