Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amputasi
lebih
dahulu
dikenal
dari
pada
seluruh prosedur
dalam
situs
1 | Page
dan pelayanan
kesehatan
yang
berguna
dalam
membantu
asuhan
D. Ruang Lingkup
Berhubung dengan luasnya cakupan aspek tentang amputasi
dan
untuk penulisan makalah ini dan agar lebih terarah, maka penulis hanya
membahas mengenai tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pemeriksaan diagnostik, persiapan pre op amputasi, klasifikasi, dampak atau
masalah yang terjadi terhadap tubuh, indikasi dan kontra indikasi serta
komplikasi yang terjadi pada amputasi.
2 | Page
E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah
dengan Deskriptif. Yang bertujuan memperoleh gambaran tentang konsep
dasar amputasi dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data sebagai
berikut:
1. Studi Kepustakaan
Pengumpulan data dengan mempelajari bahan teoritis yang berhubungan
dengan materi.
2. Media Internet
Mengumpulkan data dengan mempelajari bahan dan teoritis yang
berhubungan dengan kasus dengan mencari di internet.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematikan penulisan pada makalah ini:
BAB I ( Pendahuluan ) berisi tentang Latar belakang, Tujuan Penulisan,
Ruang Lingkup, Metode Penulisan dan yang terakhir sistematika
penulisan.
BAB II ( Tinjauan Teori ) berisi tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pemeriksaan diagnostik, persiapan pre op amputasi,
klasifikasi, dampak atau masalah yang terjadi terhadap tubuh,
indikasi dan kontra indikasi serta komplikasi yang terjadi pada
amputasi.
BAB III ( Tinjauan Kasus ) berisi tentang kasus fiktif dan asuhan keperawatan
pre dan post operasi pada klien dengan amputasi.
BAB IV ( Penutup ) berisi kesimpulan dan saran.
3 | Page
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian
Amputasi berasal dari kata amputare yang kurang lebih diartikan
pancung. Bararah dan Jauhar (2012) menyatakan bahwa amputasi dapat
diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh
bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
4 | Page
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas
sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara
utuh atau merusak organtubuh yang lain seperti timbulnya komplikasi infeks.
Adapun pengertian amputasi menurut LeMone (2011) Amputasi
adalah pemotongan sebagian atau seluruh dari anggota ekstremitas. Amputasi
merupakan tidakan dari proses yang akut, seperti kejadian kecelakaan atau
kondisi yang kronik, misalnya penyakit pembuluh perifer, diabetes mellitus.
Hal yang sama diungkapkan juga oleh Lukman dan Ningsih (2009), amputasi
adalah
pengangkatan/
pemotongan/
pembuangan
sebagian
anggota
Fraktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki (cedera
remuk akibat kecelakaan kendaraan bermotor)
2.
3.
4.
5.
Adanya tumor pada organ yang tidak mungkin diterapi secara konservatif.
6.
5 | Page
C. Klasifikasi Amputasi
Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :
1. Amputasi selektif/terencana
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi
amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya
merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada
trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang
luas.
Teknik amputasi yang dikenal adalah :
a. Amputasi terbuka
Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana
pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi
ini dilakukan pada klien dengan infeksi yang mengembang, kemudian
dipasang drainage agar luka bersih dan kulit ditutup setelah infeksi
teratasi (sembuh).
b. Amputasi tertutup
Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan
dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan
6 | Page
merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan
pingsan.
5. Sistem Muskuloskeletal
a. Penurunan kekuatan otot
Dengan adanya immobilisasi
dan
gangguan
sistem
vaskuler
10 | P a g e
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan
:
a. Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk
batu ginjal.
b. Tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang
biaknya kuman dan dapat menyebabkan ISK.
8. Sistem integument
Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan
bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah
dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia,
hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit
dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
G. Penatalaksanaan Amputasi
Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi.
Ada 2 cara perawatan post amputasi yaitu :
1. Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu dikamar
operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita
harus immobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera
dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump
dan memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang
menonjol. Keuntungan cara ini bisa mencegah oedema, mengurangi nyeri
dan mempercepat posisi berdiri.
Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi
segera, mobilisasi setelah 7 10 hari post operasi setelah luka sembuh,
setelah 2 3 minggu, setelah stump sembuh dan mature. Namun untuk
11 | P a g e
jaringan
dan
membantu
memperkirakan
potensi
12 | P a g e
mengkaji dan
13 | P a g e
2) Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi
tubuh klien secara utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan
operasi manakala tindakan amputasi merupakan kondisi tubuh sebaik
mungkin manakala merupakan trauma/tindakan darurat. Kondisi fisik
yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH
KEGIATAN
Integumen :
Kulit secara umum
Lokasi amputasi
perdarahan
atau
kerusakan
amputasi
terhadap
terjadinya
14 | P a g e
Pembuluh darah
fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis
melalui penilaian terhadap elastisitas
pembuluh darah.
Sistem Respirasi
Sistem Urinari
Sistem Neurologis
Sistem Mukuloskeletal
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi antara lain :
a) Status kesehatan fisik secara umum
Pemeriksaan status kesehatan secara umum, meliputi
identitas klien, riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain
status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan,
fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan
lain-lain. Selain itu pasien harus istirahat yang cukup, karena
dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami
stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki
riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien
wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.
b) Status nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan
globulin) dan keseimbangan nitrogen.
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input
dan output cairan. Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat
dengan
fungsi
ginjal.
Dimana
ginjal
berfungsi
mengatur
18 | P a g e
19 | P a g e
20 | P a g e
gerak
sendi
bermanfaat
untuk
meningkatkan
atau
laboratorium
maupun
pemeriksaan
lain,
seperti:
Imagine),
BNO-IVP,
Renogram,
Cystoscopy,
b) Pemeriksaan
Laboratorium,
berupa
pemeriksan
darah
rutin
dan
tetap
mempertahankan
kepatenan
jalas
nafas,
perawatan
secara
umum
yaitu
menstabilkan
kondisi
klien
dan
23 | P a g e
menyelesaikan
pengkajian
keperawatan,
perawat
perawat
mempunyai
lisensi
dan
kompetensi
untuk
integritas
kulit
berhubungan
dengan
trauma
dapat
mengindikasikan
adanya
sindrom
4) Ketakutan
terantisipasi
yang
(anticipated
grieving)
28 | P a g e
5) Kurang
pengetahuan
tentang
kondisi,
prognosis,
dan
kurang
terpajan
informasi,
dan
kesulitan
mengingat,
Karakteristik penentu : permintaan informasi, mengungkapkan
ketidakmengertian akan kondisi, prognosis, dan pengobatan.
Tujuan : menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit dan
pengobatan, melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi
dalam
program pengobatan.
Intervensi :
a) Kaji ulang proses penyakit/prosedur bedah dan harapan klien
yang akan datang.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan di mana klien dapat
membuat pilihan berdasarkan informasi.
b) Tunjukkan cara perawatan prostese, tekankan pentingnya
pemeliharaan secara rutin.
Rasional :dorong pemasangan yang tepat/pas, mengurangi
resiko komplikasi dan memperpanjang pengguan prostese
c)
Berikan
penjelasan
mengenai
kondisi,
prognosis,
dan
pengobatan.
Rasioanl : memberikan pengertian dan pemahaman keepada
klien.
Untuk
mengetahui
tingkat
luka
yang
menyebabkan nyeri.
d) Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : Analgetik dapat mengurangi nyeri
e) Observasi keluhan nyeri local/kemajuan yang tak hilang
dengan analgetik.
Rasional
dapat
mengindikasikan
adanya
sindrom
penentu
Menyatakan
berduka
mengenai
30 | P a g e
tinggi
terhadap
komplikasi:
infeksi,
hemoragi,
mempertahankan
kebersihan,
meminimalkan
penurunan
aliran
darah
vena/arterial;
edema
32 | P a g e
alat
balutan/drainase,
perhatikan
jumlah
dan
karakteristik balutan.
Rasional : kehilangan darah terus menerus mengindikasikan
kebutuhan untuk tambahan cairan penggantian cairan dan
evaluasi untuk gangguan koagulasi atau intervensi bedah
untuk ligasi pendarahan.
penentu
menolak
untuk
bergerak,
keluhan
33 | P a g e
penggunaan
posisi
semifowler/tinggi,
bila
diindikasikan.
Rasional : fleksi panggul lama dapat meregangkan/dislokasi
prostese baru.
c) Berikan penguatan posisitif terhadap upaya-upaya.
Rasional : meningkatkan perilaku posistif, dan mendorong
keterlibatan terapi.
d) Lakukan/bantu rentang gerak pada sendi yang tak sakit.
Rasional : klien dengan penyakit degenarasi sendi dapat secara
tepat kehilangan fungsi sendi selama periode pembatasan
aktivitas.
e) Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
Rasional : memudahkan klien untuk memenuhi kebutuhan
secara mandiri
4. Implementasi
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis dan
intervensi yang ditentukan.
5. Evaluasi
a. Klien tidak mengalami nyeri; tampak rileks, mengungkapkan rasa
nyaman
b. Mencapai mobilitas mandiri; memperlihatkan rentang gerak aktif,
meningkatkan kekuatan dan ketahana, menggunakan alat bantu
mobilisasi.
c. Memperlihatkan
tidak
berduka;
mengekspresikan
perasaannya,
d. Tidak terjadi infeksi; TTV normal, tidak ada dolor, rubor, calor, tumor,
dan fungsilaesa
e. Integritas kulit baik
f. Memperlihatkan peningkatan citra tubuh
g. Mencapai kemandirian perawatan diri
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus
Tn. G, 50 tahun, masuk ke ruang rawat karena tungkai bawah (kanan
membusuk. Klien mengatakan tungkai atas terasa nyeri, skala nyeri 5, nyeri
hilang-timbul dan tidak menjalar ke anggota tubuh yang lain. Klien
mengatakan badannya terasa lemas dan kakinya sulit untuk berjalan. Tn. G
juga mempunyai riwayat DM . Keadaan umum klien tampak lemah. Hasil
pemeriksaan fisik: RR 24x/menit, TD 110/70 mmHg, S 36,5 OC, N 110
x/menit, Saturasi O2 90%, hasil lab GDS 200, transcutaneous O2 pressure 10
mmHg. Kedua tungkai klien berencana akan diamputasi.
B. Pembahasan
Asuhan Keperawatan pada klien dengan amputasi
1. Pengkajian
a. Identitas
Nama
: Tn. G
35 | P a g e
Umur
: 50 Tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
: Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir
: SMA
Alamat
: Sanankulon-Blitar
: BPJS
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
Kebiasaan Berobat di
: Klinik
Alergi
: Tidak ada
: Tidak ada
: 01 Febuari 2015
: Berangsur-angsur
Faktor Pencetus
: Berobat ke Puskesmas.
36 | P a g e
:-
f. Kebersihan Diri
Kebiasaan sebelum sakit
37 | P a g e
Mandi : 2 x/hari
Sikat gigi : 2 x/hari
Ganti pakaian : 1-2 x/hari
Keramas : 1-2 x/minggu
Potong kuku : 1-2 x/bulan
Kebiasaan saat sakit :
Mandi : dibantu
Ganti pakaian : dibantu
Sikat gigi : belum dilakukan
Keramas : belum dilakukan
Potong kuku : belum dilakukan
h. Kebiasaan Merokok/Alkohol/Jamu
Merokok , alkohol , jamu
2. Data Fokus
a. Data Subjektif:
1) Klien mengatakan kakinya mati rasa.
38 | P a g e
b. Data Objektif:
1) Hasil
pengukuran
tanda-tanda
vital
=>
RR=24x/menit,
a. Pre Operasi
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan.
2) Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan
fisik/jaringan, trauma syaraf Hipertermi berhubungan dengan adanya
proses infeksi.
3) Gangguan
perfusi
jaringan
berhubungan
dengan
39 | P a g e
Pre Operasi
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
karakteristik
penentu
peningkatan
tegangan,
ketakutan,
dan
psikologis,
Rasional
1. secara psikologis meningkatkan
rasa aman dan meningkatkan
rasa saling percaya.
40 | P a g e
pengetahuann/persepsi klien
untuk
mendiskusikan
klien
2. meningkatkan/memperbaiki
3. meningkatkan rasa aman dan
memungkinkan klien
melakukan komunikasi secara
menggunakan
visualisasi.
b. Gangguan
rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
kerusakan
dan
peningkatan
Rasional
1. Mengindikasikan rasa sakit
akut dan ketidaknyamanan.
pernafasan.
2. Dorong
penggunaan
tehnik
ketegangan
4. Kolaborasikan
2. Melepaskan
tim
otot.
3. Membantu
dalam
medis
dalam
penggunaan
analgesic
Rasional
untuk
melakukan mobilisasi
dapat
melakukan
mobilisasi
1. Dengan
meningkatkan
meningkatkan
sirkulasi darah.
2. Meningkatkan
melancarkan
sedikit
lebih
rendah
dari
istirahat
penyilangkan
balutan
tinggi
hindari
mempercepat
kaki,
hindari
arterosklerosis,
hindari
dapat
ketat,
penggunaan bantal
3. Ajarkan
3. Kolestrol
tentang
dapat
terjadinya
merokok
menyebabkan
terjadinya
modifikasi
vasokontriksipembuluh
darah,
kebiasaan
penggunaan
merokok,
dan
obat-obatan
relaksasi
meningkatkan
pembuluh
untuk
dilatasi
darah
sehingga
42 | P a g e
vasokontriksi.
4. Kerja
perfusi
sama
kesehatan
dengan
lain
pemberian
tim
dalam
vasodilator,
jaringan
diperbaiki,
sedangkan
pemeriksaan
secara
dapat
gula
rutin
darah
dapat
mengetahui
rutin
dan
terapi
oksigen
(HBO).
perkembangan
untuk
memperbaiki
oksigenasi
daerah
ulkus/gangren.
d. Ketakutan terantisipasi yang (anticipated grieving) berhubungan dengan
kehilangan akibat amputasi
Karakteristik penentu : Mengungkapkan rasa takut kehilangan
kemandirian, takut kecacatan, rendah diri dan menarik diri.
Tujuan : klien dapat mendemonstrasikan kesadaran akan dampak
pembedahan pada citra diri.
kriteria hasil : Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut, menyatakan
perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.
Intervensi :
Intervensi
1. Anjurkan
klien
mengungkapkan
untuk
diri
klien,
menghindarkan
depresi,
meningkatkan
2. Berikan
informasi
perasaan
Rasional
1. Mengurangi rasa tertekan
yang
pemilihan
amputasi.
tindakan
pada
dukungan
mental.
2. Membantu klien menggapai
penerimaan
terhadap
3. Berikan
informasi
bahwa
memperbaiki
untuk
3. Meningkatkan
kondisi
rasionalisasi.
dukungan
mental
4. strategi untuk meningkatkan
menghindari
citra diri.
Fasilitasi
klien
bertemu
telah
berhasil
dalam
Rasional
1. membantu dalam
evaluasi
mengurangi
nyeri
secara mandiri.
3. Untuk
mengetahui
tingkat
44 | P a g e
5. Observasi
keluhan
nyeri
luka
yang
menyebabkan
nyeri.
4. Analgetik dapat mengurangi
nyeri
5. dapat
mengindikasikan
adanya
sindrom
kompartemen
khususnya
cedera traumatik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai
ditandai dengan gangguan koordinasi penurunan kekuatan otot, kontrol,
dan massa.
Tujuan: Klien dapat beradaptasi dengan kerusakan mobilitas
Kriteria
Hasil:
menunjukkan
partisipasi
dalam
aktivitas,
Rasional
1. Mencegah
kontraktur,
memperlambat
penggunaan
protese.
2. Dorong latihan aktif/isometrik
3. Instruksikan
pasien
berbaring
dengan
tengkurap
sesuai
untuk
posisi
toleransi
3. Menguatkan
dan
otot
mencegah
ekstensor
kontraktur
alat
pemindahan
mobilitas,
amputasi
(tim
rehabilitasi)
Ambulasi
setelah
tungkai
bawah
pada
waktu
tergantung
dapat
mencegahcedera abrasi/kulit.
yang
pemasangan protese.
6. Memberikan bentuk latihan/
program
aktivitas
untuk
memenuhi
kebutuhan
dan
kekuatan
individu,
dan
mengidentifikasi
mobilitas
fungsional
membantu
meningkatkan kemandirian.
7. Menurunkan
tekanan
pada
sirkulasi
risiko
dan
iskemia
jaingan.
c. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer
tidak adekuat (kulit robek, pemajanan sendi), prosedur invasif
(pembedahan), dan penurunan mobilitas.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada daerah insisi.
Kriteria hasil :Mencapai penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase
purulen atau eritema, dan tidak demam.
Intervensi
Rasional
46 | P a g e
kebersihan
yang
ketat
saat
alat
drainase
terlepas.
2. Mencegah
infeksi
sendi
pertumbuhan
kuman
(media
untuk
bakteri).
berbau
eritema/inflamasi,
kehilangan
penyatuan lua.
mengindikasikan
menerus
dari
menunjukkan
insisi
terjadinya
kerusakan
kulit,
karakteristik nyeri.
berpotensi
pada
proses
infeksi.
4. Memberikan
yang
tentang
informasi
status
proses
penyembuhan
makanan kasar.
8. Pertahankan isolasi.
yang
dan
diresepkan
area
operasi
mengindikasikan
dapat
infeksi
sendi.
47 | P a g e
terjadinya
infeksi.
7. Mempertahankan
keseimbangan
nutrisi
perfusi
cairan
untuk
dan
mendukung
jaringan
dan
menurunkan
kontak
khususnya
pada
lansia,
imunosupresi,
atau
pasien diabetik.
9. Berguna
secara
profilaktik
Intervensi :
Intervensi
1. Validasi masalah yang dialami
klien.
2. Libatkan
Rasional
6. Meninjau
perkembangan
klien.
klien
dalam
7. Mendorong
antisipasi
langsung.
: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 2
S
: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 3
S
: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 4
S
: Intervensi dilanjutkan
Post Operasi
Diagnosa 1
S
: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 2
S
: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 3
S
: Tidak terdapat pus pada daerah insisi, klien tidak mengalami demam.
: Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 4
S
: Masalah teratasi
: Intervensi dipertahankan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Amputasi adalah pemotongan sebagian atau seluruh dari anggota
ekstremitas. Amputasi merupakan tidakan dari proses yang akut, seperti
51 | P a g e
52 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sunddart. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
Kozier, Barbara. 1995. Fundamental of Nursing : Concepts, Prosess and Practice :
Sixth edition, Menlo Park, Calofornia.
Lukman dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba medika.
Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatn
53 | P a g e
(2007).
Amputasi
tersedia
medical.blogspot.com/2007/09/amputasi.html
di
http://free-
[ONLINE].
Diakses
54 | P a g e