Professional Documents
Culture Documents
HIV AIDS
A. PENGERTIAN
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang m
elemahkan sistem kekebalan tubuh atau perlindungan tubuh manusia.
Virus
inilah
yang
Immune Deficiency
adalah
singkatan
dari
Acquired
Immuno
Deficiency
merusak
sistem
pertahanan
tubuh
ini,
sehingga
akhirnya
Lymphadenopathy
Dunia,
World
Associated
Health
Virus
Organization
(LAV).
(WHO)
Badan
kemudian
penting
dalam
imunitas
seluler.
Selanjutnya
jika
HIV
infeksi
dan
penyakit
oportumistik
yang
timbul
akibat
c.
d.
e.
f.
g.
D. CARA PENULARAN
HIV berada terutama dalam cairan tubuh manusia. Cairan yang
berpotensial mengandung HIV adalah darah, cairan sperma, cairan
vagina dan air susu ibu (KPA, 2007c). Penularan HIV dapat terjadi
melalui berbagai cara, yaitu : kontak seksual, kontak dengan darah
atau sekret yang infeksius, ibu ke anak selama masa kehamilan,
persalinan dan pemberian ASI (Air Susu Ibu). (Zein, 2006)
1. Seksual
Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling
dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan
seksual dapat terjadi selama senggama laki-laki dengan perempuan
atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual
dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua
individu. Resiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang
tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV.
2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar
dengan virus HIV.
3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau
tertusuk ke dalam tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV,
seperti jarum tato atau pada pengguna narkotik suntik secara
bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan
medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja (tidak sengaja) bagi
petugas kesehatan.
4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian
hendaknya dihindarkan karena dapat menularkan virus HIV kecuali
benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya sebelum digunakan.
yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam
respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus (HIV) menginfeksi
sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel
T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi. Dengan menurunya
jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV )
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama
bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari
sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes
zoster dan jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun
akibat
timbulnya
berproliferasi.
penyakit
Akhirnya
baru
terjadi
akan
infeksi
menyebabkan
yang
parah.
virus
Seorang
F. KLASIFIKASI
Sejak 1 januari
1993,
orang-orang
dengan
keadaan
yang
yang
menyertai
atau
riwayat
infeksi
Human
b. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen, frekuen/responnya
jelek terhadap Terapi.
3. Displasia Serviks (sedang/berat karsinoma serviks in situ ).
4. Gejala konstitusional seperti panas (38,5o C) atau diare lebih dari
1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut.
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda/terjadi pada
lebih dari satu dermaton saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura.
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
c. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja
mencakup :
1. Kandidiasis bronkus, trakea/paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner/diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus (bukan hati, lien, atau kelenjar limfe)
7. Refinitis Cytomegalovirus (gangguan penglihatan)
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency
Virus (HIV).
9.
Herpes
simpleks
(ulkus
kronis,
bronchitis,
pneumonitis/esofagitis ).
10. Histoplamosis diseminata/ekstrapulmoner ).
11. Isoproasis intestinal yang kronis.
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak.
14.
Kompleks
mycobacterium
avium
(M.kansasi
yang
diseminata/ekstrapulmoner).
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner/ekstrapulmoner).
16. Mycobacterium, spesies lain, diseminata/ekstrapulmoner.
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus
( HIV).
G. KOMPLIKASI
a) Oral Lesi
peridonitis
Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV),
karena
reaksi
terapeutik,
hipoksia,
Dengan efek :
- Sakit kepala
- Malaise
- Demam
- Paralise
- Total/Parsial
Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler, hipotensi sistemik,
opurtunistik,
nasokomial,
atau
sepsis.
Tidakan
Human
Immunodeficiency
Virus
(HIV)
dengan
PATHWAY
imun.
Umur
kronologis
pasien
juga
mempengaruhi
kelenjar timus
Aplasia
Timik,
Congenital.
Kerusakan Imunitas Humoral (Antibodi)
Limfositik Leukemia Kronis, Mieloma,
Hipogamaglobulemia
Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang Lambat (Anemia), Perdarahan Lama
pada Cedera.
Tanda : Perubahan TD Postural, Menurunnya Volume Nadi Perifer,
Pucat/Sianosis, Perpanjangan Pengisian Kapiler.
Mengingkari
Diagnosa,
Putus
Asa,dan
sebagainya.
Tanda : Mengingkari, Cemas, Depresi, Takut, Menarik Diri,
Marah.
Eliminasi
Gejala : Diare Intermitten, TerusMenerus, Sering Dengan atau
Tanpa Kram Abdominal, Nyeri Panggul, Rasa Terbakar Saat
Miksi
Tanda : Feces Encer Dengan atau Tanpa Mucus atau Darah, Diare
Pekat dan Sering, Nyeri Tekan Abdominal, Lesi atau Abses
Rectal,
Perianal,
Perubahan
Jumlah,
warna,
dan
Karakteristik Urine.
Makanan/Cairan
Gejala : Anoreksia, Mual Muntah, Disfagia
Tanda : Turgor Kulit Buruk, Lesi Rongga Mulut, Kesehatan Gigi
dan Gusi yang Buruk, Edema
Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, Kurang Perawatan Diri.
Neurosensoro
Gejala
Pusing,
Kerusakan
Sakit
Kepala,
Perubahan
Status
Indera,
Kelemahan
Status
Mental,
Otot,
Tremor,
Perubahan Penglihatan.
Tanda : Perubahan Status Mental, Ide Paranoid, Ansietas, Refleks
Tidak Normal, Tremor, Kejang, Hemiparesis, Kejang.
Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri Umum / Local, Rasa Terbakar, Sakit Kepala, Nyeri
Dada Pleuritis.
Tanda : Bengkak Sendi, Nyeri Kelenjar, Nyeri Tekan, Penurunan
Rentan Gerak, Pincang.
Pernafasan
Gejala : ISK Sering atau Menetap, Napas Pendek Progresif, Batuk,
Sesak pada Dada.
Tanda : Takipnea, Distress Pernapasan, Perubahan Bunyi Napas,
adanya Sputum.
Keamanan
Gejala : Riwayat Jatuh, Terbakar, Pingsan, Luka, Transfuse Darah,
Penyakit Defisiensi Imun, Demam Berulang, Berkeringat
Malam.
Tanda
Perubahan
Integritas
Kulit,
Luka
Perianal/Abses,
Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku Seks Beresiko Tinggi, Menurunnya
Libido, Penggunaan Pil Pencegah Kehamilan.
Tanda : Kehamilan, Herpes Genetalia
Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh Diagnosis, Isolasi,
Kesepian, adanya Trauma AIDS
Penyalahgunaan
Obat-obatan
IV,
Merokok,
Alkoholik.
3) Pemeriksaan Diagnostik
Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostik yang sebagian
masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium
digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya
terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
a. Serologis
Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA.
Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa.
Sel T limfosit
Penurunan jumlah total.
Sel T4 helper.
Indikator system imun jumlah <200>.
nilai
kuantitatif
protein
mengidentifikasi
progresi infeksi.
Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau
mendekati normal.
Tes PHS.
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin
positif.
b. Budaya
Histologis, pemeriksaan Sitologis Urine, Darah, Feces, Cairan
Spina, Luka, Sputum, dan Sekresi, untuk Mengidentifikasi
adanya infeksi : Parasit, Protozoa, Jamur, Bakteri, Viral.
c. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan Otak, EMG (Pemeriksaan Saraf)
d. Tes Lainnya
Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap
lanjut atau adanya komplikasi lain
Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk
pneumonia lainnya.
Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
NANDA
NOC
NIC
Resiko tinggi
infeksi b.d
kekebalan yang
diperoleh tidah
memadai,
pertahanan primer yang tidak
memadai
-
Status Imun
Memperoleh resistensi
tepat ditargetkan untuk
antigen internal dan
eksternal
Integritas Kulit Normal
Imunisasi berjalan
dengan baik
Fungsi pernafasan baik
Fungsi pencernaan baik
Suhu tubuh baik
Skrining untuk infeksi
berjalan dengan baik
Perlindungan Infeksi
Pencegahan dan deteksi
dini terhadap infeksi
pada pasien yang
berisiko
- Monitor tanda-tanda
sistemik dan lokal dan
gejala infeksi
- Pertahankan teknik
isolasi,
- Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana
menghindari infeksi
- Sediakan kamar
pribadi, sesuai
kebutuhan
- Pantau tanda-tanda
Vital
Kontrol Resiko
Pribadi tindakan untuk
mencegah,
menghilangkan, atau
mengurangi ancaman
kesehatan dimodifikasi
Pengawasan
- menyesuaikan strategi Tujuan akuisisi sedang
pengendalian risiko
berlangsung,
- memantau faktor
interpretasi, dan sintesis
risiko pribadi
dari data pasien untuk
- mengakui faktor risiko
pengambilan keputusan
- memodifikasi gaya
klinis
hidup untuk
- Tentukan risiko
mengurangi risiko
kesehatan pasien
- menggunakan sistem
- Minta pasien
dukungan pribadi
mengenai tandauntuk mengurangi
tanda, gejala, atau
risiko
masalah
- Pantau tanda vital
Kontrol infeksi :
- Mulai pengawasan
Proses Infeksi
kulit rutin pada pasien
Pribadi tindakan untuk
berisiko tinggi
mencegah,
- Pantau keadaan yang
menghilangkan, atau
berpeluang untuk
mengurangi ancaman
infeksi
infeksi
- mengakui
Peningkatan sistem
konsekuensi pribadi
Keterlibatan Sosial
Interaksi sosial dengan
orang-orang, kelompok,
atau organisasi
- berinteraksi dengan
teman-teman dekat
- berinteraksi dengan
tetangga
- berinteraksi dengan
anggota keluarga
- berpartisipasi dalam
kegiatan santai
dengan orang lain
dukungan
Fasilitasi pasien
dukungan oleh keluarga,
teman, dan masyarakat
Identifikasi tingkat
dukungan keluarga
Tentukan sistem
pendukung yang saat
ini digunakan
Tentukan hambatan
untuk menggunakan
sistem pendukung
Pantau situasi keluarga
saat ini
Jelaskan kepada orang
lain yang peduli
bagaimana mereka
dapat membantu
Nilai respon psikologis
untuk situasi dan
ketersediaan sistem
pendukung.
Kehadiran
Definisi : berada
bersama yang lain
baik secara fisik dan
psikologis, pada saat
kebutuhan
Tunjukkan sikap
menerima
Komunikasi secara
verbal, merasa empati
atau pahami
pengalaman pasien
Dengarkan kekhawatiran
pasien
Tawarkan untuk
menghubungi
dukungan lain, seperti
ustadz
Bangun kepercayaan dan
hal positif
Yakinkan dan membantu
orang tua dalam peran
pendukung mereka
dengan anak mereka
Dukungan Sosial
Mempercayai bantuan
orang lain
- disediakannya waktu
oleh orang lain
- tersedianya informasi
oleh orang lain
- adanya orang-orang
yang bisa membantu
sesuai kebutuhan
- adanya kontak sosial
yang mendukung
Konseling
- jaringan sosial stabil
konsekuensi
kecanduan Substansi
keparahan perubahan
status kesehatan dan
fungsi sosial akibat
kecanduan zat
tidak adanya perasaan
depresi
kesedihan dapat teratasi
kesedihan dapat teratasi
perasaan
ketidakberdayaan
teratasi
tidak merasa putus asa
rasa kesendirian teratasi
tidak adanya perasaan
takut kesendirian
perasaan merasa tidak
berharga tidak ada
-
Definisi: berHubungan
dengan proses
membantu yang
interaktif berfokus
pada kebutuhan,
masalah, atau
perasaan lain dari
pasien dan signifikan
untuk meningkatkan
atau mendukung
koping, pemecahan
masalah, dan
interpersonal
Tetapkan hubungan
terapi didasarkan pada
kepercayaan dan rasa
hormat
Tunjukkan empati,
kehangatan, dan
ketulusan
Tetapkan kontrak waktu
atau panjang nya
konseling
Berikan privasi dan
menjamin kerahasiaan
pasien
Dorong ekspresi
perasaan pasien
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
masalah atau situasi
yang menyebabkan
marabahaya
Tentukan bagaimana
perilaku keluarga
mempengaruhi pasien
verbalisasi perbedaan
antara perasaan pasien
dan perilaku
Terapi rekreasi
Definisi: penggunaan
tujuan rekreasi untuk
mempromosikan
relaksasi dan
peningkatan
keterampilan sosial
- Bantu pasien /
Ketidak
Status Nutrisi
seimbangan
Definisi : sejauh mana
Nutrisi : Kurang
nutrisi yang tersedia
dari kebutuhan
untuk memenuhi
tubuh b.d
kebutuhan
anoreksia dan
metabolisme
diare yang kronik - Asupan nutrisi baik
Definisi : Asupan - Asupan makanan baik
- Asupan cairan baik
nutrisi tidak
mencukupi untuk
Status Nutrisi :
memenuhi
Asupan makanan dan
kebutuhan
cairan
metabolic
Definisi : jumlah
makanan dan cairan
yang diambil ke dalam
tubuh selama periode
24-jam
- Asupan Makanan
secara oral baik
- Asupan dari tabung
pengisi baik
- Asupan cairan oral
baik
- Asupan cairan melalui
intravena baik
keluarga untuk
mengidentifikasi
defisit dalam
mobilisasi
- Bantu pasien untuk
memilih aktivitas
rekreasi sesuai
dengan kemampuan
fisik, psikologis, dan
sosial
- Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
kegiatan rekreasi
bermakna
- Pantau emosional,
respon fisik, dan
sosial untuk kegiatan
rekreasi
- Berikan penguatan
positif untuk
berpartisipasi dalam
setiap kegiatan
Konseling gizi
Definisi :
Menggunakan proses
bantu yang interaktif
yang berfokus pada
kebutuhan modifikasi
diet/makanan
- Lakukan hubungan
terapeutik
berdasarkan
kepercayaan dan
kepedulian
- Tentukan asukan
makanan pasien dan
kebiasaan makan
- fasilitasi identifikasi
terhadap perilaku
makan yang harus di
ganti
- Gunakan standar gizi
yang sudah disetujui
untuk klien dalam
mengevalulasi
keadekuatan asupan
makanan
- Diskusikan makanan
Status Nutrisi :
Asupan nutrisi
Definisi : Asupan
nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan
metabolic
Asupan kalori memadai
Asupan protein cukup
Asupan lemak cukup
Asupan karbohidrat
cukup
Asupan serat cukup
Asupan vitamin cukup
Asupan mineral cukup
Asupan zat besi cukup
Asupan kalsium cukup
Asupan garam cukup
Terapi Nutrisi
Definisi : administrasi
makanan dan cairan
untuk mendukung
proses metabolisme
pasien yang kurang
gizi atau berisiko
tinggi untuk menjadi
menjadi kurang gizi
- Lakukan penilaian gizi
dengan lengkap,
- Pantau cairan /
makanan yang ditelan
dan menghitung
asupan kalori harian
- Sediakan makanan
yang dibutuhkan
dalam batas diet yang
ditentukan
- Berikan pasien
dengan tinggi protein,
tinggi kalori, makanan
dan minuman bergizi
jari yang dapat mudah
dikonsumsi,
- Pilih suplemen gizi,
Manajemen
Cairan/Elektrolit
Definisi : Regulasi dan
Prevensi yang rumit
dari level cairan dan
elektrolit
- Pantau level serum
elektrolit yang tidak
normal
- Berikan Cairan, sesuai
keadaan
- Jaga laporan yang
akurat berkaitan
dengan asupan dan
keluaran
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
b.d menurunnya
ekspansi paru dan
penumpukan
sekret
Definisi :
ketidakmampuan
membersihkan
sekresi atau
sumbatan dari
saluran
pernafasan untuk
mempertahankan
kebersihan jalan
nafas.
Status Pernafasan :
Kepatenan jalan Nafas
Definisi : Membuka,
membersihkan bagian
trakeobronkial untuk
pertukaran udara.
Tingkat pernafasan baik
Ritme pernafasan baik
Kedalaman iinspirasi
baik
Adanya kemampuan
untuk menghapus
sekresi
Tidak adanya suara
pernafasan yang tidak
disengaja
Klien tidak terengahengah
Tidak adanya dispnea
saat istirahat
Tidak adanya akumulasi
sputum
Tidak adanya dispnea
saat klien istirahat
Status Pernafasan :
Pertukaran Gas
Definisi : Pertukaran
alveolar dari karbon
dioksida dan oksigen
untuk
mempertahankan
konsentrasi gas darah
arteri
Tekanan parsial oksigen
dalam darah artrial
(PaO2) baik
Tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah
arteri baik
pH arteri Klien baik
adanya Keseimbangan
perfusi pada ventilasi
Pantau tanda-tanda
vital
Pantau tanda dan
gejala terhadap
retensi cairan
Manajemen jalan
nafas
Definisi : Fasilitasi
patensi saluran udara
Buka jalan napas,
dengan angkat dagu
atau teknik dorong
rahang,
Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
potensi ventilasi
Masukkan udara melalui
jalan napas oral atau
nasofaring,
Lakukan terapi fisik dada
Lakukan pernafasan
yang lambat dan
dalam, dan batuk
Instruksikan cara batuk
efektif
Monitor pernafasan dan
status oksigenasi
Berikan udara lembab
atau oksigen,
Auskultasi adanya
penurunan pada
ventilasi daerah yang
tercatat atau tidak ada
dan adanya suara
adventif
Reduksi Kecemasan
Definisi :
meminimalkan
ketakutan, firasat,
atau ketidaknyamanan
yang berhubungan
dengan antisipasi
sumber bahaya yang
tidak dikenal
Gunakan tenang,
pendekatan yang
meyakinkan
- Nyatakan dengan jelas
harapan untuk perilaku
Status Pernafasan :
pasien
Ventilasi
Berusaha
untuk
Definisi : Perpindahan
memahami perspektif
udara untuk masuk
pasien dari situasi stres
dan keluar dari paru- Dengarkan dgn
paru
perhatian
- Tidak adanya retraksi
- Perkuat perilaku
dada pada klien
- Ciptakan suasana untuk
- Klien tidak bernafas
memfasilitasi
dengan mengerutkan
kepercayaan
bibir
- Identifikasi klien ketika
- Tidak adanya gangguan
tingkat kecemasan
vokalisasi pada klien
mengalami perubahan
- Tidak adanya gangguan
- Tentukan kemampuan
ekspirasi pada klien
pengambilan
- Tidak ditemukan
keputusan pasien
ekspansi dada yang
- Anjurkan pasien pada
tidak simetris pada
menggunakan teknik
klien
relaksasi
- Tidak terdengar suara
- Kelola obat untuk
yang terdistorsi pada
mengurangi kecemasan
saat aukultasi
- Nilai tanda-tanda verbal
dan nonverbal
Pencegahan aspirasi
kecemasan
Definisi : tindakan
Personal untuk
Terapi Oksigen
mencegah lewatnya
Definisi: Pemberian
cairan dan partikel
oksigen dan
padat ke dalam parupemantauan
paru
efektivitas
- Klien dapat
- Bersihkan Sekresi oral,
mengidentifikasi
hidung, dan trakea
faktor resiko
- Pertahankan patensi
- Klien dapat
jalan napas
menghindari faktor
- Siapkan peralatan
resiko
oksigen dan kelola
- Klien dapat
dengan sistem,
mempertahankan
dipanaskan
kebersihan oral
dilembabkan
- Klien dapat memilih
- Monitor liter aliran
makanan sesuai
oksigen
dengan kemampuan - Monitor posisi layanan
menelan
pengiriman oksigen
- Klien dapat memilih
- Pantau efektivitas terapi
makanan dengan
oksigen
konsistensi yang tepat - Monitor kecemasan yang
Klien dapat
menggunakan
pengental cairan
sesuai dengan
kebutuhan
berhubungan dengan
pasien
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta : ECG.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media
Sculapius.
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.